• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu kali produksi. Akar tanaman padi berbentuk serabut yang berfungsi menyerap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu kali produksi. Akar tanaman padi berbentuk serabut yang berfungsi menyerap"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Padi (Oryza sativa)

Tanaman padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu kali produksi. Akar tanaman padi berbentuk serabut yang berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, kemudian terus diangkut kebagian atas tanaman. Tanaman padi mempunyai batang yang beruas-ruas. Pada ruas batang bagian bawah pendek, semakin keatas mempunyai ruas yang semakin panjang. Adapun bagian–bagian daun padi yaitu: helai daun yang terletak pada batang padi, bentuknya panjang seperti daun pisang. Pelepah daun, pelepah daun merupakan bagian daun yang menyelubungi batang yang berfungsi untuk memberi dukungan pada bagian ruas yang jaringanya lunak. Lidah daun terletak pada perbatasan antara helai daun dan upih (Setyati, 2002).

Upaya untuk menjaga kesediaan pangan di Indonesia dengan mengembangkan tanaman padi yaitu dengan menanam varietas padi yang unggul. Dengan produksi yang tinggi, selain berdaya hasil lebih tinggi varietas unggul juga berumur lebih pendek dibandingkan dengan varietas lokal. Varietas unggul juga tahan terhadap hama dan penyakit tertentu (Hartoyo, 2010).

Varietas adalah suatu jenis atau spesies tanaman yang memiliki karakteristik tertentu seperti bentuk, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, dan biji yang dapat membedakan dengan jenis atau spesies tanaman lain, dan apabila

(2)

diperbanyak tidak mengalami perubahan. Adanya perbedaan varietas yang satu dengan yang lainnya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu jenis lahan, tinggi tempat, dan lingkungan tumbuh (endemik hama/penyakit, status hara makro dan mikro, target produksi dan mutu produksi) Satoto et. al. (2008). Varietas padi yang dikembangkan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi memiliki ketahan yang berbeda terhadap hama dan penyakit (Hartoyo, 2010) anatara lain:

Hipa 7. Varietas padi hibrida tahan virus tungro. Produktivitas rata-rata 7,6 ton/ha, dengan potensi hasil 10%. Nasi pulen, hipa 7 dilepas Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) dan PT DuPont Indonesia pada 2009. Dengan umur panen 112 hari.

Hipa 8 pioneer. Padi hibrida agak tahan hawar daun strain IV. Produktivitas rata-rata 7,5 ton/ha dengan potensi hasil 10,4 ton/ha. Nasi pulen, kadar amilosa 22,7%. Hipa 8 dirilis BB Padi dan PT DuPont Indonesia pada 2009 dengan umur panen 115 hari.

Inpari 1. Varietas inpari lebih tahan wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3. Selain itu inpari juga tahan hawar daun strain III, IV, dan VIII. Produktivitas rata-rata 7,32 ton/ha dengan potensi hasil 10 ton/ha. Nasi pulen. Varietas inpari terdiri dari inpari 1-6 yang dirilis oleh BB Padi pada 2008. Umur panen 108 hari.

Inpari 2. Lebih tahan virus tungro. Produktivitas rata-rata 5,83 ton/ha dengan potensi hasil 7,3 ton/ha. Agak tahan hawar daun strain III. Nasi pulen, umur panen 115 hari dan dilepas pada tahun 2008.

(3)

Inpari 3. Mutu dan hasil setara ciherang, tetapi lebih tahan wereng batang cokelat biotipe 1 dan 2. Agak tahan hawar daun strain III dan virus tungro. Produktivitas rata-rata 6,05 ton/ha dengan potensi hasil 7,52 ton/ha. Nasi pulen. Umur panen 110 hari.di lepat tahun 2008.

Inpari 4. Mutu dan hasil persis ciherang, tetapi lebih tahan hawar daun strain IV. Inpari 4 agak tahan wereng batang cokelat dan virus tungro. Produktivitas rata-rata 6,04 ton/ha dengan potensi hasil 8,8 ton/ha. Nasi pulen, di lilepas pada tahun 2008 dengan umur panen 115 hari.

