• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekstrak Kulit Buah dan Ekstrak Daun Delonix regia terhadap Densitas Plasmodium Berghei pada Mencit Swiss-Webster In Vivo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Ekstrak Kulit Buah dan Ekstrak Daun Delonix regia terhadap Densitas Plasmodium Berghei pada Mencit Swiss-Webster In Vivo"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Ekstrak Kulit Buah dan Ekstrak Daun Delonix regia terhadap

Densitas Plasmodium Berghei pada Mencit Swiss-Webster In Vivo

Yusia Mega Relita, Fatmaty

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Abstrak

Malaria merupakan penyakit endemis di daerah tropis termasuk Indonesia. Semakin banyaknya strain Plasmodium resisten terhadap obat antimalaria membutuhkan penemuan obat baru yang lebih poten untuk mengatasi permasalahan ini. Delonix regia mengandung senyawa alkaloid dan terpenoid yang memiliki potensi sebagai antiplasmodium. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan bahwa ekstrak kulit buah dan ekstrak daun

Delonix regia mampu menurunkan densitas Plasmodium berghei. Kelompok perlakuan mendapatkan ekstrak

kulit buah dan ekstrak daun yang diberikan dengan tiga dosis, yaitu 2,8 mg/20g mencit, 8,4 mg/20g mencit, dan 14 mg/20g mencit selama tiga hari berturut-turut dimulai tujuh hari setelah inokulasi parasit pada Mencit

Swiss-webster. Pemeriksaan parasitemia dilakukan pada hari ke-0 sebelum perlakuan dan hari ke-3 setelah perlakuan

dengan cara dibuat sediaan apusan darah tipis yang diwarnai dengan Giemsa. Hasil analisis statistik menunjukkan pada dosis ekstrak kulit buah Delonix regia dosis 2,8 mg/20g mencit dan dosis 8,4 mg/20g mencit menunjukkan perbedaan jumlah parasit yang signifikan terhadap jumlah parasit kelompok kontrol negatif, sedangkan pada ekstrak kulit buah Delonix regia dosis 14 mg/20g mencit menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kelompok kontrol negatif. Hasil analisis statistik pada ekstrak daun Delonix

regia dosis 2,8 mg/20g mencit, 8,4 mg/20g mencit dan 14 mg/20g mencit menunjukkan tidak ada perbedaan

yang signifikan terhadap kelompok kontrol negatif. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak kulit buah Delonix regia dosis 2,8 mg/20g mencit paling baik dalam menurunkan densitas Plasmodium berghei.

Kata kunci : ekstrak; Delonix regia; Plasmodium berghei; densitas parasit

Abstract  

 

Malaria is endemic in tropical country, including Indonesia. Increasing number of strains of drug-resistant Plasmodium malaria needs to find a new, more potent drugs to overcome this problem. Delonix regia contains alkaloid and terpenoid chemicals that have potential as antiplasmodium. The purpose of this study is to prove that the rind and leaf extracts of Delonix regia can reduce the density of Plasmodium berghei in Swiss-webster mice. The treatment group get rind and leaf extracts given in three doses, ie 2,8 mg/20g mice, 8,4 mg/20g mice, and 14 mg/20g mice for three consecutive days starting seven days after inoculation of parasites. Parasitemia examination performed on H0 before and day 3 after treatment made by blood smear preparations stained with Giemsa thin. The results of the statistical analysis showed a dose Delonix regia rind extract dose 2,8 mg/20g mice and 8,4 mg/20g mice showed a significant difference in the number of parasites on the number of parasites negative control group, while in the rind extracts Delonix regia dose 14 mg/20g mice showed no significant difference to the negative control group. The results of statistical analysis on Delonix regia leaf extracts dose 2,8 mg/20g mice, 8,4 mg/20g mice and 14 mg/20g mice no significant difference to the negative control group. Based on these results it can be concluded that administration of Delonix regia rind extract at a dose of 2,8 mg/20g mice body weight is the best dose which can reduce the density of Plasmodium berghei.  

(2)

Pendahuluan

Malaria merupakan masalah kesehatan di berbagai negara belahan dunia.1 Penyakit ini endemis dan hiperendemis di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini menyerang negara berpenduduk banyak.1 Malaria disebabkan oleh Plasmodium sp. Vekor penyakit ini yang adalah gigitan nyamuk. Data WHO menunjukkan setiap tahun terdapat 300 juta orang di dunia berisiko tinggi terjangkit malaria. Angka kematian malaria mencapai 1-5 juta orang (Yuliandini, 2000). Pada tahun 2010 WHO melaporkan terdapat 99 negara termasuk kategori endemis malaria. Diperkirakan akan terdapat 106 negara pada tahun 2011.2

Sebagian besar kasus malaria terdapat di negara yang memiliki penghasilan rendah diantaranya negara di Afrika dan di Asia termasuk Indonesia salah satunya.1 Pada tahun 2008, WHO menyebutkan terdapat 544.470 malaria di Indonesia. Sedangkan pada tahun 2009 ditemukan 1.100.000 kasus klinis. Pada tahun 2010 menjadi 1.800.000 kasus.2

Malaria termasuk dalam penyakit berbahaya karena Plasmodium sp. dapat merusak eritrosit sehingga menyebabkan anemia. Malaria berat menyebabkan kegagalan multiorgan koma hingga kematian.1 Kejadian kematian pada malaria disebabkan resistensi Plasmodium falciparum kepada obat anti-malaria.

