• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK KULIT KAKI AYAM YANG DISAMAK DENGAN PENYAMAK NABATI KIKI RIZQI JANUAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK KULIT KAKI AYAM YANG DISAMAK DENGAN PENYAMAK NABATI KIKI RIZQI JANUAR"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK KULIT KAKI AYAM YANG DISAMAK

DENGAN PENYAMAK NABATI

KIKI RIZQI JANUAR

ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Kulit Kaki Ayam yang disamak dengan Penyamak Nabati adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2016 Kiki Rizqi Januar NIM D14120027

(4)
(5)

ABSTRAK

KIKI RIZQI JANUAR. Karakteristik Kulit Kaki Ayam yang disamak dengan Penyamak Nabati. Dibimbing oleh MOCHAMMAD SRIDURESTA SOENARNO dan HOTNIDA C.H SIREGAR.

Penyamakan nabati merupakan salah satu jenis penyamakan yang mampu menghasilkan kualitas kulit samak yang cukup baik serta dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan bahaya kesehatan. Oleh karena itu, penyamakan nabati perlu dilakukan untuk menggantikan penggunaan bahan penyamak krom. Penyamakan nabati dengan menggunakan mimosa dan ekstrak daun jambu biji akan menghasilkan kulit dengan karakteristik yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level kombinasi penyamak nabati yang terbaik terhadap karakteristik kulit kaki ayam yang disamak. Kontrol menggunakan bahan penyamak kombinasi berupa krom dan mimosa dengan pebandingan konsentrasi 80:20. Bahan penyamak nabati yang digunakan berupa mimosa dan ekstrak daun jambu biji dengan perbandingan konsentrasi 20:80, 40:60 dan 60:40. Setiap perlakuan memiliki 3 kali ulangan. Parameter yang diamati adalah kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan sobek. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi bahan penyamak nabati berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Level kombinasi terbaik dihasilkan oleh kulit dengan konsentrasi bahan penyamak 60:40. Kekuatan tarik yang dihasilkan sebesar 29.051 kg cm-2, kemuluran 31.94% dan kekuatan sobek 19.051 kg cm-1.

Kata kunci: kulit kaki ayam, penyamakan nabati, tanin.

ABSTRACT

KIKI RIZQI JANUAR. Characteristics of Chicken Claw Leather Tanned with Vegetable Tanning. Supervised by MOCHAMMAD SRIDURESTA and HOTNIDA C.H SIREGAR.

Vegetable tanning is one of the tanning type which is capable to produce a good leather quality also can reduce environmental pollution and human health hazzards. Therefore, vegetable tanning is used to replace the use of chrome as tanning materials. Vegetable tanning using mimosa and guava leaf extract will produce a good characteristics leather. This study aimed to determine the best combination level of vegetable tanning for tanned skin characteristics. Control using combination of chrome and mimosa as tanning materials with concentration ratio 80:20. Vegetable tanning materials used were mimosa and guava leaf extract with a concentration ratio of 20:80, 40:60 and 60:40. Each treatment had 3 repetitions. The parameters measured were the tensile strength, elongation and tear strength. The results showed that the concentration of vegetable tanning materials significantly affected all parameters. The best combination level was produced by the leather of tanning concentrations 60:40. The tensile strength of 29.051 kg cm -2, with elongation of 31.94% and tear strength of 19 051 kg cm-1.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

KARAKTERISTIK KULIT KAKI AYAM YANG DISAMAK

DENGAN PENYAMAK NABATI

KIKI RIZQI JANUAR

ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penyususan skripsi berjudul “Karakteristik Kulit Kaki Ayam yang disamak dengan Penyamak Nabati” berhasil diselesaikan.

Penulis mengucapakan terimakasih dan penghargaan teristimewa kepada: M Sriduresta S, SPt MSc selaku pembimbing skripsi utama atas perhatian dan bimbingannya selama penelitian dan penyelasaian tugas akhir. Ir Hotnida C.H. Siregar, MSi selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi anggota atas perhatian, saran-saran, motivasi, dan bimbingan selama menempuh pendidikan dan penyelesaian tugas akhir. Dr Ir Rukmiasih, MS dan Dr Ir Komariah, Msi selaku dosen penguji atas saran-saran perbaikan dalam penulisan skripsi ini. Bramada Winiar Putra, SPt Msi selaku dosen pembahas dalam seminar saya atas saran-saran yang membangun untuk kelancaran penelitian. Ibunda, Ehot Setiawati dan ketiga kakak penulis, Wawan Hendrawan, SE, Sri Sugiarti, SPt, Pepi Herawati, SPd yang tidak pernah berhenti memberikan doa dan dukungan moril serta materil untuk menyelesaikan pendidikan penulis hingga sarjana. Sahabat seperjuangan, Siti Nurhayati, Yeyen Ariska yang tidak pernah berhenti memberikan semangat, dukungan dan bantuan selama kuliah, proses selama penelitian sampai penyusunan skripsi. Teman-teman IPTP 49 atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2016 Kiki Rizqi Januar

(13)
(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 13 Latar Belakang 13 Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur 3

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kekuatan Tarik 8

Kemuluran 9

Kekuatan Sobek 10

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 14

(15)

