• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komplek Inklusi Fenilbutazone- β-siklodektrin dengan Metode Freeze Drying

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Komplek Inklusi Fenilbutazone- β-siklodektrin dengan Metode Freeze Drying"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

409

Komplek Inklusi Fenilbutazone- β-siklodektrin dengan Metode

Freeze Drying

(Inclution Complex of Phenylbutazone - β Cyclodextrine with Freeze Drying

Methods)

Deni Noviza*; Mutia Ardila; Auzal Halim

Fakultas Farmasi, Universitas Andalas Padang Corresponding email: [email protected]

ABSTRAK

Fenilbutazon merupakan obat golongan NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi Drug). Salah satu permasalahan yang dimiliki oleh fenilbutazon adalah sifat kelarutannya yang sangat sukar larut di dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pembentukan kompleks inklusi fenilbutazon dengan - siklodekstrin terhadap laju disolusi dan karakter kompleks inklusi yang terbentuk. Pembuatan kompleks inklusi dilakukan dengan metode freeze drying. Difraksi sinar-X (XRD), Differential Thermal Analysis (DTA), Scanning Electron Microscopy (SEM), spektroskopi FT-IR, dan uji profil disolusi digunakan untuk mengkarakterisasi kompleksi inklusi fenilbutazon-β-siklodekstrin. Hasil analisa X-Ray terlihat terjadinya penurunan intensitas puncak difraktogram pada kompleks inklusi yang menunjukan terjadinya pengurangan kisi kristal dari fenilbutazon yang telah mengalami kompleksasi dengan β- siklodekstrin. Pada analisa DTA terlihat adanya penurunan titik leleh dari fenilbutazon. Pada uji profil disolusi terlihat adanya peningkatan laju disolusi dari kompleks inklusi fenilbutazon- - siklodekstrin yang terbentuk dibandingkan dengan fenilbutazon murni dan campuran fisik

Kata Kunci: Fenilbutazone, β-siklodekstrin, komplek inklusi, freeze drying

PENDAHULUAN

Ketersediaan hayati suatu obat yang diberikan per oral tergantung pada beberapa faktor diantaranya adalah laju disolusi, kelarutan dan laju absorpsi obat tersebut dalam saluran cerna. Obat yang diberikan per oral, akan dilarutkan dalam media berair di saluran cerna sebelum diabsorpsi. Perbaikan kelarutan dan kecepatan disolusi untuk obat yang sukar larut merupakan langkah pertama untuk meningkatkan ketersediaan hayati obat (Bekers et al., 1991; Loftsson dan Brewster, 1996).

Usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kelarutan dan meningkatkan laju

disolusi dari obat yang sukar larut adalah melalui proses mikronisasi, pembentukan kompleks dengan siklodekstrin, penggunaan surfaktan, modifikasi kimia dan dispersi padat (Babu et al., 2010).

Pada kompleks inklusi, molekul obat sebagai molekul guest terperangkap di dalam rongga siklodekstrin yang bersifat hidrofobik. Bagian luar siklodekstrin bersifat hidrofilik sehingga mudah larut dalam media air (Frank, 1975).

Siklodekstrin, karbohidrat siklik unik yang sukses digunakan sebagai agen dalam bentuk inklusi kompleks dengan obat tidak

(2)

410

larut. Survey komprehensif literatur

menunjukkan penggunaan siklodekstrin sebagai agen pengompleks dan peningkat permeasi.

Berbagai teknik telah diselidiki untuk

menerangkan metode untuk penyiapan

kompleks inklusi. Pendekatan untuk membuat kompleks inklusi adalah physical blending, kneading, co-precipitation, solution/solvent

evaporation, neutralization precipitation,

milling/co-grinding, atomization/spray drying,

lyophilization/freeze drying, microwave

irradiation, dan supercritical antisolvent (Patil et al., 2010).

Fenilbutazon adalah suatu turunan pirazolon yang merupakan obat golongan NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi Drug). Obat ini mempunyai sifat anti inflamasi yang kuat dan efektif dalam pengobatan serangan gout akut (Katzung, 1998). Fenilbutazon merupakan serbuk hablur, putih, atau agak putih dan tidak berbau. Kelarutan fenilbutazon adalah sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam aseton dan dalam eter serta larut dalam etanol (Departemen Kesehatan R.I, 1995).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh kompleks inklusi fenilbutazon dengan β- siklodekstrin menggunakan metoda freeze drying terhadap laju disolusinya dan melakukan karakterisasi kompleks inklusi yang terbentuk.

