• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYA

KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER

Penerapan gaya kepemimpinan leader networker yang terjadi di PT Singa Langit Jaya Kota Bogor diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti karakteristik leader networker, karakteristik networker, dan situasi di lingkungan organisasi. Faktor-faktor tersebut dikaji berkaitan dengan penerapan gaya kepemimpinan leader networker dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di berbagai bidang kegiatan.

6.1 Karakteristik Leader Networker

CH adalah laki-laki berumur 36 tahun yang saat ini berposisi Bintang Delapan dan menjadi leader networker PT Singa Langit Jaya Kota Bogor. Latar belakang CH berasal dari keluarga yang sederhana. Kedua orang tuanya selalu mengajarkan kerja keras dan hidup mandiri. Berkat kerja kerasnya itulah CH bisa menyelesaikan sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi. Beliau merupakan alumni Institut Pertanian Bogor angkatan 29 Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Setelah lulus kuliah beliau sempat tujuh tahun bekerja sebagai karyawan perusahaan asuransi terbesar Indonesia di Kota Bogor. Posisi terakhir beliau di perusahaaan tersebut adalah Branch Manager. Sampai akhirnya tahun 2005 beliau berkenalan dengan HP (36 tahun) yang mengajak beliau untuk bergabung dengan MLM PT Singa Langit Jaya. Sebelumnya CH sempat bersikap negatif terhadap MLM, namun setelah mendengarkan dan bertemu langsung dengan pemasar terkaya Asia Pasifik LT (36 tahun) akhirnya CH bergabung. Pada awalnya CH menjalankan bisnis MLM Tianshi secara paruh waktu di sela-sela

(2)

waktu istirahat kerja dan setelah pulang kerja. Saat posisi CH mencapai Bintang Lima, CH memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan dan fokus membangun bisnis Tianshi. Melalui perjuangan dan semangat pantang menyerah akhirnya saat ini CH telah mencapai posisi Bintang Delapan dengan jaringan mencapai 15 ribu orang lebih, dengan penghasilan pasif puluhan juta per bulan. Tidak hanya itu, CH juga memiliki kebebasan waktu yang tidak CH dapatkan sewaktu bekerja. CH merupakan panutan bagi jaringan-jaringannya. CH juga telah berhasil membantu dua orang jaringannya mencapai posisi Bintang Delapan. Saat ini CH sedang mengejar reward mobil mewah yang ditargetkan dicapai pada tahun 2011 mendatang.

Karakteristik leader networker merupakan salah satu dari ketiga faktor yang penting untuk dibahas berkaitan untuk memahami cara-cara pengambilan keputusan yang dilakukan oleh leader networker yang bersangkutan. Karakteristik leader networker yang dibahas meliputi latar belakang pendidikan yang dimiliki leader networker, kepribadian leader networker, pengalaman serta nilai-nilai yang dianut leader networker dalam mengambil keputusan.

Latar belakang pendidikan leader networker merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi leader networker dalam pengambilan keputusan. Pada paparan di atas telah dijelaskan bahwa leader networker memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu seorang sarjana. Tingkat pendidikan tersebut tampak sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan yang dilakukan leader networker. Hal tersebut, diungkapkan leader networker CH (36 tahun).

“Dalam hal pengambilan keputusan pada berbagai kegiatan di bisnis MLM Tianshi faktor pendidikan saya yang sampai sarjana sangat berpengaruh dan bermanfaat untuk pengembangan bisnis saya. Selama saya kuliah saya juga mengikuti organisasi kemahasiswaan. Pengalaman, kepememimpinan

(3)

dan kerja sama selama di organisasi kemahasiswaan juga sangat membantu saya saat ini.”

Selain tingkat pendidikan leader networker, faktor kepribadian juga merupakan salah satu aspek karakteristik leader networker yang dapat mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan. Dari hasil wawancara dengan jaringan-jaringan aktif leader networker, diketahui bahwa leader networker memiliki kepribadiaan yang cenderung phegmatis dan perhatian terhadap jaringannya. Seperti contoh, dengan penerapan gaya kepemimpinan konsultatif yang dominan dalam pengambilan keputusan leader networker, dapat menghasilkan berbagai keputusan yang berguna berkaitan dengan kegiatan yang terjadi di organisasi MLM Tianshi. Hal tersebut dinyatakan oleh salah seorang jaringan AN (21 tahun).