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir proses penyamakan kulit kaki ayam dengan modifikasi

pada tahap penyamakan. 5

2 Struktur ikatan silang krom dengan kolagen 8

3 Histologi kulit 9

4 Coordination 11

5 Saline bonding 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis ragam kekuatan tarik kulit kaki ayam 14

2 Analisis ragam kemuluran kulit kaki ayam 14

3 Analisis ragam kekuatan sobek kaki ayam 14

4 Struktur makroskopis kulit (Fahidin 1997) 15

5 Struktur mikroskopis kulit (Judoamidjojo 1981) 15 6 Kaki ayam, alat dan beberapa tahapan proses penyamakan dalam penelitian 16 7 Tabel SNI 0253-2009 kulit bagian atas alas kaki – kulit kambing 18

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Data Direktorat Jenderal Peternakan (2013), populasi ayam ras pedaging di Jawa Barat mencapai 680 452 807 ekor. Berdasarkan data tersebut berarti tersedia dua kali lipat pasang kaki ayam. Kaki ayam saat ini banyak dicari oleh masyarakat untuk dijadikan berbagai menu olahan pangan maupun non pangan yang bernilai ekonomis. Peningkatan nilai ekonomis dari pengolahan kaki ayam yang telah ada dirasa belum mampu memberikan nilai tambah yang berarti. Produk olahan pangan dari kulit kaki ayam yang telah berkembang hingga saat ini adalah kerupuk kulit. Fakta lain dari kulit kaki ayam ternyata dapat dimanfaatkan menjadi kerajinan kulit seperti hiasan dompet, ikat pinggang, atasan sepatu, dan tas setelah dilakukan penyamakan (Halim 2014). Pemanfaatan kulit kaki ayam sebagai kerajinan menjadi menarik karena tekstur yang yang dihasilkan menyerupai tekstur kulit ular.

Penyamakan adalah suatu proses konversi protein kulit mentah menjadi kulit samak yang stabil, tidak mudah membusuk, dan cocok untuk beragam kegunaan (Suparno et al. 2008). Krom merupakan salah satu jenis mineral yang saat ini semakin populer penggunaannya sebagai bahan penyamak. Penggunaan krom dalam penyamakan telah banyak memberikan manfaat secara ekonomis dan kualitas produk. Menurut Suparno et al. (2008) sebagian besar kulit samak dunia disamak dengan krom (III) sulfat, yang merupakan konsekuensi dari kemudahan proses, keluasan kegunaan produk, dan karakteristik kulit samak yang dihasilkan sangat memuaskan, akan tetapi penyamakan dengan krom memberikan masalah baru yaitu pencemaran lingkungan. Limbah cair yang mengandung krom dapat membahayakan lingkungan karena krom trivalen dapat berubah menjadi krom heksavalen pada kondisi basa yang merupakan jenis limbah B3 yang dapat membahayakan bagi kesehatan (Juliyarsi et al. 2013). Hal ini mendorong penggunaan bahan penyamak yang lebih ramah lingkungan yaitu bahan penyamak nabati.

Bahan penyamak nabati berasal dari tanaman yang mengandung tanin seperti akasia, teh, bakau, mahoni, dan lain-lain (Purnomo 1991). Selain ramah lingkungan, penyamak nabati memiliki kelebihan lain dibanding penyamak mineral yakni, tersedia dalam jumlah yang cukup banyak serta dapat diperbaharui. Mimosa dihasilkan dari kayu dan kulit kayu Acacia mearnsii dan A.mangium. Kulit kayu akasia merupakan salah satu bahan penyamak nabati yang mengandung 35% tanin dalam bentuk babakan kulit, sedangkan dalam bentuk ekstrak padat mengandung 63% tanin (Purnomo 2001). Tanin dihasilkan juga dari ekstraksi daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) (Wijaya 2014). Tanin berfungsi sebagai bahan pengisi dalam proses penyamakan sehingga kulit samak dapat stabil dan tidak mudah membusuk. Bahan penyamak nabati yang bahan bakunya mudah diperoleh dapat menjadi salah satu upaya untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan bahaya kesehatan bagi manusia dari bahaya penggunaan krom.

(17)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan level kombinasi penyamak nabati (mimosa dan ekstrak daun jambu biji) yang terbaik terhadap karakteristik kulit kaki ayam yang disamak sebagai aksesoris.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada penyamakan kulit kaki ayam dari Tempat Pemotongan Ayam (TPA) di Babakan Lebak, Bogor. Ayam yang diteliti dari jenis ayam ras komersial. Proses yang dilakukan meliputi prapenyamakan dan penyamakan nabati. Masing-masing bahan penyamak menggunakan konsentrasi yang berbeda. Kulit kaki ayam samak hasil percobaan diuji kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek kulit, dan kadar tanin yang terserap kulit samak.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama empat bulan sejak tanggal 18 Desember 2015 sampai 31 Maret 2016. Penelitian dilaksanakan di beberapa laboratorium, yaitu Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor, Laboratorium Teknologi Hasil Ikutan Ternak, Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Bioindustri Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan baku yang digunakan terdiri atas dua macam, yaitu bahan baku utama dan bahan baku pendukung. Bahan baku diperoleh dari TPA Babakan Lebak, Bogor.

Bahan baku utama terdiri atas beberapa macam, yaitu kulit dan bahan penyamak. Bahan penyamak mineral yang digunakan berupa krom dan bahan penyamak nabati berupa mimosa dan ekstrak daun jambu biji. Bahan baku pendukung yang digunakan selama proses penyamakan terdiri atas: aquades, soda api, antiseptik, kapur, natrium sulfida, ZA, asam sulfat, teepol, bensin, asam oksalat, minyak ikan, dan cat dasar.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi modifikasi molen, shaker waterbath, kertas pH, cutter, gunting, talenan, nampan, labu erlenmeyer 250 mL, labu ukur 500 mL, gelas piala, pipet mohr, termometer, tabung reaksi, spektrofotometer, penggaris, tensile strength tester, dan mikrometer sekrup.