Inpari 5. Dilepas pada tahun 2008. Varietas ini lebih tahan wereng batang cokelat biotipe 1, 2, dan 3. Agak tahan hawar daun strain III. Produktivitas rata-rata 5,74 ton/ha dengan potensi hasil 7,2 ton/ha. Nasi pulen, umur panen 115 hari.

Inpari 6. Produktivitas rata-rata 6,82 ton/ha. Nasi sangat pulen. Tahun 2008. Tahan wereng batang cokelat biotipe 2 dan 3, serta tahan hawar daun strain III, IV, dan VIII. Dan umur tanaman 118 hari.

Cigeulis. Kisaran hasil:5 s/d 8 ton/ha. Rasa nasi Pulen dengan umur 115 s/d 125 hari, Bentuk tanaman Tegak, dan Tinggi tanaman 100 – 110 cm, Anakan produktif 14 – 16 batang, Bentuk gabah Panjang ramping, Warna gabah Kuning bersih, Kerontokan Sedang, Kerebahan Sedang, Tekstur nasi Pulen, Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan rentan biotipe 3, Penyakit dan tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV,

Cimelati. Umur tanaman : 118 – 125 hari, Bentuk tanaman Tegak, Tinggi tanaman : 106 – 114 cm, Anakan produktif 16 – 24 batang, Bentuk gabah

(4)

: Ramping, Warna gabah Kuning bersih, Kerontokan sedang, Kerebahan agak tahan, tekstur nasi pulen, rasa nasi enak. Rata-rata hasil : 6,0 t/ha, Potensi hasil : 7,5 t/ha. Tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan biotipe 3, tahan juga terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III dan IV, rentan terhadap strain VIII.

Ciherang. Anakan produktif 14-17 batang dan rata-rata hasil 5 -8,5 ton/ha. Dengan umur tanaman 116-125 hari, bentuk bulir Panjang ramping dilepas tahun 2000. Tahan Hama Wereng coklat biotipe 2 dan 3.

Cisantana. Anakan produktif 15-20 batang, dilepas tahun 2000, Hasil 5,8 t/ha (5-7,8 t/ha). Tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 2 dan 3 dan tahan penayakit hawar daun bakteri (HDB) strain III. Tekstur nasi pulen, tinggi tanama 110 cm Umur tanaman 118 hari, warna gabah kuning bersih.

Widas. Anakan produktif: 17-20 batang, rata-rata hasil 5-7 ton/ha dengan umur tanaman 115-125. Dilepas pada tahun 1999. Dan tahan hama wereng cokelat biotipe 1, 2 dan rentan biotipe 3. Agak tahan penyakit hawar daun bakteri strain III dan strain IV.

IR 36. Umur tanaman 110 –120 hari, bentuk tanaman : Tegak, Tinggi tanaman : 70 – 80 cm, Anakan produktif 14 – 19 batang,. Bentuk gabah Agak panjang-ramping, warna gabah kuning bersih, ujung gabah sewarna, kerontokan : Mudah rontok, kerebahan tahan, tekstur nasi pera, kadar amilosa 25%, Rata-rata hasil 4,5 t/ha, potensi hasil : 5,8 t/ha, tahanan terhadap hama wereng coklat biotipe 1, 2, dan tahan wereng hijau, serta penyakit virus kerdil rumput dan hawar

(5)

daun bakteri, cukup tahan terhadap blas dan agak rentan terhadap hawar pelepah daun dan bakteri daun bergaris.

