• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kurikulum Multimedia Sekolah Menengah Kejuruan dengan Dunia Usaha dan Industri di Salatiga Jurnal Ilmiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi Kurikulum Multimedia Sekolah Menengah Kejuruan dengan Dunia Usaha dan Industri di Salatiga Jurnal Ilmiah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Kurikulum Multimedia

Sekolah Menengah Kejuruan

dengan Dunia Usaha dan Industri di Salatiga

Jurnal Ilmiah

Peneliti :

Petrus Sunu Pratama (702013002) Angela Atik Setiyanti, S.Pd., M.Cs

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

1

Evaluasi Kurikulum Multimedia

Sekolah Menengah Kejuruan

dengan Dunia Usaha dan Industri di Salatiga

1)Petrus Sunu Pratama, 2)Angela Atik Setiyanti Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Jln. Gunung Payung, Kel. Blotongan, Kec. Sidorejo, Salatiga 50711, Indonesia Email: 1)702013002@student.uksw.edu, 2)angela.setiyanti@staff.uksw.edu

Abstract

The issue of the relevance between curriculum and job vacancy has become the main problem in educational institutions. This study aimed to find out the relevance of the multimedia curriculum used in SMK PGRI 3 with the job demand in Salatiga. The data were taken from questionnaires that were distributed to several employers in Salatiga and analyzed using the Scriven’s model. The findings of the study show that: (1) Printing Graphic Design subjects (19 Basic Competencies) had 3.02 relevant points, (2) Interactive Media Design (13 Basic Competencies) had 2.11 relevant points, (3) 2D Animation and 3D (19 Basic Competencies) had 1.91 relevant points and (4) Audio and Video Processing Techniques (18 Basic Competencies) had 3.64 relevant points.. Therefore, the current multimedia curriculum used in SMK PGRI 3 is categorized as medium relevant to this issue.

Keywords: relevance, curriculum, evaluation on results

Abstrak

Masalah relevansi kurikulum dengan lapangan kerja yang tersedia masih menjadi permasalahan utama yang sering dihadapi sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecocokan atau relevansi kurikulum Multimedia yang digunakan SMK PGRI 3 dengan tuntutan pekerjaan di dunia usaha dan industri yang tersedia di Kota Salatiga. Penelitian ini menggunakan Scriven’s Model yaitu Evaluasi Hasil ( Pay off Evaluation ) yang berorientasi pada hasil kurikulum yang telah dilaksanakan. Kurikulum dievaluasi dengan menggunakan angket yang diberikan kepada penyedia lapangan pekerjaan yang ada di Kota Salatiga. Hasil penelitian menunjukan (1) Mata pelajaran Desain Grafis Percetakan (19 Kompetensi Dasar) tingkat relevansinya mencapai 3,02, (2) Desain Media Interaktif (13 Kompetensi Dasar) tingkat relevansinya mencapai 2,11, (3) Animasi 2D dan 3D (19 Kompetensi Dasar) tingkat relevansinya mencapai 1,91 dan (4) Teknik Pengolahan Audio dan Video (18 Kompetensi Dasar) tingkat relevansinya mencapai 3,64. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang digunakan masuk dalam kategori relevan dalam tingkat sedang.

(7)

2 1. Pendahuluan

Permasalahan relevansi sudah menjadi salah satu masalah dalam dunia pendidikan terutama dengan sekolah kejuruan dimana sekolah berkeinginan mencetak lulusan yang kompeten dan siap bekerja. Perusahan atau industri membutuhkan dan lebih memprioritaskan lulusan dengan kompetensi yang berkaitan dengan perusahaan [1] maka sekolah pun harus mulai menyesuaikan. Dalam PP Nomor 19/2005 Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik [3]. Pengaruh teknologi membawa dampak perubahan dalam tuntutan pekerjaan pada dunia usaha maupun dunia industri termasuk di Salatiga, dimana sangat berpengaruh terhadap pentingnya kecocokan antara kurikulum dan kebutuhan suatu perusahaan atau industri. Tahun 2018 Badan Pusat Statistik menyebutkan ada penurunan angka pengangguran sebesar 5,34% tetapi dalam urutan pendidikan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk Sekolah Menengah Kejuruan masih mendominasi dengan presentase angka 11,24% dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lain [2] dan salah satu penyebab tingginya angka pengangguran di tingkat pendidikan adalah sistem pendidikan di Indonesia yang belum mampu menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Perusahaan menentukan dan memberikan kriteria khusus yang harus dipenuhi agar dapat bekerja pada perusahaan tersebut serta menentukan standar minimal bagi calon pekerja [4].

