• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN KONSELING KELOMPOK KOGNITIF- PERILAKU UNTUK MENURUNKAN PERILAKU PROKRASTINASI SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN KONSELING KELOMPOK KOGNITIF- PERILAKU UNTUK MENURUNKAN PERILAKU PROKRASTINASI SISWA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KONSELING KELOMPOK KOGNITIF- PERILAKU UNTUK MENURUNKAN PERILAKU PROKRASTINASI SISWA

Husni Abdillah1 dan Diana Rahmasari2

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya tingkat prokrastinasi yang dilakukan oleh siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan konseling kelompok kognitif-perilaku untuk membantu siswa mengatasi perilaku prokrastinasi mereka. Angket prokrastinasi digunakan untuk mengukur skor prokrastinasi siswa. Dari angket prokrastinasi ditemukan bahwa yang menjadi subyek pada penelitian ini adalah delapan siswa XI IPS yang mendapat skor tinggi pada angket prokrastinasi. Penelitian ini menggunakan desain pre-post one group design. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistic non-parametrik dengan uji wilcoxon. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa ρ = 0 lebih kecil dibanding α = 4. Jadi hipotesis yang diajukan yang berbunyi”terdapat perbedaan yang signifikan skor prokrastinasi siswa sebelum dan sesudah penerapan konseling kelompok kognitif perilaku” diterima. Artinya penerapan konseling kelompok kognitif perilaku dapat mengatasi perilaku prokrastinasi siswa.

Kata Kunci: Konseling kelompok kognitif-perilaku, dan prokrastinasi

Pendahuluan

Fenomena kebiasaan menunda pekerjaan dikenal dengan istilah prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa latin “procrastination” dengan awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran

“crastinus” yang berarti keputusan hari esok, yang jika digabungkan bermakna

menunda sampai hari berikutnya (Van, 2004).

Prokrastinasi pada siswa banyak berakibat negatif, diantaranya adalah siswa akan mendapatkan nilai lebih rendah, menarik diri terhadap pendidikan yang lebih tinggi, memiliki tingkat kehadiran di kelas yang lebih rendah, dan dikeluarkan dari sekolah. Prokrastinasi pada tugas juga memiliki akibat terhadap emosi seseorang. Ketika seseorang sadar bahwa dia melakukan prokrastinasi, maka mereka mengalami berbagai perasaan dalam dirinya diantaranya adalah rendah diri, mengutuk diri, rasa bersalah, merasa melakukan kecurangan, mengalami ketegangan, kepanikan, dan kecemasan dalam diri. (Binder, 2000).

Berdasarkan pengamatan terhadap perilaku siswa dan data yang diperoleh dari wawancara dengan guru BK SMA Al Azhar diperkirakan dalam satu kelas yang terdiri dari 35 siswa, terdapat 20% siswa yang kerapkali menunda pekerjaan, bentuk penundaan yang dilakukan siswa diantaranya adalah terlambat masuk ke kelas saat pelajaran sudah dimulai, tidak mengerjakan PR di rumah atau mengerjakan PR di sekolah dan terlambat mengumpulkan tugas dari guru.

Berdasarkan fenomena di atas, maka perlu adanya upaya dalam menangani masalah prokrastinasi siswa. Hal ini dilakukan dengan harapan agar perilaku

1 Alumni Prodi BK FIP Unesa

(2)

prokrastinasi dapat diatasi dan tidak mengganggu kualitas perilaku dan hasil belajar siswa. Upaya tersebut dapat ditempuh melalui konseling kognitif-perilaku karena prokrastinasi siswa adalah suatu perilaku tidak adaptif yang diakibatkan oleh pemikiran-pemikiran (kognisi) tidak rasional. Berdasarkan pendapat Ellis (dalam Ferrari,1995) prokrastinator atau para pelaku prokrastinasi umumnya tidak percaya pada kemampuan mereka untuk menyelesaikan tugas, sebagai konsekwensinya mereka menunda untuk memulai menyelesaikan tugas. Melalui konseling kognitif-perilaku, individu diubah perilaku tidak adaptifnya dengan terlebih dahulu menantang aspek kognisi dan ketakutan irasionalnya yang mendasarinya agar menjadi lebih realistis. Ferrari (dalam Binder, 2000).

