• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS JALAN CABANG DI AREAL IUPHHK-HTI PT INHUTANI I BATU AMPAR MENTAWIR KALIMANTAN TIMUR QODIMATUL UNSHURI ILYAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUALITAS JALAN CABANG DI AREAL IUPHHK-HTI PT INHUTANI I BATU AMPAR MENTAWIR KALIMANTAN TIMUR QODIMATUL UNSHURI ILYAS"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS JALAN CABANG DI AREAL IUPHHK-HTI

PT INHUTANI I BATU AMPAR – MENTAWIR

KALIMANTAN TIMUR

QODIMATUL UNSHURI ILYAS

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Jalan Cabang di Areal IUPHHK-HTI PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir Kalimantan Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing skripsi yakni Prof Dr Ir Elias dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2016 Qodimatul Unshuri Ilyas E14120090

(4)

ABSTRAK

QODIMATUL UNSHURI ILYAS. Kualitas Jalan Cabang di Areal IUPHHK-HTI PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir Kalimantan Timur. Di bawah bimbingan ELIAS.

Jalan merupakan salah satu prasarana penting dalam pengelolaan hutan sehingga perlu dilakukan pembukaan wilayah hutan yang baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas jalan cabang blok RKT 2014 di IUPHHK-HTI PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir Kalimantan Timur. Karakteristik jalan yang diamati berupa kerapatan jalan, spasi jalan, penampang melintang jalan, belokan jalan dan kemiringan memanjang jalan. Hasil penelitian pada jalan cabang blok RKT 2014 diperoleh kerapatan jalan total 29.85 m ha־ˡ, spasi jalan sebesar 335.02 m, lebar jalan 4.13 m, kemiringan talud 38.78%, selokan dengan kedalaman 29 cm, lebar ke arah jalan 34 m, lebar kearah talud 28 cm, belokan dengan radius belokan minimal 10.75 m, kemiringan belokan 3.9 % dan pelebaran belokan 0.54 m, dan kemiringan memanjang jalan maksimal 24 % dengan panjang jarak datar rata-rata 37.78 m. Kualitas jalan cabang yang berada di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir sebagian besar belum memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.

Kata kunci : jalan cabang, kualitas, standar jalan

ABSTRACT

QODIMATUL UNSHURI ILYAS. Branch Roads Quality in the area of IUPHHK-HTI PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir East Kalimantan. Supervised by ELIAS.

Forest road is one of the most important infrastructure in forest management, therefore a high quality forest opening is absolutely needed.. This study was conducted to determine the quality of branch roads at RKT 2014 block in IUPHHK-HTI PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir East Kalimantan. Road characteristics that had been observed are consist of road density, road spacing, road cross sections, road curves and road gradient. The results showed that the total road density 29.85 m ha -ˡ, road spacing 335.02 m, road width 4.13 m, batter slope 38.78 %, drain depth 29 cm, drain width from the road 34 cm, drain width from batter slope 28 cm, minimum radius 10.75 m, curve slope 3.9 % and curve widening 0.54 m, and maximum road length gradient 24 % with an average projection distance 37.78 m. The quality of forest roads at RKT 2014 block in IUPHHK-HTI PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir were predominantly didn’t met the required quality standard.

(5)

KUALITAS JALAN CABANG DI AREAL IUPHHK-HTI

PT INHUTANI I BATU AMPAR – MENTAWIR

KALIMANTAN TIMUR

QODIMATUL UNSHURI ILYAS

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Kualitas Jalan Cabang di Areal IUPHHK-HTI PT Inhutani I Batu Ampar - Mentawir”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan, saran, dan kritikan yang membangun.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Elias, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi, arahan, masukan dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ir Agus Beniarto; Kisar Tarigan, S Hut, MS; Muhamad Syarif, Abdul Salam, S Hut; Taufik Yuliansyah, Ujian Basuki, Muhtar, Saiful Bahri, Hanil Tamzid, Ari Sutanto serta seluruh pegawai PT Inhutani I Batu Ampar - Mentawir. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Seping, Arman, Alim, Mas Agus dan Pak Jarsih yang telah membantu dalam pengambilan data di lapangan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman satu PKL (Praktik Kerja Lapang) terkhusus Saudara Juanda Hasibuan yang telah membantu dalam pengambilan data penelitian. Penghargaan terbesar penulis sampaikan kepada Ayah (Wargono), Ibu (Sri Supriyatin), Adik (Zainul Hamidah Ilyas) dan seluruh keluarga atas doa, kasih sayang, dorongan semangat serta bantuan moril dan materi yang diberikan kepada penulis serta rekan-rekan Departemen Manajemen Hutan Angkatan 49 dan Paguyuban Sedulur Madiun atas kebersamaan dan bantuannya selama penulis menyelesaikan studi di IPB.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2016 Qodimatul Unshuri Ilyas