(18)

3

Prosedur

Ekstraksi Daun Jambu Biji

Pembuatan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linm.) dilakukan menurut Wijaya (2014) dengan modifikasi. Metode yang dilakukan adalah metode ekstraksi cara dingin dengan cara maserasi dan digunakan etanol 70% sebagai pelarut. Sebanyak 50 g daun jambu biji yang sudah dibuat halus dimasukkan ke dalam gelas piala 500 mL dan diberi etanol sebanyak 300 mL.

Proses maserasi diawali dengan pengadukkan selama tiga jam, dilanjutkan dengan penyaringan ampas dengan kapas. Proses ini dilakukan berulang-ulang hingga tidak ada lagi senyawa yang terekstrak, yang ditandai dengan warna pelarut yang jernih. Filtrat dikumpulkan kemudian disaring dengan kertas saring, tahap berikutnya etanol diuapkan hingga didapat ekstrak etanol yang kental.

Pengambilan Sampel dan Pengulitan Kaki Ayam

Ayam ras komersial umur potong enam minggu dipotong dan diambil bagian kakinya. Proses pengulitan kaki ayam dilakukan menurut Rizali (2014) dengan modifikasi. Kaki ayam dicuci terlebih dahulu sampai bersih. Sisik yang masih tertinggal dikelupas. Tiga buah jari dipotong tepat pada pangkal jari dan disisakan hanya jari tengah. Kulit kaki bagian belakang diiris dengan cutter dari bonggol atas sampai pangkal jari paling panjang. Bentuk potongan diusahakan lurus.

Kulit bagian bonggol dikelupas ± dua cm ke bawah lalu dijepit kain dengan tangan kanan. Bagian tulang yang sudah dikelupas kulitnya dipegang dengan kain di tangan kiri. Kain ditarik secara berlawanan arah secepatnya sampai kulit pada ujung jari ikut terkelupas. Kulit kaki ayam yang akan dijadikan sampel diambil secara acak.

Proses Penyamakan

Proses penyamakan kulit kaki ayam dilakukan sesuai Purnomo (1991) dengan modifikasi jenis penyamakkan nabati sebagai berikut:

Penimbangan . Kulit kaki ayam dicuci hingga bersih dari kotoran dan sisa-sisa

kulit ari yang melekat pada kulit. Kulit lalu ditimbang dan berat hasil penimbangan ini dipakai sebagai dasar perhitungan bahan kimia pada proses perendaman dan pengapuran.

Perendaman. Tahapan ini berfungsi untuk pencegahan pertumbuhan mikroba, dan

kulit dibuat rekatif terhadap bahan-bahan yang ditambahkan. Sebanyak 1 g L-1 antiseptik dilarutkan kedalam 600% air, lalu ditambahkan 0.5% soda api dan diaduk secara merata hingga pH mencapai 9 sampai 10. Campuran kemudian dimasukkan ke botol berisi kulit hingga kulit terendam dan diaduk-aduk selama 30 menit, lalu kulit direndam selama 20 jam. Setelah itu, kulit dicuci dengan air mengalir.

Pengapuran. Berfungsi untuk pembengkakkan kulit. Sebanyak 2% Natrium

Sulfida (SN) dilarutkan dengan air panas (1:10) dan diaduk-aduk. Larutan SN tersebut dimasukan ke dalam 400% air dan diaduk hingga rata. Selanjutnya ditambahkan 4% kapur dan diaduk sampai larut dalam air. Nilai pH larutan tersebut berkisar 11-12 serta suhunya tidak lebih dari 27 oC. Campuran dimasukkan ke botol

(19)

4

berisi kulit dan diaduk selama 30 menit, lalu didiamkan dua jam. Kegiatan tersebut diulang sampai lima kali, lalu kulit direndam selama tiga hari. Seluruh kulit diusahakan terendam. Setelah itu kulit dicuci dengan air mengalir sampai bersih.

Pembuangan Kapur. Berfungsi untuk penurunan pH kulit. Sebanyak 3% ZA

dimasukan ke dalam 200% air, lalu diaduk hingga rata. Campuran ditambahkan ke dalam botol berisi kulit dan diaduk selama satu jam. Selanjutnya 0.75% asam sulfat yang sudah diencerkan 10 kali dimasukan setetes demi setetes sampai pH turun pada kisaran 6. Kulit diaduk-aduk terus selama dua jam, lalu direndam selama 18 jam.

Pembuangan Lemak. Sebanyak 100% air disiapkan. 5% bensin dan 2% teepol

dicampurkan dengan air. Campuran bahan tersebut dimasukan ke botol berisi kulit dan diaduk selama 45 menit. Setelah itu airnya dibuang dan kulit dicuci dengan air mengalir sampai bersih. Proses ini dianggap selesai bila kedua permukaan kulit tidak terasa berminyak lagi. Kulit ditimbang dan dihitung sebagai bobot bloten.

