• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMESTA WARNA. Abstrak. Abstract. : Drs. Rizki Akhmad Zaelani Harry. Kata Kunci : seni lukis, warna, sains, imajinasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEMESTA WARNA. Abstrak. Abstract. : Drs. Rizki Akhmad Zaelani Harry. Kata Kunci : seni lukis, warna, sains, imajinasi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SEMESTA WARNA

Nama Mahasiswa : Condro Priyoaji

Nama Pembimbing : Drs. Rizki Akhmad Zaelani Harry

Program Studi Sarjana Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email: condropriyoaji@yahoo.co.id

Kata Kunci : seni lukis, warna, sains, imajinasi

Abstrak

Semesta Warna merupakan karya yang berkaitan dengan pemahaman tentang realitas menyangkut warna yang berasal dari imajinasi penulis. Karya ini dikerjakan dengan menggunakan medium cat akrilik di atas panel yang berukuran besar dengan visual abstrak yang diharapkan menghadirkan ruang imajinatif yang berdampak pada apresiator sebagai pengalaman visual yang baru. Karya ini memadukan dua aspek dalam kehidupan, yaitu seni dan sains, agar dapat merealisasikan imajinasi penulis menjadi artefak seni rupa yang dapat diapresiasi dari sisi rasa dan logika. Pada akhirnya bentuk artefak karya adalah sebuah lukisan instalatif berupa ruang kongkrit yang mengekstensikan pengalaman fisikal tentang lukisan, yang kemudian berdampak pada apresiator berupa pengalaman secara mental, yaitu pengalaman ekstrim akan sebuah ruang ilusi pada sebuah lukisan.

Abstract

Semesta Warna is an artwork that linked with the understanding about reality of colour which come from the author’s imagination. This artwork was made by using acrylic as the medium on big sized wooden panel with the abstract visual as the author wanted to bring out the room and space of imagination that could emerge the new visual experience to the audience. This artwork combined two aspects of life, which are Art and Science, thus it would make the author’s imagination become the visual art artifact that could be appreciated by reason and feeling of audience. In the end, this form of artifact become the painting with the installation sense with the configuration of concrit space by extending the physical experience of the painting and also to give the audience a new psychological experience, which is the accute experience from the illusion of space from a painting.

(2)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 2

1. Pendahuluan

Perjalanan penulis dalam mempelajari seni rupa, secara khusus seni lukis selama tiga tahun di jurusan seni rupa Institut Teknologi Bandung, menghasilkan pengalaman tersendiri untuk penulis dalam memahami seni dan pengalaman hidup. Di studio seni lukis penulis banyak belajar dalam melihat dunia dari sudut pandang yang tidak biasa. Proses melukis pada awalnya penulis lakukan dengan visual realistik hingga akhirnya pada tugas akhir, penulis memilih untuk melukis lukisan dalam bentuk abstrak. Pergantian secara visual, medium dan aliran melukis memberikan perasaan dan pengalaman tertentu.

Lukisan yang realistik merupakan hasil visual yang dimana pada awalnya penulis merasa tertarik karena sekilas dianggap lebih indah, mudah dimengerti dan proses secara teknis yang membuat penulis tertantang. Pemilihan tentang jenis visual realistik ini tidak dapat lepas dari sedikit pengetahuan penulis akan sejarah seni lukis dimana terdapat berbagai macam aliran dan penulis merasa tertantang untuk melukiskan visual yang realistik setelah melihat lukisan seniman renesans seperti Leonardo da Vinci dan seniman baroque seperti Caravaggio dan Rembrant.