Konseling kognitif-perilaku dapat dilaksanakan secara efektif baik dalam latar individu maupun kelompok. Konseling kelompok kognitif-perilaku dapat dilaksanakan dalam dua format kegiatan: kelompok homogen dimana semua anggota kelompok mempunyai masalah yang sama, dan format kelompok terbuka dimana anggota kelompok bergiliran mengungkapkan masalah mana yang ingin dibahas. (Vernon dalam Erford,2004).

Sebagai bentuk optimalisasi layanan BK, Masih perlu dikaji secara mendalam penggunaan Konseling Kelompok kognitif-perilaku pada siswa yang melakukan prokrastinasi terhadap tugasnya tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji lebih mendalam mengenai efektifitas penerapan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan kognitif-perilaku untuk menangani prokrastinasi pada siswa.

Prokrastinasi

Prokrastinasi adalah perilaku menunda tugas. Burka dan Yuen (dalam Ferrari, 1995), Solomon dan Rothblum (1984) berpendapat bahwa prokrastinasi adalah Aktivitas yang tidak ada gunanya berupa menunda tugas secara sengaja dan menimbulkan kegelisahan subyektif.

Rizvi (dalam Retno dkk, 2000) mendefinisikan prokrastinasi sebagai kegagalan seseorang dalam mengerjakan tugas berupa kecenderungan hingga tindakan menunda-nunda memulai kinerja atau menyelesaikan sehingga menghambat kinerja dalam rentang waktu terbatas , yang akhirnya menimbulkan perasaan tidak enak( cemas ) pada pelakunya.

Perilaku prokrastinasi dimulai dari sebuah anteseden kognitif dalam menunda untuk mulai melakukan suatu kerja. Anteseden tersebut yakni pelaku prokrastinasi salah dalam mempersepsikan tugas yang dihadapi. Pelaku prokrastinasi mempersepsikan tugas sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, disamping itu pelaku prokrastinasi selalu ingin mencapai kinerja sempurna namun takut akan membuat kesalahan atau takut mengalami kegagalan. Ketakutan ini mengalihkan perhatian karena mengutamakan menjaga citra sempurna daripada mengerjakan tugas. (Ferrari dkk,1995)

Walaupun kata prokratinasi memiliki arti sederhana yakni menunda tugas namun dapat dilihat dalam empat manifestasi perilaku yaitu: (1).Menunda saat seseorang berniat untuk mulai belajar (postponing the moment one is intending to

begin studying). (2). Menunda saat yang sebenarnya adalah waktu/jadwal untuk

mulai belajar (postponing the moment that actual studying is to begin) (3). Adanya kesenjangan antara niat untuk belajar dengan perilaku nyata (study

(3)

intention behavior discrepancy) (4). Melakukan hal yang lain daripada belajar (doing thing others than studying). (Ferrari dkk,1995).

Konseling Kelompok Kognitif-Perilaku 1. Konseling Kelompok

Gazda (dalam Nursalim dan Hariastuti, 2007) menyebutkan bahwa konseling kelompok diartikan sebagai suatu proses interpersonal yang dinamis yang memusatkan pada kesadaran berpikir dan tingkah laku, serta melibatkan fungsi-fungsi terapi yang dimungkinkan, serta berorientasi pada kenyataan-kenyataan, membersihkan jiwa, saling percaya dan mempercayai pemeliharaan, pengertian, penerimaan dan bantuan. Fungsi-fungsi dari terapi itu diciptakan dan dipelihara dalam wadah kelompok kecil melalui sumbangan (saling berbagi) dari tiap anggota kelompok dan konselor.

