• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

I.

Bab I Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

Motif adalah unsur pembentuk pattern yang dikomposisikan sedemikian rupa menjadi satu kesatuan yang dapat direpetisi (Steed & Stevenson, 2012). Pengaplikasian pola (pattern) pada tekstil tetap ada dari masa ke masa dimana inspirasi terbesar pembuatan pattern berasal dari alam, seperti yang dikatakan Soetsu Yanagi (2012:123), “An age without good pattern is an age that doesn’t look at nature carefully”. Tidak terkecuali pada zaman sekarang, pengaplikasian pattern pada busana juga banyak ditemukan pada koleksi Spring / Summer 2019, seperti motif floral koleksi Alexander McQueen, motif plaid koleksi Natasha Zinko, dan motif animal prints koleksi Roberto Cavalli (Adivi, 2019). Indonesia Trend Forecasting juga memproyeksikan trend penggunaan pattern ini pada trend forecast 2019/2020, Singularity, khususnya pada subtrend Svarga yang memiliki ciri khas tabrak corak tetapi tetap memperhatikan keseimbangan (Indonesia Trend Forecasting, 2018).

Banyak metode repetisi motif pada pembuatan pattern, salah satunya adalah teknik tessellation. Tessellation adalah proses pembuatan bidang dua dimensi dengan menggunakan unsur geometri yang direpetisi tanpa celah dan tumpang tindih (Deger, 2012). Teknik tessellation pada pembuatan pattern busana masih jarang digunakan, adapun berdasarkan observasi online, beberapa brand Indonesia yang sudah mengaplikasikan teknik tessellation pada pattern busana mereka, seperti brand Jajaka X Ivan Gunawan pada koleksinya tahun 2018 yang bergaya chic dan playfull, brand Lalake by Mucha pada koleksinya tahun 2019, Raya, dengan unsur geometri belah ketupat dan segi enam, dan brand XY pada koleksi tahun 2019, Infinitum, yang menggunakan unsur geometri belah ketupat. Selain itu, berdasarkan observasi lapangan pada salah satu mal di Bandung, didapatkan bahwa beberapa fast fashion brand seperti Zara, Pull&Bear dan Stradivarius menggunakan pattern busana klasik dengan teknik tessellation, yaitu Houndstooth pada beberapa artikel produk mereka.

(2)

2

Namun, penggunaan teknik tessellation pada pattern busana masih bersifat monoton menggunakan bidang geometri, sedangkan teknik tessellation dapat digunakan juga pada bidang non-geormetri, yaitu dengan menggunakan teknik Escher. M.C. Escher merupakan seorang desainer grafis yang menggunakan ilmu matematika dalam pembuatan karya – karyanya. Teknik tessellation yang diperkenalkan Escher, atau biasa disebut teknik Escher, terinspirasi dari susunan ubin yang indah dan rumit pada arsitektur di Alhambra, Spanyol. Namun, unsur pembentuk pattern hanya sebatas bentuk geometri karena larangan kaum Muslim untuk menggunakan objek hidup, sehingga Escher mencoba membuat tessellation menggunakan objek hidup seperti burung, ikan, dan kuda. Salah satu karya Escher yang menggunakan pengembangan teknik tessellation adalah The Horseman dengan unsur penyusunnya adalah pria yang sedang menunggangi kuda. (Taschen, 2009)

Bentuk non geormetri dapat ditemukan pada ragam hias kain tradisional Indonesia, salah satunya adalah tenun ikat yang berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Karakter yang khas dari tenun ikat Sumba, khususnya tenun ikat Hinggi, adalah ragam hias yang bervariasi dan didominasi bentuk non geometri seperti kuda, ayam, rusa dan naga, komposisi motif yang simetris dan mirror, serta penggunaan pewarna alami seperti coklat kemerahan dari akar mengkudu dan proses tenun yang masih tradisional menggunakan gedogan (Kartiwa, 2007). Kemiripan karakter ragam hias tenun ikat Sumba dan teknik Escher yang sama – sama mengolah bentuk non-geormetri dan memiliki unsur matematis merupakan potensi yang dapat dikembangkan melalui penggabungan dua hal tersebut. Bentuk non-geormetri pada ragam hias tenun ikat Sumba yang bervariasi menjadi potensi lain untuk dijadikan inspirasi dalam mengolah motif dengan menggunakan teknik Escher. Sehingga, dari beberapa potensi tersebut dapat dilakukan pengolahan motif yang terinspirasi dari ragam hias tenun ikat hinggi Sumba menggunakan teknik Escher untuk diaplikasikan pada busana Ready-to-wear.

(3)

3

I.2.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Adanya potensi untuk mengolah motif non geometri dengan komposisi tessellation menggunakan teknik Escher untuk menciptakan pattern yang lebih bervariasi.

2. Adanya potensi untuk mengolah motif yang terinspirasi dari ragam hias tenun ikat hinggi Sumba menggunakan teknik Escher.

3. Adanya potensi untuk mengaplikasikan motif yang dikomposisikan dengan teknik Escher ke dalam busana Ready-to-wear.

I.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana metode pengolahan motif non-geormetri dengan komposisi tessellation untuk menciptakan pattern yang lebih bervariasi?