“Menurut pendapat saya, Pak CH memiliki kepribadian yang phegmatis. Beliau juga sangat perhatian terhadap jaringan saya, beliau selalu siap apabila diminta bantuannya untuk membantu presentasi dan follow up di grup saya.”

Faktor pengalaman juga merupakan salah satu karakteristik leader networker yang dapat mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan. Pengalaman yang didapat seseorang merupakan guru yang terbaik dalam kehidupan. Semakin kaya seseorang dengan pengalaman maka semakin dewasa dan bijaksanalah seseorang dalam menjalani kehidupan ini. Seperti halnya leader networker CH (36 tahun) telah kaya akan pengalaman terutama di dunia MLM.

“Sebelum di MLM Tianshi, saya pernah tiga kali join dan aktif mengembangkan MLM lain yang berbeda. Dari ketiga MLM tersebut saya jalankan dalam rentang waktu selama 4 tahun lebih, namun hasil yang didapat menurut saya tidak sesuai dengan kerja keras yang saya lakukan. Makanya saya sempat negatif dan anti-MLM ketika Pak HP (36 tahun) menawarkan Tianshi. Namun, setelah mengikuti pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh sekolah bisnis Tianshi, Unicore, kemudian saya diajak ke Bandung untuk melihat bukti langsung orang yang telah berhasil dan

(4)

berubah hidupnya dari menjalankan bisnis Tianshi barulah saya menjadi yakin dan percaya. Sejak saat ini saya mulai aktif dan serius menjalankan bisnis Tianshi. Pengalaman saya selama empat tahun lebih di MLM sebelumnya banyak memberi saya manfaat dan pelajaran, saya tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang pernah saya buat sebelumnya. Saya teachable mengikuti upline saya. Hasilnya seperti yang bisa dilihat, saat ini saya punya passive income puluhan juta rupiah per bulan, mobil dan rumah pribadi serta kebebasan waktu.”

Nilai-nilai yang dianut leader networker menjadikan leader networker memiliki acuan atau pedoman dalam memimpin jaringannya. Berkaitan dengan hal tersebut, leader networker CH (36 tahun) mengungkapkan.

“Dalam kepemimpinan di jaringan saya, saya selalu menekankan kepada semua jaringan saya agar mereka ‘bekerja mengikuti Peta Aset Unicore’. Peta Aset Unicore adalah tujuh langkah sederhana yang dirumuskan oleh leader-leader yang telah berhasil meraih reward Tianshi. Tujuh langkah sederhana tersebut terdiri dari impian, daftar nama, buat janji, presentasi, tindak lanjut, pemakai produk, dan alat bantu. Dari ketujuh langkah tersebut, langkah pertama yaitu impian adalah yang paling menentukan seseorang untuk sukses. Sisanya adalah hal teknis, bisa dipejari dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh sekolah bisnis Unicore. Selain itu, nilai-nilai seperti kerja sama antar upline-downline, semangat kerja keras dan pantang menyerah juga sangat penting dan saya tekankan untuk semua jaringan saya.”

6.2 Karakteristik Networker

Penerapan gaya kepemimpinan leader networker selain dipengaruhi oleh karakteristik leader networker dapat pula dipengaruhi oleh karakteristik networker yang dipimpinnya. Networker memiliki beraneka karakteristik seperti tingkat pendidikan, usia, status perkawinan, dan pengalaman.

Pada MLM Tianshi Kota Bogor di bawah grup leader networker CH (36 tahun) dari jaringan yang aktif sejumlah 20 orang, 50 persen merupakan lulusan perguruan tinggi dan 50 persen lagi merupakan lulusan SMA/SMK sederajat. Adanya perbedaan dalam hal tingkat pendidikan dapat mempengaruhi

(5)

kemampuan networker dalam melaksanakan pekerjaannya. Berkaitan dengan hal tersebut, leader networker CH (36 tahun) menyatakan.