Pada tahap selanjutnya penulis ingin untuk lebih dari sekedar peniruan akan sebuah referensi fotografis. Penulis ingin lepas dari proses melukis yang dianggap penulis sebagai proses yang tidak jauh berbeda seperti mesin. Ada yang lebih menjadikan sebuah karya lukis sebagai karya seni yang mengangkat nilai pelukis itu sendiri sebagai manusia. Penulis memutuskan untuk mempelajari seni yang mengangkat nilai ekspresi dalam karyanya. Lucian Freud menjadi seniman referensi untuk mempelajari seni lukis yang lebih ekspresif. Namun ketertarikan penulis tidak berhenti pada karya ekspresif, terdapat rasa ingin lebih tahu tentang karya lukis. Abstrak menjadi pilihan penulis setelah sebelumnya merasakan proses melukis dan melihat realitas secara realistik dan ekspresif. Ada rasa ingin tahu yang lebih kepada karya lukis bervisual abstrak. Penulis beranggapan akan hadirnya sebuah sensasi yang lebih pada lukisan bervisual abstrak. Setelah studi seni lukis pada semester-semester sebelumnya, dengan menggunakan medium yang bukan hanya cat minyak di kanvas saja, penulis merasakan sesuatu pada salah satu unsur pokok dalam lukisan, unsur tersebut adalah warna. Penulis menyadari akan hubungan penulis dengan warna itu sendiri saat proses melukis pada kekaryaan sebelumnya. Setiap medium memiliki sifat dan perlakuannya masing-masing.

(3)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 3

Kesadaran akan medium dan berlanjut kepada warna itulah yang menjadi inspirasi penulis untuk mengangkat sebuah visual dalam karya tugas akhir ini.

Warna sebagai unsur yang selalu ada dalam setiap pembahasan seni rupa, menjadi sebuah hal yang menarik bagi penulis untuk diangkat dalam karya tugas akhir ini. Proses melukis penulis selama di perkuliahan melahirkan sebuah realitas warna tersendiri bagi penulis. Hal ini berdampak pada pandangan penulis akan penglihatan yang terbentuk dari proses pemantulan cahaya menuju optik penulis. Imajinasi yang terlahir dari sebuah pandangan akan penglihatan optis yang membaur dengan proses penciptaan karya lukis menjadi hal yang baru bagi penulis. Pada akhirnya penulis menciptakan realitas tersendiri akan sebuah dunia warna yang terinspirasi dapa fenomena yang terjadi di dunia ini.

2. Proses Studi Kreatif

Semesta Warna merupakan sebuah karya yang mengangkat tema besar berupa hubungan dua aspek dalam kehidupan yang sebenarnya merupakan dua aspek yang sangat berbeda; Art dan Science. Seni dan sains kedua hal tersebut tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia, keduanya memiliki peran yang penting dalam mengiringi perkembangan peradaban manusia. Namun, jika dikaji secara lebih mendalam, keduanya memiliki sifat yang sungguh berbeda. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia harus menggunakan pola berpikir yang berbeda untuk lebih memahami seni jika dibandingkan jika manusia ingin lebih ingin tahu mengenai sains. Dalam memahami sains dan memecahkan segala permasalahan di dalamnya, manusia dituntut untuk lebih menggunakan otak kiri, dengan kata lain manusia harus lebih menggunakan aspek rasio dalam pemikirannya. Seni, meskipun seluruh dunia sepakat bahwa seni mampu untuk dipelajari yang ditunjukkan dengan berdirinya akademi seni hampir di setiap negara, namun kita tahu bahwa seni, jika dibandingkan dengan sains, dalam dunia akademisi, memiliki metode yang berbeda dalam pembelajaran.

Berangkat dari ide tentang warna sebagai penyusun sebuah imaji yang kemudian lebih dalam lagi warna sebagai penyusun ruang, waktu, memori dan emosi, penulis secara tidak sengaja menemukan bentuk yang sekilas terlihat memiliki kesamaan dengan penggambaran sebuah jaringan dalam tubuh dan juga terdapat kesamaan dengan penggambaran sistem senyawa dalam dunia kimia. Jaringan dan senyawa yang banyak dipelajari di ranah sains memang telah ditemukan oleh ilmuwan sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Dan memang terbukti bahwa

(4)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 4

atom merupakan sebuah unsur terkecil yang meskipun di dalam atom itu sendiri juga masih terdiri dari proton, elektron dan neutron.