2. Bagaimana cara pengolahan motif yang terinspirasi dari ragam hias tenun ikat hinggi Sumba menggunakan teknik Escher?

3. Bagaimana cara mengaplikasikan motif yang dikomposisikan dengan teknik Escher ke dalam busana Ready-to-wear?

I.4. Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menggunakan teknik tessellation, khususnya teknik Escher yang terdiri dari empat cara yaitu, translation, reflection, rotation, dan glide reflection untuk membuat komposisi motif.

2. Menggunakan inspirasi ragam hias tenun ikat Sumba berjenis hinggi untuk diolah menggunakan teknik Escher.

3. Menggunakan warna yang merepresentasikan tenun ikat hinggi Sumba seperti coklat kemerahan dan biru beserta warna turunannya.

4. Menggunakan aplikasi digital berbasis vektor untuk melakukan eksplorasi motif dan teknik, yaitu Corel Draw.

(4)

4

5. Mengaplikasikan hasil penelitian pada busana Ready-to-wear dengan teknik surface design.

6. Produk menggunakan jenis busana Ready-to-wear untuk pria (menswear).

I.5. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menciptakan variasi motif bidang non geometri dengan komposisi tessellation menggunakan teknik Escher.

2. Mengaplikasikan teknik Escher dengan menggunakan inspirasi ragam hias tenun ikat hinggi Sumba.

3. Menciptakan busana Ready-to-wear dengan aplikasi motif yang diolah menggunakan teknik Escher.

I.6. Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ditemukan variasi motif bidang non geometri dengan komposisi tessellation menggunakan teknik Escher.

2. Ditemukan variasi motif yang diolah menggunakan teknik Escher dengan inspirasi dari ragam hias tenun ikat hinggi Sumba.

3. Terciptanya variasi busana Ready-to-wear dengan aplikasi motif yang diolah menggunakan teknik Escher.

I.7. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode campuran, yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan karena dalam pengolahan motif menggunakan tenik Escher bersifat matematis sehingga perlu dilakukan beberapa penghitungan dalam pembuatan motif tersebut. Metode kualitatif digunakan karena penelitian ini berfokus pada ekplorasi teknik yang digunakan. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan yaitu sebagai berikut :

1. Studi Pustaka

Membaca beberapa sumber literatur seperti buku, jurnal dan artikel yang terkait dengan topik penelitian, seperti :

(5)

5

 Jurnal An Application Of Mathematical Tessellation Method In Interior Designing oleh Deger bersaudara tahun 2012 mengenai tessellation.

 Buku M. C. Escher : The Graphic Work oleh TASCHEN tahun 2009 yang menjelaskan mengenai karya – karya Escher.

 Buku Tenun Ikat : Ragam Kain Tradisional Indonesia oleh Suwati Kartiwa tahun 2007 yang menjelaskan mengenai tenun ikat Sumba.

2. Observasi

Observasi dilakukan dengan dua cara yaitu secara online dengan mengamati media sosial maupun website brand – brand lokal yang mengaplikasikan motif yang dikomposisikan secara tessellation pada produk mereka seperti brand Jajaka X Ivan Gunawan pada koleksinya tahun 2018, brand Lalake by Mucha pada koleksinya tahun 2019 dan brand XY pada koleksi tahun 2019. Observasi langsung juga dilakukan dengan mengunjungi mal 23 Pascal di Bandung untuk mengetahui adakah penggunaan teknik tessellation yang diaplikasikan pada motif produk brand – brand fast fashion seperti ZARA, Pull&Bear, dan lain – lain.

3. Eksperimen

Mencoba mengaplikasikan teknik Escher yang terdiri dari empat cara, yaitu translation, reflection, rotation, dan glide reflection dengan menggunakan inspirasi ragam hias tenun ikat Sumba seperti ayam, kuda, rusa, dan naga secara digital menggunakan aplikasi Corel Draw.

I.8. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca memahami penelitian ini, maka karya tulis disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian dan sistematika penulisan karya tulis.

(6)

6 Bab 2 Tinjauan Pustaka

Pada bab ini diuraikan mengenai teori – teori yang mendukung topik penelitian seperti definisi, jenis, karakter, sejarah, fungsi dan teknik.

Bab 3 Proses Perancangan

Pada bab ini diuraikan mengenai tahapan – tahapan yang dilakukan saat penelitian muali dari observasi, eksplorasi, pemilihan target market hingga pembuatan produk akhir yang dihasilkan.

Bab 4 Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan beserta saran – saran yang dapat menunjang penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

3.1 Proses perumusan konsep didasari dengan latar belakang kota Surakarta yang dijadikan pusat dari pengembangan pariwisata Solo Raya karena memiliki potensi

(1) Apabila PIHAK KEDUA tidak manInggalkan dan mengosongkan Sarusunawa Bukan Hunian/Kios Kegiatan Usaha dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak pemberitahuan

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 19 sasaran strategis yang ingin dicapai dengan prioritas sasaran adalah: meningkatkan penerimaan Fakultas (bobot 10%),

V230 RECORDTYPE Tipe record discrete numeric V231 URRU Status desa/kota discrete numeric V232 KODEBS Kode Blok Sensus contin numeric V233 KODEPROP Kode Propinsi discrete

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Oleh karena itu, peristiwa turunnya Al Qur’an selalu terkait dengan kehidupan para sahabat baik peristiwa yang bersifat khusus atau untuk pertanyaan yang muncul.Pengetahuan

pull factors were: 1) facilities and hygiene; 2) destination familiarity; 3) value for money and. destination proximity; 4) local attractions; and 5) supporting