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE PENELITIAN 1

Waktu dan Tempat 1

Alat 2

Bahan 2

Jenis dan Sumber Data 2

Metode Pengumpulan Data 3

Pengolahan Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Kerapatan Jalan dan Spasi Jalan 10

Kemiringan Memanjang Jalan 11

Penampang Melintang Jalan 13

Belokan Jalan 21

Spesifikasi Kualitas Jalan Cabang di Areal Blok RKT 2014 PT

Inhutani I Batu Ampar – Mentawir 22

SIMPUAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 26

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kerapatan jalan dan spasi jalan di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu

Ampar – Mentawir 10

2 Hasil pengukuran kemiringan memanjang jalan cabang di areal blok RKT 2014

PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir 12

3 Hasil pengukuran lebar badan milik jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT

Inhutani I Batu Ampar - Mentawir 13

4 Hasil pengukuran lintasan jalan, kemiringan melintang lintasan dan bahu jalan

cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir 14 5 Hasil pengukuran selokan jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I

Batu Ampar - Mentawir 16

6 Hasil pengukuran talud jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu

Ampar - Mentawir 18

7 Hasil pengukuran ruang pemanfaatan jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT

Inhutani I batu Ampar - Mentawir 20

8 Hasil pengukuran belokan jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I

Batu Ampar- Mentawir 21

9 Spesifikasi jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar –

Mentawir 23

DAFTAR GAMBAR

1 Ilustrasi pengukuran kemiringan memanjang jalan 3

2 Penampang melintang jalan (Elias 2012) 4

3 Ilustrasi pengukuran selokan jalan 4

4 Ilustrasi pengukuran talud jalan 4

5 Ilustrasi pengukuran kemiringan lintasan jalan 5

6 Ilustrasi pengukuran belokan jalan 5

DAFTAR AMPIRAN

1 Peta Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan

Tanaman Industri (RKT IUPHHK-HTI) tahun 2014 26

2 Instruksi kerja pemeliharaan jalan perusahaan 27

3 Perhitungan kerapatan jalan dan spasi jalan 29

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu masalah pemanenan kayu pada dasarnya adalah masalah transportasi, yakni memindahkan kayu dari tempat penebangan ke tempat pengumpulan akhir. Kegiatan pemanenan kayu merupakan kegiatan terencana yang di-dalamnya terdiri dari kegiatan penebangan, penyaradan dan pengangkutan. Keberhasilan pemanenan kayu salah satunya didukung oleh kegiatan pengangkutan.

Jaringan jalan angkutan memiliki peranan penting terhadap pemanenan hutan karena selain berfungsi sebagai jalan angkutan hasil hutan juga berfungsi dalam pengelolaan hutan lestari termasuk kegiatan pengangkutan tenaga kerja, pengangkutan material, pengawasan, dan perlindungan hutan. Kegiatan pengangkutan kayu membutuhkan biaya besar untuk mengeluarkan kayu bulat dari dalam hutan, sehingga perlu dilakukan perencanaan yang baik dan terintegrasi untuk menekan biaya pengangkutan (Elias 2008).

Jaringan jalan angkutan hutan terdiri dari jalan koridor, jalan utama, jalan cabang, jalan ranting dan jalan sarad. Jalan cabang merupakan jalan yang dibangun secara permanen untuk membuka areal blok Rencana Kerja Tahunan (RKT). Kondisi jaringan jalan hutan yang baik harus memperhatikan kemampuan mendukung beban angkutan serta kemampuan melayani pengelolaan hutan. Dalam rangka mendukung kegiatan pengelolaan hutan perlu dilakukan penelitian terhadap kualitas jalan cabang.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas jalan cabang blok RKT 2014 di PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir Kalimantan Timur.