Tingginya angka pengangguran lulusan di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan dikarenakan beberapa hal antara lain (1) SMK cenderung tertarik pada kuantitas atau mencetak lulusan yang banyak daripada memperbaiki kompetensi yang dimiliki lulusan. Jumlah lulusan terus meningkat tetapi tidak ada perubahan kompetensi yang dikembangkan untuk menyesuaikan dengan tuntutan lapangan kerja. (2) Penilaian lebih diutamakan pada nilai akademis siswa dan menyisihkan penilaian kinerja serta keterampilan kerja yang dimiliki siswa [5].

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur relevansi atau kecocokan kurikulum dengan tuntutan lapangan pekerjaan yang ada di Kota Salatiga

(8)

3

khususnya untuk jurusan multimedia, dan juga untuk menjadi bahan mengevaluasi kurikulum yang baru sehingga kurikulum yang ada dapat diperbaiki dan menjadi lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang ada.

2. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan relevansi kurikulum sekolah dengan dunia usaha dan industri. Salah satunya yang dilakukan oleh Isma Widianty menyimpulkan bahwa relevansi kurikulum sekolah sangat berpengaruh terhadap kompetensi lulusan. Terdapat beberapa aspek yang menjadi peluang sekolah untuk meningkatkan kompetensi lulusan dengan melihat relevansi kurikulum dengan kebutuhan dunia usaha atau industri[7]. Penelitian lainya dilakukan oleh Dwi Jatmoko menemukan bahwa perusahaan atau industri mempunyai standar atau kompetensi khusus yang harus dimiliki agar bisa menjadi diterima bekerja dan menemukan juga bahwa beberapa kurikulum di sekolah tidak semua terpakai atau diperlukan sebagai skill dasar lulusan[8] serta penelitian yang dilakukan oleh Fajar Maulana menemukan bahwa hanya 38,89 % dari kompetensi dasar yang relevan dengan kebutuhan tenaga kerja sedangkan 60,11 % kompetensi tidak sesuai sehingga lulusan memiliki peluang yang kecil untuk dapat langsung bekerja sehingga sekolah perlu memperbaiki kurikulum agar sesuai dengan tuntutan dalam lapangan pekerjaan yang tersedia[10].

Lalu hasil penelitian yang dilakukan oleh Huseyin Yolcu pada 2011 menunjukan bahwa sekolah tidak hanya dituntut memberikan mutu akademis yang bagus tetapi juga kompetensi yang relevan dengan peluang usaha. Tidak hanya itu sekolah harus menyesuaikan kurikulum dengan dunia kerja agar mencetak lulusan yang siap bekerja dan sesuai dengan tuntutan lapangan kerja yang ada[9].

Evaluasi berarti tindakan untuk menentukan suatu nilai atau hasil. Evaluasi memiliki arti yaitu sebuah proses yang meliputi perencanaan, memperoleh dan menyediakan informasi yang diperoleh. Fungsi evaluasi sendiri antara lain sebagai tolak ukur atas capaian atau hasil sampai sejauh mana suatu program berhasil dijalankan[11]. Melakukan evaluasi bertujuan agar mengetahui sikap atau hal - hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki suatu program agar kedepan menjadi lebih baik. Kurikulum menjadi dasar yang sangat berpengaruh terhadap kompetensi sekolah yang diberikan. Melakukan evaluasi kurikulum agar sesuai dengan dunia

(9)

4

kerja atau industri sangat berpengaruh besar terhadap lulusan yang dihasilkan. Diharapkan kurikulum sudah sesuai dengan kebutuhan yang ada pada lapangan kerja yang tersedia namun seringkali sekolah hanya berfokus kepada bagaimana mencetak lulusan dalam jumlah yang banyak tanpa mengindahkan kompetensi atau bekal lulusan agar dapat bekerja.