Varietas mekongga. Varitas unggul yang satu ini tahan terhadap serangan hama wereng coklat biotipe 2 dan 3 serta tahan terhadap penyakit bakteri daun atau yang dikenal dengan nama strain IV. Dengan melalui pengujian di beberapa lokasi di daerah Sulawesi Tenggara akhirnya varietas ini oleh Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa) Deptan dilepas pada Juni 2004. Umur tanam Mekongga cukup singkat yaitu hanya 116 hingga 125 hari. Secara fisik, bentuk tanamannya tegak dengan tinggi tanaman berkisar antara 91 sampai 106 cm. Anakan produktif 13-16 batang. Bentuk gabahnya sendiri ramping panjang dengan tekstur rasa beras yang pulen. Kurang lebih potensi hasil varietas ini mencapai 8,4 ton per hektar dengan budidaya yang tepat tentunya.

B. Sistem Jarak Tanam Padi

Jarak tanam merupakan faktor yang mempengaruhi populasi tanaman dan koefisien penggunaan cahaya juga mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air dan zat hara, dengan demikian akan mempengaruhi hasil. Pengaturan jarak tanam menciptakan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh tanaman dan dapat tersedia secara merata bagi setiap individu tanaman, dan juga dapat mengoptimasi penggunaan faktor lingkungan yang tersedia. Dalam sistem jarak tanam padi terdiri dari beberapa jarak tanam. Bila pemilihan saat tanam telah tepat dan persiapan tanah telah dilakukan dengan sebaik-baiknya, maka perlu dilakukan pengaturan jarak tanam, hal tersebut dimaksudkan agar penyiangan, pemupuk dan pengendalian hama penyakit mudah untuk dilaksanakan (Harjadi, 2002).

(6)

Berbagai sistem tanam telah berkembang di Indonesia, baik itu berupa sistem tegel maupun sistem legowo. Pentingnya sistem tanam agar tanaman kelihatan rapi, memudahkan pemeliharaan terutama dalam penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit akan lebih cepat, serta kebutuhan bibit/pemakaian benih bisa diketahui dengan mudah (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2011).

B.1. Sistem Jarak Tanam Tegel

Sistem jarak tanam tegel merupakan sistem tanam yang dilakukan oleh petani tanpa mengatur pola tanam. Secara umum, system tanam tegel ini tidak terlalu menguntungkan apabila dibandingkan dengan system tanam legowo. Jarak tanam tegel yaitu 20 x 20 cm, 20 x 25 cm, atau 25 x 25 cm dengan menggunakan bibit sekitar 2-3 rumpun padi yang berumur 12-20 hari setelah tanam ( HST).

Sistem jarak tanam tegel ini biasanya hanya memiliki beberapa barisan tanaman pinggir dengan kepadatan yang tinggi, sehingga dapat mengakibatkan persaingan tanaman dalam hal pengambilan unsure hara, cahaya matahari dan air. Selain itu juga, sistem tegel biasanya tidak menyediakan ruangan yang kosong, sehingga akan mempersulit para petani dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit, gulma yang biasanya menyeang tanaman serta sulit dalam mengatur pengairan. Dalam kehidupan sehari – hari para petani masih menggunakan jarak tanam tegel, sebab menurut petani dengan menggunakan sistem tanam ini akan lebih menguntungkan dalam hal pembiayaan tenaga kerja, upah, dan bibit (Hardjarat dan Nurjana, 2009).

(7)

B.2. Sistem Jarak Tanam Legowo

Prinsip dari sistem jarak tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten (2012). Adapun keuntungan, serta kelemahan dari penerapan sistem jarak tanam jajar legowo adalah sebagai berikut :

Keuntungan Penanaman padi dengan sistem jarak tanam jajar legowo dua baris diantaranya:

1. Semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir),

2. Pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah,

3. Penyediaan ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong mas atau untuk mina padi, dan

4. Penggunaan pupuk lebih berdaya guna.

Selain keuntungan sistem tanam jajar legowo juga mempunya kelemahan antara lain:

(8)

1. Membutuhkan tenaga tanam yang lebih banyak dan waktu tanam yang lebih lama pula.

2. Membutuhkan benih yang lebih banyak dengan semakin banyaknya populasi. Dan biasanya pada legowonya akan lebih banyak ditumbuhi rumpun.