Manfaat Penelitian

Penelitian bermanfaat untuk acuan perusahaan dalam membuat jaringan jalan yang baik.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian kualitas jalan cabang dilaksanakan di blok RKT 2014 areal IUPHHK-HTI PT Inhutani I Batu Ampar - Mentawir Kalimantan Timur pada bulan

(12)

2

April 2016. Menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 239/Kpts-II/1998 tanggal 27 Februari 1998 tentang IUPHHK-HTI luas PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir yaitu ± 16 521 ha yang secara geografis terletak di 0º57’13” LS - 1º05’28” LS dan 166º44’21” – 116º58’29” BT. Secara administratif pemerintahan di Kabupaten Kutai Kertanegara, Penajam Paser Utara dan Kotamadya Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur. Menurut pemangkuan hutan, areal tersebut termasuk dalam wilayah areal kerja RDK/BPKH Semoi, Dinas Kehutanan Kabupaten Penajam Paser Utara, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur.

Secara umum PT Inhutani I Batu Ampar - Mentawir merupakan daerah lipatan yang sudah mengalami erosi dan denudasi sehingga menjadi dataran paneplain dengan ketinggian 5-100 mdpl dan daerah endapan alluvium sepanjang sungai Semoi. Bentuk wilayah datar sampai berbukit dengan titik tertinggi di sekitar perbukitan Mentawir dan titik terendah di sepanjang sungai Semoi. Iklim di areal tersebut berdasarkan klasifikasi Schmid & Ferguson termasuk ke dalam tipe A (nilai rata-rata Q= 14.3 – 14.7) dan sebagian bertipe B (nilai rata-rata Q= 13.6). Curah hujan tahunan berkisar 1640 – 2696 mm/tahun. Suhu rata bulanan berkisar antara 25.4ºC – 27.6ºC, kelembaban rata-rata bulanan 84%-90%. Berdasarkan klasifikasi tanah sistem pusat penelitian tanah (1993) dan USDA Soil Taxonomi (Soil Survey Staff 1987), jenis tanah PT Inhutani I Batu Ampar - Mentawir yaitu Aluvial, Gleisol, Kambisol dan Podsolik (RKU PHHK-HTI PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir 2010)

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian kualitas jalan cabang adalah pita ukur berukuran 100 m, tambang, kamera, penggaris, busur derajat, alat tulis, kertas milimeter, clinometer, curvimeter, software Microsoft Word 2016 dan Microsoft Excel 2016.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian kualitas jalan cabang adalah cat, patok, kertas millimeter blok, label, tally sheet peta areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengukuran langsung di lapang maupun di atas peta.

Data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan dokumen perusahaan, Standar Operasional Prosedur (SOP) bangunan jalan perusahaan dan peta RKT 2014.

(13)

Metode Pengumpulan Data Panjang Jalan Hutan

Pengukuran panjang jalan utama, jalan cabang dan jalan ranting dilakukan dengan menggunakan curvimeter dari jaringan jalan di dalam peta blok RKT 2014. Kemiringan Memanjang Jalan Cabang

Pengukuran kemiringan memanjang jalan cabang dilakukan dengan mengambil contoh sebanyak 10 titik yang mewakili kemiringan memanjang yang paling curam. Pengambilan kemiringan memanjang jalan dilakukan oleh dua orang. Satu orang berada di puncak tanjakan dan satu orang berada di dasar tanjakan. Setelah itu orang yang berada di dasar tanjakan membidik orang yang berada di atas tanjakan dengan menggunakan clinometer. Setelah itu mengukur jarak lapangan jalan dari dasar tanjakan sampai dengan puncak tanjakan (lihat Gambar 1).

Gambar 1 Ilustrasi pengukuran kemiringan memanjang jalan Keterangan : JL = jarak lapang (m)

JD = jarak datar (m)

𝛼 = kemiringan memanjang jalan (%) Ta = titik awal

Tb = titik akhir

Penampang Melintang Jalan Cabang

Pengukuran penampang melintang jalan cabang dilakukan dengan mengambil contoh sebanyak 25 titik secara acak di sepanjang jalan cabang. Penampang melintang jalan yang diukur meliputi lebar badan milik jalan, lebar pembersihan badan jalan, lebar konstruksi badan jalan, bentuk talud, lebar selokan, lebar bahu jalan dan lebar lintasan jalan (lihat Gambar 2).