Evaluasi Kurikulum adalah sebuah tahap akhir dimana dari pengembang kurikulum menentukan nilai atau besar hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan serta tingkat ketercapaian program – program yang telah dilaksanakan dan hasil - hasil kurikulum itu sendiri [8]. Evaluasi kurikulum mempunyai fungsi sebagai pengatur mutu, perkembangan kompetensi dan membuat kurikulum sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memperbaiki pelaksanaan kegiatan di masa mendatang. Tujuan dari evaluasi kurikulum adalah (1) memonitor dan memberikan nilai apa yang terjadi, sejauh mana sudah dilaksanakan serta meninjau kendala dan hambatan yang dilalui dalam pelaksanaan. (2) Pengembangan, yaitu penyempurnaan kurikulum pada tahap berikutnya[12]. Sehingga dengan dilakukannya evaluasi dapat membuat kompetensi yang diajarkan pada siswa semakin baik kedepannya dan menghasilkan lulusan yang memang kompeten serta sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia.

Relevansi secara umum, arti dari relevansi adalah kecocokan. Relevan adalah bersangkut paut, berguna secara langsung (kamus bahasa Indonesia). Relevansi berarti kaitan, hubungan (kamus bahasa Indonesia) [13]. Kurikulum pendidikan kejuruan yang dikembangkan selalu mengacu pada prinsip relevansi. Menjadi dasar banyaknya keputusan penting yang akan memberikan arah yang tepat untuk keberhasilan dalam perencanaan dan implementasi program. Relevansi akan menghubungkan antara potensi lapangan kerja yang ada dengan kemampuan atau kompetensi lulusan untuk memenuhi persyaratan pekerjaan yang tersedia. Kurikulum harus memiliki sifat untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebutuhan kerja. Perubahan yang sangat cepat di dunia kerja menunjukan bahwa kurikulum perlu selalu dikaji serta ditinjau ulang untuk melihat apakah masih ada kecocokan antara kompetensi yang diajarkan di sekolah dengan kebutuhan dunia kerja. Relevansi menjadi suatu kata yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan kejuruan pada setiap sekolah, kurikulum harus dirancang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja[7].

(10)

5 3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK PGRI 3 Salatiga pada jurusan Multimedia. Penelitian ini menggunakan Scriven’s Model dengan tujuan utama adalah evaluasi. Model Scriven menekankan bahwa evaluasi adalah inter judgement ataupun explanation dan evaluator adalah pengambil keputusan dan sekaligus penyedia informasi, sehingga dapat diaplikasikan pada berbagai kegiatan dan program pendidikan maupun pembelajaran. Metode evaluasi yang di gunakan yaitu Evaluasi Hasil ( Pay off Evaluation ) yang berorientasi pada hasil kurikulum yang telah dilaksanakan; seberapa jauh kurikulum sudah dilaksanakan, apakah hasil yang sudah kurikulum berikan pada lulusan dan masyarakat dan apakah kurikulum sudah membuat perubahan ? [12]. Adapun objek penelitian ini adalah tingkat kecocokan atau relevansi kurikulum yang berisikan kompetensi – kompetensi yang diajarkan kepada siswa dengan tuntutan dunia kerja dan dunia industri saat ini. Untuk mengukur tingkat relevansinya akan digunakan metode angket atau kuesioner dan wawancara kepada guru progdi multimedia, untuk angket atau kuesioner yang akan berikan kepada beberapa penyedia lapangan pekerjaan dalam bidang khususnya multimedia atau pihak yang sudah bekerja sama dengan sekolah untuk menyalurkan lulusannya. Skala pengukuran yang dipakai dalam angket atau kuesioner ini adalah skala Likert pada 4 Mata Pelajaran Multimedia dan kemudian dibagi secara merata pada masing – masing kompetensi dengan jawaban setiap instrumen yaitu “ Selalu dibutuhkan ” = 4, “ Kadang dibutuhkan ” = 3, “ Jarang dibutuhkan ” = 2, “ Tidak dibutuhkan“ = 1.

Penilaian pada lembar kuesioner dilakukan dengan menentukan persentase relevansi atau kecocokan kurikulum dengan kebutuhan lapangan pekerjaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut[14].

i = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 =

4−1

(11)

6

Tabel 1 Pedoman Kriteria Relevansi Kurikulum

Capaian Kriteria

3,25 – 4 Tinggi

2,50 – 3,24 Sedang

1,75 – 2,49 Rendah

1,00 – 1,74 Sangat Rendah

Instrumen yang digunakan adalah lembar angket dengan 4 Mata Pelajaran yaitu Desain Grafis Percetakan ( 19 Kompetensi Dasar ), Desain Media Interaktif ( 13 Kompetensi Dasar ), Animasi 2D dan 3D ( 19 Kompetensi Dasar ) dan Teknik Pengolahan Audio dan Video (18 Kompetensi Dasar ). Dengan demikian terdapat 69 item variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini. Data yang telah diperoleh akan diklasifikasikan dan disajikan dalam bentuk tabel.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat relevansi atau kecocokan kurikulum Multimedia yang digunakan SMK PGRI 3 dengan tuntutan lapangan pekerjaan yang ada di Kota Salatiga. Evaluasi yang dilakukan berorientasi pada kompetensi dasar yang diajarkan sekolah apakah sudah sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan dunia kerja yang ada.

