• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia (man) merupakan salah satu dari enam unsur manajemen. Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi karena manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif manusia sebagai karyawan meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu canggih. Dengan kata lain, sumber daya manusia merupakan kekayaan utama suatu perusahaan, karena tanpa keikutsertaan manusia, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. Manusia mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status, latar belakang pendidikan, usia, dan jenis kelamin yang heterogen yang dibawa ke dalam organisasi perusahaan. Oleh karena itu, mengatur sumber daya manusia adalah hal yang sulit dan kompleks karena karyawan bukanlah mesin ataupun material yang bersifat pasif yang dapat dikuasai serta diatur sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan perusahaan.

Guru dan pegawai lainnya (seperti pegawai administrasi, penjaga sekolah, dan satpam) merupakan karyawan, sedangkan kepala sekolah sebagai pemimpinnya. Kepala sekolah harus mampu mengelola dan membangun jalinan kerjasama yang baik dengan sumber daya manusia yang dipimpinnya

(2)

(baik guru maupun pegawai yang bukan guru) demi terwujudnya visi dan misi sekolah yaitu meningkatkan kualitas anak didiknya.

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan (Sardiman, 2005: 125). Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.

Spencer dan Spencer dalam Hutapea (2008) menyatakan kompetensi adalah karakterisrik dasar seseorang yang ada hubungan sebab-akibatnya dengan prestasi kerja yang luar biasa atau dengan efektivitas kerja. Tiga komponen utama pembentuk kompetensi, yaitu pengetahuan (knowledge) yang dimiliki seseorang, keterampilan (skill), dan perilaku individu (behavior). Pengetahuan (knowledge) merupakan informasi yang dimiliki oleh seseorang, keterampilan (skill) merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau pekerjaan, dan perilaku individu (behavior) yang mencakup kedisiplinan, kerjasama, dan tanggung jawab.

Kompetensi guru akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yang pada akhirnya akan berperan besar pada peningkatan mutu

(3)

pendidikan. Kompetensi guru dalam mempersiapkan siswa untuk melewati jenjang pendidikan sangat bergantung pada kepala sekolah sebagai pemimpin dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Hal tersebut dikarenakan kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa, 2004: 25).

Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kompetensi guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kompetensi guru selalu terjaga.

Kepala sekolah, baik pria atau wanita berpengaruh terhadap kompetensi para guru dan pegawai yang dipimpinnya. Dalam mendorong kompetensi para guru dan pegawai, antara pemimpin pria dan wanita pasti memiliki perbedaan karakteristik.

Wanita tidak dapat menjalankan tugas sebagai pemimpin merupakan pendapat yang masih berkembang luas pada masyarakat Indonesia. Kodrat wanita dianggap sebagai manusia yang berkemampuan lebih rendah daripada

(4)

laki-laki. Pemikiran semacam ini sejalan dengan pemikiran tradisional yang mempercayai bahwa wanita tidak layak sebagai pemimpin. Pendapat ini tampaknya masih tertanam dengan kuat di masyarakat dan cenderung menghambat keinginan wanita untuk menjangkau posisi yang lebih tinggi (Tukiran 2007: 232).

Sejarah mencatat banyak wanita-wanita pemimpin ataupun yang mampu menduduki posisi penting dalam sebuah organisasi. Dari luar negeri ada Margaret Thatcher dari Inggris, Corry Aquino dari Filipina, Benazir Bhutto dari Pakistan, Aung San Suu Kyi dari Myanmar, sedangkan dari dalam negeri kita sendiri ada Tjut Njak Dhien, Mooryati Soedibyo, Martha Tilaar, Sri Mulyani Indrawati, Megawati Soekarnoputri, dan banyak lagi. Mereka adalah para wanita pemimpin yang telah menunjukkan prestasi di bidang yang mereka tekuni.

Kenyataan bahwa saat ini wanita sudah mampu bergerak maju dan berperan sebagai pemimpin, menimbulkan pertanyaan apakah kepemimpinan wanita efektif bagi karyawan yang dipimpinnya. Apakah sebuah organisasi atau divisi yang dipimpin oleh seorang wanita akan memiliki kompetensi karyawan yang tinggi, atau justru sebaliknya. Kemampuan seorang wanita dalam hal memimpin inilah yang masih diragukan oleh banyak kalangan.

Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh jenis kelamin. Sugiarto (2006) menyatakan kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi

(5)

pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya.