METODE PENELITIAN

1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah Timbangan digital (Shimadzu-Aux 220), Freeze Dryer ( Edwar), spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-1700), difraktometer sinar-X serbuk (X’pert PRO PANalytical), Scanning Electron Microscopy / SEM (Jeol, Japan), Differential Thermal

Analysis (DTA) (Perkin Elmer), Fourier Transform Infrared (FTIR) (Perkinelmer FT-IR Spectrofotometer Frontier), pH meter (Hanna), alat uji disolusi (Hansen Research) dan alat – alat gelas laboratorium.

Bahan yang digunakan adalah

Fenilbutazon (PT. Dexa Medica), β- siklodekstrin (Merck), kalium dihidrogen fosfat (Bratachem), natrium hidroksida (Bratachem), Amoniak cair (Bratachem) dan aquades (Bratachem).

2. CARA KERJA a. Uji Kelarutan Fase

Sejumlah berlebih fenilbutazon,

ditambahkan dalam 25 ml larutan β-siklodekstrin dengan konsentrasi 0, 2x10-3 M, 4x10-3 M, 6x10-3 M, 8x10-3 M, 10x10-3 M . Berbagai larutan diletakan pada shaker selama 24 jam hingga tercapai kesetimbangan. Selanjutnya sampel disaring, serapan diukur

dengan spektrofotometer UV, kemudian

dianalisis untuk mendapatkan kurva kelarutan fase Fenilbutazon- β-siklodekstrin.

b. Pembentukan kompleks inklusi

fenilbutazon dan β-siklodekstrin

Kompleks Inklusi Fenilbutazon dan β- siklodekstrin dibuat dengan perbandingan molar fenilbutazon dan β-siklodekstrin 1:1. Kemudian Dilarutkan dengan aquades dan ditambahkan NH4OH 3,5 ml ( Setyawan D, 2009). Larutan diaduk, selanjutnya dimasukkan kedalam Freeze Dryer, hasi freeze drying kemudian diayak dengan ayakan ukuran 250 µm.

Untuk proses pengeringan beku (freeze dryer), larutan terlebih dahulu dibekukan pada refrigerator dengan bantuan methanol yang memiliki titik beku -97°C. Kemudian dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan tekanan 2 atm sehingga kandungan air yang sudah

(3)

411 menjadi es akan langsung menjadi uap

(sublimasi), Tahap pengeringan ini berakhir bila semua air telah tersublim. Selanjutnya tahap pengeringan akhir, tahap ini mencakup pengeluaran air hasil sublimasi hingga menjadi kering.

c. Pembentukan campuran fisik

fenilbutazon dan β-siklodekstrin

Campuran fisik fenilbutazon dan β-

siklodekstrin 1:1, dibuat dengan cara

mencampurkan pebandingan molar yang sama dengan kompleks inklusi fenilbutazon dan β- siklodekstrin. Fenilbutazon dan β- siklodekstrin dicampur dalam sebuah mortar, kemudian diayak dengan ayakan ukuran 250 µm.

d. Evaluasi Komplek Inklusi

Pemeriksaan meliputi Analisa Difraksi Sinar X, FTIR, SEM, DTA, Perolehan Kembali dan Uji Profil Disolusi In vitro

Analisis Difraksi Sinar-X Serbuk

Sejumlah serbuk fenilbutazon, β- siklodekstrin, campuran fisik fenilbutazon dan β- siklodekstrin (1:1), kompleks inklusi fenilbutazon dan β- siklodekstrin (1:1) diletakkan pada kaca preparat, ditekan sampai rata guna untuk mencegah orientasi partikel selama penyiapan sampel dan dimasukkan ke dalam alat difraktometer. Dilakukan percobaan difraksi sinar X dengan kecepatan scan 0,040 per detik.

Analisis Spektrofotometer FTIR

Fenilbutazon, β- siklodekstrin, campuran fisik fenilbutazon dan β- siklodekstrin (1:1),

kompleks inklusi fenilbutazon dan β-

siklodekstrin ( 1:1) dan KBr ditekan dengan tekanan 8-9 ton. Selanjutnya pelet yang terbentuk dianalisis dengan spektrofotometer inframerah.

Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM) Serbuk fenilbutazon, β- siklodekstrin, campuran fisik fenilbutazon dan β- siklodekstrin (1:1), kompleks inklusi fenilbutazon dan β- siklodekstrin ( 1:1) diletakkan pada sampel holder aluminium dan dilapisi dengan emas. Kemudian diamati pada perbesaran 500-5000 x pada alat SEM (Jeol, Japan).