Penyamakan. Setiap perlakuan menggunakan bahan penyamak yang sama, yaitu

bahan penyamak nabati (mimosa dan ekstrak daun jambu biji) dengan konsentrasi yang berbeda. Kontrol menggunakan bahan penyamak 80% kromium dan 20% mimosa (P0). Taraf perlakuan menggunakan bahan mimosa dan ekstrak daun jambu biji dengan persentase 20:80 (P1), 40:60 (P2), 60:40 (P3). Setiap taraf perlakuan diberi tiga ulangan. Bahan penyamak dicampurkan dengan 100% air dan kulit di dalam botol, dengan pH 4.5 sampai 6, lalu diaduk selama empat jam terus menerus. Setelah itu dilakukan uji kerut kulit.

Penyamakan Ulang (Retanning). Sebanyak 6% mimosa dicampurkan dengan air,

lalu dimasukkan ke dalam botol berisi kulit dan diaduk selama 30 menit. Setelah itu 5% minyak ikan ditambahkan dan diaduk selama dua jam. Lalu didiamkan 18 jam.

Pengecatan Dasar. Sebanyak 1% cat dasar yang telah diencerkan 20 kali

dicampurkan dengan 150% air. Campuran dimasukkan ke botol berisi kulit dan di aduk selama dua jam, setelah itu ditambahkan 5% minyak ikan dan diaduk selama satu jam.

Pengeringan. Kulit dikeringkan dengan sinar matahari tidak langsung selama enam

jam.

Finishing. Kulit yang sudah kering dilemaskan dengan botol. Kulit digosok searah dengan arah jatuhnya sisik dengan dasar botol.

(20)

5

Gambar 1 Diagram alir proses penyamakan kulit kaki ayam dengan modifikasi pada tahap penyamakan.

Sumber : Purnomo (1991)

Pengujian Kekuatan Tarik (SNI 06-1795-1990)

Uji kuat tarik dilakukan dengan alat tensile strength tester. Sampel diletakan pada alat penguji dengan cara kedua ujung sampel dijepit pada alat penjepit. Jarak antar jepitan adalah lima cm. Setelah sampel sudah siap, alat dinyalakan dan dimatikan pada saat kulit terputus. Nilai kekuatan tarik dapat dihitung dengan persamaan seperti berikut:

Kekuatan Tarik =F maksimum t x w kg cm

−2

Keterangan:

F maksimum = nilai yang terbaca pada alat (kg)

t = lebar kulit (cm)

w = tebal kulit (cm)

Pengujian Kekuatan Sobek (SNI 06-1794-1990)

Uji kekuatan sobek dilakukan dengan alat yang sama dengan uji kekuatan tarik yaitu tensile strength tester. Nilai kekuatan sobek dapat dihitung dengan persamaan berikut:

(21)

6 Kekuatan Sobek = G t kg cm −1 Keterangan: G = beban tarikan (kg); 1 kg = 9.8066 N t = tebal kulit (cm)

Pengujian Kekuatan Regang / Kemuluran (SNI 06-1795-1990)

Kekuatan regang diperoleh melalui perhitungan antara selisih panjang cuplikan akhir dan panjang cuplikan awal dibagi dengan panjang cuplikan awal yang selanjutnya dinyatakan dalam persen.

Kekuatan Regang =Li − Lo

Lo 100%

Keterangan:

Li = panjang contoh kulit setelah kulit ditarik sampai putus

Lo = panjang contoh kulit mula-mula pada jarak antara dua penjepit

Uji Kadar Tanin Kulit Tersamak (AOAC 1999)

Kadar tanin pada kulit kaki ayam (P0, P1, P2, dan P3) diukur dengan spektrofotometer melalui tiga tahapan:

Pembuatan Kurva Standar. Sebanyak dua mL pereaksi Folin Denis dimasukkan

ke labu takar 100 mL yang telah diisi dengan 50 mL aquades, kemudian dimasukkan dua mL larutan standar asam tanat (0.1 mg asam tanat per satu mL). Sebanyak lima mL Na2CO3 jenuh ditambahkan ke campuran, dan ditepatkan sampai volume mencapai 100 mL dengan aquades. Larutan kemudian dikocok dan dibiarkan 40 menit, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 720 nm. Kurva standar dibuat dengan menggunakan larutan standar asam tanat 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, 5 mL, 6 mL, 7 mL, 8 mL, 9 mL, dan 10 mL.

Ekstraksi Sampel. Sampel kulit tersamak dipotong kecil-kecil, kemudian

dtimbang sebanyak dua g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Sebanyak lima mL metanol dituang ke tabung dan kulit dibiarkan terendam 18 jam, larutan dituang ke tabung reaksi dan dilakukan kembali perendaman dengan cara yang sama. Pada akhir perendaman larutan metanol dari perendaman keduanya dituang ke tabung reaksi dua. Kemudian larutan metanol ditabung reaksi dua disaring ke dalam tabung reaksi 10 mL. Tambahkan metanol sampai mencapai tera dan dibiarkan hingga mengendap. Selanjutnya larutan disentrifuse pada kecepatan 4 000 rpm selama 15 menit.

Analisis Sampel. Sebanyak satu mL filtrat jernih dimasukkan ke dalam labu takar

100 mL, kemudian ditambahkan dua mL pereaksi Folin Denis dan lima mL Na2CO3 jenuh lalu ditepatkan volumenya sampai 100 mL dengan aquades. Larutan dikocok dan dibiarkan selama 40 menit dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 720 nm.