Jika dilihat pada bab pendahuluan, sebenarnya tidak ada intensi yang secara sengaja mengangkat tema besar berupa seni dan sains, namun setelah dikaji secara visual ternyata cukup kuat alasan untuk karya ini mengangkat tema tersebut. Fenomena awal yang disadari adalah ketika warna mampu mengkonstruksi sebuah realitas baru ketika sekumpulan warna disatukan oleh optik sehingga seolah-olah kumpulan warna tersebut menyatu menjadi sebuah realitas lain. Beberapa aspek yang memperkuat bahwa karya ini dapat dikaitkan dengan teori-teori yang terdapat di sains; yang pertama adalah kesadaran akan fenomena sains yang memang sudah diakui bahwa secara optis, mata mampu memadukan warna yang bersandingan sehingga timbul warna baru yang merupakan sebuah kombinasi dari beberapa warna yang berdekatan. Alasan kedua merupakan bentuk yang telah digagas oleh penulis, bentuk-bentuk yang timbul sangat memperhatikan asas-asas rasionalitas yang seakan-akan membuat imajinasi penulis dapat dipikirkan secara logis oleh apresiator

Tujuan akhir penulis adalah menimbulkan sensasi pada apresiator akan sebuah ruang imajinasi yang apresiator secara sadar bahwa karya ini hanya sebuah instalasi lukisan, namun secara bawah sadar apresiator merasakan bahwa dunia tersebut benar adanya. Pandangan penulis menunjukkan seakan-akan sebuah pandangan yang tercipta dari fenomena optis menjadi sebuah imajinasi yang terbangun dari sebuah bidang datar yang kemudian terbangun ilusi yang disebabkan oleh adanya warna yang masuk ke dalam optik.

3. Hasil Studi dan Pembahasan

Penulis menggunakan cat tembok bermerk JOTUN, yang jika dibandingkan dengan cat tembok lain lebih banyak mengandung unsur cat akrilik daripada unsur kapurnya. Warna yang dihasilkan juga menjadi lebih muncul dibandingkan dengan cat tembok yang mengandung banyak kapur. Bidang lukis menggunakan panel yang terbuat dari multiplek yang telah diperlakukan sedemikian rupa hingga nampak lebih ideal untuk melukis.

Dalam prosesnya, penulis melewati beberapa tahap. Dari eksplorasi hingga mencapai visual akhir yang penulis inginkan. Proses eksplorasi yang telah dilewati merupakan proses pencarian visual untuk membahasakan gagasan penulis dalam bentuk visual.

(5)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 5

Semesta Warna merupakan karya lukis yang bersifat instalatif sehingga kehadiran diri apresiator menjadi salah satu faktor yang penting, sebab posisi apresiator menentukan visual yang akan didapat dari karya. Maka dari itu penulis menjabarkan beberapa perspektif dari karya yang menurut penulis dapat mewakili bagian dari karya secara garis besar;

Gambar 4.8 Visual pada bagian kiri panel besar karya (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

(6)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 6 Gambar 4.10 Visual pada bagian depan panel kecil (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Penulis mencoba untuk membuat ruang imajinatif dari karya menjadi lebih terasa dengan mengolah hubungan antara panel besar dan panel kecil. Penciptaan ilusi optis yang dilakukan dengan menghubungkan beberapa partikel yang terdapat pada panel besar dengan cara memunculkan sambungan visual dari partikel yang terdapat di panel besar pada panel kecil.

(7)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 7 Gambar 4.12 Visual pada panel kecil bagian belakang (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pengaturan penempatan panel diatur sedemikian rupa dengan pertimbangan akan perasaan yang ingin dimunculkan dari karya, begitu pula dengan visual yang digambarkan, dipengaruhi oleh sifat ruang yang telah muncul dari pengaturan penempatan posisi panel.

Gambar 4.13 Keadaan pada ruang diangtara panel besar dan panel kecil (Sumber: Dokumentasi Pribadi) Variabel-variabel yang dibangun oleh penulis pada artefak karya seni membuat sebuah sensasi dan pengalaman tertentu bagi apresiator. Faktor ukuran, sudut kemiringan, hubungan antar panel besar dan panel kecil, dan visual karya saling mendukung untuk membuat sebuah perasaan dimana terbangunnya sebuah ruang imajinatif. Terdapat ruang kongkrit dari karya penulis yang terjadi dari beberapa variabel seperti ukuran karya, cara memposisikan panel, dan pertimbangan jumlah panel. Ruang kongkrit tersebut menuntut apresiator untuk mengapresiasi dengan cara yang berbeda jika dibandingkan dengan cara mengapresiasi lukisan dengan ukuran kanvas konvensional. Fisik menjadi aspek yang dituntut untuk ikut

(8)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 8

dalam mengapresiasi karya. Perbandingan besar karya dan fisik apresiator menjadi salah satu penyebab mengapa fisik menjadi harus ikut dalam mengapresiasi. Kehadiran fisik apresiator menjadi penting dalam kasus ini.

