• Tidak ada hasil yang ditemukan

Parasit Kelompok 7

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Parasit Kelompok 7"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun oleh : Disusun oleh : Asri

Asri Astuti Astuti 230110140072301101400722 Novi

Novi Puspitawati Puspitawati 230110140082301101400811 Syifa

Syifa Mauladani Mauladani 230110140092301101400922 Yunia

Yunia Qonitatin Qonitatin 230110140102301101401066 Ridwan

Ridwan Ariyo Ariyo 230110140112301101401177 Egi

Egi Ramadhan Ramadhan 230110140122301101401255 Gilang

Gilang Ramadhan Ramadhan 230110140122301101401266 Adi

Adi Prasetyo Prasetyo 230110140132301101401355

Perikanan B / Kelompok 7 Perikanan B / Kelompok 7

UNIVERSITAS PADJADJARAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI PERIKANAN PROGRAM STUDI PERIKANAN

JATINANGOR JATINANGOR

2016 2016

(2)

ii

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kamisehingga kami dapat

dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “menyelesaikan makalah ini dengan judul “Trypanosoma, TetrahymenaTrypanosoma, Tetrahymena sp., sp., Opalina

Opalina sp.sp.””  Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu  Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan.

tugas mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan.

Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada : Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1.

1. Team dosen mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan Team dosen mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan ;; 2.

2. Seluruh anggota kelompok 7 ;Seluruh anggota kelompok 7 ; 3.

3. Pihak-pihak yang tidak bisa Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.disebutkan satu persatu.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan juga pembaca tentunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan juga pembaca tentunya. Kami mengharapkan adanya saran dan kritik

Kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca agaryang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah selanjutya. Demikianlah pengantar yang dapat kami dapat memperbaiki makalah selanjutya. Demikianlah pengantar yang dapat kami sampaikan, kami ucapkan terima kasih.

kami sampaikan, kami ucapkan terima kasih.

Jatinangor, April 2016 Jatinangor, April 2016

Penyusun Penyusun

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR  ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR  ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 BAB II PEMBAHASAN ... 3 2.1Trypanosoma ... 3 2.2Tetrahymenasp ... 10 2.3Opalina sp ... 13

BAB III PENUTUP ... 16

3.1 Kesimpulan ... 16

3.2 Saran ... 16

(4)

iii DAFTAR GAMBAR

No Nama Halaman

1. Gambar 1. Trypanosoma ... 3

2. Gambar 2. Morfologo Trypanosoma ... 3

3. Gambar 3. Perubahan Bentuk Trypanosoma ... 5

4. Gambar 4. Siklus HidupTrypanosoma ... 6

5. Gambar 5. Inang PerantaraTrypanosoma ... 7

6. Gambar 6.Tetrahymenasp...11

7. Gambar 7. SearanganTetrahymena sp ...12

8. Gambar 8.Opalinasp. ... 13

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor budidaya perikanan masih dapat dikatakan sebagai ujung tombakproduksi perikanan di Indonesia. Hal ini dikarenakan oleh produktivitas  penangkapan tidak dapat selalu diandalkan untuk memenuhi kebutuhan.

Pengembangan budidaya perikanan masih memiliki potensi yang besar, baik pada  perairan air tawar, payau maupun laut. Meskipun demikian, pengembangan sektor  budidaya perikanan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang dapat mengganggu produktivitas. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah keberadaan penyakit di perairan yang pada akhirnya mengakibatkan sakit dan  bahkan kematian pada komoditas perikanan .Keberadaan penyakit di dalam

lingkungan perairan merupakan salah satu kendala di dalam pengembangan sub sektor budidaya perikanan. Penyakit tersebut terdiri atas penyakit infeksi atau menular (infectious disease) yang disebabkan oleh organisme patogen infektif dan  penyakit non infeksi (non infectious disease) yang disebabkan oleh faktor fisika dan kimia lingkungan, pakan dan metabolisme, stess sebagai bagian reaksi  psikologis ikan.