Analisis Differential Thermal Analysis (DTA)

Penetapan pola DTA dilakukan

terhadap fenilbutazon, β-siklodekstrin,

campuran fisik dan kompleks inklusi dari

masing-masing formula, pada suhu 50-300 oC

dengan kecepatan pemanasan 10 oC/ menit.

Penentuan Kadar Perolehan Kembali

Fenilbutazon dalam Kompleks Inklusi Kompleks inklusi ditimbang serbuk kompleks inklusi setara dengan 50 mg fenilbutazon. Serbuk dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml larutkan dengan NaOH 0,1 N kemudian cukupkan volume sampai tanda batas. Ambil 5 mL dari larutan tersebut, masukkan kedalam labu 50 mL dan cukupkan volume sampai tanda batas. Ambil 10 mL dari larutan tersebut, masukkan ke dalam labu 25 mL dan cukupkan volume sampai tanda batas.

Konsentrasi fenilbutazon dalam serbuk

kompleks inklusi ditentukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

Uji Profil Disolusi in vitro

Penetapan profil disolusi dari kompleks inklusi fenilbutazon dan β- siklodekstrin dengan menggunakan alat disolusi tipe keranjang. Labu disolusi diisi dengan medium dapar phospat pH

7,5 sebanyak 900 mL lalu suhu diatur pada 37oC

± 0,5oC. Kemudian komplek inklusi setara

(4)

412 dalam keranjang. Sampel dimasukkan ke dalam

keranjang yang kemudian ditempatkan ke dalam wadah silinder, keranjang diputar dengan kecepatan 100 rpm. Larutan disolusi dipipet 5 ml pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45, dan 60. Pada setiap pemipetan diganti dengan medium disolusi (volume dan suhu yang sama saat pemipetan). Kadar fenilbutazon yang terdisolusi

pada setiap waktu dihitung dengan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

HASIL DAN DISKUSI

Uji kelarutan fase digunakan untuk

menggambarkan konsentrasi suatu zat terlarut di dalam variasi konsentrasi suatu larutan zat lain. (Alatas, 2013). Kurva kelarutan fase menghasilkan kesesuaian dengan dengan tipe AL ( tipe 1:1) (Gambar 1) yang artinya kelarutan

fenilbutazon meningkat dalam variasi

konsentrasi β-siklodesktrin dalam pelarut air.

Gambar 1. Uji Kelarutan Fase Fenilbutazon- β-siklodesktrin

Kurva kelarutan fase tersebut

menghasilan garis linear dengan persamaan Y = 0,0038x + 0,0002 dengan nilai regresi 0,994. Dari persamaan ini diperoleh nilai Intersep A = 0,0002 dan nilai Slope B = 0,0038. Slope regresi linear yang menunjukkan angka kurang dari satu mengartikan bahwa perbandingan molar fenilbutazon-β-siklodekstrin diasumsikan 1: 1.

Nilai konstanta kesetimbangan kompleks dapat diperoleh dengan persamaan Kc = Slope/ Intersep (1-Slope) dan diperoleh nilai konstanta stabilitasnya 19,42 M-1. Nilai K (1:1) yang diperoleh tidak berada dalam rentang 200-1000 M-1 sehingga kompleks inklusi yang terbentuk cenderung memiliki ikatan yang lemah.

Pembuatan kompleks inklusi

Fenilbutazone - β-siklodesktrin dengan metode Freeze Drying dibentuk dengan perbandingan molar 1:1 sesuai dengan diagram kelarutan fase yang dihasillkan.

Gambar 2. Difraktogram Sinar X; β-siklodesktrin (A), Fenilbutazone (B), Campuran Fisik Fenilbutazon -

β-siklodesktrin (C), Komplek

Inklusi Fenilbutazon -

β-siklodesktrin (D)

Pola difraksi sinar-X fenilbutazon memperlihatkan derajat kristalinitas yang tinggi karena adanya puncak yang khas dan tajam (Gambar 2). Karakteristik fenilbutazon murni dapat dilihat pada sudut difraksi 2θ = 20,33º dan 20,93º.

A B C D

(5)

413 Difraktogram hasil kompleks inklusi

menunjukkan terjadinya penurunan intensitas puncak yang sangat tajam dari puncak fenilbutazon, penurunan ini merupakan hasil pengurangan kisi kristal fenilbutazon yang telah mengalami kompleksasi dengan β–siklodektrin, ini berarti terjadi perubahan bentuk menjadi lebih amorf yang menyebakan meningkatnya laju disolusi. Penurunanan terjadi pada sudut difraksi 2θ = 20,87º (tinggi puncak 1524,85 dari 9003,32); 19,50º (tinggi puncak 1549,77 dari 9496,38). Namun, terjadi peningkatan intensitas pada 2θ = 29,29º (tinggi puncak 2671,6 dari 969,01). Pada difraktogram campuran fisik terlihat juga penurunan intensitas pada sudut difraksi 2θ = 20,91º (tinggi puncak 2919,04 dari 9003,32) dan 22,53º (tinggi puncak 1901,17 dari 4374,46).

Analisis bentuk partikel dengan alat Scanning Electron Microscope (SEM) dengan

berbagai perbesaran memperlihatkan

karakteristik morfologi permukaan. Pada fenilbutazon murni memperlihatkan kristal berbentuk batang (Gambar 3), sedangkan β- siklodekstrin terlihat seperti batang yang tidak beraturan (Gambar 4).

Pada campuran fisik fenilbutazon dan β- siklodekstrin masih dapat dibedakan morfologi fenilbutazon dan β – siklodektrin (Gambar 5) hal ini menunjukan belum terbentuknya kompleks karena fenilbutazon masih banyak di luar permukaan dari β – siklodektrin dan pada kompleks inklusi 1:1 menunjukkan bentuk yang permukaan yang tidak beraturan dan morfologi yang berbeda dari fenilbutazon murni (Gambar 6).

Gambar 3. Morfologi Fenilbutazon Murni

Gambar 4. Morfologi β- siklodekstrin

Gambar 5. Morfologi Campuran Fisik Campuran Fisik Fenilbutazon - β-siklodesktrin

(6)

414 Gambar 6. Morfologi Komplek Inklusi

Fenilbutazon - β-siklodesktrin Analisis spektroskopi FT-IR dilakukan untuk melihat spektrum yang terbentuk dari serbuk kompleks inklusi antara fenilbutazon dan β-siklodektrin dibandingkan dengan spektrum fenilbutazon murni dan siklodektrin murni. Hasil karakterisasi fenilbutazon murni dengan menggunakan spektrofotometer FT-IR, serapan ikatan C=O terlihat pada bilangan gelombang 1713,85 cm-1 dan serapan C-H muncul pada bilangan gelombang 1293,22 cm-1 serta serapan C=C aromatik terlihat pada bilangan gelombang 1487,08 cm-1 (Gambar 7).

Karakterisasi β-siklodektrin menggunakan

spektrofotometer FT-IR, serapan ikatan OH terlihat pada bilangan gelombang 3400-3600 cm-1 dan serapan ikatan C-O terlihat pada bilangan gelombang 1022,48 cm-1 .

Karakteristik campuran fisik

menunjukan adanya pergeseran puncak

gelombang pada gugus fenilbutazon dan β-siklodekstrin. Pergeseran puncak gelombang pada fenilbutazon pada campuran fisik terlihat pada gugus karbonil, serapan C=C aromatik dan serapan C-H pada puncak bilangan gelombang dari 1714,41 cm-1, 1487,12 cm-1dan 1294,07 cm-1 dan terjadi pergeseran pada puncak bilangan gelombang dari 3312,08 cm-1 dan

1025,07 cm-1 yang merupakan gugus OH dan ikatan C-O dari β-siklodekstrin.

Gambar 7. Spektrum FTIR Fenilbutazon (A), Kompleks Inklusi Fenilbutazon-β-Siklodekstrin (B), Campuran Fisik Fenilbutazon-Siklodekstrin (C), β-Siklodekstrin (D)

Pada karakterisasi kompleks inklusi juga menunjukkan adanya pergeseran puncak gelombang pada gugus fenilbutazon dan β-siklodekstrin. Pergeseran gugus fenilbutazon terjadi pada serapan gugus karbonil, C=C aromatik dan C-H pada puncak bilangan gelombang 1714,97 cm-1 , 1488,09 cm-1 dan 1296,93 cm-1. Sedangkan pergeseran pada gugus β-siklodekstrin terjadi pada ikatan OH dan C-O pada puncak bilangan gelombang 3312,11 cm-1 dan 1024,11 cm-1. Pergeseran

puncak gelombang ini menunjukkan

terbentuknya komplek inklusi antara

A

B

C

(7)

415 fenilbutazon dan β-siklodekstrin (Singh R. et all,

2010)

Analisis termal DTA merupakan

instrumen analitik yang sangat bermanfaat dalam karakterisasi interaksi dalam keadaan padat (solid state interaction) antara dua atau lebih material obat. Analisis termal DTA digunakan untuk mengevaluasi perubahan sifat termodinamika yang terjadi saat materi

diberikan energi panas, berupa peristiwa

rekristalisasi, peleburan, desolvasi, dan

transformasi fase padat, yang ditunjukkan puncak endotermik atau eksotermik pada termogran DTA. (Zaini, et al., 2011). Fenilbutazon memiliki titik lebur 107,7°C (Gambar 8), sedangkan β-siklodekstrin memiliki titik lebur 171,7°C (Gambar 9).

Gambar 8. Termogram DTA Fenilbutazon

Gambar 9. Termogram DTA β-Siklodekstrin

(8)

416 Gambar 10. Termogram DTA Campuran Fisik 1:1

Gambar 11. Termogram DTA Kompleks inklusi 1:1 Pada termogram DTA hasil campuran

fisik menunjukan adanya penurunan titik lebur yaitu 101,5°C (Gambar 10). Pada termogram kompleks inklusi juga menunjukan adanya penurunan suhu menjadi lebih rendah dibanding dengan termogram DTA fenilbutazon murni yaitu sebesar 91,4 °C (Gambar. 12). Hal ini menunjukan telah terjadinya kompleks

inklusi antara fenilbutazon dengan

β-siklodekstrin. Isadiartuti (2005) mengatakan, jika suatu molekul guest masuk ke dalam rongga β-siklodekstrin, maka titik lebur molekul guest tersebut akan menghilang atau bergeser ke suhu yang lebih rendah. Penurunan titik lebur disebabkan karena terjadinya pengecilan ukuran partikel, sehingga energi yang dibutuhkan untuk melebur dispesi padat menjadi lebih kecil (Dini, 2010).

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil penetapan perolehan kembali fenilbutazon dalam kompleks inklusi sebesar 52,13% ± 0,086

Persentase zat terdisolusi pada menit ke-60 untuk fenilbutazon murni, campuran fisik, komplek inklusi 1:1 berturut-turut adalah 89,16 ± 6,55; 95,34 ± 1,69 dan 99,35 ± 1,63. Hasil yang diperoleh menunjukkan terjadinya peningkatan persentase disolusi pada formula yang dikerjakan (Gambar 13). Persen terdisolusi yang paling tinggi adalah kompleks inklusi 1:1,

sedangkan disolusi terendah adalah

fenilbutazon murni. Peningkatan disolusi pada kompleks inklusi dipengaruhi dengan terjadinya penurunan intesitas kisi kristal seperti yang dapat lihat dari hasil difaksi sinar-X dan penurunan titik lebur pada hasil analisi DTA.

(9)

417 Parameter lain yang digunakan untuk

evaluasi disolusi adalah efisiensi disolusi (ED)

(Abdou, 1989). Nilai efisiensi disolusi

merupakan nilai AUC (Area Under Curve) dari jumlah obat yang terdisolusi per satuan waktu. Perhitungan rata- rata efisiensi disolusi diperoleh dari luas daerah dibawah kurva menunjukkan nilai efisiensi disolusi untuk

fenilbutazon murni adalah 68,40 ± 2,71, campuran fisik 77,47 ± 1.65, kompleks inklusi 82,78 ± 0.14, . Data ini memperlihatkan bahwa kompleks inklusi mempunyai efisiensi disolusi yang besar dibandingkan dengan campuran fisik dan fenilbutazon murni.

Gambar 13. Profil disolusi fenilbutazon murni, campuran fisik dan kompleks inklusi dalam Dapar Phospat pH 7.5

KESIMPULAN

Dari Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

pembentukan komplek inklusi antara

fenilbutazon β-Siklodekstrin dengan metode freeze drying dapat meningkatkan laju disolusi dari fenilbutazon

DAFTAR PUSTAKA

Abdou, H. M. 1989. Dissolutions, Bioavaibility and Bioequivalence. Pennsylavania:Mark Publishing Company Easton.

Alatas, F., Soewandhi, S. N., Sasongko,L., Ismunandar. 2013. Kelarutan Dan Stabilitas Kimia Kompleks Didanosin Dengan Nikotinamid Atau L-Arginin. Jurnal Sains Materi Indonesia, 15(2). 94-102 Babu, V.R., Areefulla,S., & Mallikarjun, V.2010. Solubility

and Dissolution Enhancement: An overview. Journal of Pharmacy Research, 141-145.