Pengalaman selanjutnya yang dialami adalah pengalaman mental dari ruang ilusi ekstrim yang timbul dari tahap sebelumnya yaitu pengalaman fisik sebagai aspek penting dalam mengapresiasi karya. Selain dari ukuran karya yang besar dan susunan karya yang bersifat instalatif, visual karya yang bersifat ilusi perspektif ke dalam menjadi pemicu akan pengalaman mental pada apresiator akan perasaan terserap yang muncul dari ruang ilusi pada karya penulis.

4. Penutup/ Kesimpulan

Karya ini merupakan visualisasi dari imajinasi penulis akan sebuah fenomena warna yang terdapat di dunia ini dengan visual yang penulis rancang sendiri sehingga membentuk sebuah ruang imajinatif pada sebuah karya lukis yang bersifat instalatif.

Setelah karya ini sepenuhnya selesai maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besar terdapat dua pengalaman yang timbul. Pengalaman yang pertama adalah mengenai ruang kongkrit yang terbangun dari karya. Ruang kongkrit tersebut dapat dikatakan mampu mengekstensikan pengalaman yang biasanya timbul saat mengapresiasi lukisan, pada umumnya proses apresiasi karya melibatkan aspek mental apresiator saja. Namun, dalam karya ini fisik apresiator dituntut juga dalam merasakan pengalaman yang timbul dari karya. Pengalaman yang kedua sebenarnya merupakan perpanjangan dari pengalaman yang pertama, dimana setelah fisik apresiator dituntut untuk merasakan pengalaman secara fiskal, selanjutnya pengalaman tersebut melibatkan mental apresiator. Pengalaman mental yang dapat digambarkan sebenarnya merupakan pengalaman ilusif yang terjadi karena perbandingan ukuran karya dengan apresiator, yang kedua adalah visual yang dilukiskan. Kedua aspek tersebut mendukung akan sebuah pengalaman imajinatif yang terdiri dari partikel warna-warna yang terdapat di dalam ruang yang tidak terbatas.

Lukis merupakan medium yang paling tepat untuk menggambarkan imajinasi penulis karena seni lukis mempunyai variabel yang tidak kurang dan tidak berlebihan dalam mengartefakkan imajinasi. Dalam kasus karya penulis, penulis masih mengintensikan akan sebuah pergerakan

(9)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 9

dari visual yang dilukiskan dan penulis juga mengintensikan akan sebuah perspektif ruang tidak terbatas pada bidang datar karya. Disitulah perasaan penulis dituntut untuk mampu membangun sebuah imajinasi dimana visual yang sbenarnya diam menjadi bergerak dan karya yang sebenarnya datar dua dimensi menjadi sebuah ruang tidak terbatas.

Ucapan Terima Kasih

Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh yth.:

Koordinator Tugas Akhir: Nurdian Ichsan, M. Sn NIP: 197106191999031003 Pembimbing : Drs. Rizki Akhmad Zaelani Harry

NIP : 196512271993021001

Daftar Pustaka

Buku

Mel Gooding, Abstract Art, Tate Publishing, London, 2000 Moszynska, Anna. 1993. Abstract Art

Sutter, Jean. The Neo Impressionists. Greenwich, CT: New York Graphic Society, 1970 Tedjoworo. 2001. Imaji dan Imajinasi: Suatu Telaah Filsafat Postmodern.

Tosini, Aurora Scotti, "Divisionism", Grove Art Online, Oxford Art Online. Internet

https://en.wikipedia.org/wiki/Chemical_compound, 15 September 2016 https://en.wikipedia.org/wiki/Divisionism, 15 September 2016

https://en.wikipedia.org/wiki/Georges_Seurat, 15 September 2016 http://whitecube.com/artists/franz_ackermann/ 15 September 2016

Gambar

Gambar 4.9 Visual pada bagian kanan panel besar karya (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4.11 Persambungan antara panel kecil dan panel besar di belakangnya (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4.13 Keadaan pada ruang diangtara panel besar dan panel kecil (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Referensi

Dokumen terkait