Malaria merupakan salah satu indikator keberhasilan Melenium Development Goal yang harus dicapai Indonesia dalam pengendalian penyebaran dan menurunkan kasus malaria menjadi setengah pada tahun 2015.3 Pada tahun 1990, angka kejadian malaria sebesar 4,68 per 1000 penduduk. Pada tahun 2015 ditargetkan akan menurun menjadi < 1 per 1000 penduduk.3 Pencapaian eliminasi malaria membutuhkan sumber daya untuk mendukung program yang telah dirancang secara terinci dengan berusaha melibatkan segenap pihak yang terkait. Pelaksanaan eliminasi malaria sebaiknya didukung oleh 3 pilar kebijakan utama yaitu : 1) menghentikan malaria klinis dan mengganti dengan malaria konfirmasi, 2) menghentikan mono terapi dan ganti dengan terapi kombinasi artesunat 3) mencegah malaria dengan penggunaan kelambu berinsektisida.1

Di beberapa daerah endemik malaria,seringkali obat-obatan malaria tidak tersedia atau harganya tidak dapat dijangkau oleh masyarakat. Saat ini terdapat sejumlah peningkatan kasus resistensi obat malaria. Perez et al.(1997) menyatakan bahwa adanya parasit malaria yang telah tersebar secara global yang terbukti resisten terhadap obat malaria yang tersedia merupakan masalah kesehatan utama. Sehingga dibutuhkan usaha untuk mendapatkan alternatif bahan obat antimalaria baru.4 Penelitian oleh Kayser et al., (2000) mengatakan bahwa banyak senyawa alam yang berasal dari tumbuhan dapat dijadikan alternatif senyawa

(3)

antimalaria. Menurut Dzulkarnain (1998) beberapa tanaman obat di Indonesia dapat digunakan sebagai antimalaria, dengan sifat antiplasmodium dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan malaria. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan tanaman obat terbukti memperpanjang umur mencit yang telah terserang malaria dan mencegah kerusakan limpa dan hati. Oleh karena itu, tanaman obat alami sering digunakan dalam mengatasi malaria (Koch, et al. 2005).4

Delonix regia atau yang lebih dikenal sebagai flamboyan adalah salah satu tanaman

obat yang banyak dipakai masyarakat di Afrika khususnya negara Nigeria.5 Obat AM-1 decoction merupakan jenis obat malaria yang sudah digunakan di Afrika. Kandungan obat ini berupa beberapa ekstrak tanaman yaitu: Delonix regia, Jatropha curcas, Physalis angulata, Gossypium hirsutum, dll. Di Indonesia, di kota Ende Flores daerah Nusa Tenggara Timur

diketahui bahwa tanaman Delonix regia digunakan oleh masyarakat setempat sebagai obat malaria tradisional. Berdasarkan hal itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai adanya pengaruh ekstrak daun dan ekstrak kulit buah flamboyan (Delonix regia) didalam menurunkan densitas Plasmodium berghei yang telah diinfeksikan pada mencit Swiss-webster.6

Tinjauan Pustaka

Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium sp. yang hidup dan berkembang biak dalam eritrosit manusia. Di alam terdapat 140 spesies plasmodium, tetapi hanya 4 spesies yang menginfeksi manusia, yaitu Plasmodium

falciparum, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale, dan Plasmodium vivax 7 Plasmodium

memiliki dua hospes dalam siklus hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk anopheles betina. Pada manusia, Plasmodium berada pada siklus aseksual yaitu dalam bentuk skizogoni. Sedangkan pada nyamuk, Plasmodium berada pada siklus seksual dan membentuk sporozoit yang disebut sporogoni. Transimisi malaria, bisa terjadi melalui 2 mekanisme yaitu8:

1. Penularan secara alamiah yang terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. 2. Penularan yang tidak alamiah, misalnya malaria kongenital, penularannya terjadi

transplasenta yakni pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita malaria dan mekanik, melalui transfusi darah atau penggunaan jarum suntik bersama dengan penderita malaria

Gambaran khas malaria yaitu demam periodik, anemia dan splenomegali 8,9,10,11 Pada Malaria berat dapat mengakibatkan kematian sehingga diperlukan penanganan secara tepat.

(4)

Obat-obat anti malaria yang tersedia di Indonesia saat ini yaitu klorokuin, sulfadoksin-pirimetamin, kina, primakuin, serta derivate artemisin. Klorokuin diketahui sebagai obat antimalaria standar untuk profilaksis, pengobatan radikal malaria tanpa komplikasi dalam program pemberantasan malaria dan pengobatan malaria klinis. Kina adalah obat anti malaria yang dapat menjadi pilihan untuk pengobatan radikal malaria falciparum tanpa komplikasi dan dapat juga digunakan untuk pengobatan malaria berat atau malaria dengan komplikasi. Sulfadoksin-pirimetamin biasanya digunakan untuk pengobatan radikal penderita malaria falciparum tanpa komplikasi. Primakuin digunakan sebagai pengobatan radikal, obat antimalaria pelengkap pada malaria klinis, dan pengobatan malaria berat. Artemisin digunakan untuk pengobatan malaria tanpa atau dengan komplikasi yang resisten