Salah satu organisme yang mampu menginfeksikan penyakit yaitu  Protozoa. Protozoa berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata proto  dan zoon

yang berarti binatang pertama .Protozoa merupakan organisme bersel, mempunyai alat gerak berupa,  pseupodium  (kaki semu), cilia  (rambut getar),  flagellum (cambuk getar) dan ada juga yang mempunyai membrane undulans di samping  flagellum.

Ditinjau dari pergerakan (alar gerak) dan juga cara-cara perkembangannya maka filum Protozoa ini dibagi ke dalam kelas Mastigophora (Flagellata), kelas Rhizopoda, kelas Telosporidia dan Cnidosporodia, serta kelas Ciliata.

Serangan penyakit infeksi mampu menyebabkan produktivitas budidaya terganggu dan bahkan dapat menyebabkan kegagalan serta kerugian bagi para  pembudidaya, sehingga mempengaruhi aspek sosial ekonomi pembudidaya.

(6)

Informasi terkait sumber-sumber penyakit, akibat yang ditimbulkan, serta  penanggulangannya dapat menjadi salah satu langkah awal untuk mengantisipasi timbulnya gejala klinis penyakit. Di dalam rangka memberikan informasi bagi semua pelaku budidaya perikanan termasuk bagi mahasiswa, maka keberadaan makalah ini dipandang perlu dan membantu dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menanggulangi penyakit yang mengganggu kehidupan organisme akuatik budidaya yang disebabkan oleh Tetrahymena, Trypanosoma dan Opalina yang termasuk kelas Flagellata (yang memiliki bulu cambuk) pada filum Protozoa.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui klasifikasi, bentuk morfologi, siklus, hidup, tingkat  patogenitas dan penanggulangan parasit Tetrahymena.

2. Mengetahui klasifikasi, bentuk morfologi, siklus, hidup, tingkat  patogenitas dan penanggulangan parasite Trypanosoma.

3. Mengetahui klasifikasi, bentuk morfologi, siklus, hidup, tingkat  patogenitas dan penanggulangan parasite Opalina.

(7)

3

BAB II PEMBAHASAN

2.1Trypanosoma

Klasifikasi

KlasifikasiTrypanosoma adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Gambar 1.Trypanosoma (Sumber: www.microbiologyonline.org.uk) Filum : Protozoa Subfilum : Sarcomastigophora Kelas : Flagellata Ordo : Kinetoplastida Famili : Trypanosomatidae Genus : Trypanosoma Spesies : Trypanosoma Morfologi

Gambar 2. MorfologiTrypanosoma (Sumber: www.biologipedia.com)

Tubuhnya berupa satu sel dan bentuknya memanjang dan mengecil pada kedua ujungnya. Mempunyai flagellum dan membran undulan. Flagellum keluar dari kinetosome yang letaknya dekat ujung posterior tubuh dan letaknya di tepi dari membran undulan. Intinya besar dan bentuknya lonjong dan terletak di tengah tubuh. Dekat basal dari flagellum terdapat kinetoplas yang bentuknya bulat atau seperti batang atau pipih. Berkembang biak secara biner dan mempunyai stadia

(8)

critidia yang terdapat pada tubuh inang perantara. Hidup dalam pembuluh darah sehingga dikenal sebagai parasit darah.

Parasit ini dapat ditemukan di dalam sirkulasi darah pada fase infeksi akut. T. evansi memiliki ukuran panjang 15 to 34 μm dan dapat membelah (binary  fission) untuk memperbanyak diri. Bentuknya yang khas seperti daun atau

kumparan dicirikan dengan adanya flagella yang panjang sebagai alat gerak. Di  bagian tengah tubuh terdapat inti. Salah satu ujung tubuh berbentuk lancip,

sedangkan ujung tubuh yang lain agak tumpul dan terdapat bentukan yang disebut kinetoplast.