”Dalam jaringan saya, tingkat pendidikan setiap jaringan mempengaruhi kinerja mereka. Mereka yang memiliki tingkat pendidikan S1 biasanya lebih berhasil dan perkembangan jaringannya lebih cepat dibandingkan mereka yang tingkat pendidikannya SMA. Dalam memberikan pengarahan dan konsultasi kepada jaringan saya tersebut tentu saya membedakan perlakuan di antara keduanya. Jaringan saya yang sarjana biasanya saya menjelaskan tidak sedetail yang SMA. Saya lebih cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang delegatif dan partisipatif terhadap jaringan saya yang pendidikannya sarjana sementara terhadap jaringan saya yang pendidikannya SMA saya cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang konsultatif.”

Selain tingkat pendidikan, usia juga mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan leader networker. Dari hasil wawancara dan kuesioner didapatkan bahwa sebanyak 65 persen networker berusia 15-25 tahun, 30 persen berusia 25-40 tahun, dan lima persen yang berusia >41 tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden dan leader networker menunjukkan bahwa networker yang berusia muda (15-25 tahun) biasanya lebih mudah diberikan masukan dan pengarahan dibandingkan dengan usia lebih tua. Selain itu, di usia tersebut juga rata-rata networker memiliki kinerja yang tinggi. Hal tersebut diungkapkan oleh leader networker CH (36 tahun).

”Menurut saya, networker yang usia muda, biasanya mahasiswa, memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan yang lain. Selain itu, mereka juga gampang diajarin dan mengerti sistem. Ibarat kendaraan yang berjalan di jalan tol, saya tinggal mengarahkan arah mereka supaya sampai di tempat tujuan dengan selamat. Saya biasa menerapkan gaya kepemimpinan direktif dan delegatif terhadap jaringan saya yang berusia lebih muda, sementara untuk yang berusia lebih tua saya menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif dan partisipatif.”

Status perkawinan juga mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan leader networker. Dari hasil wawancara diketahui bahwa networker yang belum

(6)

menikah cenderung lebih gampang diarahkan dan mengikuti sistem dibandingkan dengan networker yang telah menikah. Hal ini karena networker yang telah menikah memiliki tanggungan keluarga dan beban mental yang lebih berat dibandingkan dengan networker yang belum menikah. Sehubungan dengan hal tersebut, leader networker CH (36 tahun) mengatakan.

”Menurut saya, networker yang belum menikah lebih gampang diarahkan dan mengikuti sistem dibandingkan networker yang telah menikah. Saya gampang mengarahkan mereka karena mereka belum memiliki beban hidup dan tanggungan keluarga sehingga lebih aktif bekerja. Saya cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang direktif dan delegatif terhadap jaringan yang belum menikah dan terhadap jaringan yang telah menikah saya cenderung menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif dan partisipatif.”

Pengalaman yang dimiliki networker juga mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan leader networker. Networker yang memiliki pengalaman mengikuti MLM lain sebelum Tianshi cenderung lebih gampang untuk diarahkan dan lebih cepat mengikuti sistem. Hal ini dikarenakan networker tersebut sedikit banyak mempunyai pengetahuan atau wawasan dunia MLM dari MLM yang sebelumnya diikutinya. Sehubungan dengan hal tersebut, leader networker CH (36 tahun) mengatakan.

“Networker yang pernah join di MLM lain biasanya pada awalnya memang sulit untuk diyakinkan dan diajak bergabung Tianshi. Tapi setelah mereka berhasil diyakinkan, mereka cenderung bergerak lebih cepat pengembangan bisnisnya karena punya pengalaman di MLM yang lain tersebut. Ditambah lagi kita punya sekolah bisnis Unicore yang sudah teruji dapat melahirkan orang-orang sukses asalkan mereka mengikuti sistem dengan benar. Oleh karena mempunyai pengalaman sebelumnya, terhadap networker yang pernah join di MLM sebelumnya saya cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang direktif dan delegatif.”

(7)

Situasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan dalam pengambilan keputusan. Situasi tersebut meliputi situasi atau keadaan lingkungan kerja support system Tianshi yaitu Unicore, situasi masalah yang mempengaruhi leader networker dalam pengambilan keputusan, serta bidang kegiatan networker. Ketiga aspek tersebut berpengaruh sebagai faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan leader networker.