Bekers, O., Uijtendaal, E.V., Beijnen, J.H., Bult, A., and Undenberg, W.J.M. 1991. Cyclodextrin in Pharmaceutical Field, Drug Dev. Ind. Pharm, 17 (11), 1503 –1549.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: 665-666.

Frank SG. 1975. Inclusion compound. J Pharm Sci 64(10), 1585- 1601.

Higuchi T, Connors KA.1965. Phase solubility techniques. Adv. Anal. Chem. Instrum. 4: 117–122.

(10)

418 Hiremath, S.N., Raghavendra, R.K, Sunil, F., Danki, L.S.,

Rampure, M.V., Swamy, P.V., Bhosale, U.V. 2008. Dissolution Enhancement of Gliclazide by Preparation of Inclusion Complexes with β-siklodekstrin. Asian Journal of Pharmaceutics, 73-76.

Isadiartuti D, dan Suwaidi. 2005. Pebentukan Kompleks Inklusi fenobarbital dengan hidroksipropil- β- Siklodekstrin. Majalah Farmasi Indonesia 16(1), 28-37.

Katzung, B.G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik (Edisi VI). Penerjemah: A. Agoes. Jakarta: EGC.

Loftsson T, dan ME Brewster. 1996. Pharmaceutical applications of b- siklodekstrin I, drug solubilization and stabilization. J Pharm Sci, 85(10), 1017- 1024. Loftsson T, dan ME Brewster. 2007. Cyclodextrins as

Pharmaceutical Solubilizers, Ad. Drug Delivery Rev, 6: E329-E357.

Patil JS, Kadam DV, & Kamalapur MV. 2010. Inclusion Complex System; A Novel Technique To Improve The Soulility And Bioavailability of Poorly Soluble Drugs: A Review. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, 2: 29-34.

Setyawan, D., dan Dewi, I. 2009. Karakterisasi Kompleks Inklusi Asam Mefenamat-β-Siklodekstrin yang Dibuat dengan Metoda Freeze Drying. Jur. Kefarmasian Indo. Vol 1(1): 1-9.

Singh, R., N. Bharti, J. Madan., S.N. Hiremath, 2010,

Characterization of Cyclodextrine Inclution

Complexes – A Review, Journal of Pharmaceutical Science and Technology, 2 (3): 171-183

USP 32 – NF 27. 2009. United States Pharmacopeia and The National Formulary. United Stated: The United States Pharmacopeial Convention.

Zaini, E. Halim, A. Soewandhi, S.N. Setyawan, D. 2011. Peningkatan Laju Pelarutan Trimetoprim Melalui Metoda Ko-Kristalisasi dengan Nikotinamida. Jurnal Farmasi Indonesia, 5(4): 205-212.

Gambar

Gambar 1.   Uji Kelarutan Fase Fenilbutazon- β- β-siklodesktrin
Gambar 3. Morfologi Fenilbutazon Murni
Gambar  7.  Spektrum  FTIR  Fenilbutazon  (A),  Kompleks  Inklusi   Fenilbutazon-β-Siklodekstrin  (B),  Campuran  Fisik  Fenilbutazon-Siklodekstrin (C),  β-Siklodekstrin (D)
Gambar 9. Termogram DTA β-Siklodekstrin
+3

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 5 menunjukkan bahwa penambahan HPBCD mempengaruhi berkurangnya beberapa gugus C-H dari alfa arbutin pada sampel komplek inklusi, dibandingkan sample campuran fisik, dan

Dari data ini terjadi peningkatan laju disolusi pada campuran fisik dibandingkan dengan acyclovir, dalam hal ini terjadi pencampuran fisik antara acyclovir dengan

Dari beberapa metode yang telah dilakukan, ada satu metode yang menarik dan menunjukkan hasil yang efektif dalam peningkatan kelarutan dan laju disolusi dari suatu obat yaitu

Hasil dispersi padat dibandingkan dengan campuran fisik menunjukkan bahwa dispersi padat dapat meningkatkan disolusi lebih tinggi daripada campuran fisik karena

Dari beberapa metode yang telah dilakukan, ada satu metode yang menarik dan menunjukkan hasil yang efektif dalam peningkatan kelarutan dan laju disolusi dari suatu obat yaitu

Hasil dispersi padat dibandingkan dengan campuran fisik menunjukkan bahwa dispersi padat dapat meningkatkan disolusi lebih tinggi daripada campuran fisik karena