(22)

7

Analisis Data

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan jenis bahan penyamak yang terdiri atas empat taraf perlakuan. Setiap taraf perlakuan menggunakan tiga ulangan sehingga terdapat 12 unit percobaan. Data yang diperoleh dianalisa dengan ANOVA dan peubah yang dipengaruhi perlakuan dianalis lanjut dengan uji lanjut Tukey.

Perlakuan:

P0 = Krom 80% dan mimosa 20% (kontrol)

P1 = Mimosa 20% dan ekstrak daun jambu biji 80% P2 = Mimosa 40% dan ekstrak daun jambu biji 60% P3 = Mimosa 60% dan ekstrak daun jambu biji 40%

Model matematika rancangan acak lengkap menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) adalah sebagai berikut:

Yij = µ + Pi + εij

Keterangan:

Yij : Nilai peubah (kekuatan tarik, kemuluran, dan kekuatan sobek) kulit kaki

ayam yang disamak pada taraf perlakuan ke-i (0, 1, 2 dan 3) dan ulangan ke-j (1, 2 dan 3).

µ : Rataan nilai peubah uji (kekuatan tarik, kekuatan sobek dan kemuluran) kulit kaki ayam

yang disamak.

Pi : Pengaruh taraf perlakuan ke-i (0, 1, 2 dan 3)

ℰij : Pengaruh galat taraf perlakuan penyamakan ke-i (0, 1, 2 dan 3) pada ulangan

ke-j (1, 2 dan 3).

Peubah

Peubah yang diamati adalah kekuatan tarik dengan satuan kg cm-2, kemuluran dengan persentase, dan kekuatan sobek dengan satuan kg cm-1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyamakan adalah proses konversi protein kulit mentah menjadi kulit samak yang stabil dengan prinsip memasukan bahan penyamak ke dalam jaringan kulit yang berupa jaringan kolagen sehingga terbentuk ikatan kimia antara keduanya. Peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu karakteristik fisik berupa kekuatan tarik, kemuluran, dan kekuatan sobek serta dilakukan pengujian kadar tanin yang terserap pada kulit tersamak. Kekuatan tarik merupakan besarnya gaya maksimal yang diperlukan untuk menarik kulit sampai putus dengan satuan kg cm-2. Kemuluran dinyatakan sebagai besarnya perpanjangan yang dihasilkan kulit saat ditarik hingga putus dibagi dengan panjang awal dan hasilnya dinyatakan dalam persentase. Kekuatan sobek merupakan besarnya gaya yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan kolagen dalam kulit hingga kulit tersobek dan dinyatakan dengan satuan kg cm-1. Data hasil pengujian kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan sobek kulit kaki ayam dapat dilihat pada Tabel 1.

(23)

8

Tabel 1 Rataan nilai kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan sobek kulit kaki ayam sesuai perlakuan

Peubah yang diamati

Perlakuan kombinasi bahan penyamak

P0 P1 P2 P3

Kekuatan tarik (kg

cm-2) 4.135 ± 0.69b 20.368 ± 9.77ab 26.830 ± 11.65ab 29.051 ± 9.67a

Kemuluran (%) 43.33 ± 11.54a 20.83 ± 1.44b 28.89 ± 10.71ab 31.94 ± 4.11ab

Kekuatan sobek (kg

cm-1) 4.075 ± 0.96b 13.493 ± 4.68ab 17.526 ± 4.83a 19.051 ± 6.31a

Keterangan: Angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Tukey).

Kekuatan Tarik

Berdasarkan hasil uji kekuatan tarik dihasilkan besar kekuatan tarik yang sangat beragam sebesar 4.135-29.051 kg cm-2. Hasil analisis ragam pada α = 0.05 menunjukan bahwa faktor jenis bahan penyamak dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap kekuatan tarik kulit samak kaki ayam.

Berdasarkan Tabel 1, kulit samak dengan bahan penyamak nabati (P1, P2, dan P3) memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan kulit samak dengan bahan penyamak kombinasi (P0). Kekuatan tarik yang rendah pada kulit samak P0 dapat disebabkan oleh tidak sempurnanya pembentukan ikatan kovalen akibat tidak adanya tahapan peningkatan daya fiksasi melalui penambahan Na2CO3sehingga tidak terjadi pergantian asam sulfat yang terikat dalam garam krom oleh OH -(hidroksi). Menurut Thorstensen (1985) terdapat tiga tahapan reaksi dalam penyamakan krom yaitu pelarutan garam krom ke dalam air, peningkatan daya fiksasi dengan Na2CO3 dan reaksi kation kromium dengan anion gugus karboksil dari asam amino protein dan membentuk ikatan silang.

Gambar 2 Struktur ikatan silang krom dengan kolagen Sumber : Thorstensen (1985)

(24)

9 Struktur kulit memiliki peran penting pada hasil penyamakan. Secara makroskopis kulit terbagi menjadi beberapa daerah ; Croupon, kepala dan leher, daerah kaki, dan ekor serta perut. Secara umum croupon adalah daerah yang paling banyak digunakan dalam penyamakan karena terdiri dari susunan serat padat yang mencapai 55% (Judoamidjojo 1974). Secara mikroskopis kulit dibagi menjadi tiga lapisan ; Epidermis, corium, dan subcutis. Lapisan corium adalah lapisan utama dalam proses penyamakan yang merupakan tenunan kolagen sebagai dasar susunan kulit samak dan dibangun oleh serat kolagen yang terdiri dari tenunan pengikat yang dibangun oleh elastin dan retikulin.