Tujuan konseling kelompok dalam seting sekolah adalah untuk membantu individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dalam tujuh bidang yaitu: psikososial, vokasional, kognitif, fisik, seksual, moral dan afektif. (Nursalim dan Hariastuti, 2007)

2. Konseling Kognitif Perilaku

Konsep Utama dari teori kognitif-perilaku adalah peleburan antara pendekatan perilaku dan kognitif. Kata “kognitif-perilaku” mencerminkan pentingnya kedua pendekatan kognitif dan perilaku untuk memahami dan membantu manusia. Kognitif-perilaku merupakan pencampuran dari strategi perilaku dan proses kognitif yang bertujuan untuk mencapai perubahan kognisi dan perilaku manusia. (Capuzzi, 2009).

Konseling kognitif-perilaku menekankan bagaimana masalah emosi dan perilaku dapat diatasi secara efektif melalui restrukturisasi kognitif dan menunjukkan bagaimana keyakinan irasional atau distorsi kognitif mengganggu mereka dan bagaimana mereka dapat mengubah pemikiran tidak akurat dengan menggunakan berbagai metode. (Corey dalam Erford, 2004).

Konseling kognitif-perilaku dapat dilaksanakan secara efektif baik dalam latar individu maupun kelompok. Konseling kelompok kognitif-perilaku dapat dilaksanakan dalam dua format kegiatan: kelompok homogen dimana semua anggota kelompok mempunyai masalah yang sama, dan format kelompok terbuka dimana anggota kelompok bergiliran mengungkapkan masalah mana yang ingin dibahas. (Vernon dalam Erford,2004).

Konseling kognitif-perilaku dapat digunakan untuk menangani berbagai macam gangguan perilaku yang maladaptif dalam berbagai latar kelompok, baik secara populasi maupun subjek (Darminto,2007). Johnson dan Cown (dalam Binder,2000) menjelaskan bahwa intervensi terapi Kognitif-perilaku dapat didesain untuk mengatasi prokrastinasi.

Pelaksanaan konseling kognitif-perilaku dalam McLeod (2006) memiliki beberapa tahapan yaitu: (1). Menciptakan hubungan yang sangat dekat dan aliansi kerja konselor dan klien, dan menjelaskan dasar pemikiran dari penanganan yang akan diberikan. (2). Menilai masalah, mengidentifikasi, mengukur frekuensi, intensitas, dan kelayakan masalah perilaku dan kognisi. (3). Menetapkan target perubahan, yang harus dipilih klien, dan harus jelas, spesifik, dan dapat dicapai. (4). Penerapan teknik kognitif-perilaku. Dalam penelitian ini Teknik kognitif yang digunakan adalah penghentian pola pikir

(4)

dan pengubahan pola pikir. Sedangkan teknik perilaku yang dipakai adalah

stimulus dan reinforcement. (5). Memonitor perkembangan, dengan

menggunakan penilaian terhadap perilaku sasaran. (6).Mengakhiri dan merancang program lanjutan untuk menguatkan generalisasi dari apa yang didapat.

Metode

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, Desain penelitian yang digunakan adalah Pre Ekperiment sedangkan rancangan eksperimen yang digunakan adalah One group pretes-posttest design. Perlakuan dengan konseling kelompok kognitif-perilaku dilakukan selama tujuh pertemuan.

Subyek penelitian ditetapkan berdasarkan hasil pre tes, yakni siswa yang mendapat skor tinggi dalam angket prokratinasi siswa. Berdasarkan hasil angket diperoleh 8 subyek.

Teknik pengumpul data yang digunakan adalah angket prokrastinasi yang dikembangkan oleh peneliti sedangkan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji jenjang wilcoxon.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Tabel 1: Hasil Pengukuran

No. Subyek Pre Test Post Test 1. EKA 79 70 2. E S 76 69 3. HAN 74 69 4. RAD 76 66 5. SUC 73 60 6. TRI 73 59 7. YES 74 69 8. YUS 80 68

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan konseling kelompok Kognitif Perilaku dapat membantu menangani masalah prokrastinasi siswa dilihat dengan adanya perbedaan skor angket prokrastinasi siswa antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan konseling kelompok kognitif-perilaku. Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya siswa yang melakukan penundaan pada tugas sekolah dan belajar di lingkungan SMA Al Azhar Menganti gresik, khususnya kelas XI IPS.