Trypanosoma evansi memiliki morfologi yang mirip dengan Trypanosoma lainnya seperti T. equiperdum, T. brucei, T.  gambiense  dan T. rhodesiense. Permukaan tubuh Trypanosoma  diselubungi oleh lapisan protein tunggal yaitu glikoprotein yang dapat berubah-ubah bentuk (variable surface glycoprotein). Dengan kemampuan glikoprotein yang dapat berubah bentuk, maka T. evansi dapat memperdaya sistem kekebalan tubuh inang (host ). Konsekuensinya akan terjadi variasi antigenik (antigenic variation) dimana tubuh akan selalu berusaha membentuk antibodi yang berbeda-beda sesuai dengan protein permukaan yang ditampilkan oleh T. evansi.

Secara umum family Trypanosomidae mempunyai 4 bentuk atau morfologi yang berbeda, yaitu:

1 Bentuk Amastigot ( Leismanial form)

Bentuk bulat atau lonjong, mempunyai satu inti dan satu kinetoplas serta tidak mempunyai flagela. Bersifat intraseluler. Besarnya 2-3 mikron.

2 Bentuk Promastigot ( Leptomonas form)

Bentuk memanjang mempunyai satu inti di tengah dan satu flagela panjang yang keluar dari bagian anterior tubuh tempat terletaknya kinetoplas, belum mempunyai membran bergelombang, ukurannya 15 mikron.

3 Bentuk Epimastigot (Critidial form)

Bentuknya memanjang dengan kinetoplas di depan inti yang letaknya di tengah mempunyai membran bergelombang pendek yang menghubungkan flagela dengan tubuh parasit, ukurannya 15-25 mikron.

(9)

4 Bentuk Tripomastigot (Trypanosome form)

Bentuk memanjang dan melengkung langsing, inti di tengah, kinetoplas dekat ujung posterior, flagela membentuk dua sampai empat kurva membran  bergelombang, ukurannya 20-30 mikron.

Gambar 3. Perubahan BentukTrypanosoma (Sumber: en.wikipedia.org)

Pada penderita Trypanosomiasis (juga pada hewan vertebrata yang terinfeksi) umumnya ditemukan bentuk Trypomastigot. Trypomastigot ini memiliki bentuk mirip bulan sabit dengan ukuran panjang 15 –   35 mikron dan lebar 1,5 –  3,5 mikron. Didalamnya terdapat organella antara lain:

a. Inti besar berbentuk lonjong, terletak di tengah dan berfungsi untuk menyediakan makanan. Disebut juga Troponukleus.

 b. Kinetoplas, berbentuk bulat atau batang. Ukuran lebih kecil dari inti dan terletak di depan atau di belakang inti. Kinetoplas terdiri dari 2 bagian yaitu benda parabasal dan blefaroplas.

c. Flagela merupakan cambuk halus yang keluar dari blefaroplas dan  berfungsi untuk bergerak.

(10)

d. Undulating membrane  (membran bergelombang), adalah selaput yang terjadi karena flagela melingkari badan parasit, sehingga terbentuk kurva-kurva. Terdapat 3 –  4 gelombang membran

Pada stadium akhir, di dalam darah penderita, Trypomastigot memiliki  beberapa bentuk yang berbeda, yaitu:

a. Bentuk panjang dan langsing, memiliki flagela

 b. Bentuk pendek dan lebih gemuk, sebagian tidak berflagela

c. Bentuk intermediet dengan inti terkadang ditemukan di posterior.

Siklus Hidup pada Host Tetap

Gambar 4. Siklus Hidup Trypanosoma pada Inang Tetap (Sumber: www.academia.edu)

Siklus hidup Trypanosoma cruzi  dengan infeksi host mamalia dengan metasiklik tripomastigot hadir dalam kotoran dari darah dengan reduviid bug sebagai vektor. Host dengan kontaminasi gigitan luka serangga. Bentuk metasiklik mampu menyerang dengan fagositosis dan non fagositosis. Pada sel-sel  berinti, awalnya memasuki membran terikat vakuola (parasitophorous). Setelah masuk, tripomastigot metasiklik mulai berdiferensiasi menjadi bentuk amastigot dan lolos ke dalam sitoplasma sel dimana terjadi transformasi morfologi, termasuk involusi flagella. Amastigot kembali memasuki siklus sel dan

(11)

 berproliferasi sampai sel mengisi dengan bentuk-bentuk. Pada titik ini amastigot memanjang, reacquiring flagela panjang, yang membedakan dengan bentuk ramping tripomastigot melalui intraseluler epimastigot menengah. Tripomastigot Slender dapat menyerang sel-sel yang berdekatan, mereka dapat masuk ke dalam darah dan getah bening, dalam hal ini mereka mungkin mulai untuk membedakan ekstrasel. Diferensiasi ekstraseluler menimbulkan ke luas tripomastigot dan amastigot ekstraseluler. Campuran dari tiga bentuk mungkin ada dalam darah orang yang terinfeksi dan dapat diambil di blood feeding bug reduvuid.