Kekuatan tarik terbaik didapatkan pada P3 sebesar 29.051 kg cm-2. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Alfindo (2009) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi bahan penyamak nabati yang ditambahkan, maka kekuatan tariknya akan semakin tinggi. Menurut Farid et al. (2015), tinggi rendahnya kekuatan tarik kulit dipengaruhi oleh tebal kulit dan kepadatan protein kolagen. Serat kolagen yang tinggi dalam kulit akan menghasilkan kekuatan tarik kulit samak yang tinggi juga (Mustakim et al. 2010).

Kemuluran

Hasil analisis ragam menunjukkan jenis bahan penyamak dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap kemuluran kulit. Uji lanjut Tukey menunjukan pada P0, P2, dan P3 tidak berbeda nyata dan berbeda nyata dengan P1.

Nilai kemuluran P1 lebih rendah dari P0. Rendahnya nilai kemuluran kulit dipengaruhi elastin. Elastin merupakan protein fibrous yang membentuk serat-serat yang elastis, karena mempunyai rantai asam amino yang membentuk sudut sehingga pada saat mendapat tegangan akan menjadi lurus dan kembali seperti semula apabila tegangan dilepaskan (Mann 1981). Bervariasinya persentase kemuluran disebabkan perbedaan tebal tipisnya kulit, jalinan serabut kolagen dan struktur serabut-serabut kulit.

Gambar 3 Histologi kulit Sumber : Sloane (2003)

(25)

10

Kemuluran juga dipengaruhi oleh perubahan bobot dari bobot segar kulit, bobot bloten, bobot wet blue, dan bobot leather. Bobot segar kulit diperoleh dari kulit yang baru dikuliti dari kaki ayam yang telah mengalami proses pencucian awal. Bobot segar kulit umumnya lebih tinggi karena kadar air kulit berusaha dikembalikan agar kulit reaktif terhadap bahan penyamak. Bobot bloten diperoleh dari kulit yang telah dibuang daging dan lemak. Secara umum bobot bloten lebih rendah dari bobot segar karena adanya bagian dari kulit seperti daging dan lemak yang dibuang untuk penyempurnaan proses penyamakan. Bobot wet blue diperoleh dari kulit yang telah disamak. Bobot leather diperoleh dari kulit yang telah sampai pada akhir proses penyamakan. Bobot leather akan lebih rendah nilainya dari bobot wet blue karena kadar air banyak berkurang akibat pengeringan. Bobot yang dihasilkan kulit berbeda-beda disebabkan karena adanya penipisan kulit dengan hilangnya beberapa komponen dari kulit itu sendiri. Berkurangnya bobot kulit berpengaruh terhadap nilai peubah yang diuji. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya salah satu tahapan yang tidak tepat akan sangat berpengaruh terhadap hasil nilai peubah berupa kekuatan tarik, kemuluran, dan kekuatan sobek kulit samak.

Mustakim et al. (2007) kelemasan tinggi disebabkan masuknya zat penyamak tanin ke dalam kolagen lebih sedikit sehingga struktur kulit samak yang dihasilkan kurang padat dan mengakibatkan kulit menjadi lebih lunak dan lemas karena adanya ruangan yang tidak terisi oleh tanin. Tanin yang masuk dan mengisi ruang antar serabut kolagen yang lebih banyak mengakibatkan struktur kulit samak lebih padat dan kulit menjadi lebih kaku.

Kekuatan Sobek

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis bahan penyamak berpengaruh nyata terhadap kekuatan sobek. Uji Tukey menunjukkan bahwa P2 dan P3 memiliki kekuatan sobek tertinggi.

Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan Wijaya (2014) yang menggunakan bahan penyamak kombinasi krom, mimosa dan ekstrak daun jambu biji. Perbedaan paling menonjol terletak pada P0 dengan hasil yang rendah. Hal ini dapat terjadi karena pembentukan ikatan kovalen tidak sempurna selama penyamakan dilakukan dengan tidak adanya tahapan reaksi peningkatan daya fiksasi oleh Na2CO3.

Hasil yang lebih baik ditunjukkan P2 dan P3 mengindikasikan bahwa 40% mimosa sudah cukup menghasilkan kekuatan sobek yang tinggi. Hal ini bisa terjadi karena reaksi selama penyamakan antara tanin dengan gugus amino kolagen. Tanin berikatan dengan protein kolagen dengan dua cara yaitu interaksi hidrogen (co-ordination) dan ikatan ionik (saline bonding). Ikatan hidrogen didasarkan pada pengikatan hidrogen struktur fenolik tanin pada group peptida protein kulit sedangkan ikatan ionik merupakan ikatan antara tanin dengan gugus amino protein kulit. Tanin merupakan senyawa fenolik dengan gugus benzena dan atom OH. Pada co-ordination terjadi interaksi antara atom O- pada fenolik dengan H pada kolagen atau atom H+ pada fenolik dengan atom N atau O pada kolagen. Interaksi hidrogen dapat terjadi jika molekul antara atom H dengan atom yang memiliki elektronegatifitas tinggi. Interaksi hidrogen yang terjadi tidak begitu mempengaruhi kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan sobek kulit karena hanya ikatan lemah yang terbentuk, menjadi kuat karena terjadi saline bonding atau ikatan ionik. Ikatan

(26)

11 ionik ini termasuk dalam ikatan kuat tetapi tidak sekuat ikatan krom. Adanya ikatan ionik mengakibatkan kulit lebih kuat dan memiliki nilai sobek yang tinggi.