Analisis data menggunakan uji wilcoxon memanfaatkan program SPSS 15 diketahui T hitung= 0. Sedangkan T tabel dari uji jenjang wilcoxon dengan N=8 dan taraf signifikansi 5 %= 4. Jadi diketahui bahwa Thitung lebih kecil dari Ttabel (0 < 4) Sehingga Ho ditolah dan Ha diterima.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima yaitu ” Ada perbedaan yang signifikan pada skor prokrastinasi siswa sebelum dan sesudah diterapkan konseling kelompok kognitif-perilaku”.

(5)

Berdasarkan pengukuran awal (pre-test) dari angket prokrastinasi siswa diketahui 8 siswa yang memiliki skor prokrastinasi siswa yang tergolong tinggi yaitu EKA, ES, HAN, RAD, SUC, TRI, YES dan YUS. Selanjutnya 8 siswa yang terkategori memiliki skor prokrastinasi siswa tinggi diberikan perlakuan dengan menggunakan konseling kelompok kognitif-perilaku sebagai alternatif cara yang digunakan untuk menurunkan skor prokrastinasi siswa.

Adapun pelaksanaan konseling kelompok kognitif-perilaku dalam penelitian ini sesuai dengan tahapan-tahapan konseling kelompok kognitif-perilaku menurut Kuehnel (dalam Mc Leod, 2006) yakni: 1) Menciptakan hubungan yang sangat dekat dan aliansi kerja konselor dan klien, dan menjelaskan dasar pemikiran dari penanganan yang akan diberikan. 2) Menilai masalah, mengidentifikasi, mengukur frekuensi, intensitas, dan kelayakan masalah perilaku dan kognisi.3)Menetapkan target perubahan, yang harus dipilih klien, dan harus jelas, spesifik, dan dapat dicapai. 4) Penerapan teknik kognitif-perilaku.5) Memonitor perkembangan, dengan menggunakan penilaian terhadap perilaku sasaran. 6) Mengakhiri dan merancang program lanjutan untuk menguatkan generalisasi dari apa yang didapat.

Setelah diberikan bantuan dengan menggunakan konseling kelompok kognitif-perilaku selanjutnya dilakukan pengukuran lagi (post-test)dengan angket prokrastinasi siswa. Dari hasil post-test diperoleh penurunan prokrastinasi siswa.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dari hasil analisis dengan teknik statistik non parametrik yaitu uji

wilcoxon dapat diketahui bahwa jumlah nomor urut yang bertanda positif = ”0”

sedangkan jumlah nomor urut yang bertanda negatif = ”- 36” Nomor urut dengan jumlah terkecil terkecil adalah 0 (harga mutlak) jadi T hitung= 0. T tabel dari uji jenjang wilcoxxon dengan N=8 dan taraf signifikansi 5 %= 4. Sehingga Thitung lebih kecil dari Ttabel (0 < 4) Sehingga Ho ditolah dan Ha diterima. Maka Hipotesis yang diajukan dapat diterima yaitu ” Ada perbedaan yang signifikan pada skor prokrastinasi siswa sebelum dan sesudah diterapkan konseling kelompok kognitif-perilaku” Dengan demikian Konseling Kelompok Kognitif Perilaku dapat diterapkan untuk membantu siswa menangani prokrastinasi siswa.

Saran

1. Bagi Konselor Sekolah

Pihak sekolah khususnya konselor atau petugas BK dapat meningkatkan penggunaan konseling kelompok kognitif-perilaku untuk menangani masalah prokrastinasi siswa. Tidak metutup kemungkinan bahwa penggunaan konseling kelompok kognitif-perilaku dapat mengatasi masalah-masalah yang lain.

2. Bagi Peneliti Lain

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre test-post test one

group design, bagi peneliti lain diharapkan dapat menggunakan true experiment design yaitu menggunakan kelompok kontrol sebagai kelompok pembanding

artinya hasil yang diperoleh belum dapat diketahui keterandalannya jika diberikan pada kelompok lain yang juga diberikan konseling kelompok kognitif-perilaku, sehingga belum dapat dibandingkan apakah hasil penelitian akan sama dengan kelompok pembanding yang dapat memperkuat hasil penelitian.

(6)

DAFTAR ACUAN

Binder, Kelly. 2000. The Effect of Academic Procrastination Treatment On

Student Procrastination And Subjective well Being. (Google.com: National Library Of Canada)

Capuzzi, David. Douglas E Gross. 2009. Counseling And Psychotherapy,

Theories and Intervension 4th edition. New Jersey: Pearson Education

Inc.

Corey, Gerald. 2009. Theory And Practice Of Counseling And Psychotherapy 8th

Edition. California: brooks/ Cole Cengage Learning.

Darminto,Eko. 2007. Teori – Teori Konseling. Surabaya : Unesa University Press. Erford, Bradley T. 2004. Professional School Counseling A Handbook of theories,

Programs and Practice.

Ferrari,J.R. Johnson, J.L. & Mc Cown, W.G. 1995. Procrastination and task

Avoidance, Theory, Research and Treathment. New York: Plenum Press.

(WWW.Googlebook.com) hal 1-36

Froggatt, Wayne. 2006. A Brief Introduction To Cognitive-Behaviour Therapy. WWW.Google.com

Ghufron, M Nur. 2003. Hubungan Kontrol Diri Dan Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Orang Tua Dengan Prokrastinasi Akademik. Thesis. www. damandiri.or.id

McLEOD,John. 2006. Pengantar Konseling. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Neenan, Micheal. 2008. Tackling Procrastination: An REBT Perspective For

Coaches. Springer Science

Nursalim, Mochamad dan Tri Hariastuti, Retno. 2007. Konseling Kelompok. Surabaya : Unesa University Press

Nursalim, Mochammad.dkk. 2002. Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya : Unesa University Press

Retno,Endang. Dkk. 2000. Profil Perilaku Prokrastinasi Dosen Muda Universitas Airlangga Yang Diwakili Oleh tujuh Fakultas. Fakulta Psikologi Unair: Jurnal penelitian Dinamika Sosial

Schouwenburg,Hendri. Dkk. 2004. Counseling The procrastination In Academic

Setting. Washington: APA Publisher

Solomon, L.J.& Rothblum, E.D. 1984. Academic Procrastination: Frequency

and Cognitive-Behavioral Correlates, Journal of Counseling

Psychology, 31,504-510.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung

Gambar

Tabel 1: Hasil Pengukuran

Referensi

Dokumen terkait

Model Konseling Kelompok Berdasarkan Pendekatan Kognitif- Perilaku untuk Membantu Remaja Dalam Menangani Krisis Identitas dan Dampaknya Pada Penurunan Tingkat

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku agresif dapat dikurangi dengan menggunakan layanan konseling kelompok, hal ini ditunjukkan dari

bahwa konseling kelompok pendekatan Adlerian dapat digunakan untuk menurunkan perilaku menarik diri siswa kelas VII-C MTs Raden Paku Wringinanom. Hal ini menunjukkan

bahwa konseling kelompok pendekatan Adlerian dapat digunakan untuk menurunkan perilaku menarik diri siswa kelas VII-C MTs Raden Paku Wringinanom. Hal ini menunjukkan

Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima.Artinya setelah diberi layanan konseling kelompok rasional emotif perilaku, siswa yang sebelumnya mempunyai skor menarik

Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah penerapan teknik Pengkondisian Operan dalam konseling kelompok dapat menurunkan perilaku agresif siswa Peneliti

Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima.Artinya setelah diberi layanan konseling kelompok rasional emotif perilaku, siswa yang sebelumnya mempunyai skor menarik

Hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah konseling kelompok strategi restrukturing kognitif efektif menurunkan kejenuhan belajar siswa di MTS Assa’adah II Bungah