Siklus Hidup pada Inang Perantara

Siklus hidup Trypanosoma Cruzi  dengan infeksi didalam reduvuid bug, tripomastigottersisa berdiferensiasi menjadi amastigot. Sebagai populasi, amastigot pertama memperpanjang masa flagela menjadi spheromastigot, yang kemudian memperpanjang menjadi Midlog epimastigot. Epimastigot terus memanjang mencari nutrisi dari blood feeding hingga habis. Akhirnya setelah migrasi ke bagian rektum atau usus belakang (hindgut), yang memanjang latelog epimastigot menempel pada usus kutikula oleh flagela mereka dan berdiferensiasi menjadi tripomastigot metasiklik menular melalui rektum dan menyelesaikan siklus hidup di dalam reduvuid bug.

Gambar 5. Inang perantara (Triatoma infestansdan Rhodnius prolixus) (Sumber: www.vectorbase.org)

Patogenitas

Trypanosoma sp. merupakan parasit obligat intercellular, yang  berpredileksi pada plasma darah (Levine 1994). Menurut Carlton dan Mc Gavin

(12)

(1995), trypanosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa  berflagel yang terdapat di dalam darah. Penularan penyakit antar hewan melalui

vektor arthropoda, seperti lalat tsetse. Penularan penyakit trypanosomiosis antar hewan terjadi melalui darah yang mengandung parasit Trypanosoma sp.

Pengaruh Trypanosoma sp. pada inang, yang pertama yaitu Trypanosoma sp. mempunyai metabolisme glukosa yang tinggi, sehingga bila Trypanosoma sp. mengambil glukosa inang maka terjadilah kematian inang karena terjadi hipoglikemia, yang kedua yaitu kadar kalium di dalam serum meningkat pada Tripanosomosis, tingginya kadar kalium pada plasma menyebabkan kerusakan  pada eritrosit (Levine 1995). Menurut Kordi (2004) ikan yang terserang

Trypanosoma sp. menunjukkan gejala-gejala ikan kekurangan oksigen, gerakan ikan sangat lemah, dan kerusakan pada kulit dan perdarahan pada insang. Infeksi  berat ditandai ketika ikan menderita anemia, insangnya pucat dan lembam.

Selanjutnya Moller dan Anders (1986) menyebutkan bahwa Trypanosoma  sp. menyebabkan menurunnya jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin.

Pada ikan lele dumbo yang dibudidayakan di desa Mangkubumen Boyolali infeksi Trypanosoma  sp menyebabkan ikan menderita anemia, hal ini menunjukkan bahwa Trypanosoma sp. telah menginfeksi ikan lele dumbo cukup  parah. Beberapa teori mengungkapkan pengaruh Trypanosoma  sp. pada inang. Teori pertama menyatakan bahwa Trypanosoma  sp. mempunyai metabolisme gkukosa yang tinggi, sehingga bila Trypanosoma  sp. mengambil glukosa inang maka terjadilah kematian inang karena terjadi hipoglikemia. Teori yang kedua kadar kalium di dalam serum meningkat pada tripanosomosis, tingginya kadar kalium pada plasma menyebabkan kerusakan pada eritrosit (Levine 1995). Pada  penelitian ini Trypanosoma sp. mempengaruhi ikan lele dumbo budidaya menurut

teori yang pertama, karena dampak yang diakibatkan oleh infeksi Trypanosoma sp adalah ikan mengalami anemia, sedangkan darah ikan lele dumbo budidaya tidak menunjukkan adanya kerusakan.