Gambar 4 Coordination Sumber : Lehninger (1997)

Gambar 5 Saline bonding Sumber : Lehninger (1997)

Faktor lain seperti tebal tipis kulit samak juga mempengaruhi kekuatan sobek karena serat kolagen pada kulit yang tipis cenderung longgar sehingga mudah disobek (Farid et al. 2015). Menurut Mann (1981), serabut kolagen tersusun dalam berkas-berkas kolagen yang saling beranyaman. Sudut yang dibentuk oleh anyaman dan kepadatan berkas serabut kolagen menentukan tinggi rendahnya kekuatan sobek. Besar kecilnya kekuatan sobek sejalan dengan kadar penyamak yang terkandung dalam kulit samak dan penampilan fisik kulit mencerminkan kandungan zat penyamak di dalam kulit tersebut.

Standar nilai kekuatan sobek, kemuluran, dan kekuatan tarik kulit sangat bergantung pada tujuan akhir pemanfaatan produk. Bila dilihat dari tujuan akhir pemanfaatan produk dari kulit kaki ayam yakni sebagai aksesoris, maka nilai kekuatan sobek, kemuluran, dan kekuatan tarik kulit hasil penelitian ini telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 0253:2009) yaitu untuk kekuatan sobek minimum 15.2 kg, kemuluran maksimum 55%, dan kekuatan tarik minimum 1.6 kg.

(27)

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penyamakan nabati dengan mimosa dan ekstrak daun jambu biji pada konsentrasi 60:40 mampu menghasilkan karakteristik kulit kaki ayam terbaik dengan nilai kekuatan tarik, kemuluran, dan kekuatan sobek tertinggi.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan formulasi penyamakan yang berbeda untuk meningkatkan kelenturan atau kemuluran kulit kaki ayam samak.

DAFTAR PUSTAKA

Alfindo T. 2009. Penyamakan kulit ikan tuna (Thunnus sp.) menggunakan kulit kayu akasia (Acacia mangium Willd) terhadap mutu fisik kulit [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1999. Official Methods of The Association of Agriculture Chemist. Virginia (US): AOAC.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009. Kulit Bagian Atas Alas Kaki – Kulit Kambing (SNI 0253-2009). Jakarta (ID): BSN.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1990. Pengujian Kekuatan Sobek Lapisan Kulit (SNI 06-1794-1990). Jakarta (ID): BSN.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1990. Pengujian Kekuatan Tarik dan Kemuluran Kulit (SNI 06-1795-1990). Jakarta (ID): BSN.

[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2013. Populasi ayam ras pedaging menurut provinsi. [Internet]. [diunduh 2016 Apr 11]. Tersedia pada http://www.pertanian.go.id/pdfeisNAK2013/Pop_AyamRasPedaging_Pop_ 2013.pdf

Farid AJ, Riyadi PH, Amalia U. 2015. Karakteristik kulit samak ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan penambahan bating agent alami dari pankreas sapi. J Saintek Perikanan. 10(2): 80-83.

Fahidin. 1977. Pengolahan hasil ternak unit pengolahan kulit. Departemen Pertanian. Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian. Sekolah Pertanian Pembangunan (SNAKMA). Bogor (ID).

Halim A. 2014. Karakteristik kulit ceker ayam yang disamak dengan kombinasi krom dan mimosa serta ekstrak daun teh (Camelia sinensis) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Judoamidjojo M. 1974. Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Judoamidjojo M. 1981. Teknik Penyamakan Kulit untuk Pedesaan. Bandung (ID): Penerbit Angkasa.

(28)

13 Juliyarsi I, Novia D, Helson J. 2013. Kajian penambahan gambir sebagai bahan penyamak nabati terhadap mutu kimiawi kulit kambing. J Peternakan Indonesia. 15(1): 35-45.

Lehninger AL. 1997. Dasar-dasar Biokimia, Jilid I. Diterjemahkan oleh Thenawidjaya. Jakarta (ID): Erlangga.

Mann I. 1981. Teknik Penyamakan Kulit untuk Pedesaan. Judoamidjojo M, penerjemah; Soekarbowo P, editor. Bandung (ID): Penerbit Angkasa. Terjemahan dari: Rural Tanning Technology.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab, Jilid 1. Bogor (ID): IPB Pr.

Mustakim, Widati AS, Purnaningtyas L. 2007. Tingkat persentase tannin pada kulit kelinci samak berbulu terhadap kekuatan jahit, kekuatan sobek dan kelemasan. J Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. 2(1): 26-34.

Mustakim, Aris SW, Kurniawan AP. 2010. Perbedaan kualitas kulit kambing peranakan etawa (PE) dan peranakan boor (PB) yang disamak krom. J Ternak Tropika. 11(1): 38-50.

Purnomo E. 2001. Penyamakan Kulit Reptil. Yogyakarta (ID): Penertbit Kanisius. Purnomo E. 1991. Penyamakan Kulit Kaki Ayam. Yogyakarta (ID): Penerbit

Kanisius.

Rizali YJ. 2014. Karakteristik kulit kaki ayam yang disamak dengan krom dan mimosa serta ekstrak kulit buah salak (Sacca Edulis Reinw) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sloane E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. James V, penerjemah; Palupi W, editor. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Anatomy and Physiology: an Easy Learner.