Ada beberapa tipe sistem tanam jajar legowo:

1. Jajar legowo 2:1. Setiap dua baris diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak tanam dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam dalam barisan.

2. Jajar legowo 3:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Modifikasi tanaman pinggir dilakukan pada baris tanaman ke-1 dan ke-3 yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-3) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.

3. Jajar legowo 4:1. Setiap empat baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo seperti ini maka setiap baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip

(9)

penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.

C. Pupuk dan Pemupukan

Pupuk adalah bahan atau unsur-unsur dalam bentuk senyawa kimia organik maupun anorganik yang berguna untuk tanah dan nutrisi tanaman. Pupuk terbagi menjadi dua macam yakni pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah malalui proses rekayasa dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi, misalnya urea berkadar N 45-46 % (setiap 100 kg urea terdapat 45 – 46 kg hara nitrogen) ( Lingga dan Marsono, 2000).

Pemupukan adalah pengaplikasian bahan/unsur-unsur kimia organik maupun anorganik yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kimia tanah dan mengganti kehilangan unsur hara dalam tanah serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat meningkatkan produktifitas tanaman (Kodri, 2009).

(10)

C.1. Fungsi N,P dan K Pada Tanaman Padi

Ketiga unsur ini mempunyai peran yang sangat penting terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, dimana ketiga unsur ini saling berinteraksi satu sama lain dalam menunjang pertumbuhan tanaman, unsur nitrogen dapat diperoleh dari pupuk Urea dan ZA. unsur P dari pupuk TSP/SP-36, sedangkan K dalam KCI dan ZK (Rauf, et al., 2000).

1. Peranan Nitrogen.

Unsur N adalah merupakan unsur yang cepat kelihatan pengaruhnya terhadap tanaman. Peran utama unsur ini adalah :

a. Merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun). b. Meningkatkan jumlah anakan

c. Meningkatkan jumlah bulir/ rumpun

A. Kekuurangan unsur N menyebabkan: a. Pertumbuhannya kerdil

b. Daun tampak kekuning-kuningan c. Sistem perakaran terbatas

B. Kelebihan unsur N menyebabkan tanaman:

a. Pertumbuhan vegetatif memanjang (lambat panen) b. Mudah rebah

(11)

d. Respon terhadap serangan hama/ penyakit. 2. Peranan Posfor

Secara detail fungsi posfor dalam pertumbuhan tanaman sukar di utarakan, namun demikian fungsi-fungsi utama posfor dalam pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut :

a. Memacu terbentuknya bunga, bulir pada malai b. Menurunkan aborsitas

c. Perkembangan akar halus dan akar rambut

d. Memperkuat jerami sehingga tidak mudah rebah e. Memperbaiki kualitas gabah

A. Kekurangan posfor menyebabkan tanaman a. Pertumbuhan kerdil

b. Jumlah anakan sedikit

c. Daun meruncing berwarna hijau gelap

3. Peranan Kalium

Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peranan utama kalium dalam tanaman ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Dengan adanya kalium yang tersedia dalam tanah menyebabkan:

a. Ketegaran tanaman terjamin b. Merangsang pertumbuhan akar

(12)

d. Memperbaiki kualitas bulir

e. Dapat mengurangi pengaruh kematangan yang dipercepat oleh posfor f. Mampu mengatasi kekurangan air pada tingkat tertentu

A. Kekurangan Kalium menyebabkan : a. Pertumbuhan kerdil

b. Daun kelihatan kering dan terbakar pada sisi-sisinya. c. Menghambat pembentukan hidrat arang pada biji.

d. Permukaan daun memperlihatkan gejala klorotik yang tidak merata

e. Munculnya bercak coklat mirip gejala penyakit pada bagian yang berwarna hijau gelap.

Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar magnesium daun dapat menurun, kadang-kadang menjadi tingkat terendah sehingga aktifitas fotosintesa terganggu.

Pentingnya hara bagi tanaman mendorong perlunya peningkatan efisiensi dan keefektifan pemupukan dapat ditingkatkan melalui 5 T yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat sasaran. Tepat jenis pupuk di sesuaikan dengan unsur hara yang di butuhkan tanaman. Tepat dosis pemberian pupuk harus tepat takarannya, di sesuaikan dengan jumlah unsur hara yang di butuhkan tanaman pada setiap fase pertumbuhan tanaman. Tepat waktu harus sesuai dengan kebutuhan hara pada setiap fase/umur tanaman, dan kondisi iklim/cuaca (misal : a) pemupuka yang baik dilakukan di awal musim penghujan atau akhir musim kemarau, b) pengaplikasian pupuk sebaiknya dilakukan pada

(13)

pagi hari sebelum jam 11 siang). Tepat cara, cara pengaplikasian pupuk disesuaikan dengan bentuk fisik pupuk, pola tanam, kondisi lahan dan sifat – sifat fisik tanah dan biologi tanah. Tepat sasaran, pemupukan harus tepat pada sasaran yang ingin dipupuk, misal, a) jika yang ingin di pupuk adalah tanaman, maka pmberian pupuk harus berada didalam radius daerah perakaran tanaman, dan sebelum dilakukan pemupukan maka areal pertanaman harus bersih dari gulma – gulma pengganggu. b) jika pemupukan ditujukan untuk tanah, maka aplikasinya dilakukan pada saat pengolahan tanah, dan berdasarkan pada hasil analisa kondisi fisik dan kimia tanah (Kodri, 2009).

Geonaldi dan Herman dalam Musca (2008) menjelaskan bahwa penggunaan pupuk secara berlebihan dan tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan akan mengakibatkan pada pemborosan energi dan menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan. Sistem pemupukan merupakan salah satu proses pengendalian hama secara kultur teknis dan termasuk kepada pengendalian hama terpadu. Seperti yang diketahui selama ini bahwa penggunaan pupuk yang tidak benar (waktu, jenis, dan dosis) akan menyebabkan berbagai masalah terhadap tanaman, sebaliknya penggunaan pupuk yang berimbang dan benar dosis serta waktu pemakaian dapat mengurangi perkembangan beberapa organisme pengganggu tanaman ( OPT ).

D. Serangga Hama yang Menyerang Tanaman Padi

Hama adalah semua organisme atau agen biotik yang merusak tanaman dengan cara yang bertentangan dengan kepentingan manusia Smith dalam Riontones (2009). Sedangakan serangga dikatakan hama apabila serangga tersebut

(14)

mengurangi kualitas dan kuantitas bahan makanan, pakan ternak, tanaman serat, hasil pertanian atau panen, pengolahan dan dalam penggunaannya, serta dapat bertindak sebagai vektor penyakit pada tanaman, binatang dan manusia (Nas dalam Riontones, 2009).

Serangga tergolong kedalam kelompok hewan yang memiliki tubuh dan tungkai beruas-ruas. Tubuh serangga terdiri dari tiga bagian utama yaitu kepala, toraks (dada), dan abdomen(perut). Terdapat dua jenis metamorfosis pada serangga yang menjadi hama yaitu metamorfosis sederhana dan metamorfosis sempurna. Metamorfosis sederhana di sebut juga paurometabola, sedang metamorfosis sempurna di sebut holometabola. Jenis-jenis serangga hama yang menyerang tanaman (Sakti, 2000) antara lain:

a. Hama Wereng.

Pada tanaman padi terdapat empat jenis wereng yaitu wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal), wereng punggung putih (Sogatella furcifera Horvath), wereng hijau ( Nephotettix spp) dan wereng loreng ( Recillia dorsalis Motsch). Dua jenis yang di sebut pertama di kenal sebagai wereng batang (plant hopper) yang tergololong famili Delphacidae, sedang dua jenis yang terakhir di kenal sebagai wereng daun (leaf hopper) yang tergolong familli Jassidae atau Cicadellidae.

Diantara keempat jenis wereng tersebut yang sering dilaporkan menimbulkan masalah pada tanaman padi adalah wereng coklat dapat menyebabkan tanaman padi mati kekeringan dan tampak seperti terbakar ( hopper burn) atau puso serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit virus. Sedang

(15)

wereng hijau walaupun kerusakan langsung yang di sebabkan tidak begitu nyata, tetapi dapat menularkan penyakit virus tungro. Penanaman varietas unggul yang beranakan banyak serta ditanam dalam jarak yang relatif rapat, akan menyebabkan iklim mikro diantara rumpun. padi sangat sesuai untuk perkembangan wereng coklat. Sudah sering wereng coklat dilaporkan menimbulkan kerusakan berat di berbagai profinsi di indonesia. Bahkan kalau serangan berat terjadi pada fase vegetatif, maka tanaman padi tidak dapat di panen sama sekali. Kerusakan langsung yang diakibatkan oleh wereng hijau tidak begitu nyata. Jarang sekali dilaporkan wereng hijau merusak langsung secara berat. Akan tetapi kalau tempat tersebut menjadi daerah endemis untuk penyakt virus tungro, maka peranan wereng hijau menjadi penting karena serangga ini adalah vektor yang evektif untuk menularkan penyakit virus tersebut.

b. Penggerek Batang Padi

Terdapat empat spesies penggerek batang padi, yaitu penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas (walker), penggerek batang padi putih Scripophaga innotata (walker), penggerek batang padi bergaris Chilo supressalis (walker), dan penggerek batang padi merah jambu Sesamia inferens (walker). Tiga jenis tersebut yang pertama tergolong kedalam family Pyralidae dan yang terakhir tergolong famili Noctuidae yang semuanya termasuk ordo lepidoptera. Keempat jenis penggerek batang padi ini mempunyai cara hidup yang hampir sama dan gejala kerusakan yang di timbulkan juga persis hamir sama. oleh karena itu kedua hal ini akan di terangkan secara bersama-sama.

(16)

Penggereak batang padi merupakan hama penting karena secara nyata merusak malai sehingga mengurangi jumblah malai yang dapat di panen atau dalam fase vegetatif mereka mematikan titik tumbuh sehingga mengurangi jumlah anakan. Penggerek batang padi biasanya meningkat menjelang berakhirnya musim hujan.

c. Hama Ganjur

Hama ganjur, Orseolia orizae (Wood mason) tergolong famili Cecidomydae, ordo diptera, serangga ini termasuk dalam ordo yang sama dengan lalat dan nyamuk. Dalam bahasa inggris ganjur padi di sebut Rice gall-midge.

Hama ganjur merupakan hama penting pada awal fase vegetatif sampai selesainya masa pembentukan anakan. Mereka mulai menyerang tanaman padi sejak dibedengan persemaian. Populasi ganjur akan meningkat selama musim penghujan baik disawah-sawah beririgasi maupun disawah-sawah tadah hujan. Serangga ini tidak akan menyerang padi gogo. Selama musim kering mereka akan terdapat dalam jumlah sedikit disawah-sawah beririgasi kalau disawah tersebut digenangi terus-menerus. Awan dan hujan merupakan faktor-faktor iklim yang menunjang kehidupan serangga ini.

d. Hama Putih

Hama putih, Nymphula depunctalis (Guenee) tergolong dalam famili Pyralidae, Ordo lapidoptera.Larva serangga ini bersifat akuatik dan hidup didalam tabunng berisi air yang terbuat dari potongan daun.

Hama putih hanya penting pada awal fase vegetatif sejak dipersemaian sampai tanaman padi berumur kira-kira satu bulan. Tanaman ini hanya terdapat

(17)

pada sawah-sawah yang selalu tergenang dan populasi meningkat cepat pada musim hujan.