Evaluasi menggunakan kuesioner yang dibagikan pada 10 pengguna lulusan atau penyedia lapangan pekerjaan khususnya Multimedia. Adapun hasil relevansi kurikulum dengan tuntutan pekerjaan yang ada di Kota Salatiga disajikan pada tabel 2 – 5.

Tabel 2 Hasil Perhitungan Relevansi Kurikulum Desain Grafis Percetakan dengan Dunia Kerja / Industri

Indikator Kompetensi Dasar Jawaban Total Presentase Kriteria

1 2 3 4

1

Membuat desain dengan

menerapkan dasar - dasar desain grafis dan nirmana

3 3 4 31 3,1 Sedang

2 Membuat desain menggunakan

tipografi yang tepat 4 3 3 29 2,9 Sedang

3 Menggambar sketsa dan ilustrasi 4 4 2 28 2,8 Sedang

4 Menggambar bentuk dan

(12)

7

5 Menggabungkan gambar dan teks

yang berbasis vektor 2 2 6 34 3,4 Tinggi

6 Mendesain efek pada gambar

vektor 4 4 2 28 2,8 Sedang

7 Menggabungkan gambar dan teks

yang berbasis bitmap 5 5 25 2,5 Sedang

8 Mendesain efek pada gambar

bitmap 4 4 2 28 2,8 Sedang

9 Membuat review desain berbasis

bitmap dan vektor 5 5 25 2,5 Sedang

10 Mengembangkan referensi

gambar sesuai ilmu fotografi 1 4 5 34 3,4 Tinggi

11 Mengoperasikan jenis – jenis

kamera dan alat bantu fotografi 4 6 36 3,6 Tinggi

12 Mengoperasikan kamera digital

dan perawatan peralatan fotografi 1 4 5 34 3,4 Tinggi

13 Mengambil gambar sesuai bidang

pandang dan sudut pandang 6 4 34 3,4 Tinggi

14 Mengatur tata cahaya dalam

pengambilan gambar 2 8 38 3,8 Tinggi

15 Mengambil gambar dengan teknik

zooming dan panning 4 6 34 3,4 Tinggi

16 Mengambil gambar dengan teknik

bluring 4 4 2 28 2,8 Sedang

17

Mengambil gambar berdasarkan komposisi gambar dalam fotografi

4 4 2 28 2,8 Sedang

18 Membuat karya seni foto digital 3 4 3 20 2 Rendah

Berdasarkan hasil perhitungan rata – rata dari 18 KD, persentase Desain Grafis Percetakan memperoleh 3,02 yang berarti tingkat kecocokan atau relevansi dengan tuntutan dunia kerja masuk dalam kriteria sedang dapat diartikan kompetensi yang ada sudah sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang ada di Kota Salatiga.

Tabel 3 Hasil Perhitungan Relevansi Kurikulum

Desain Media Interaktif dengan kebutuhan Dunia Kerja / Industri

Indikator Kompetensi Dasar Jawaban Total Presentase Kriteria

1 2 3 4

1

Mendemonstrasikan konsep multimedia interaktif berbasis halaman web dan media interaktif

5 2 3 18 1,8 Rendah

2

Membuat (desain/perancangan alur) untuk multimedia interaktif berbasis halaman web dan media interaktif

4 2 3 1 21 2,1 Rendah

3

Membuat interface menggunakan prinsip – prinsip desain user interface pada multimedia interaktif berbasis halaman web dan media interaktif

6 2 2 16 1,6 Sangat

(13)

8

4

Mengoperasikan aplikasi multimedia interaktif berbasis halaman web dan media interaktif

4 4 2 20 2 Rendah

5

Menggabungkan image, video, audio, animasi dalam sajian multimedia interaktif berbasis halaman web dan media interaktif

2 4 4 30 3 Sedang

6

Membuat style pada multimedia interaktif berbasis halaman web dan media interaktif

5 4 1 17 1,7 Sangat

Rendah 7 Membuat review terhadap produk

web 4 4 2 18 1,8 Rendah

8 Menggunakan program (koding)

pada multimedia interaktif 4 4 2 20 2 Rendah

9 Mengolah multimedia interaktif

menggunakan kode program 4 4 2 20 2 Rendah

10 Mengolah data pada produk

multimedia interaktif 4 4 2 20 2 Rendah

11 Melakukan publikasi multimedia

interaktif 4 4 2 20 2 Rendah

12 Mendesain produk multimedia

interaktif 4 4 2 20 2 Rendah

Dari 12 KD yang sudah dirata – rata Desain Media Interaktif dikategorikan rendah karena hanya 2,11 saja yang berarti kesesuaian dengan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan yang ada menjadi tidak relevan atau cenderung kompetensi dasar yang diajarkan tidak sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau industri yang ada di Kota Salatiga sehingga dapat menjadi bahan perbaikan untuk kurikulum yang ada.

Tabel 4 Hasil Perhitungan Relevansi Kurikulum Animasi 2D dan 3D dengan kebutuhan Dunia Kerja / Industri

Indikator Kompetensi Dasar Jawaban Total Presentase Kriteria

1 2 3 4

1 Menyampaikan prinsip dasar

pembuatan animasi 2D (vector) 4 4 1 1 19 1,9 Rendah

2

Membuat objek sederhana menggunakan aplikasi animasi 2D

4 5 1 15 1,5 Sangat

Rendah

3 Membuat Animasi 2D

menggunakan teknik tweening 8 2 12 1,2

Sangat Rendah 4

Membuat karakter sederhana menggunakan aplikasi animasi 2D

6 2 2 18 1,8 Rendah

5 Membuat element gambar digital

puppeter dalam animasi 2D 2 6 2 20 2 Rendah

6 Membuat gerak digital puppeter

pada animasi 2D 4 4 2 18 1,8 Rendah

(14)

9

8 Mengaplikasikan prinsip – prinsip

animasi dalam produksi animasi 6 4 24 2,4 Rendah

9 Membuat produk animasi 2D 6 3 1 22 2,2 Rendah

10 Membuat review terhadap produk

animasi 2D 5 5 15 1,5

Sanagt Rendah 11 Membuat sketsa rancangan objek

3D 2 7 1 19 1,9 Rendah

12 Membuat model sederhana

berbasis 3D Hardsurface 2 8 18 1,8 Rendah

13

Mengolah permodelan objek sederhana berbasis 3D Hardsurface

4 6 16 1,6 Sangat

Rendah 14 Mengaplikasikan material pada

objek sederhana 3D 4 6 16 1,6

Sangat Rendah 15 Meletakkan posisi kamera yang

tepat dalam aplikasi 3D 4 6 16 1,6

Sangat Rendah 16 Membuat gerak digital non

karakter dalam aplikasi 3D 4 6 16 1,6

Sangat Rendah 17 Menerapkan teknik rendering

pada objek 3D 3 3 4 21 2,1 Rendah

18

Membuat produk animasi 3D menggunakan objek – objek sederhana ( Motion Graphic)

6 4 34 3,4 Tinggi

Berdasarkan perhitungan rata – rata yang diperoleh untuk Animasi 2D dan 3D masuk dalam kategori rendah karena persentasenya adalah 1,91. Banyak kompetensi dasar yang tidak sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan yang ada, dari 18 kompetensi dasar yang diajar hanya ada 1 kompetensi yang masuk dalam kategori tinggi dan sesuai.

Tabel 5 Hasil Perhitungan Relevansi Kurikulum

Teknik Pengolahan Audio dan Video dengan kebutuhan Dunia Kerja / Industri

Indikator Kompetensi Dasar Jawaban Total Presentase

(%) Kriteria

1 2 3 4

1 Membuat alur proses produksi

multimedia 6 4 34 3,4 Tinggi

2 Dapat mengoperasikan kamera

video sesuai prosedur 2 8 38 3,8 Tinggi

3

Mampu menerapkan teknik pergerakan kamera berdasarkan ukuran (framing) dan sudut pandang (angle) kamera

2 8 38 3,8 Tinggi

4

Mengatur tata cahaya dalam pengambilan gambar bergerak (perekaman video)

10 40 4 Tinggi

5

Menyunting video dengan menggunakan perangkat lunak pengolah video

(15)