Suparno O, Covington AD, Evans CS. 2008. Teknologi baru penyamakan kulit ramah lingkungan: penyamakan kombinasi menggunakan penyamak nabati, naftol dan oksazolidin. J Teknologi Industri Pertanian. 18(2): 79-84.

Thorstensen TC. 1985. Practical Leather Technology. Florida (US) : R.E. Krieger Publ.

Wijaya SM. 2014. Karakteristik kulit ceker ayam yang disamak dengan kombinasi krom dan mimosa serta ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(29)

14

LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis ragam kekuatan tarik kulit kaki ayam

SK Db JK KT F P

Perlakuan 3 1 141.08 380.36 4.68 0.036

Galat 8 650.69 81.34

Total 11 1 791.77

Lampiran 2 Analisis ragam kemuluran kulit kaki ayam

SK Db JK KT F P

Perlakuan 3 781.71 260.57 3.90 0.050

Galat 8 534.26 66.78

Total 11 1 315.97

Lampiran 3 Analisis ragam kekuatan sobek kaki ayam

SK Db JK KT F P

Perlakuan 3 407.55 135.85 6.30 0.017

Galat 8 172.41 21.55

(30)

15 Lampiran 4 Struktur makroskopis kulit (Fahidin 1997)

(31)

16

Lampiran 6 Kaki ayam, alat dan beberapa tahapan proses penyamakan dalam penelitian (a) Pengulitan kaki ayam, (b) Proses perendaman, (c) Alat pengaduk yang dimodifikasi, (d) Kulit kaki ayam tersamak, (e) Proses uji kadar tanin kulit tersamak

(a) Pengulitan kaki ayam

(32)

17

(c) Alat pengaduk yang dimodifikasi

(d) Kulit kaki ayam tersamak

(33)

18

Lampiran 7 Tabel SNI 0253-2009 kulit bagian atas alas kaki – kulit kambing

No Jenis uji Satuan Syarat mutu

1 Organoleptis

1. Warna - Rata

2. Kelepasan nerf - Tidak lepas

3. Elastisitas - Elastis

2 Fisis

1. Tebal mm Minimum 0.6

2. Kekuatan sobek N/cm Minimum 150

3. Penyamakan Masak

Penyusutan, % - Maksimum 10 4. Ketahanan gosok cat

tutup

a) kering - Tidak luntur, dengan grey scale nilai minimum 4/5

b) basah - Sedikit luntur, dengan grey

scale nilai minimum 4 5. Ketahanan retak - Nerf dan cat tidak retak, nilai

minimum 7

6. Kekuatan tarik N/mm2 Minimum 16

7. Kemuluran, % - Maksimum 55

3 Kimia

1. Kadar air, % - Maksimum 18

2. Kadar abu, % - Maksimum 2 di atas kadar Cr2O3

3. Kadar krom oksida (Cr2O3), % - 2.5-3.0 4. Kadar lemak / minyak, % - 4-8 5. pH - 3.5-7.0

(34)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Ciamis pada tanggal 18 Januari 1993. Penulis merupakan putra keempat dari empat bersaudara, Wawan Hendrawan, Sri Sugiarti, Pepi Herawati, dari pasangan Yoyo Mulyana dan Ehot Setiawati. Pendidikan sekolah dasar penulis selesai pada tahun 2006 di SDN 2 Buniseuri. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Ciamis pada tahun 2009. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 2 Ciamis pada tahun 2012. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan melalui jalur SNMPTN Undangan pada tahun 2012.

Selama menjalani pendidikan di perguruan tinggi, penulis aktif di dalam kegiatan organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB (BEM KM IPB) sebagai staff kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2013. BEM Fakultas Peternakan sebagai staff Departemen Komunikasi dan Informasi pada tahun 2013-2014. Ketua divisi Internal Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (HIMAPROTER) pada tahun 2014-2015. Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa yang berhasil didanai DIKTI pada tahun 2013 (PKM-M), 2014 (PKM-P, PKM-K), dan 2015 (PKM-K). Pernah lolos paper dalam program animal science undergraduate seminar 2015 di UPM, Malaysia. Pernah terlibat dalam gerakan sosial peternakan (SMART) pada tanggal 24 Januari- 3 Februari 2015 di Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Teknologi Hasil Ikutan Ternak pada tahun 2016.

Gambar

Gambar 1 Diagram alir proses penyamakan kulit kaki ayam dengan modifikasi pada  tahap penyamakan
Tabel 1  Rataan nilai kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan sobek kulit kaki  ayam sesuai perlakuan
Gambar 3 Histologi kulit  Sumber : Sloane (2003)
Gambar 4 Coordination  Sumber : Lehninger (1997)

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum campuran bahan dasar tersebut difortifikasi dengan mineral besi dan seng (empat kombinasi mineral seperti terlihat pada Tabel 1), maka dilakukan uji

Penggunaan matlab dalam pengajaran adalah untuk memeriksa hasil yang didapat pada penyelesaian teori meliputi penulisan matrik, operasi matrik, invers matrik dan

Penelitian yang dilakukan oleh Kosko & Wilkins (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi matematis tertulis dan lisan pada siswa. Oleh

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan uji beberapa konsentrasi ekstrak tepung daun bintaro (Cerbera manghas L.) terhadap hama penggerek tongkol

Dari data awal penelitian tersebut, maka untuk mengatasi masalah yang timbul penulis merancang sebuah perencanaan pembelajaran yang akan dijadikan acuan untuk

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa (1) ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif peserta didik

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang memiliki peran yang baik dalam proses formulasi