Penularan yang paling utama terjadi secara mekanis di Indonesia oleh lalat  penghisap darah seperti Tabanus sp., Haematopota sp., dan Chrysops (Reid et al .

(13)

2001). Setelah infeksi biasanya Trypanosoma  bertambah dalam darah secara

 berkala dan hal ini disertai demam hewan. Bentuk-bentuk trypomasgote masuk ke dalam sistem sel-sel retikulo endothelial, otot-otot bergaris, dan terutama otot  jantung menjadi bentuk amastigote. Bentuk ini berkembang biak merusak sel-sel endotel (epimastigote). Kerusakan endotel mengakibatkan perdarahan yang mungkin disebabkan oleh zattoksin dari trypanosoma. Bentuk amastigote berubah menjadi bentuk-bentuk trypomastigote yang masuk kembali ke dalam darah.

Gejala klinis yang ditimbulkan akibat infeksi Trypanosoma  umumnya

 pada segala jenis hewan sama (Ressang 1984). Sapi yang mengalami trypanosomiasis akut akan menunjukkan gejala anemia yang signifikan, macrocytosis, reticulocytosis, dan hyperplasia marrow erithroid. Temuan nekropsi  pada sapi yang mengalami trypanosomiasis antara lain yaitu meningkatnya cairan di rongga tubuh, pembesaran limfonodus, bronchopneumonia flabby heart, atropi  pericardium, ginjal membesar, hati membesar, dan limpa membesar. Pembesaran

limfonodus mencapai empat kali lipat dari ukuran normal, dan lemak sumsum tulang sebagian besar digantikan jaringan hemopoietic merah. (Carlton dan McGavin 1995).

Pengendalian

Adapun cara pencegahan ikan yang terserang parasit ini adalah:

1. Tempat pemeliharaan sebaiknya dikeringkan dan diberi desinfektan sebelum digunakan.

2. Air pemeliharaan ikan di filter.

3. Lintah sebagai inang perantara dimusnahkan.

Pengobatan dapat dilakukan secara bervariasi, namun apabila telah megenai sistem saraf pusat pengobatan kuarng baik untuk dilakukan. Pengobatan dapat dilakukan antara lain:

1. Eflornithine dengan dosis 400 mg/kg/hari IM atau IV dalam 4 dosis bagi, selama 14 hari dan dilanjutkan dengan pemberian oral 300 mg/kg/hari sampai 30 hari.

(14)

2. Suramin dengan dosis 1 gr IV pada hari ke 1,3,7,14,21 dimulai dengan 200 mg untuk test secara IV. Dosis diharapkan memcapai 10 gram. Obat ini tidak menembus blood-brain barrier dan bersifat toksis pada ginjal.

3. Pentamadine, dengan dosis 4 mg/kg/hari/hari IM selama 10 hari.4,7,8. 4. Melarsoprol, dengan dosis 20 mg/kg IV dengan pemberian pada hari ke

1,2,3,10,11,12,19,20,21 dan dosis perharinya tidak lebih dari 180 mg. Enchephalopati dapat muncul sebagai efek pemberian obat ini . Hai ini terjadi oleh karena efek langsung dari arsenical (kandungan dari melarsoprol) dan juga oleh karena reaksi penghancuran dari Trypanosma (reactive enchepalopathy). Bila efek tersebut muncul, pengobatan harus dihentikan (Siahaan, 2004).

5. Pemberian Quinapyramin dosis 3 mg/kg bb dan pemberian suramin dosis 4 g intra vena. 2.2Tetrahymena  sp. Klasifikasi Klasifikasi Tetrahymena Kingdom : Animalia Filum : Ciiophora Kelas : Olygohymenophorea Ordo : Hymenostomatida Family : Tetrahymenidae Genus : Tetrahymene Spesies : Tetrahymena sp. Morfologi

Ciliata itu bulat untuk pyriform, rata-rata 41,7 4,29 21,7 2,48 Â • lm dalam ukuran (n ¼ Â 50), dengan ujung anterior menyempit. Masing-masing memiliki 25 Ciliata silia baris dan dua baris silia pasca-oral, merata spasi. Sebuah macronucleus  bola dengan berdiameter sekitar 6 lm adalah pusat diposisikan dan mikronukleus.

Rongga itu terdiri dari tiga membranelles lisan pada kiri dan membrane  bergelombang di sebelah kanan sisi rongga mulut. Ciliata tidak menampilkan ekor silia. Pergerakan Ciliata dalam air, seperti yang diamati di bawah mikroskop

(15)

cahaya, mirip sepak bola spiral. Kerentanan spesies ikan yang berbeda untuk

Tetrahymena sp.

Gambar 6.Tetrahymena sp.

Tetrahymena sp memiliki dua jenis inti sel makronukleus dan mikronukleus.

Makronukleus non-germline dan kecil. Macronucleus adalah inti somatik, yaitu gen yang secara aktif diungkapkan. Sedangkan mikronukleus adalah inti germline yaitu  berisi informasi DNA diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya seksual. Mikronukleus adalah diploid dan berisi lima pasang kromosom. Gen mikronukleus adalah transcriptionally lembam selama pertumbuhan vegetatif. Tetrahymena sp

memiliki ratusan silia dan telah rumit struktur mikrotubula, sehingga model yang optimal untuk menggambarkan keragaman dan fungsi array mikrotubula.

Siklus Hidup

Siklus hidup T. thermophilia terdiri dari pergantian tahap haploid dan diploid. Selama pertumbuhan vegetatif sel diploid berkembang biak dengan  pembelahan biner. Pembelahan sel terjadi dengan urutan peristiwa morphogenetic yang mengakibatkan pengembangan duplikat set struktur sel, satu untuk setiap sel anak. Tetrahymena dapat didorong untuk menjalani konjugasi dengan mencuci yang menyebabkan kelaparan yang cepat. Ketika kelaparan, T. thermophila sel  berubah menjadi bentuk penyebaran cepat berenang. Ketika sel-sel tersebut satu

kawin sel jenis perjumpaan tipe kawin konjugasi komplementer dapat terjadi. Selama pasangan konjugasi dua sel, membentuk persimpangan dan pertukaran gamet inti sementara. Mereka kemudian menghasilkan dan membedakan inti

(16)

keturunan seksual mereka. Proses ini memakan waktu sekitar 12 jam. Urutan kejadian selama konjugasi diuraikan dalam gambar terlampir.

Gejala klinis

Ikan yang sakit menimbulkan gejala-gejala klinis yang spesifik, seperti telihat adanya tambalan putih pada permukaan tubuh, pendarahan pada area terinfeksi tulang menonjol keluar. Penyakit tersebut disebabkan oleh Tetrahymena  pyriformis. Parasit dapat menginfeksi kulit dan sirip. Organisme penyebab  penyakit tersebut kalau dilihat dengan menggunakan mikroskop berbentuk seperti  buah pear. Gejala klinisnya biasanya ikan yang terinfeksi mengosok-gosokkan

tubuhnya pada dasar atau dinding bak, serta mengibas-ibaskan siripnya.

Menurut Kordi dan Ghufran (2004), ciri ikan yang sakit dapat ditinjau dari segi perilaku, equilibrium, lesi eksternal, dan faktor kondisi. Perilaku ikan sakit  biasanya tidak normal. Ikan sering terlihat menggosok-gosokan tubuhmya pada suatu permukaan benda dan tidak mau makan. Ikan yang sakit akan memisahkan diri dan berenang secara pasif. Ikan yang terserang penyakit, keseimbangannya terganggu, meloncat-loncat tidak teratur, dan terkadang dapat menabrak dinding bak. Lesi eksternal adalah abnomalitas dari organ tubuh tertentu karena adanya serangan penyakit. Lesi eksternal pada ikan antara lain terjadi perubahan warna, produksi lendir yang berlebihan, kerusakan organ seperti kulit, sirip, insang, dan ulkus (Kordi & Ghufran 2004).