Serangga hama putih bersifat setempat-tempat dan larva yang terdapat didalam tabung mudah dipindahkan oleh air irigasi yang mengalir.

e. Hama Putih Palsu

Hama putih palsu, Cnaphalocrocis medinalis Guenne, tergolong famili Pyralidae, ordo Lepidoptera. Hama ini di sebut hama putih palsu karena gejala serangannya hampir menyerupai gejala serangan hama putih.

f. Walang Sangit

Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakan salah satu hama yang juga meresahkan petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau. Serangga ini berwarna hijau kemerah- merahan.

Walang sangit menghisap butir-butir padi yang masih cair. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat. Kulit biji itu akan berwarna kehitam-hitaman.

Faktor-faktor yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai berikut.

a. Sawah sangat dekat dengat perhutanan. b. Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi. c. Penanaman tidak serentak

(18)

g. Kepinding Tanah

Kepinding tanah tergolong dalam famili pentatimidae, ordo hemimptera. Tiga jenis kepinding tanah diasia yaitu scotinophara coartata (F), scotinophara hirida ( Burm ), dan Scotinophara vermiculata.

Hama ini dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup tinggi. Kalau populasi tinggi, mereka dapat menyebakan tanaman menjadi puso. Serangga ini lebih menyukai tanamn padi yang kurang terpelihara. Serangan pada tanaman tua tidak seberat serangan pada tanaman muda atau persemaian.

h. Ulat Grayak

Sebelum disebut ulat grayak, hama ini disebut ulat tentara (terjemahan dari kata ‘’ army worm”), karena kalau akan menyerang tanaman pada malam hari. Banyak jenis ulat grayak yang menyerang tanaman padi, tetapi yang paling umum terdapat adalah tiga jenis yaitu : Mythimma separata (Wlk), Spodoptera mauritia (Boisd), dan Spodoptera litura (F). Ketiga jenis serangga ini tergolong dalam famili Nouctuidae, ordo lepidoptera.

Populasi ulat grayak biasanya bersifat lokal dan peranan musuh alam cukup berarti dalam menekan populasi di bawah ambang ekonomi, walaupun kadang–kadang mengalami eksplosi, ulat grayak dapat di jumpai di seluruh lingkungan pertanaman padi, tetapi pada sawah – sawah beririgasi biasanya mereka tidak begitu menimbulkan permasalahan yang berarti. Populasi biasanya meningkat pada musim hujan karena mereka mudah mencari inang alternatif dan gulma rumput-rumputan.

(19)

i. Kepik Hijau

Kepik hiajau, Nezara vridula L. tergolong famili pentatomidae, ordo hemiptera. Hama ini dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup tinggi. Kalau populasi tinggi, mereka dapat menyebakan tanaman menjadi puso. Serangga ini lebih menyukai tanaman padi yang kurang terpelihara. Serangan pada tanaman tua tidak seberat serangan pada tanaman muda atau persemaian.

E. Agroekosistem

Altieri dalam Nurindah (2006) mengatakan bahwa Agroekosistem merupakan suatu ekosistem pertanian yang produktif, jika terjadi keseimbangan antara tanah, hara, sinar matahari, kelembaban udara dan organisme-organisme, sehingga dihasilkan suatu pertanaman yang sehat dan hasil yang berkelanjutan. Gangguan-gangguan terhadap agroekosistem tersebut dapat diatasi karena telah ada sistem yang dapat mengatasi atau mentoleransi adanya cekaman biotik dan abiotik yang ada. Jika terdapat gangguan pada suatu agroekosistem oleh patogen, atau serangga hama, maka untuk mencegah terjadinya kerentanan pada agroekosistem tersebut perlu dilakukan pengembalian keseimbangan yaitu dengan mengembalikan fungsi dari masing-masing komponen yang ada dalam agroekositem tersebut.