10

6

Memanipulasi video dengan menggunakan fitur efek perangkat lunak pengolah video

6 4 34 3,4 Tinggi

7

Memanipulasi audio dengan fitur – fitur perangkat lunak audio digital

4 6 36 3,6 Tinggi

8 Memadukan audio dan video

sesuai dengan tuntutan naskah 2 8 38 3,8 Tinggi

9

Membuat alur proses video pendek ( video profile, fiture, dan video pendek lainya )

4 6 36 3,6 Tinggi

10 Merekam gambar bergerak

(video) menggunakan kamera 10 40 4 Tinggi

11 Memperbaiki kualitas data audio 2 4 4 32 3,2 Sedang

12 Menggabungkan teks untuk

dipadukan dengan video 2 8 38 3,8 Tinggi

13

Membuat efek – efek khusus dengan menggunakan fitur – fitur perangkat lunak efek khusus

8 2 32 3,2 Sedang

14 Membuat pengemasan produksi

video 2 8 38 3,8 Tinggi

Teknik Pengolahan Audio dan Video masuk dalam kategori tinggi dengan rata – rata persentase 3,64 yang berarti memiliki tingkat kecocokan antara tuntutan lapangan pekerjaan dengan kompetensi dasar yang sudah sekolah terapkan. Dari 14 butir variabel tidak ada yang masuk persentase rendah atau sangat rendah menunjukan bahwa kurikulum yang dipakai sudah sesuai dengan dunia kerja yang ada di Kota Salatiga.

Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru progdi jurusan multimedia dapat diketahui bahwa kurikulum masih dalam bentuk utuh yang diberikan pemerintah yang memang belum disesuaikan dengan tuntutan dunia kerja atau industri yang ada di Kota Salatiga. Kurikulum yang digunakan standar dan belum diubah, namun setelah dipelajari ada beberapa materi yang memang sesuai atau relevan dengan tuntutan dunia kerja atau dunia industri. Selain itu masih ada evaluasi kurikulum yang akan dilakukan agar dapat menghasilkan lulusan yang sesuai dengan lapangan pekerjaan yang ada serta membekali lulusan dengan keterampilan yang mumpuni.

5. Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kurikulum jurusan Multimedia yang digunakan SMK PGRI 3 Salatiga masuk dalam kategori sedang dalam relevansinya dengan pengguna lulusan, berdasarkan dari hasil evaluasi 4 mata pelajaran yang mengandung 69 Kompetensi Dasar yang

(16)

11

diajarkan, hanya mencapai nilai relevansi total 2,67. Dari 4 mata pelajaran, 2 mata pelajaran yaitu Desain Grafis Percetakan dan Teknik Pengolahan Audio dan Video menunjukan persentase yang tinggi terhadap relevansi atau kecocokan antara kompetensi dasar yang diajarkan dengan tuntutan dunia kerja yang ada di Kota Salatiga, sedangkan untuk 2 mata pelajaran Desain Media Interaktif dan Animasi 2D dan 3D masih belum begitu sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan yang ada di Kota Salatiga yang berbasis Multimedia.

Saran peneliti untuk SMK PGRI 3 Salatiga adalah dengan memaksimalkan 2 mata pelajaran yang memiliki relevansi yang tinggi. Bisa dengan memberikan tambahan jam pelajaran, keterampilan diluar jam pelajaran serta menambahkan ekskul yang dapat menunjang skill serta keahlian dari siswa. Kemudian untuk 2 mata pelajaran yang tingkat kecocokan rendah dengan tuntutan dunia kerja, jam pelajaran seharusnya dikurangi dan guru juga tetap mengawasi dan membimbing apabila siswa ingin mengembangkan keahlian dalam 2 mata pelajaran tersebut.

Untuk penelitian selanjutnya bisa lebih berfokus pada penyesuaian kurikulum yang harus dibuat sekolah. Disarankan juga dengan ditemukan hasil relevansi dari kurikulum dengan tuntutan lapangan pekerjaan dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat kurikulum yang lebih relevan dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Adapun saran untuk guru adalah memberikan tambahan jam pelajaran atau ekstrakulikuler pada kompetensi dasar yang memang dirasa sesuai atau relevan dengan tuntutan pekerjaan sehingga lulusan menjadi lebih kompeten serta sesuai dengan kebutuhan dunia usaha atau dunia industri yang ada di Kota Salatiga.