Pemimpin adalah seseorang yang berada di dalam kelompok, sebagai pemberi tugas atau sebagai pengarah dan mengkoordinasikan kegiatan kelompok yang relevan, serta dia sebagai penanggung jawab utama. Kepemimpinan adalah cara mengajak karyawan agar bertindak secara benar, mencapai komitmen dan memotivasi untuk mencapai tujuan bersama (Friedler dalam Zahro (2007)). Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin mempengaruhi kompetensi bawahannya.

SMA Negeri 1 Medan merupakan salah satu organisasi berbentuk sekolah yang di dalam kegiatan operasionalnya membutuhkan tenaga-tenaga pendidik yang berkualitas tinggi. Kompetensi dari para guru di dalam sekolah tidak terlepas dari peran seorang kepala sekolah. SMA Negeri 1 Medan terletak di Jl. Teuku Cik Ditiro no. 1, Medan. Saat ini SMA Negeri 1 Medan dipimpin oleh seorang wanita yang bernama Dra. Hj. Rebekka Girsang yang telah menjabat sebagai kepala sekolah dari tahun ajaran 2006/2007 sampai sekarang. Gaya kepemimpinannya akan berpengaruh besar terhadap kompetensi bawahannya. Saat ini SMA Negeri 1 Medan memiliki 109 orang guru dan 35 orang pegawai bukan guru (termasuk di dalamnya pegawai administrasi, penjaga sekolah, dan satpam).

SMA Negeri 1 Medan berdiri pada tahun 1950. SMA Negeri 1 Medan merupakan sekolah yang memiliki akreditasi A (sumber: Bagian Tata Usaha SMA Negeri 1 Medan), yang mana hal ini menjadi salah satu alasan SMA

(6)

Negeri 1 Medan menjadi salah satu sekolah favorit yang banyak dituju oleh lulusan SMP di Medan dan sekitarnya. Pada tahun 2009, SMA Negeri 1 Medan merupakan sekolah yang paling banyak diincar oleh para lulusan SMP (sumber: www.kompas.com berita pada 2 Juli 2009).

SMA Negeri 1 Medan baru dua kali dipimpin oleh kepala sekolah wanita. Sejak tahun 2004, SMA Negeri 1 Medan dipimpin oleh Dra. Yustini Amnah Lubis, kemudian di tahun 2006 dipimpin oleh Dra. Hj. Rebekka Girsang. Tugas yang cukup berat sebenarnya diemban oleh para pemimpin wanita ini dikarenakan mereka harus menjaga nama baik sekolah bahkan meningkatkan kualitas sekolah yang mereka pimpin. Penulis juga tertarik untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan para wanita ini mempengaruhi kompetensi guru dan pegawai lainnya pada SMA Negeri 1 Medan.

Kompetensi seorang guru dapat dinilai dari keberhasilan siswanya dalam mencapai suatu prestasi. Di bawah ini terdapat gambar grafik yang dapat memperlihatkan laju peningkatan prestasi siswa SMA Negeri 1 Medan dari tahun 2004 – 2009. 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Prestasi Siswa 2004 2005 2006 2007 2008 2009

(7)

Sumber: Bagian Kesiswaan SMA Negeri 1 Medan Gambar 1.1. Grafik Prestasi Siswa SMA Negeri 1 Medan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan wanita terhadap kompetensi guru pada SMA Negeri 1 Medan. Hal ini juga dilakukan karena di sekolah ini belum pernah diadakan penelitian mengenai kepemimpinan wanita. Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Kepemimpinan Wanita

Terhadap Kompetensi Guru Pada SMA Negeri 1 Medan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh antara kepemimpinan wanita terhadap kompetensi guru pada SMA Negeri 1 Medan ?”

C. Kerangka Konseptual

Pemikiran mengenai pria jauh lebih baik daripada wanita telah berkembang sejak zaman dahulu. Terbukti dari pengalaman yang ada seperti hak untuk bersekolah akan diutamakan untuk diberikan kepada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan; wanita dibatasi untuk melakukan pekerjaan, pekerjaan yang dipercayakan hanya seputar mengurus anak dan rumah tangga. Sejarah zaman dulu inilah yang akhirnya menanamkan buah pemikiran bahwa wanita tidak mampu memimpin hal yang lebih besar lagi. Selain itu, pemimpin wanita juga sering dikatakan lemah dalam pengambilan keputusan, lebih sering ragu-ragu dan tidak tegas. Hal-hal seperti ini yang membuat wanita jarang

(8)

diangkat menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi dan cenderung mempunyai jenjang karir yang tidak jelas.

Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi akan menentukan kompetensi bawahan yang dipimpinnya (Wibowo, 2007:111). Faktor-faktor kepemimpinan wanita mencakup pendelegasian wewenang, pelibatan bawahan, perlakuan terhadap bawahan, dan pengakuan bawahan. Kompetensi mengacu pada pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan yang dimiliki karyawan yang lebih berorientasi pada intelijensi dan daya pikir serta penguasaan ilmu yang luas yang dimiliki karyawan, keterampilan (skill) yaitu kemampuan dan penguasaan teknis operasional dibidang tertentu yang dimiliki karyawan dan perilaku (behavior) yaitu yang mencakup kedisiplinan, kerjasama dan tanggung jawab (Hutapea, 2008: 28).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:

Kepemimpinan Wanita (X) Kompetensi Guru (Y) 1. Pendelegasian Wewenang (X1) 2. Pelibatan Bawahan (X2)

3. Perlakuan Terhadap Bawahan (X3) 4. Pengakuan Bawahan (X4)

Sumber: Wibowo (2007:111), Hutapea (2008: 28) diolah Gambar1.2 Kerangka Konseptual

(9)

D. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telak dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: “Kepemimpinan wanita mempunyai pengaruh signifikan terhadap kompetensi guru pada SMA Negeri 1 Medan.”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan wanita terhadap kompetensi guru pada SMA Negeri 1 Medan.

b. Mengetahui dan menganalisis sub variabel kepemimpinan wanita yang mana yang paling besar memberikan pengaruh terhadap kompetensi guru pada SMA Negeri 1 Medan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi SMA Negeri 1 Medan

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi dan masukan kepada pihak sekolah mengenai peran pemimpin untuk meningkatkan kompetensi guru.

b. Bagi penulis

Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kepemimpinan wanita dengan menghubungkan teori yang

(10)

didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan serta dapat memperdalam pengetahuan penulis.

c. Bagi pihak lain

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi, sumber informasi, serta sumbangan pemikiran yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada masa yang akan datang.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari penelitian yang simpang siur terhadap permasalahan. Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor sebagai berikut:

a. Variabel bebas (X) yaitu kepemimpinan wanita yang terdiri dari: X1 = Pendelegasian wewenang

X2 = Pelibatan bawahan

X3 = Perlakuan terhadap bawahan

X4 = Pengakuan bawahan

(11)

2. Identifikasi Variabel

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, dan hipotesis yang diajukan, maka variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Di mana variabel bebasnya adalah kepemimpinan wanita yang terdiri dari pendelegasian wewenang (X1),

pelibatan bawahan (X2), perlakuan terhadap bawahan (X3), dan pengakuan

bawahan (X4). Sedangkan variabel terikatnya adalah kompetensi guru.

3. Definisi Operasional Variabel

a. Kepemimpinan Wanita (X) terdiri dari:

1. Pendelegasian wewenang (X1) merupakan sikap seorang pemimpin

mendelegasikan wewenang dan memberikan tugas terhadap bawahan sesuai deskripsi pekerjaan.

2. Pelibatan bawahan (X2) merupakan sikap pemimpin dalam

mengikutsertakan bawahan dalam setiap pengambilan keputusan dan dalam kegiatan pekerjaan sehari-hari.

3. Perlakuan terhadap bawahan (X3) merupakan sikap dan perilaku

pemimpin dalam bekerjasama dan menghadapi bawahan yang memiliki karakter berbeda-beda.

4. Pengakuan bawahan (X4) merupakan persepsi dari bawahan tentang

kinerja seorang pemimpin dalam organisasi.

b. Kompetensi Guru (Y) adalah kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerjaan dalam suatu organisasi sehingga organisasi tersebut

(12)

mampu mencapai hasil yang diharapkan. Tiga komponen utama pembentuk kompetensi yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku (behavior).

Berdasarkan definisi operasional yang telah dikemukakan, maka peneliti merumuskan mekanisme penganalisaan variabel sebagai berikut:

Tabel 1.1

Tabel Definisi Operasional Variabel

Variabel Sub Variabel Definisi Indikator Pengukuran Skala

Kepemimpinan Wanita (X) Pendelegasian Wewenang (X1) Sikap seorang pemimpin mendelegasikan wewenang dan memberikan tugas terhadap bawahan sesuai deskripsi pekerjaan. a. sikap dalam mendelegasikan wewenang b. kebebasan memberikan wewenang Likert Pelibatan Bawahan (X2) Sikap pemimpin dalam mengikutsertakan bawahan dalam setiap pengambilan keputusan dan dalam kegiatan pekerjaan sehari-hari. a. kepedulian terhadap bawahan b. menerima kritik dari bawahan Likert Perlakuan Terhadap Bawahan (X3) Sikap dan perilaku pemimpin dalam bekerjasama dan menghadapi bawahan yang memiliki karakter berbeda-beda. a. keterbukaan pimpinan pada bawahan b. sikap dan perilaku pimpinan terhadap bawahan Likert Pengakuan Bawahan (X4) Persepsi dari bawahan tentang kinerja seorang pemimpin dalam organisasi a. persepsi bawahan pada pimpinan b. sikap bawahan pada pimpinan Likert Kompetensi Guru (Y) Kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang tersebut a. pengetahuan (knowledge) b. keterampilan (skill) c. perilaku Likert

(13)

mampu memenuhi apa yang disyarakan oleh pekerjaan dalam suatu organisasi sehingga organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan individu (behavior)

Sumber: Wibowo (2007:111), Hutapea (2008: 38), diolah

4. Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran indikator variabel dalam penelitian ini menggunakan skala Likert, yaitu dengan menyusun range skor dalam skala Likert. Menurut Sugiyono (2006:86) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial.

Peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden, dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 5 untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian ini, yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2

Instrumen Skala Likert

No Pernyataan Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3 4 Tidak Setuju (TS) 2 5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber: Sugiyono (2006:87)

Responden diharuskan memilih salah satu dari sejumlah kategori jawaban yang tersedia pada penelitian ini, kemudian masing-masing jawaban diberi skor tertentu (5, 4, 3, 2, 1). Skor jawaban dari responden dijumlahkan,

(14)

dan jumlah ini merupakan total skor. Total skor inilah yang menjadi tafsir sebagai posisi responden dalam skala Likert.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Medan Jl. Cik Ditiro no.1, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai April 2010 dan direncanakan sampai dengan Juni 2010.

6. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006: 72). Populasi dari penelitian ini adalah guru SMA Negeri 1 Medan yang berjumlah 109 orang.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006:73). Pemilihan sampel yang akan diuji dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan beberapa kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan yaitu: guru yang telah bekerja semasa kepemimpinan Dra. Yustini Amnah Lubis dan Dra. Rebekka Girsang. Guru-guru yang termasuk dalam sampel penelitian ini adalah guru-guru yang mengalami 2 masa kepemimpinan wanita SMA Negeri 1 Medan. Masa kepemimpinan wanita yang pertama (Dra. Yustini Amnah Lubis dari tahun 2004) dan masa kepemimpinan wanita yang kedua (Dra. Rebekka Girsang dari tahun 2006). Berdasarkan karakteristik

(15)

sampel yang diteliti maka dari 109 orang guru terdapat 96 orang guru yang menjadi sampel untuk penelitian ini.

7. Jenis dan Sumber Data

Penulis menggunakan dua jenis data dalam melakukan penelitian, yaitu: a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh penulis dari responden yang dipilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden terpilih.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh melalui studi pustaka dengan mempelajari berbagai tulisan, buku, jurnal, majalah dan internet yang berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder yang diperoleh merupakan sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur organisasi dan sebagainya.

8. Teknik Pengumpulan Data

a. Kuesioner

Kuesioner adalah seperangkat pernyataan tertulis yang disusun oleh peneliti yang berisikan pernyataan tentang kepemimpinan wanita dan kompetensi guru.

(16)

b. Wawancara

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung dengan responden secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian.

c. Studi Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi dari buku, jurnal, majalah dan internet yang berhubungan dengan penelitian.

9. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto 2002: 144). Penelitian ini menggunakan alat kuesioner, karena itu uji validitas dilakukan untuk menguji data yang telah didapat setelah penelitian apakah merupakan data yang valid atau tidak dengan menggunakan alat ukur kuesioner tersebut. Uji validitas dilakukan di SMA Negeri 18 Medan yang berlokasi di Jl. Dr. Wahidin no 15a, Medan. Kriteria dalam menentukan validitas kuesioner adalah sebagai berikut:

1. Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid. 2. Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak

(17)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik (Arikunto 2002: 154). Reliabilitas menunjukkan tingkat kestabilan, konsistensi, dan atau kehandalan instrumen untuk menggambarkan gejala seperti apa adanya. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut digunakan untuk subjek yang sama, dalam waktu dan kondisi yang berbeda, tetap menunjukkan hasil yang sama. Adapun kriteria dari pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut: 1. Jika ralpha positif atau > rtabel, maka pertanyaan reliabel.