(17)

Penanggulangan

Dalam studi kasus mengenai serangan Tetrahymena pada Ikan Guppy diperoleh data bahwa:

Pengobatan

a. Apabila terjadi pada kolam ikan, air per hektar per kedalaman meter:

 b. Dapat menggunakan cabai bubuk 210 g, 100 g jahe film kering, goreng 25 Menambahkan per meter kubik air dengan 2 g metilen biru.

c. Dapat dilakukan dengan menggunakan Acriflavin 3 mg/l air dengan cara  perendaman selama 15 –  30 menit

d. Membersihkan kolam. Pencegahan

Pencegahan dengan menjaga Kualitas air dan Mengurangi Kepadatan Ikan khususnya dalam kegiatan budidaya

2.3Opalina  sp. Klasifikasi

Klasifikasi opalina sp. Adalah sebagai berikut : Sub Kingdom : Protozoa

Filum : Sarcomastigophora Sub filum : Opalinata

Kelas : Opalinea Ordo : Opalinida Famili : Opalinidae Genus : Opalina Spesies : Opalina sp. Gambar 8.Opalina sp. (Sumber : Fox 2006)

(18)

Morfologi

Opalinata merupakan kelompok organisme yang memiliki multi flagel. Organisme memiliki cirri-ciri: berbentuk pipih, silindris, atau mirip seperti  bentukan daun, bagian permukaan sel dikelilingi oleh pelikel dan flagella (flagella tampak seperti silia), memiliki 1 atau banyak nukleus, tidak memiliki cytopharing, dan sistem pencernaanya termodifikasi menjadi pinositosis. Karena tidak ada sitostoma (mulut) maka makanan diperoleh secara parasitik (saprozoic). Tubuh opalina ditutupi dengan silia yang berfungsi sebagai alat gerak dan memiliki  banyak inti. Tidak memiliki cytopharing, dan sistem pencernaanya termodifikasi

menjadi pinositosis (Roger 1988).

Gambar 9. Morfologi Opalina sp. (Sumber : Fox 2006)

Siklus Hidup

Opalina ranarum adalah endoparasit yang dapat ditemukan pada rectum katak. Umumnya Opalinida hidup berkomensalisme didalam sistem pencernaan amfibi atau ikan (Roger 1988). Hidup di usus pada bagian rectum sehingga dikenal sebagai endoparasit usus. Berkembangbiak secara membelah diri yang kemudian menjadi kista dan dikeluarkan melalui tinja. Selanjutnya kista menyebar melalui air, angin, inang antara dsb. Kista termakan oleh inang definitif sehat lalu kista masuk kedalam tubuh dan menuju habitatnya. Kista berkembang menjadi tropozoit, tropozoit kemudian melakukan pembelahan biner (aseksual), merusak  jaringan sekitar dan membentuk kista kembali (sebagian). Kemudian kista keluar

(19)

Patogenitas

Gejala klinis khas yang ditimbulkan oleh Opalina adalah gangguan dalam sistem pencernaan pada bagian rectum. Pada umumnya parasit ini menyerang  pada bagian usus ikan.

Penangulangan

Penanggulangan agar tidak terjadi parasit bagi ikan budidaya adalah dengan cara memperhatikan kualitas air khususnya ketika sedang dan sesudah  budidaya.

(20)

16

Trypanosoma adalah organisma satu sel dan bentuknya memanjang dan mengecil pada kedua ujungnya. Mempunyai flagellum dan membran undulan. Parasit ini dapat ditemukan di dalam sirkulasi darah pada fase infeksi akut. T. evansi memiliki ukuran panjang 15 to 34 μm dan dapat membelah (binary fission) untuk memperbanyak diri. Siklus hidup Trypanosoma cruzi dengan infeksi host mamalia dengan metasiklik tripomastigot hadir dalam kotoran dari darah dengan reduviid bug sebagai vektor.

Tetrahymena sp memiliki dua jenis inti sel makronukleus dan mikronukleus. Makronukleus non-germline dan kecil. Siklus hidu Tetrahymena terdiri dari  pergantian tahap haploid dan diploid. Selama pertumbuhan vegetatif sel diploid  berkembang biak dengan pembelahan biner. Pembelahan sel terjadi dengan urutan  peristiwa morphogenetic yang mengakibatkan pengembangan duplikat set struktur

sel, satu untuk setiap sel anak.

Opalinata merupakan kelompok organisme yang memiliki multi flagel. Organisme memiliki cirri-ciri: berbentuk pipih, silindris, atau mirip seperti  bentukan daun, bagian permukaan sel dikelilingi oleh pelikel dan flagella, Opalina ranarum  adalah endoparasit yang dapat ditemukan pada rectum katak. Umumnya Opalinida hidup berkomensalisme didalam sistem pencernaan amfibi atau ikan (Roger 1988). Hidup di usus pada bagian rectum sehingga dikenal sebagai endoparasit usus. Berkembangbiak secara membelah diri yang kemudian menjadi kista dan dikeluarkan melalui tinja. Selanjutnya kista menyebar melalui air, angin, inang antara

3.1 SARAN

Sebaiknnya kita dapat mengetahui, mencegah dan memotong siklus hidup  parasit yang dapat merugikan khususnya dalam kegiatan budidaya ikan

(21)

17

Alamanda, I K, dkk. 2006.  Penggunaan Metode Hematologi dan Pengamatan  Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Kolam Budidaya Desa  Mangkubumen Boyolali. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Anshary, H. 2008. Modul Pembelajaran Mata Kuliah Parasitologi. Makassar. Aryani, Netti dkk. 2004. Parasit dan Penyakit Ikan. UnRi Press, Pekan Baru. Irawan, A. 2004. Menanggulangi Hama dan Penyakit Ikan. CV. Aneka. Solo. Kordi, K. M. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta: Rineka

Cipta dan Bina Aksara.

Levine, N.D. 1995. Protozoologi Verteriner . Yogyakarta. UGM Press. Mollers, H & K, Anders. 1986. Diseases and Parasite Fishes. Jerman

Triyanto. 2007.  Bahan Ajar Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan, Jurusan Perikanan, Universitas Gadjah Mada.

Sachlan, M. 1952. Notes on parasites of freshwater fishes in Indonesia. Contrib. Inl. Fish.Res. Stat. No. 2. 1 60.

Kordi, Km Gufhron. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Cetakan Per ama. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Roger, A.O. 1988. Comparative Protozoology, Ecology, Physiology, and Life  History. New York: Sringer-Verlag New York Inc.

Gambar

Gambar 2.  Morfologi Trypanosoma
Gambar 3.  Perubahan Bentuk Trypanosoma
Gambar 4.  Siklus Hidup Trypanosoma pada Inang Tetap (Sumber: www.academia.edu)
Gambar 5.  Inang perantara ( Triatoma infestans dan  Rhodnius prolixus)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa melaksanakan proses kegiatan Proyek Kemanusiaan dan mengisi catatan harian ( ​logbook ​ ) untuk laporan reguler dan laporan akhir sebagai salah satu syarat penilaian.

Peran perpustakaan sebagai penyedia ruang (space) yang nyaman, dengan berbagai fasilitas yang diperlukan, seperti akses internet, layar LCD, printer, dan scanner akan

Setiap individu dalam kelompok akan mengadakan penilaian terhadap sesama anggota kelompok, terhadap kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku di dalam kelompok, sehingga timbul

yaitu menyuruh , metode individual, metode drill (latihan) dan metode pemberian tugas. Menggunakan media buku paket cepat tanggap belajar Al-Qur’an enam jilid

Manfaat dari penelitian ini adalah dalam rangka diversifikasi produk olahan dari pemanfaatan limbah industri perikanan dalam bentuk tulang ikan, serta sebagai

Manajer Investasi wajib memastikan kesiapan sistem elektronik yang disediakan oleh Manajer Investasi atau Agen Penjual Efek Reksa Dana yang ditunjuk oleh Manajer

#erdapat juga berbagai jenis reptil, antara lain : bia$ak, buaya, ular, serta kadal. Berbagai jenis burung juga banyak ditemui di $ilayah Indonesia timur antara lain

Ø Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep dengan dasar salep berlemak (greasy bases) tidak dapat dicuci dengan air, misalnya: campuran