Faktor-faktor penyebab rentannya suatu agroekosistem terhadap eksplosi hama dapat diatasi dengan melakukan pengelolaan agroekosistem supaya menjadi lebih tahan terhadap eksplosi hama. Tujuan dari pengelolaan agroekosistem adalah menciptakan keseimbangan dalam lingkungan. Prinsip-prinsip ini dapat diterapkan melalui berbagai teknik budidaya. Teknik-teknik tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda dalam produktivitas, stabilitas

(20)

dan keseimbangan pada suatu agroekosistem, tergantung pada peluang-peluang yang ada pada lokasi (spesifik lokasi). Tujuan akhir dari pengelolaan agroekosistem adalah memadukan komponen-komponen yang ada sehingga efisiensi biologis dapat diperbaiki.

A. Keanekaragaman dan Kelimpahan Serangga

Nurindah 2006 mengatakan bahwa keanekararagaman ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksai timbal balik antara mahluk hidup yang satu dengan mahluk hidup lainnya. Setiap mahluk hidup hanya akan tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang sesuai. Pada suatu lingkungan tidak hanya dihuni oleh satu jenis makhluk hidup saja, tetapi juga akan dihuni oleh jenis makhluk hidup lain yang sesuai. Akibatnya, pada suatu lingkungan akan terdapat berbagai makhluk hidup berlainan jenis yang hidup berdampingan secara damai. Mereka seolah-olah menyatu dengan lingkungan tersebut. Pada lingkungan yang sesuai inilah setiap makhluk hidup akan dibentuk oleh lingkungan. Sebaliknya, makhluk hidup yang terbentuk oleh lingkungan akan membentuk lingkungan tersebut. Jadi, antara makhluk hidup dengan lingkungannya akan terjadi interaksi yang dinamis. Perbedaan kondisi komponen abiotik (tidak hidup) pada suatu daerah menyebabkan jenis makhluk hidup (biotik) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut berbeda-beda. Akibatnya, permukaan bumi dengan variasi kondisi komponen abiotik yang tinggi akan menghasilkan keanekaragaman ekosistem.

Kelimpahan pada jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan

(21)

tercukupinya kebutuhan sumber makanannya. Kelimpahan dan aktivitas reproduksi serangga di daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh terhadap ketersediaan bahan makanan dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung dapat mempengaruhi kelimpahan. Setiap ordo serangga mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan musim dan iklim. Selain itu kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Serangga menanggapi sumber daya tersebut dengan cara yang kompleks.

Referensi

Dokumen terkait

ü Atas dasar kegiatan pe meriksaan pendahuluan disiapkan ikhtisar temuan hasil peme riksaan pendahuluan yang akan disertakan pada program pemeriksaan lanjutan. Ikhtisar te muan has

Penelitian ini dilakukan di Desa Torongrejo Kota Batu dan identifikasi arthropoda dilakukan di laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri

Menurut Nurfaridah, (2005) manfaat fungsional dari bunga rosella karena mengandung kadar zat anti oksidan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kumis kucing dan bunga knop

pengaruh masing-masing kriteria terhadap sub kriteria, dan tingkat pengaruh sub kriteria terhadap alternatif yang diberikan. 3) Dalam penentuan atribut sub kiteria

Secara positif, internet menjadi media baru dakwah Islam yang dapat mentransmisikan pesan ajaran Islam secara efektif, terbuka, mudah diakses, dan dengan daya jangkau yang luas

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lama umur operasional TPA Gampong Jawa dengan upaya reduksi sampah, mengetahui unit apa saja yang harus diperhatikan

Dengan kata lain target dalam penelitian ini adalah orang yang hidup dan berkembang dalam suatu masyarakat yang berbeda budaya dan berbeda agama dan berbeda etnis yaitu

kepada 21 subjek penelitian terdapat siswa mengalami miskonsepsi pada setiap butir soal namun pada soal nomor 5 dengan indikator soal “ siswa mampu menghitung jarak