2. Jika ralpha negatif atau < rtabel, maka pertanyaan tidak reliabel.

Uji validitas dan reliabilitas akan dilakukan pada SMA Negeri 18 Medan, di mana memiliki kriteria yang sama yaitu dipimpin oleh kepala sekolah wanita.

10. Metode Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah salah satu dari metode analisis data dengan cara data disusun dan dikelompokkan, kemudian dianalisis sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan.

b. Metode Analisis Statistik

(18)

Analisis regresi linear berganda digunakan sebagai alat analisa statistik karena penelitian ini dirancang untuk meneliti variabel bebas terhadap variabel terikat.

Perumusan model regresi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Dimana: Y = kompetensi guru a = konstanta b1,2,3,4 = koefisien regresi X1 = pendelegasian wewenang X2 = pelibatan bawahan

X3 = perlakuan terhadap bawahan

X4 = pengakuan bawahan

e = standar error

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik yaitu:

1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.

(19)

Uji dilakukan melalui analisis grafik P-P Plot dan dengan melihat histogram dari residualnya.

1.2. Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation

Factor) melalui program SPSS. Uji multikolinearitas

menggunakan kriteria Variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan bila VIF > 5 terjadi masalah multikolinearitas yang serius.

1.3. Uji Heterokedastisitas

Artinya varians variabel independen adalah konstan untuk setiap nilai tertentu variabel independen (homokedastisitas). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

(20)

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan di muka dengan menggunakan alat bantu Statistics

Package for Social Science 16.00 for Windows.

2.1. Uji F (Uji Serempak)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara serentak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujian:

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0

Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel

terikat (Y).

H0 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0

Artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y).

Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel

pada tingkat signifikansi (α) = 5 %.

Kriteria penilaian hipotesis pada uji F ini adalah: Terima H0 bila Fhitung ≤ Ftabel

Tolak H0 (terima H1) hila Fhitung > Ftabel

(21)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent) mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak.

Nilai t hitung dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan SPSS

15.0 for windows. Nilai t hitung selanjutnya akan dibandingkan

dengan t tabel dengan tingkat kesalahan (alpha) 5 % dan derajat

kebebasan (df) = (n – k)

Ho:b = 0 (tidak ada pengaruh Kepemimpinan Wanita terhadap

Kompetensi Guru)

Ha:b ≠ 0 (terdapat pengaruh Kepemimpinan Wanita terhadap

Kompetensi Guru)

Kaidah pengambilan keputusan:

Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5 %

Ha diterima jika t hitung > t tabel pada α = 5 %

2.3. Uji Koefisien Determinan (R2)

Identifikasi determinan (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama, dimana 0 < R2 < 1. Hal ini berarti bila R2 = 0

menunjukkan tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan bila R2 mendekati 1 menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Referensi

Dokumen terkait

Sumber : Anonim, 1997, Konsep Laporan Akhir Penyusunan Rencana Detail Kawasan Ratu Boko Tahap II, hal: II - 20. Tabel 7 : TeIjemahan Arsitektural Vegetasi Kawasan

Penelitian dengan judul pengaruh media lacing shoes modifikasi terhadap keterampilan motorik halus dilakukan di TK Al-Qur’an Suryalaya Kecamatan Sumenep dengan sasaran

Karena asesmen diperlukan untuk mengukur dan menggambarkan perkembangan siswa dan kemampuannya dalam seluruh aspek domain matematika dengan tiga level berpikir

G Toner Sistem pegas pada produk disamping dilakukan dengan posisi Penerapan tempat sistem pada gambar disamping tangan yang berarah ke belakang dan kaki sebagai

Dalam sistem ekonomi syariah menurut Advika (2017) ekonomi syariah semakin hari perkembangannya semakin dikenal di masyarakat. Tak hanya untuk kalangan islam semata, tetapi juga

Berdasarkan hasil uji pengaruh variabel RSQ terhadap minat beli untuk sub variabel : aspek fisik, kehandalan, dan pemecahan masalah nilainya negatif dan uji

bahwa dengan diundangkannya Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali yang mengatur tentang

Upaya pelestarian Rusa Sambar Di Pusat Penangkaran Rusa Di Desa Api-Api Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara ( Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 7