multidrugs.12

Tedapat beberapa tumbuhan di alam yang mempunyai khasiat sebagai antimalaria, misalnya Delonix regia. Delonix regia merupakan tumbuhan spermatofita yang dikenal dengan nama umum flamboyan. Delonix regia memiliki tinggi sekitar 10-18 meter. Diameter batangnya berukuran 2 m. Tumbuhan ini memiliki akar tunggang, kulit batangnya halus berwarna cokelat keabuan dengan banyak titik putih, daunnya berwarna hijau, berbulu dan bipinatus dengan panjang 20-60 cm dan terdapat 10-25 pasang pinatus. Daun berhelai dengan panjang helainya 0,5-2 cm dan tebalnya 0,3 cm berbentuk sirip. Daunnya bersifat majemuk dengan selalu terdiri atas dua helai anak daun. Daunnya tidak berduri dan membentuk tudung yang besar yang disebut dengan kanopi. Kulit buah berbentuk panjang agak lengkung berwarna hijau segar saat masih muda dan saat sudah tua, warnanya menjadi coklat kering.13

Delonix regia mengandung berbagai zat antimalaria yaitu alkaloid, terpenoid, dan flavonoid.14

Alkaloid merupakan senyawa yang memiliki nitrogen dasar dengan dua elektron bebas sehingga dapat menerima atom hidrogen. Struktur kimia alkaloid yang mempunyai zat bioaktif antimalaria. Terpenoid merupakan molekul yang disintesis dari prekursor isoprene dan merupakan jenis terbanyak kedua yang terdapat dalam tumbuhan. Beberapa struktur kimia terpenoid diketahui mempunyai zat bioaktif antimalaria. Berdasarkan hasil uji keaktifan, diketahui bahwa pada konsentrasi yang sangat rendah, tumbuhan ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan P. falciparum yang diketahui telah resisten maupun sensitif terhadap klorokuin M secara sempurna (Partomuan, 1995). Senyawa flavonoid memiliki bentuk bebas sebagai glikosida yang melekat pada 1-2 molekul monosakarida. Flavonoid memiliki aktivitas antipalsmodium karena dapat menghambat membran sel parasit dan menghambat degradasi hemoglobin dan detosifikasi hem dalam tubuh parasit sehingga menyebabkan kematian parasit.

(5)

Berbagai penelitian tentang ekstrak tanaman sebagai antimalaria telah banyak dilakukan pada hewan percobaan menggunakan Plasmodium berghei. Plasmodium berghei merupakan hemoprotozoa penyebab penyakit malaria pada rodensia. Terdapat kesamaan dasar biologi Plasmodium yang menyerang manusia dengan Plasmodium yang menyerang rodensia. Letak kesamaannya yaitu pada genetik dan pengaturan genomenya, siklus hidup dan morfologinya, fungsi dan struktur pada kandidat vaksin antigen target sama (Tambayong, 2000). Diketahui bahwa Plasmodium berghei memiliki 14 kromosom yang dapat dipisahkan secara pulsed-field gel electrophoresis dengan ukuran mendekati ukuran genom pada

Plasmodium falciparum pada sekuen 25-30 Mb. Adapun perbandingan antara Adenin/Timin

pada genom Plasmodium berghei sebesar 80% apabila dibandingkan dengan Adenin/Timin

Plasmodium falciparum (NIH,2000). Plasmodium berghei strain ANKA (PbA) telah banyak

digunakan pada penelitian malaria falciparum, pengembangan vaksin malaria, hubungan host-parasit, dan pengembangan obat-obatan malaria yang menggunakan mencit sebagai host.15 Hal tersebut didasarkan karena adanya kemiripan aspek biologi dari Plasmodium berghei ANKA pada mencit dan Plasmodium falciparum pada manusia setelah dianalisis secara molekuler.15

Plasmodium berghei memiliki beberapa bentuk dalam darah, yakni:

o Tropozoit

Terdapat bermacam-macam bentuk tropozoit, diantaranya yaitu bentuk koma, cincin, tanda seru dan sayap burung terbang.

o Skizon

Ukuran skizon sekitar 27 µm pada hari keempat setelah infeksi. Skizon pada eritrosit tampak sebagai titik-titik kasar berwarna merah gelap jelas.

o Gametosit

Terdapat dua macam gametosit yaitu makrogametosit yaitu gamet betina dan mikrogametosit yaitu gamet jantan. Makrogametosit berbentuk oval, bernoda biru mengandung kumpulan nukleus dan granul, sedangkan mikrogametosit berbentuk seperti ginjal atau kacang, terdapat noda biru lemah atau kemerahan mengandung nukleus yang mengkilat dan granul yang lebih kecil dan tersebar.

(6)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental yang dilakukan di laboratorium. Setiap hewan coba dalam penelitian ini mempunyai kemungkinan yang sama dalam mendapatkan perlakuan berupa berbagai dosis ekstrak daun dan ekstrak kulit buah

Delonix regia, kontrol positif yaitu klorokuin dan kontrol negatif yaitu air. Pada penelitian ini,

sampel dipilih dengan cara consecutive sampling artinya semua hewan coba yang telah memenuhi kriteria yaitu mencit Swiss-webster berkelamin jantan, kondisi sehat, berusia 2-3 bulan, dengan berat badan 20-30 g akan dimasukkan sampai jumlah sampel terpenuhi. Jumlah sampel penelitian ini dihitung sesuai dengan rumus Federer hewan coba, sehingga diperoleh empat sampel untuk masing-masing perlakuan.

Data pada penelitian berupa angka jumlah Plasmodium berghei dalam setiap seribu eritrosit pada masing-masing mencit pada delapan kelompok perlakuan. Kemudian data numerik yang telah diperoleh diuji normalitas dan distribusi data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Pada penelitian ini uji hipotesis data menggunakan uji statistik One

Way Anova kemudian dilanjutkan dengan Levene test. Hasil Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan uji pengaruh ekstrak daun dan kulit buah Delonix regia dalam menurunkan densitas Plasmodium berghei yang telah diinfeksi pada mencit Swiss-webster. Pemilihan ekstrak Delonix regia berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang telah ada di Kenya (Mathaura, et al 2007).16 Uji fitokimia yang telah dilakukan memberikan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Uji Fitokimia Delonix regia

No Nama Uji Hasil Daun Kulit Buah

1 Uji Flavonoid +1 +2

3 Uji Terpenoid +3 +2

4 Uji Alkaloid +3 +2

Sesuai tabel di atas, dapat diketahui bahwa ekstrak daun Delonix regia memiliki kandungan terpenoid dan alkaloid lebih tinggi dibandingkan kandungan terpenoid dan alkaloid pada ekstrak kulit buah. Sedangkan, ekstrak kulit buah Delonix regia mempunyai

(7)

kandungan flavonoid lebih tinggi dibandingkan kandungan flavonoid pada ekstrak daun

Delonix regia.

Identifikasi Plasmodium berghei dilakukan pada stadium tropozoit berupa cincin, cincin terbuka, marginal dan accole. Jumlah parasit dihitung menggunakan mikroskop cahaya dengan menggunakan perbesaran 10x100 pada sediaan apusan darah tipis. Penghitungan densitas Plasmodium berghei dilakukan di sepuluh lapang pandang dengan total eritrosit berjumlah seribu sel.

Gambar 4.1. Gambaran Plasmodium berghei di dalam eritrosit pada apusan darah tipis

Tabel 4.2 Rerata Persentase selisih densitas parasit

Perlakuan H0 H3 H0-H3 HH0-H3/H0 ((H0- (H0-H3/H0)X 100% 1 29 19,23 9,76 0,336552 33,6% 2 2 7,96 21,06 6,9 0,246781 24,6% 3 15,23 15,23 0 0 0% 4 16,83 19 -2,16 -0,12834 -12,8% 5 15,7 17,26 -1,65 -0,1051 -10,5% 6 14,7 16,56 -1,86 -0,12653 -12,6% 7 12,8 1,43 11,36 0,8875 88% 8 3,56 10 -6,43 -1,80618 -180,6% Keterangan :

1 = dosis 2,8 mg/20g mencit ekstrak kulit buah Delonix regia 2 = dosis 8,4 mg/20g mencit ekstrak kulit buah Delonix regia 3 = dosis 14 mg/20g mencit ekstrak kulit buah Delonix regia 4 = dosis 2,8 mg/20g mencit ekstrak daun Delonix regia 5 = ekstrak daun Delonix regia dosis 8,4 mg/20g mencit 6 = ekstrak daun Delonix regia dosis 14 mg/20g mencit

(8)

7 = kontrol positif 8 = kontrol negatif

Tabel di atas menunjukkan data densitas Plasmodium berghei pada hari ke-0 sebelum perlakuan, dan hari ke-3 setelah dilakukan perlakuan, serta selisih data antara hari ke-0 dengan hari ke-3. Terdapat tiga kali pengulangan pada sampel hewan coba yang berbeda pada masing-masing perlakuan

Gambar4.2 Grafik Densitas Plasmodium berghei H0 dan H3

Gambar 4.3 Grafik Densitas Plasmodium berghei pada Hari ke-0 dan Hari ke-3 0   5   10   15   20   25   30   H0   H3   Densitas  parasit   0   5   10   15   20   25   30   35   1   2   Series1   Series2   Series3   Series4   Series5   Series6   Series7   H3   H0   Den   sitas   parasit     Perlakuan  1   Perlakuan  2   Perlakuan  3   Perlakuan  4   Perlakuan  5   Perlakuan  6   Perlakuan  7   Perlakuan  8    

(9)

Pada penelitian ini menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas dalam menguji distribusi data dan varians data, kemudian uji one way ANOVA untuk menguji hipotesis dari setiap delapan kelompok perlakuan, kemudian dilakukan uji regresi linier sederhana untuk menguji pengaruh antara variabel dependent dengan variabel independent. Dasar dalam menggunakan uji parametrik one way ANOVA adalah jenis data numerik dengan persebaran data yang normal dan homogen. Analisis normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Dahlan, 2004).

Pada uji normalitas selisih jumlah parasit H-0 dan H-3 untuk delapan kelompok perlakuan memiliki nilai p = 0,830 (p>0,05) yang menunjukkan persebaran normal. Selanjutnya, dilakukan Test of Homogenity of Variances untuk mengetahui homogenitas data dengan interval kepercayaan 95% (Dahlan, 2004). Pada uji homogenitas menggunakan uji varians diperoleh nilai p = 0,269 sehingga diketahui bahwa data homogen.

Pada penelitian ini, analisis data dilakukan menggunakan uji one way ANOVA dengan interval kepercayaan 95% (α=0,05) untuk mengetahui perbedaan jumlah Plasmodium berghei pada perlakuan ekstrak kulit buah dan ekstrak daun Delonix regia dengan berbagai dosis yang berbeda. Hipotesis 1 (H0) adalah terdapat perbedaan signifikan jumlah parasit dengan pemberian dosis ekstrak daun dan ekstrak kulit buah Delonix regia yang berbeda. H0 akan diterima bila nilai p>0,05. Sebaliknya, H0 akan ditolak dan H1 diterima bila hasil p<0,05. Pada uji ANOVA (terlampir), didapatkan hasil p=0,005 (p<0,05) sehingga dapat diartikan bahwa paling tidak ada 2 kelompok yang memiliki perbedaan yang signifikan pada jumlah parasit dengan pemberian ekstrak kulit buah dan daun Delonix regia dengan dosis yang berbeda.

Untuk mengetahui kelompok perlakuan yang memiliki perbedaan signifikan terhadap jumlah parasit pada lebih dari 2 kelompok, maka digunakan uji Post Hoc LSD. Signifikansi dicapai jika nilai p<0,05. Uji Post Hoc digunakan untuk melihat pengaruh dosis ekstrak kulit buah dan dosis ekstrak daun Delonix regia dalam menurunkan jumlah parasit Plasmodium

berghei bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Pada ekstrak kulit buah Delonix regia dosis 2,8mg/20g mencit diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) sehingga diketahui terdapat

perbedaan jumlah parasit yang signifikan terhadap jumlah parasit pada kelompok kontrol negatif. Pada ekstrak kulit buah dosis Delonix regia 8,4mg/20g mencit diperoleh nilai p=0,001 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol negatif. Ekstrak kulit buah Delonix regia dosis 14mg/20g mencit mempunyai nilai signifikansi p=0,060 (p>0,05) yang menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dengan kontrol negatif.

(10)

Ekstrak daun Delonix regia dosis 2,8 mg/20g mencit memiliki nilai p=0,221 (p>0,05) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan terhadap kelompok kontrol negatif. Ekstrak daun Delonix regia dosis 8,4mg/20g mencit memiliki nilai p=0,172 (P>0,05) yang menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan terhadap kelompok kontrol negatif. Ekstrak daun Delonix regia dosis 14mg/20g mencit memiliki nilai p=0,198 (p>0,05), tidak didapatkan perbedaan signifikan terhadap kontrol negatif.

Pembahasan

Berdasarkan rumus hewan coba Federer, sampel untuk setiap perlakuan pada penelitian ini berjumlah empat hewan coba. Akan tetapi, pada pelaksanaan penelitian ini jumlah sampel setiap kelompok perlakuan berjumlah tiga sampel. Hal ini disebabkan tidak semua hewan coba berhasil terinfeksi di waktu yang bersamaan. Hal ini membuat jumlah keseluruhan sampel yang tersedia menjadi kurang dibandingkan dengan perhitungan sampel awal. Disamping itu, adanya keterbatasan dalam waktu dan biaya menjadi kendala dalam mencapai target sampel yang diinginkan.

Pada penelitian yang dilakukan Kayser et al. (2000) menyatakan bahwa setiap zat antimalaria termasuk yang berasal dari tumbuhan. mempunyai mekanisme penghambatan spesifik. Miliken (1997) mengatakan bahwa terpenoid, alkaloid, dan flavonoid yang ada dalam banyak tanaman mempunyai efek sebagai antiplasmodiaum. Efek antiplasmodiumnya melalui peningkatan oksidasi eritrosit dan penghambatan sintesis protein plasmodium. Di dalam eritrosit, Plasmodium akan memecah hemoglobin menjadi hem bebas dan globin demi kelangsungan hidupnya di dalam vakuola makanannya. Globin akan dipecah menjadi asam amino yang akan digunakan sebagai bahan baku sintesis protein Plasmodium. Sedangkan, hem bebas yaitu feroprotoporfirin IX akan dengan cepat teroksidasi menjadi feri-protoporfirin IX di vakuola makanan yang bersifat asam dan toksik bagi sel host dan Plasmodium sendiri (Huy et al., 2007). Hem bebas ini bersifat sangat toksik karena ternyata dapat membentuk spesies radikal oksigen yang bisa menyebabkan kematian bagi Plasmodium sendiri (Kumar et

al., 2007). Hem bebas ini oleh Plasmodium akan diubah menjadi bentuk dimer yang inert,

yaitu hemozoin yang merupakan pigmen malaria. Adanya aktivitas penghambatan polimerisasi hem adalah kerja dari satu atau dua mekanisme, yaitu terjadinya interaksi antara senyawa fenol, terpenoid, dan sterol menggunakan sistem elektronik hem. Kedua, ekstrak tersebut terdiri atas senyawa yang mempunyai gugus hidroksil yang ternyata dapat berikatan dengan ion hem (Basilico et al., 1998).

(11)

Alkaloid adalah senyawa berpotensi sebagai antiplasmodium. Senyawa ini memiliki efek antiplasmodium dengan cara menghambat sintesis protein Plasmodium dan meningkatkan oksidasi eritrosit. Alkaloid ini akan bersenyawa dengan DNA Plasmodium sehingga mengganggu proses pembentukan RNA dan sintesis protein, termasuk sintesis enzim yang berperan penting dalam polimerisasi DNA dan RNA. Proses ini akan menyebabkan pembelahan dan pertumbuhan parasit terhambat. Terhambatnya pertumbuhan skizon terjadi apabila sintesis protein yang berlangsung pada fase trofozoit tidak terjadi (Iwo 1996). Quassinoid merupakan terpenoid teroksigenasi yang dapat menghambat sintesis protein sel mamalia dan parasit malaria (Pouplin et al., 2007). Senyawa triterpenoid dapat menghambat pertumbuhan protozoa melalui kerusakan integritas membran Plasmodium. Senyawa flavonoid mempunyai aktivitas antipalsmodium dengan cara menghambat membran sel Plasmodium dan menghambat detosifikasi hem dan degradasi hemoglobin dalam tubuh Plasmodium sehingga menyebabkan kematian parasit.

Sesuai dengan hasil uji fitokimia diketahui bahwa ekstrak daun dan ekstrak kulit buah

Delonix regia mempunyai kandungan terpenoid dan alkaloid dengan kadar berbeda-beda.

Pada hasil uji fitokimia diketahui bahwa secara kualititaif kandungan alkaloid pada ekstrak daun Delonix regia +3, pada ekstrak kulit buah Delonix regia +2. Kandungan flavonoid ekstrak kulit buah +2, sedangkan ekstrak daun Delonix regia +1. Kandungan terpenoid ekstrak kulit buah Delonix regia +2, sedangkan pada ekstrak daun Delonix regia yaitu +3. Secara kualitatif kandungan terpenoid dan alkaloid ekstrak daun Delonix regia ternyata lebih banyak daripada yang ada pada ekstrak kulit buah Delonix regia. Sebaliknya, kandungan flavonoid ekstrak daun Delonix regia lebih sedikit dibandingkan dengan ekstrak kulit buah

Delonix regia.

Pouplin et al. (2007) mengatakan bahwa suatu ekstrak mempunyai sifat antiplasmodium apabila terbukti dapat menurunkan tingkat parasitemia melebihi 30%.17 Pada penelitian ini, berdasarkan data hasil penelitian rerata selisih densitas Plasmodium berghei sebelum perlakuan (H0) dengan pada hari ke-3 setelah perlakuan (H3) diketahui bahwa pada kelompok hewan coba dengan yang diberikan perlakuan ekstrak kulit buah dosis 1 yaitu 2,8mg/20g mencit didapatkan selisih sebesar 33 %. Pada kelompok sampel dengan perlakuan dosis lain menunjukkan rerata persentase selisih parasit kurang dari 30%. Oleh karena itu, dikatakan bahwa ekstrak kulit buah dosis 14mg/20g mencit memiliki sifat antiplasmodium karena dapat menurunkan parasitemia lebih dari 30%.

Adanya penurunan densitas Plasmodium berghei yang bermakna terhadap kelompok kontrol negatif sudah mulai terlihat pada perlakuan berupa ekstrak kulit buah dosis 1 yaitu

(12)

2,8mg/20g mencit dan kulit buah dosis 2 yaitu 8,4 mg/20g mencit. Setelah dosis 8,4mg/20g mencit ternyata tidak didapatkan lagi penurunan densitas parasit Plasmodium berghei yang signifikan. Adanya hal ini kemungkinan disebabkan oleh proses sebagai berikut. Pada dosis 2,8 mg/20g mencit ekstrak kulit buah Delonix regia merupakan efek penghambatan pertumbuhan Plasmodium berghei yang paling poten dan paling baik. Sedangkan ekstrak kulit buah Delonix regia dosis 2 yaitu 8,4mg/20g mencit memiliki efek yang kurang begitu poten dalam menghambat proses pertumbuhan Plasmodium berghei,. Pada ekstrak kulit buah dosis 1, yaitu14mg/20g mencit didapatkan penurunan jumlah Plasmodium berghei yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ekstrak kulit buah dosis 2 yaitu, 8,4 mg/20g mencit dan dosis 1 yaitu 2,8mg/20g mencit. Bahkan dari hasil analisis data bisa diketahui bahwa pada dosis 14mg/20g mencit didapatkan hasil yang tidak berbeda bermakna dengan kontrol negatif. Dengan kata lain, tidak didapatkan perbedaan bermakna antara dosis 2,8mg/20g mencit ekstrak kulit buah dengan dosis 8,4mg/20g mencit ekstrak kulit buah, artinya tidak ada penurunan densitas Plasmodium berghei yang bermakna setelah dosis 8,4mg/20g mencit.

Hal tersebut kemungkinan disebabkan pada dosis 14mg/20g mencit merupakan dosis toksik dimana ekstrak sudah tidak poten lagi dalam penghambatan pertumbuhan Plasmodium

berghei. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dosis 2,8mg/20g mencit adalah dosis

maksimum ekstrak kulit buah Delonix regia didalam menurunkan jumlah Plasmodium

berghei per seribu eritrosit.

Analisis data ekstrak daun Delonix regia bisa diketahui bahwa pada dosis 2,8mg/20g mencit, 8,4mg/20g mencit, dan 14mg/20g mencit tidak memiliki perbedaan bermakna dengan kontrol negatif. Berdasarkan tabel di atas, juga dapat diketahui bahwa pada dosis 2,8mg/20g mencit, 8,4mg/20g mencit, dan 14mg/20g mencit tidak didapatkan adanya penurunan densitas

Plasmodium berghei lebih dari 30%. Sehingga dapat dikatakan bahwa, ekstrak daun Delonix regia tidak memiliki aktivitas sebagai antiplasmodium. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh

berbagai mekanisme berikut. Pertama, walaupun berdasarkan hasil uji fitokimia kualitatif menunjukkan bahwa kandungan terpenoid dan alkaloid ekstrak daun Delonix regia lebih tinggi apabila dibandingkan pada ekstrak kulit buah Delonix regia, tetapi adanya faktor-faktor lain yang kemungkinan juga berpengaruh sehingga menyebabkan terjadinya kesenjangan antara teori yang ada dengan hasil penelitian. Adapun faktor-faktor tersebut dapat berasal dari faktor Plasmodium, faktor ekstrak, dan faktor host, yaitu kondisi mencit.

Keterlibatan faktor ekstrak bisa dijelaskan berikut. Pertama, sesuai dengan hasil uji fitokimia didapatkan hasil kandungan flavonoid yang ada pada ekstrak kulit buah Delonix

(13)

Senyawa flavonoid memiliki aktivitas antiplasmodium melalui efek penghambatan degradasi hemoglobin, detosifikasi hem dalam tubuh parasit dan penghambatan sintesis membran sel parasit, sehingga menyebabkan kematian Plasmodium. Kedua adalah uji fitokimia yang dilakukan secara kurang benar, dapat berupa penggunaan reagen uji yang kurang tepat misalnya reagen yang digunakan tidak baru dan hampir kadaluarsa, kesalahan prosedur uji fitokimia sehingga hasil uji fitokimia menjadi kurang valid.

Faktor Plasmodium dapat dijelaskan karena adanya mutasi gen Plasmodium. Menurut Tuti (1992) bahwa di dalam tubuh parasit ada gen resisten dan gen sensitif terhadap suatu ekstrak/obat tertentu. Salah satu dari gen tersebut dapat menjadi lebih dominan dari gen yang lain. Hal ini menimbulkan adanya galur resisten dan galur sensitif. Mutasi gen dapat terjadi di dalam tubuh parasit, yang memungkinkan timbulnya resistensi parasit terhadap ekstrak/obat tertentu.

Faktor host diperkirakan juga berpengaruh pada penurunan densitas Plasmodium. Pertama adalah perbedaan sistem imun antar mencit dalam sampel perlakuan. Adanya perbedaan sistem imun mencit akan mempengaruhi kemampuan mencit dalam mengeliminasi

Plasmodium berghei dalam darahnya. Sehingga akan mempengaruhi hasil pemeriksaan

densitas Plasmodium berghei. Kedua pada sel hidup banyak faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap aktivitas antiplasmodium dibandingkan dengan uji reaksi kimiawi biasa, misalnya keberadaan protein, enzim, dan lemak yang akan mempengaruhi proses absorbsi dan penetrasi molekul-molekul obat ke dalam eritrosit hingga akhirnya dapat mencapai Plasmodium.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kelompok ekstrak kulit buah dosis 1, yaitu 2,8mg/20g mencit dan dosis 2, yaitu 8,4mg/20g mencit menunjukkan perbedaan densitas

Plasmodium berghei secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol negatif. Selain itu,

diketahui juga bahwa tidak didapatkan perbedaan penurunan densitas parasit Plasmodium

berghei yang signifikan diantara kedua kelompok perlakuan tersebut terhadap kelompok

kontrol positif. Adanya keadaan ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah Delonix regia dapat menurunkan densitas Plasmodium berghei dalam tubuh mencit hingga mencapai nilai yang hampir sama dengan pemberian kontrol positif yaitu klorokuin.

Kesimpulan

Disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah Delonix regia dosis 1, yaitu 2,8mg/20g mencit dan dosis 2, yaitu 8,4mg/20g mencit mampu menurunkan densitas Plasmodium berghei.

(14)

Sedangkan, ekstrak daun Delonix regia dosis 1, 2, dan 3 tidak mampu menurunkan densitas

Plasmodium berghei. Dosis 2,8mg/20g mencit ekstra kulit buah Delonix regia adalah dosis

yang paling baik dalam menurunkan densitas Plasmodium berghei apabila dibandingkan dosis 8,4mg/20g mencit ekstrak kulit buah Delonix regia, dosis 14mg/20g mencit ekstrak kulit buah

Delonix regia, dosis 2,8mg/20g mencit ekstrak daun Delonix regia, dosis 8,4mg/20g mencit

ekstrak daun Delonix regia, dosis 14mg/20g mencit ekstrak daun Delonix regia, dan kontrol negatif. Dosis 2,8mg/20g mencit ekstrak kulit buah Delonix regia tidak lebih baik dibanding kontrol positif dalam menurunkan densitas Plasmodium berghei.

Saran

Disarankan penentuan nilai kisaran densitas Plasmodium berghei sebelum diberikan perlakuan untuk menghindari terjadinya bias dan perlu dilakukan uji kuantitatif untuk mengetahui jumlah alkaloid dan senyawa antiplasmodium lainnya yang terkandung dalam ekstrak daun dan ekstrak kulit buah Delonix regia. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan guna menemukan dosis ekstrak kulit buah Delonix regia yang mampu menurunkan densitas Plasmodium berghei lebih baik daripada kontrol positif, yaitu klorokuin sehingga diharapkan kedepannya ekstrak kulit buah Delonix regia dapat dipakai sebagai terapi alternatif atau terapi tambahan untuk mngobati malaria.

Kepustakaan

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Menkes Resmikan Malaria Center. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1059-menkes-resmikan-malaria-center.html, tanggal 1 November 2011

2. World Health Organization. Malaria epidemics and emergencies. Di unduh dari : http://www.who.int/malaria/epidemics_emergencies/en/. November 2011.

3. The Millenium Goals Report 2008. Diunduh dari:

http://www.targetmdgs.org/download/MDG Report 2008 En.pdf. diakses November 2011.

4. S, Nosten F, McGready R, Ashley E, Proux. Malaria. Trevel Medicine and Infectious Disease. 2006

5. A. Berry, T. Bantimba, J.T. Banzouzi, B. Mbatchi, Mbatchi, S.F., G.F. Nsonde-Ntandou, J.M. Ouamba, and F. Benoit-Vical. 2006. In vitro antiplasmodial activity of

(15)

18 plants used in Congo Brazzaville traditional medicine. Journal of

Ethnopharmacology 104: 168-174.

6. Silalahi, L. 2004. Malaria. www. tempointeraktif com/hg/narasi/2004/03/28.

7. Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000

8. White N J. Malaria. In: Cook Gordon C, Zumla Alimuddin, editors. Manson’s tropical disease: protozoan infections. Philadelphia: Sauders with ELST, 2003: 1205-35. 9. Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,

Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000 10. Harijanto PN, Langi J, Richie TL. Patogenesis Malaria Berat. Dalam: Harijanto PN

(editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 118-26.

11. Mansyor A dkk. Malaria. Dalam: kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid I, Jakarta, Fakultas Kedokteran UI, 2001

12. Tjitra E. Obat Anti Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 194-204. 13. Edward F. Gilman and Dennis G. Watson. Delonix regia Royal Poinciana. November

2003.

14. Yarnell EL. Photochemistry and Pharmacy for Practitioners of Botanical Medicine. Wenatachee: Healing Motivation Publishing Inc. 2003; p.41-119.

15. Harijanto PN, Langi J, Richie TL. Patogenesis Malaria Berat. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 118-26.

16. Ilango K, Rajanandh MG, Chitra V, Soni D. Evaluation of Delonix regia Linn. Flowers for Antioxidant and Antiarthritic activity in Female Wistar Rats. Annals of Biological Research. 2010; 1(2): 142-147.

17. Barnes JM. Paget GE, dalam Laurence DR & Bacharach AL. Evaluation of Drug Activities: Pharmacometrics. Vol.I. London: Academic Press; 1964. h. 161-162.

(16)

Gambar

Tabel 4.1 Uji Fitokimia Delonix regia  No  Nama Uji  Hasil Daun           Kulit Buah
Gambar 4.1. Gambaran Plasmodium berghei di dalam eritrosit pada apusan darah tipis
Tabel  di  atas  menunjukkan  data  densitas  Plasmodium  berghei  pada  hari  ke-0  sebelum  perlakuan,  dan  hari  ke-3  setelah  dilakukan  perlakuan,  serta  selisih  data  antara  hari  ke-0  dengan hari ke-3

Referensi

Dokumen terkait

Pentingnya penelitian pengembangan bagi guru adalah untuk mempermudah penyampaian pembelajaran tematik tema pengalamanku dengan menggunakan sebuah media visual yang

Ovakvi fotografski pisaĉi su osnovno rješenje za ispis fotografija u fotografskim studijima (omogućuju ispis fotografija pohranjenih na filmu ili digitalno

Pada survey awal yang dilakukan pada 3 September 2014 di Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Padang, diperoleh data terkait dengan fasilitas dan infrastruktur

Secara khusus partisipasi lebih seorang manajer dalam keikutsertaan selama proses penyusunan anggaran menumbuhkan rasa keadilan yang lebih tinggi, agar individu tidak

dengan adanya kebijakan yang tertulis dari manajemen KUD diharapkan dapat mengikat pihak agen dan unit pengolahan susu dalam melakukan produksi dan pemasaran

Ketiga kelompok tersebut dapat mengganggu terciptanya kualitas audit, karena masing-masing kepentingan ini akan memberikan tekanan pada auditor untuk

Gender, Tekanan Ketaatan, Tekanan Anggaran Waktu dan Pengalaman Audit berpengaruh terhadap Audit Judgment pada auditor yang bekerja di BPK Perwakilan Provinsi

diri. Tidak ada keahlian yang muncul tiba-tiba atau yang sudah dibawa sejak lahir. Keterampilan mengajar akan menjadi bagian penting keahlian secara keseluruhan. Seseorang