Situasi atau keadaan lingkungan kerja Unicore mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan yang diterapkan leader networker. Pada suatu situasi kerja tertentu, leader networker menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif. Pada situasi yang lain, leader networker menerapkan gaya kepemimpinan direktif, partisipatif, atau direktif. Hal tersebut dinyatakan oleh CH (36 tahun).

“Situasi pada saat pertemuan yang diadakan support system Tianshi yaitu Unicore mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan saya. Misalnya saja pada saat pertemuan OPP biasa, dimana pesertanya dari prospek umum yang jumlahnya sekitar puluhan, tentu berbeda dengan pertemuan Vision Seminar yang pesertanya mencapai ratusan sampai ribuan. Pada saat Vision Seminar saya lebih menerapkan gaya kepemimpinan delegatif dimana saya memberikan kepercayaan setiap leader masing-masing grup untuk follow up dan closing prospeknya.”

Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang networker GF (28 tahun).

“Suasana pertemuan Unicore yang penuh semangat dari para pesertanya menular kepada peserta yang lain sehingga mereka ikut semangat juga. Dengan suasana tersebut prospek jadi lebih yakin dan percaya sehingga upline cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang delegatif.”

Selain suasana lingkungan pertemuan Unicore, situasi masalah pun dapat menjadi faktor yang mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan leader networker. Umumnya, ketika situasi mengharuskan leader networker mengambil keputusan yang cepat karena keadaan mendesak, misalnya pernah terjadi ketika pembicara OPP berhalangan hadir karena sakit tapi baru memberitahukan

(8)

kabarnya pada saat menjelang pertemuan akan dimulai, maka leader networker menerapkan gaya kepemimpinan direktif dengan menunjuk salah seorang networker untuk menggantikan menjadi pembicara. Leader networker tidak bermusyarah atau berdiskusi terlebih dahulu dengan jaringannya yang lain karena waktu yang singkat dan mendesak tersebut.

Bidang kegiatan networker juga mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan leader networker. Leader networker menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda pada setiap bidang kegiatan, seperti yang diungkapkan oleh leader networker CH (36 tahun).

“Saya menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda tergantung pada bidang kegiatan tertentu. Misalnya dalam hal penentuan jadwal, saya cenderung menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif, sementara dalam bidang kegiatan pemakai produk saya cenderung menerapkan gaya kepemimpinan delegatif.”

6.4 Ikhtisar

Penerapan gaya kepemimpinan leader networker Tianshi dipengaruhi oleh faktor-faktor karakteristik leader networker, karakteristik networker, dan situasi di lingkungan organisasi. Pertama, karakteristik leader networker dalam hal ini meliputi latar belakang pendidikan yang dimiliki leader networker, kepribadian leader networker, pengalaman serta nilai-nilai yang dianut leader networker dalam mengambil keputusan. Kedua, karakteristik networker yang meliputi tingkat pendidikan, usia, status perkawinan, dan pengalaman. Ketiga, situasi yang meliputi situasi atau keadaan lingkungan kerja support system Tianshi yaitu Unicore, situasi masalah yang mempengaruhi leader networker dalam pengambilan keputusan, serta bidang kegiatan networker.

Referensi

Dokumen terkait

Sanggahan disampaikan kepada Panitia Pengadaan Barang / Jasa Dilingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pelalawan Tahun Anggaran 2013, dengan Alamat Jalan Pamong Praja Kawasan

HASIL OBSERVASI LANJUT USIA DI PTSW (PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA) SENJARAWI BANDUNG HASIL OBSERVASI LANJUT USIA DI.. PTSW (PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA)

Tercapainya pengelolaan dan pemeliharaan sarana rumah sakit dengan baik, bermutu, profesional dan memuaskan sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku

Amari also applied the natural gradient update rule for the optimization in the information geometry by using J (θ) = ℓ( x ; θ) as the online objective function, which is equivalent

Berdasarkan uraian di atas, mengingat akan urgensi pengaturan atau regulasi pemerintahan daerah di Indonesai dalam bingkai negara kesatuan dan pembentukan daerah

• Faktor-faktor yang berkaitan dengan Iluminasi • Beberapa penelitian ttg efek Iluminasi dalam kerja Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan: • Efek dari regulasi panas tubuh

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi