• Tidak ada hasil yang ditemukan

RSUD Dr. Moewardi Surakarta ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RSUD Dr. Moewardi Surakarta ABSTRAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGARUH TERAPI MUSIK KERONCONG DAN AROMATERAPI LAVENDER (LAVANDULA ANGUSTIFOLIA) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR

LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH SURAKARTA Fefi Putri Novianty1), Wahyuningsih Safitri2), Ariyani3)

1,2

Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 3

RSUD Dr. Moewardi Surakarta ABSTRAK

Peningkatan jumlah lansia akibat peningkatan harapan hidup akan menyebabkan masalah di bidang kesehatan salah satunya mengalami gangguan tidur berupa kualitas tidur buruk. Kualitas tidur buruk menyebabkan lansia mengalami kelelahan, sulit berkonsentrasi, sering mengantuk disiang hari dan merasa tidak segar saat bangun tidur di pagi hari. Hal ini dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan berupa terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender terhadap peningkatan kualitas tidur lansia. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan rancangan quasi eksperiment dengan desain penelitian pre and post test without control. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan sampel 20 responden di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta. Hasil analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan p value sebesar 0,001 artinya ada pengaruh pemberian terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender terhadap peningkatan kualitas tidur lansia. Saran bagi lansia yang mengalami kualitas tidur buruk untuk dapat mengaplikasikan terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender dengan bantuan tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas tidur lansia.

Kata Kunci : Kualitas Tidur Lansia, Terapi Musik Keroncong, Aromaterapi Lavender ABSTRACT

The increase number of elderly due to the increase in life expectancy will bring about problems in health field. One of them is sleep disorder that is poor sleep quality. The poor sleep quality will cause the elderly to experience fatigue, concentration difficulty, frequent drowsiness during the day, and no fresh feeling soon after getting up in the morning. Such problems may be dealt with pharmacological and non-pharmacological therapies. The latter can be done by utilizing keroncong music therapy and lavender aromatherapy. The objective of this research is to investigate the effect of keroncong music therapy and lavender aromatherapy on the improvement of sleep quality of the elderly. This research used the quasi experimental quantitative research method with pretest and posttest without control design. The samples of the research were taken by using the purposive sampling technique. They consisted of 20 elderly respondents at Dharma Bhakti Kasih Nursing Home of Surakarta. The statistical analysis with the Wilcoxon Test shows that the value of p is 0.001, meaning that there is an effect of the administration of keroncong music therapy and lavender aromatherapy on the improvement of sleep quality of the elderly at Dharma Bhakti Kasih Nursing Home of Surakarta. Thus, the elderly experiencing the poor sleep quality are suggested to apply keroncong music therapy and lavender aromatherapy with the aid of health practitioners as to improve their sleep quality.

(2)

2

PENDAHULUAN

Proses menua merupakan proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan tersebut berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lanjut usia (Anwar 2010). Jumlah penduduk lanjut usia di indonesia pada tahun 2006 sebesar 19 juta jiwa atau 8,9% dengan usia harapan hidup 66,2 tahun dan pada tahun 2010 meningkat sebesar 23,9 juta jiwa atau 9,77% dengan usia harapan hidup 67,4 tahun (Badan Pusat Statistik 2010).

Peningkatan jumlah lanjut usia akibat peningkatan usia harapan hidup akan menyebabkan masalah di bidang kesehatan antara lain perasaan tidak berguna, mudah sedih, stres, depresi, ansietas, demensia, delirium dan mengalami gangguan tidur baik kualitas maupun kuantitasnya (Wayan 2006). Gangguan tidur yang dialami oleh lanjut usia antara lain sering terjaga pada malam hari, sering terbangun pada dini hari, sulit untuk tertidur, dan rasa lelah pada siang hari (Davison dan Neale 2006). Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan tidur pada lanjut usia antara lain perubahan lingkungan sosial, penggunaan obat-obatan yang meningkat, penyakit dan perubahan aktivitas (Prayitno 2002). Prevalensi gangguan tidur pada lanjut usia cukup tinggi, dilaporkan 40-50% dari populasi lanjut usia di dunia menderita gangguan tidur (Sadock dan Sadock 2007).

Beberapa dampak dari gangguan tidur pada lanjut usia antara lain penurunan nafsu makan, kelemahan / kelelahan, peningkatan angka kejadian kecelakaan baik di rumah maupun di jalan, terjatuh, iritabilitas, menyebabkan emosi menjadi tidak stabil, sulit untuk berkonsentrasi, dan kesulitan dalam mengambil suatu keputusan (Wold 2004).

Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kualitas tidur terdiri dari terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi farmakologi yang biasa digunakan dan dianggap paling efektif adalah obat tidur, dimana jika digunakan terus-menerus akan mengalami ketergantungan (Soemardini, Suharsono dan Kusuma 2013). Terapi nonfarmakologi untuk mengatasi gangguan tidur yaitu terapi pengaturan tidur, terapi psikologi, dan terapi relaksasi. Terapi relaksasi dapat dilakukan dengan cara terapi musik dan aromaterapi. Penggunaan terapi musik ditentukan oleh intervensi musikal dengan maksud memulihkan, merelaksasi, menjaga, memperbaiki emosi, fisik, psikologis, dan kesehatan serta kesejahteraan spiritual (Djohan 2006). Aromaterapi dapat diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran, dan jiwa. Penyembuhan nonfarmakologi terhadap gangguan tidur sangat diperlukan untuk meminimalkan efek terapi farmakologi karena sifatnya yang tidak memberikan efek samping dan ketergantungan (Soemardini, Suharsono dan Kusuma 2013).

Penelitan yang berkaitan dengan kualitas tidur pada lanjut usia

(3)

3 yaitu penelitian dengan judul

perbedaan efektifitas terapi musik dengan relaksasi otot progresif terhadap peningkatan kualitas tidur lansia di Banjar Peken Desa Sumerta Kaja didapatkan hasil sebelum diberikan terapi musik kualitas tidur lansia kurang yaitu sebesar 56,2% dan setelah diberikan terapi musik kualitas tidur sedang memiliki proporsi yang paling banyak yaitu sebesar 68,8% (Widyastuti, Achjar dan Surasta 2011).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta didapatkan data terdapat 52 lansia yang dirawat di sana. Hasil wawancara dan observasi pada 52 orang lansia didapatkan bahwa beberapa lansia mengeluh sulit untuk tertidur pada malam hari, sering terbangun malam hari dan merasa tidur tidak nyeyak. Hal ini dikarenakan adanya perubahan lingkungan sosial yaitu suara yang berisik dan teman sekamar yang mengganggu kenyamanan lanjut usia untuk tertidur. Hal yang dilakukan oleh lansia untuk mengatasi masalah gangguan tidur mereka dengan berdoa dan memejamkan mata sampai akhirnya mereka tertidur dengan sendirinya dan cara tersebut dianggap efektif untuk dapat tidur. Lanjut usia di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta belum mengetahui cara nonfarmakologis yang dapat digunakan dan penerapannya. Berdasarkan data tersebut diatas, peneliti ingin mengetahui pengaruh terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender terhadap peningkatan kualitas tidur lansia.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperiment dengan desain penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan pre and post

test without control (Sugiyono 2013).

Pada desain penelitian ini, peneliti hanya melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding. Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta pada tanggal 10 februari – 23 februari 2014. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua lansia yang berada di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta sebanyak 52 orang lansia. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik

purposive sampling dan didapatkan

20 orang responden memenuhi kriteria inklusi.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner PSQI

(Pittsburg Sleep Quality Index).

Kuesioner ini terdiri dari 19 poin pertanyaan yang terdiri dari 7 komponen nilai yaitu kualitas tidur subjektif, tidur laten, lama tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, pemakaian obat tidur dan disfungsi siang hari. Dari sampel yang didapatkan akan berada dalam satu kelompok dan dilakukan pre test

menggunakan kuesioner PSQI kemudian responden diberikan terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender secara bersamaan dikamar masing-masing yaitu satu kali sehari dalam waktu 30 menit selama 7 hari. Sesudah diberikan intervensi berupa terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender selama 7 hari kemudian

(4)

4

peneliti melakukan post test pada responden dengan menggunakan kuesioner PSQI. Data yang sudah terkumpul akan dianalisa yaitu menggunakan analisis univariat untuk kualitas tidur dan analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon

untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah diberikan terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender terhadap peningkatan kualitas tidur lansia. Interpretasi dari uji Wilcoxon

yaitu dengan menggunakan taraf signifikan (α = 0,05). Kaidah keputusan analisa datanya yaitu apabila p value ≤ 0,05 maka ada pengaruh pemberian terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender terhadap peningkatan kualitas tidur lansia (Priyatno 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta tahun 2014 (n=20)

Usia Jumlah Persentase (%) 60-74 tahun (lanjut usia dini) 15 75 75-90 tahun (lanjut usia tua) 5 25 Total 20 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa usia responden terbanyak adalah usia 60-74 tahun (lanjut usia dini) sebanyak 15 (75%) orang dan usia 75-90 tahun (lanjut

usia tua) sebanyak 5 orang (25%). Lanjut usia akan mengalami perubahan fisik berupa penurunan fungsi organ sehingga rentan terhadap berbagai penyakit seperti nyeri pinggang, nyeri dada, nyeri sendi, pusing dan gangguan tidur (Bandiyah 2009). Hal tersebut dapat terjadi pada lanjut usia dini karena adanya proses degenerasi dan hal ini dapat menyebabkan kualitas tidur tidak adekuat (Erliana 2008). Kualitas tidur yang kurang pada lanjut usia terjadi karena adanya penurunan yang progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4, beberapa lansia hampir tidak memiliki tahap tidur NREM 4 dan tidur yang dalam (Potter dan Perry 2006).

Tabel 2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Panti wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta tahun 2014 (n=20) Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Laki-laki 7 35 Perempuan 13 65 Total 20 100

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak dibanding jenis kelamin laki-laki yaitu responden perempuan sebanyak 13 orang (65%) sedangkan responden laki-laki 7 orang (35%). Perempuan cenderung memiliki kualitas tidur buruk dibandingkan dengan laki-laki karena perempuan lebih sering mengalami gangguan pada faktor psikis seperti stres atau depresi. Perempuan menggunakan perasaan untuk mengekspresikan sesuatu

(5)

5 sehingga perempuan lebih sering

merasa takut, gelisah dan tertekan yang mengakibatkan stres. Keadaan stres dapat membuat tidur tidak lelap, susah tidur bahkan tidak bisa tidur. Perubahan hormon juga terjadi pada saat perempuan memasuki massa menopause dimana terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron

seperti yang dialami oleh lansia yang mengakibatkan terjadinya gangguan tidur (Widya 2010).

Analisis Univariat

Tabel 3 Distribusi frekuensi kualitas tidur responden sebelum diberikan terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta tahun 2014 (n=20) Kualitas tidur Jumlah Persentase (%) Baik 0 0 Buruk 20 100 Total 20 100

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa kualitas tidur responden sebelum diberikan terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender yang mengalami kualitas tidur buruk adalah 20 orang (100%). Lansia yang mengalami kualitas tidur buruk terjadi karena gangguan fisik, mental dan psikososial (Anwar 2010). Hal tersebut juga terjadi pada lansia di di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih. Gangguan fisik yang terjadi antara lain timbulnya penyakit-penyakit seperti pegal-pegal, pusing, gatal-gatal dan penyakit lain seperti hipertensi. Gangguan mental yang terjadi pada

lansia antara lain curiga, mudah marah dan egois. Gangguan psikososial berdasarkan pernyataan lansia yaitu kehilangan teman, jauh dari keluarga sehingga menyebabkan lansia merasa kesepian. Faktor tersebut diatas dapat mempengaruhi kualitas tidur pada lansia.

Tabel 4 Distribusi frekuensi kualitas tidur responden sesudah diberikan terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta tahun 2014 (n=20) Kualitas tidur Jumlah Persentase (%) Baik 11 55 Buruk 9 45 Total 20 100

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sesudah diberikan terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender sebanyak 11 orang (55%) mengalami kualitas tidur baik dan sebanyak 9 orang (45%) masih mengalami kualitas tidur buruk. Hal ini berarti terjadi peningkatan pada kualitas tidur lansia dimana sebelum diberikan terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender sebanyak 20 orang responden (100%) mengalami kualitas tidur buruk. Menurut seorang ahli dari pusat gangguan tidur di Amerika menyatakan bahwa terapi musik yang diberikan 30 menit sampai satu jam setiap hari menjelang waktu tidur, secara teratur selama 1 minggu cukup efektif untuk mengurangi gangguan tidur (Djohan 2006).

(6)

6

Teori tersebut diterapkan oleh peneliti dengan menggunakan musik keroncong. Musik keroncong yang diberikan bertempo pelan sesuai dengan kesukaan para lanjut usia. Musik dengan tempo lamban memberikan rangsangan pada

korteks serebri (korteks auditorius

primer dan sekunder) sehingga dapat menyeimbangkan gelombang otak menuju gelombang otak alpha yang menandakan ketenangan (Wijayanti 2012). Terapi lain yang diberikan kepada responden yaitu aomaterapi lavender . Aroma lavender merupakan aroma yang baik digunakan untuk mengatasi kualitas tidur buruk karena aromaterapi lavender memiliki kandungan kimia

linalyl ester yang berkhasiat

menenangkan dan memberikan efek rileks sistem saraf pusat dengan menstimulasi saraf olfaktorius

(Stanley 2007). Semua impuls yang melewati saraf olfaktorius mencapai sistem limbik. Sistem limbik adalah bagian dari otak yang berkaitan dengan suasana hati, emosi, memori dan belajar kita. Semua bau yang mencapai sistem limbik memiliki pengaruh kimia langsung pada suasana hati kita (Sharma 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian mengenai kualitas tidur dengan menggunakan aromaterapi lavender yang diberikan 7 hari berturut-turut memberikan perbaikan kualitas tidur yang besar dan signifikan pada lansia yang mengalami gangguan kualitas tidur (Kurnia, Wardhani dan Rusca 2009).

Analisis Bivariat

Tabel 5 Pengaruh sebelum dan sesudah pemberian terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur responden di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta tahun 2014 (n=20)

Variabel Z hitung Z tabel

p value

Kualitas

tidur 3,317 2,093 0,001

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa dengan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh statistik Z hitung sebesar 3,371 dan Z tabel sebesar 2,093 sehingga Z hitung

(3,371) > Z tabel (2,093) dengan p

value sebesar 0,001 (p value ≤ 0,05)

maka H0 ditolak artinya ada

pengaruh pemberian terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender terhadap peningkatan kualitas tidur lansia. Adanya pengaruh tersebut berkaitan dengan terapi musik dan aromaterapi yang diberikan. Terapi musik yang diberikan memberi rangsangan pada korteks auditorius yang menstimulasi otak dan membangkitkan gelombang otak alfa sehingga dapat merelaksasi (Djohan 2006). Sedangkan aromaterapi yang diberikan memberi rangsangan pada korteks olfaktorius yang menstimulasi otak dan impuls mencapai sistem limbik sehingga mempengaruhi suasana hati (Sharma 2011). Kedua terapi tersebut saling berkaitan dimana hasil yang didapatkan dari pemberian terapi tersebut dapat membuat seseorang

(7)

7 menjadi rileks dan mempengaruhi

suasana hati sehingga adanya pengaruh tersebut membuat lansia mudah untuk tertidur dengan nyenyak dan kualitas tidur akan menjadi baik.

KETERBATASAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti merupakan peneliti pemula yang masih asing dengan dunia penelitian sehingga masih banyak hal yang harus dipelajari oleh peneliti bersamaan dengan jalannya penelitian. Beberapa kendala yang dialami peneliti yaitu responden yang semuanya adalah lanjut usia memiliki tingkat emosi yang lebih tinggi dan perubahan mood yang terjadi menyebabkan responden terkadang mengulur waktu untuk mengikuti terapi yang diberikan dengan melakukan aktivitas lain seperti menonton tv atau bercerita dengan teman sekamar. Oleh karena itu peneliti tidak dapat melakukan penelitian pada jam yang sama setiap harinya. Selain itu pengisian data kuesioner bersifat subjektif sehingga kebenaran data sangat bergantung pada kejujuran responden.

KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender terhadap peningkatan kualitas tidur lansia dengan p value 0,001. Diharapkan bagi lansia agar dapat mengaplikasikan terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender dengan bantuan tenaga kesehatan di

Panti Wredha untuk meningkatkan kualitas tidur.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Z 2010. Penanganan

Gangguan Tidur pada Lansia.

diakses 7 November 2013. (http://researchreport.umm.ac.id/ index.php/researchreport/article/ viewfile/341/435ummresearchre portfulltext.pdf)

Badan Pusat Statistik. 2010. Data Statistik Indonesia : Jumlah penduduk menurut Kelompok

Umur, Jenis Kelamin, Provinsi

dan Kabupaten/ Kota 2005.

diakses 8 November 2013. (http://demografi.bps.id/ versi1/ index.php?option=com-tabel&ta st=&ltmid=1)

Bandiyah, S 2009. Lanjut Usia dan

Keperawatan Gerontik. Nuha

Medika. Yogjakarta

Davison, GC & Neale, JM 2006.

Psikologi Abnormal. Edisi 9.

Rajawali Pers. Jakarta

Djohan. 2006. Terapi Musik, Teori

dan Aplikasi. Galangpresss.

Yogyakarta

Erliana, E, Haroen, H & Susanti RD.

2008. Perbedaan Tingkat

Insomnia Lansia Sebelum dan Sesudah Latihan Relaksasi Otot Progresif di BPSTW Ciparay

Bandung. diakses pada tangga 5

Februari 2014. (http://www.kes ehatan.lansia.com/2009/tingkat-insomnia-pada-lansia.pdf) Kurnia, AD, Wardhan, V & Rusca,

KT. 2009. Aromaterapi Bunga Lavender Memperbaiki Kualitas

Tidur pada Lansia. diakses 20

Februari 2014. (http://jkb.ub.ac. id/index.php/jkb/article/viewFile /174/164)

(8)

8

Potter, PA & Perry, AG. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan

: Konsep, Proses dan Praktik.

E/4. Vol 2. EGC. Jakarta

Prayitno, A. 2002. Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia

Lanjut dan Penatalaksanaannya.

vol 21 No. 1. diakses 8 November 2013. (http://www. univmed.org/wp-content/uploads /2011/02/Prayitno.pdf)

Priyatno, D. 2012. Belajar Praktis Analisis Parametrik dan Nonparametrik dengan SPSS. Gava Media. Yogyakarta

Sadock, BJ & Sadock, VA. 2007. Kaplan and Saadock’s Synopsis

of Psychiatry. 10th ed. Wolter

Kluwer. Philadelphia

Sharma, S. 2009. Aromaterapi. Kharisma Publishing Group. Tangerang

Soemardini, Suharsono, T & Kusuma, AM. 2013. Pengaruh Aromaterapi Bunga Lavender terhadap Kualitas Tidur Lansia

di Panti Werdha Pangesti

Lawang. diakses 7 November

2013. (http://old.fk.ub.ac.id/ar tikel/id/filedownload/keperawata n/arimiraku suama)

Stanley, M & Beare, PG. 2007. Buku

Ajar Keperawatan Gerontik.

Edisi 2. EGC. Jakarta

Sugiyono. 2013. Penelitian pendi dikan pendekatan kuantitatif,

kualitatif dan R&D. Bandung.

Alfabeta

Wayan, P. 2006. Bisakah Lansia

Sehat dan Bahagia ?. diakses 10

November 2013. (http://balipost cetak/2006/5/28/kel/html) Widya. 2010. Mengatasi Insomnia.

Katahati. Jogjakarta

Widyastuti, Achjar, KAH & Surasta, IW. 2011. Perbedaan Efektifitas Terapi Musik dengan Teknik Relaksasi Progresif terhadap

Peningkatan Kualitas Tidur

Lansia di Banjar Peken Desa

Sumerta Kaja. diakses 7

November 2013. (http://ojs.unud .ac.id/index.php/coping/article/d ownload/6127/4618)

Wijayanti, FY. 2012. ‘Perbedaan Tingkat Insomnia pada Lansia Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik Keroncong di Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Tulungagung’.

Skripsi. Universitas Brawijaya Malang. Malang

Wold, GH. 2004. Basic Geriatric

Nursing. 3th ed. Mosby.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian pelayanan bukan dimulai dari kegiatan dalam lingkungan gereja, Sekolah Tinggi Teologi, tidak dimulai dari kursus-kursus pelayanan, tetapi dari sikap hati dan

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

Sistem informasi perpustakaan sekarang ini sangatlah penting untuk sekolah, instansi maupun pihak lainnya, dengan menggunakan sistem informasi perpustakaan, proses peminjaman,

Bagi perusahaan, diharapkan agar hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan tempat penelitian dilakukan, untuk dapat menentukan langkah selanjutnya

LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat) adalah sebuah unit kegiatan yang berfungsi mengelola semua kegiatan penelitian dan pengabdian kepada

Kecenderungan lebih banyaknya frase eksosentris direktif yang berfungsi sebagai penanda nomina lokatif di dalam novel ini berkaitan dengan data struktur dan makna

Mengikutsertakan hasil riset khususnya RIFOS (hasil yang sudah diaplikasikan) dalam kompetisi pengabdian masyarakat yang diadakan universitas tertentu. Membagikan kegiatan riset

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini