• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 8. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura terdiri dari :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 8. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura terdiri dari :"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 8. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. KESIMPULAN

1. Kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura terdiri dari : Onj (onjem), PL (Petik laut), Ny (nyabis), AND (andun), PNG ( pangambak), SKK ( sistem kontrak kerja), dan TL ( telasan). Kearifan lokal yang berpotensi dan memenuhi syarat untuk dapat dikembangkan dimasa mendatang dalam pengelolaan sumberdaya ikan secara sustainable adalah : Onj (onjem), PL (Petik laut), Ny (nyabis), AND (andun), PNG ( pangambak), dan SKK ( sistem kontrak kerja). Hal ini sejalan dengan deklarasi Stockholm Swedia (1972). Dan juga sejalan dengan penelitian Syafa’at (2005), serta hasil penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Grenier (1998).

2.Model ekonomi rumahtangga nelayan (Fishery Household Economics) yang mengintegrasikan perilaku nelayan juragan dan pendega merupakan model ekonomi rumahtangga pertanian (Agricultural Household Economics). Hal ini merupakan pengembangan dari teori yang dikemukakan Chayanov (1920), Juga sejalan dengan penelitian Walter, 1980 dari Charles, 2001 dalam Muhammad, S. (2011).

Perilaku produksi ikan, curahan kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga nelayan payang di Selat Madura, sebagai berikut :

a. Kegiatan produksi ikan berhubungan dengan ukuran asset kapal, daerah penangkapan ikan, harga BBM, Harga ikan, pendidikan juragan, frekuensi melaut, produktivitas wilayah penangkapan ikan dan kearifan lokal petik laut. Hasil ini merupakan kritik kepada teori Maximum Sustainable Yield (MSY) dari Conrad dan Clark (1987).

(2)

b. Dalam rumahtangga juragan dan pendega masih tersedia waktu luang cukup besar. Curahan kerja untuk agro industry dan non-perikanan memperoleh dukungan dan keterlibatan angkatan kerja wanita untuk menangani kegiatan non-melaut. Curahan kerja untuk melaut dan jumlah frekuensi melaut. Hasil ini memberikan peluang untuk mencari alternatif mata pencaharian (AMP) dalam upaya peningkatan kesejahteraan nelayan skaligus melestarikan sumberdaya ikan. Hal ini sejalan dengan Smith (1983) juga dengan penelitian Saragih, (1998) serta penelitian Nikijuluw, (2002).

c. Pendapatan rumahtangga juragan terutama ditentukan oleh produksi melaut, pendidikan juragan, jumlah ABK, bagian ABK, curahan kerja pada kegiatan non-perikanan , pendapatan dari bagi hasil dan kearifan lokal andun. Pengaruh perubahan harga ikan dan frekuensi melaut terhadap penerimaan nelayan cukup rendah. Fenomena ini mengisyaratkan bahwa dalam upaya meningkatkan pendapatannya nelayan cenderung lebih menguras sumberdaya ikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Charles (2011),

d. Pendapatan rumahtangga pendega terutama ditentukan oleh bagian ABK, jumlah ABK, pendapatan dari bagi hasil, pendidikan, curahan kerja dalam RT untuk kegiatan non-perikanan. Hasil ini mengindikasikan bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan adalah berkaitan erat dengan semua kegiatan rumahtangga nelayan. Hal ini selaras dengan Undang-Undang Perikanan, Nikijuluw (2002)

e. Pengeluaran rumahtangga juragan terutama ditentukan oleh pendapatan RT setelah pajak, angkatan kerja RT, kearifan lokal pangambak, pendidikan, tabungan RT, investasi RT, dan konsumsi kebutuhan pokok non-pangan RT. Hasil ini menunjukkan adanya interaksi antara perilaku

(3)

ekonomi rumahtangga nelayan dengan kondisi masyarakat nelayan yang khas serta ketersediaan sumberdaya perikanan. Hal ini mendukung pendapat yang dikemukakan Nikijuluw (2002),

f. Pengeluaran rumahtangga pendega terutama ditentukan oleh angkatan kerja RT, pendapatan RT setelah pajak, angkatan kerja perempuan, dan tabungan RT. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam pengeluaran rumahtangga nelayan pendega untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, kontribusi angkatan kerja perempuan cukup besar. Hal ini sejalan dengan penelitian Reniati (1998),

g.Tabungan dalam rumahtangga juragan ternyata jauh lebih tinggi daripada tabungan rumahtangga pendega, sehingga masalah krusial dalam perumusan kebijakan peningkatan kesejahteraan nelayan adalah mengurangi kesenjangan ekonomi yang semakin besar antara juragan dan pendega, dengan jalan memodifikasi system bagi hasil yang lebih adil. Hal ini sesuai dengan penelitian Aryani (1994)

3. Kearifan lokal yang ada dan dapat mempengaruhi perilaku rumahtangga Nelayan payang di Selat Madura adalah : petik laut, onjhem, andun dan pangambak.

a. Untuk Petik Laut berkaitan erat dengan tujuan pengelolaan perikanan yang mencakup aspek biologi, ekonomi , sosial budaya, hukum dan politik dan itu selaras dengan penelitian Cochrane (2002), dalam Mulyana (2007).

b. Sedangkan untuk Onjhem sebagai rumah bagi ikan merupakan upaya manusia untuk mempertahankan stok ikan sebagaimana fungsi terumbu karang di lautan. Hal ini sejalan dengan penelitian FAO (1995).

(4)

c. Adapun kearifan lokal Andun dapat dijadikan dasar untuk mengarahkan nelayan untuk pengelolaan sumberdaya perikanan yang masih under fishing dan pada Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Hal ini selaras dengan Undang-undang Republik Indonesia No.5 tahun 1983 Keputusan ini menetapkan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan juga sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No.392 tahun 1999 yang mengatur jalur-jalur penangkapan ikan. sesuai amanat dalam pasal 18 Undang-undang No.32 tahun 2004. d. Sedangkan Kearifan lokal Pangambak merupakan suatu lembaga

pemasaran ikan informal yang ada sejak lama pada masyarakat nelayan dan dirasakan sebagai lembaga informal yang mampu mengatasi persoalan nelayan. Hal ini sejalan dengan penelitian Firth (1946) dalam Kusnadi (2005)., juga Jordan dan Niehof, (1982).

8.2. SARAN

1. Pada upacara petik laut diupayakan agar menambahkan acara-acara yang mempunyai dampak positif terhadap lingkungan agar dapat memenuhi syarat sebagai kearifan lokal dalam pengelolaan wilayah perikanan diataranya :

 Saat diadakan upacara larung sesaji, melakukan pelepasan bibit-bibit ikan dalam jumlah banyak sehingga ada restocking ikan, sehingga bermanfaat terhadap lingkungan.

 Selain pada upacara larung sesaji, ditambahkan kegiatan transplantasi terumbu karang dilaut dangkal sekitar pulau gili. kegiatan ini membutuhkan ahli dalam bidangnya, maka dari itu diperlukan kerja sama dengan ahli terkait tanpa melepas peran serta masyarakat pulau Gili.

 Pada acara hiburan petik laut, yang umumnya dilangsungkan selam dua hari, selain adanya pagelaran kesenia ludruk Madura, akan lebih

(5)

bermanfaat, pihak pemerintah masuk dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan sehingga penambahan wawasan dan pengetahuan masyarakat tercapai.

 Upacara petik laut, seyogyanya diagendakan dalam setiap tahun dengan pasti sehingga ini bisa dijadikan komoditi pariwisata dan bisa menambah nilai jual pulau Gili yang seharusnya bisa dijadikan sebagai lokasi ekowisata.

2. Pada budaya onjem dapat dilakukan penyuluhan tentang berbagai macam jenis onjem atau rumpon dengan peran serta Dinas Perikanan dan Kelautandalam memberikan penyuluhan tentang prosedur/tatacara pembuatan rumpon, dan juga bantuan tenaga ahli dari para peneliti Perguruan Tinggi, sehingga lebih banyak onjem atau rumpon yang dimiliki nelayan Selat Madura. Dimana dimasa mendatang diharapkan dapat berdampak positif , terutama pada kondisi musim paceklik, nelayan akan mendapatkan ikan dari onjem atau rumpon, hal ini akan menjamin ketersediaan ikan (restocking), sebagai komoditas utama nelayan. Selain itu, adanya transplatasi terumbu karang secara jangka panjang akan meningkatkan ketersedian sumberdaya ikan dilaut.

3. Pada kearifan lokal andun perlu diarahkan kepada daerah baru, bahkan sampai ZEE, agar bisa meningkatkan pendapatan nelayan sekaligus menjaga kelestarian sumberdaya ikan.

4. Untuk kearifan lokal sistem kontrak kerja perlu diupayakan agar pemerintah mengatur terjadinya kompetisi yang sehat agar terhindar dari konflik sosial. 5. Kearifan lokal nyabis bisa dilakukan para nelayan modal kecil, dan para ulama’

atau kyai mengarahkan nelayan kepada daerah yang masih under fishing, sedangkan nelayan modal besar lebih membutuhkan pada data tentang

(6)

sumberdaya ikan serta teknologi penagkapan lebih baik untuk memperbesar investasinya.

6. Kearifan lokal pangambak diupayakan perannya agar lebih berpihak kepada nelayan kecil dengan arahan pemerintah tentang informasi pasar dan besarnya jasa yang harus ditanggung nelayan agar tidak merugikan nelayan. 7. Faktor-faktor peubah dalam ekonomi rumahtangga yang perlu diupayakan

peningkatannya adalah : mutu sumberdaya manusia (SDM) melalui pendidikan dan ketrampilan, teknologi penangkapan, pasca panen dan pengolahannya, curahan kerja melaut lebih dari oneday fishing, daerah penangkapan mengarah ke ZEE, tabungan untuk investasi jangka panjang, system bagi hasil yang lebih adil, peranan pangambak sebagai lembaga penjamin keuangan nelayan syariah.Pengembangan alternative pendapatan lain diluar perikanan. 8. Dalam penyusunan model pemberdayaan masyarakat nelayan payang perlu

diupayakan untuk menumbuhkembangkan budaya kearifan lokal : Petik Laut, Onjhem, Andun dan Pangambak agar sesuai dengan perkembangan IPTEK serta selaras dengan pengelolaan sumberdaya ikan secara lestari dan berkelanjutan (sustainable).

9. Perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut tentang :

a. Perlu dikembangkan kajian model ekonomi rumahtangga nelayan dengan asumsi kegiatan ekonomi rumahtangga non-melaut sebagai peubah perilaku.

b. Perlu dilakukan penelitian tentang peran tabungan nelayan dalam bentuk emas dengan pemberdayaan lembaga keuangan syariah sebagai upaya peningkatan pelayanan pangambak terhadap nelayan kecil.

c. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam untuk merumuskan policy berkaitan dengan : (1) pengurangan armada kapal penangkapan ikan,

(7)

(2) peningkatan harga ikan, (3) peningkatan investasi, (4) perilaku konsumsi dan menabung dalam rumahtangga nelayan, (4) Feasibility Study pengembangan kawasan bisnis dan industry perikanan di wilayah ZEE, (5) Penerapan kearifan lokal yang diberi payung hukum dan diberlakukan secara konsisten.

d. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang peran pangambak untuk memberikan pinjaman modal lebih besar terhadap aset nelayan yang lebih modern, agar dapat beroperasi diluar Selat Madura berdasarkan budaya andun ke daerah yang masih underfishing. Perlu juga dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh perbedaan musim ikan dan paceklik terhadap perilaku ekonomi rumahtangga

nelayan.

Referensi

Dokumen terkait