6. Daftar Pustaka

[1] Dangaloo, Ana Juline Cochico & Sabandal, Darlene de Jesus. 2018. Industry Stakeholders’ Satisfaction on the Work Competencies of the Business Department Graduates. Science Publishing Group.

[2] Https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/11/05/1485/agustus-2018--tingkat

pengangguran-terbuka--tpt--sebesar-5-34-persen.html diakses : 20 Januari 2019

jam 13:44 WIB.

(17)

12

[4] Hodges, Daves & Burchell, Noel. 2003. Business Graduate Competencies: Employers’ Views on Importance and Performance. Asia-Pacific Journal of Cooperative Education.

[5] Arina, Hidayati. 2015. Relevansi Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dengan Kebutuhan Dunia Usaha dan Industri. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

[6] Sutrino, Budi. 2013. Perencanaan Karir Siswa SMK.. Jurnal Model Berbasis Pengembangan Soft Skills. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

[7] Widiaty, Isma. 2013. Relevansi Kurikulum SMK Berbasis Industri Kreatif dengan Metode Extrapolation and The Econometric Approach. Invotec, Vol. IX, No.1 Februari 2013 : 29-42.

[8] Jatmoko, Dwi. 2013. Relevansi Kurikulum SMK Kompetensi Teknik Kendaraan Ringan Terhadap Kebutuhan Dunia Industri di Kabupaten Sleman. Jurnal Pendidikan Vokasi – 1.

[9] Yolcu, Hüseyin. 2011. The Factor Those Affect the Individual Education Demand for Vocational High School for Girls : Sample of Kastamonu. Educational Administration : Theory and Practice 2011, Vol. 17, Issue 3, pp : 453 – 483. [10] Maulana, Fajar. 2016. Relevansi Materi Pembelajaran Pada Paket Keahlian Teknik

Gambar Bangunan Pada Kurikulum 2013 Terhadap kebutuhan Tenaga Kerja di Konstultan Perencana. Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan Vol 3 Nomer 3/JKPRB/16 (2016), 165 - 171. Universitas Negeri Surabaya.

[11] Iriani, Dwi Sapitri & Soeharto. 2015. Evaluasi Pelaksanaan Praktik Kerja Industri Siswa Kompetensi Keahlian Jasa Boga SMK N 3 Purworejo. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 3. Universitas Negeri Yogyakarta [12] Yusuf, A. Muri. 2015. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Prenadamedia Group. [13] http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-relevansi/

diakses : 25 Maret 2019 jam 19.50 WIB

Gambar

Tabel 1 Pedoman Kriteria Relevansi Kurikulum
gambar sesuai ilmu fotografi  1  4  5  34  3,4  Tinggi  11  Mengoperasikan jenis – jenis
Tabel 4 Hasil Perhitungan Relevansi Kurikulum  Animasi 2D dan 3D dengan kebutuhan Dunia Kerja / Industri
Tabel 5 Hasil Perhitungan Relevansi Kurikulum

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut karena di akhir tahun 2012 KPPBC TMP C Manado banyak melakukan sosialisasi dan pembimbingan secara langsung bagi pengusaha pabrik yang memiliki masalah ataupun

Faktor produksi yang berpengaruh terhadap varietas unggul baru adalah lahan, benih, pupuk Urea, pestisida dan tenaga kerja.. Sedangkan yang berpengaruh terhadap varietas

Harga pembangunan baru komponen bangunan, harga pembangunan baru kerusakan yang terjadi pada gedung dihitung berdasarkan data volume tiap-tiap kerusakan yang ada

 Peserta didik melakukan identifikasi terhadap masalah yang terjadi pada gambar  –  gambar tersebut  Guru mempersilahkan siswa secara berkelompok.. melakukan

Berdasarkan simpulan yang dikemukakan sebelumnya, terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan siswa terhadap kemampuan berbicaranya. Oleh karena itu penulis menyampaikan

Dengan menganalisis apakah ketentuan-ketentuan dalam hukum pidana positif selama ini dapat digunakan untuk menanggulangi delik-delik yang termasuk delik perjudian yang

Hasil penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian Suciati (2008) pada anak usia 4–6 tahun di TK Al- Husna Bekasi, yang menunjukkan tidak ada hubungan antara

Dengan menyebar kuesioner pada proyek di Kota Baru Parahyangan didapat perilaku kepemimpinan yang dominan adalah perilaku kepemimpinan orientasi pekerjaan dari