(14)

4

Gambar 2 Penampang melintang jalan (Elias 2012)

Pengukuran selokan jalan dilakukan dengan mengukur lebar dan kedalaman selokan menggunakan pita ukur dan alat bantu berupa kayu (lihat Gambar 3).

lebar atas lebar 1 lebar 2 lebar 1 lebar 2

tinggi tinggi tinggi

lebar bawah

.

Pengukuran talud dilakukan dengan mengukur sisi panjang talud menggunakan pita ukur dan kemiringan talud menggunakan clinometer. Pengukuran kemiringan dilakukan oleh dua orang, satu orang berdiri di dasar talud (titik A) membidik ke arah jalon yang dibawa satu orang di atas talud (titik B) sehingga membentuk sudut 𝛼 (lihat Gambar 4). B a T A 𝛼 L

Gambar 4 Ilustrasi pengukuran talud jalan Gambar 3 Ilustrasi pengukuran selokan jalan

(15)

Keterangan : 𝛼 = kemiringan talud (%) a = panjang talud (m) L = lebar talud (m) T = tinggi talud (m)

Sedangkan pada lintasan jalan diukur lebar lintasan dan kemiringan melintang jalan. Pengukuran kemiringan dari titik O (sumbu jalan) ke titik A dan titik B di kanan dan kiri jalan menggunakan clinometer (lihat Gambar 5).

O

A 𝛼 𝛼 B

Radius Belokan Jalan Cabang

Pengukuran radius belokan dilakukan dengan mengambil contoh sebanyak 10 titik belokan. Pengukuran radius belokan secara manual dilakukan dengan mengukur azimut di titik awal belokan (A) dari titik O, kemudian mengukur sudut azimut dari titk awal belokan (A) ke titik akhir belokan (B) menggunakan kompas. Penentuan titik awal dan akhir belokan dilakukan oleh dua orang, satu orang berdiri tetap di sumbu jalan dan satu orang berjalan mengikuti arah sumbu jalan, jika orang yang berjalan tersebut berjalan belok atau tidak lurus lagi, maka di tempat itu ditentukan sebagai titik awal dan akhir belokan. Tentukan azimut titik O ke A dan azimut titik A ke B setelah itu tandai titik A dan B kemudian di ukur jarak kedua titik tersebut.

Pengukuran kemiringan melintang belokan dilakukan menggunakan clinometer oleh dua orang. Satu orang berada di tepi luar belokan dan satu orang berada di tepi dalam belokan. Pengukuran kemiringan dilakukan tegak lurus dengan sumbu jalan belokan (melalui titik C). Pelebaran belokan jalan hutan dilakukan dengan mengukur lebar jalan di tengah belokan (C) dikurangi dengan lebar jalan di titik A dan B (Elias 2009) (lihat Gambar 6).

Gambar 6 Ilustrasi pengukuran belokan jalan Gambar 5 Ilustrasi pengukuran kemiringan lintasan jalan

(16)

6

Keterangan : A = titik awal belokan B = titik akhir belokan C = titik di tengah belokan

𝛼 = azimut yang dibentuk O dan A (%)

β = azimut yang dibentuk oleh titik A dan B (%) γ = selisih azimut antara β – 𝛼 (%)

r = radius belokan (m)

Pengolahan Data Kerapatan Jalan

1. Kerapatan Jalan Utama KJu =

Lu

Luas Hutan Produktif 2. Kerapatan Jalan Cabang

KJc = Lc

Luas Hutan Produktif 3. Kerapatan Jalan Total

KJt = KJu + KJc

Keterangan : KJu = kerapatan jalan utama (m ha־ˡ) Lu = panjang jalan utama (m)

KJc = kerapatan jalan cabang (m ha־ˡ) Lc = panjang jalan cabang (m) KJt = kerapatan jalan total (m ha־ˡ)

Spasi Jalan

1. Spasi Jalan Utama SJu =

10000 KJu

2. Spasi Jalan Cabang SJc = 10000

KJc

3. Spasi Jalan Rata-Rata SJrt =

10000 KJt

Keterangan : SJu = spasi jalan utama (m)

KJu = kerapatan jalan utama (m ha־ˡ) SJc = spasi jalan cabang (m)

(17)

SJrt = spasi jalan rata-rata (m) KJt = kerapatan jalan total (m ha־ˡ)

Profil Penampang Melintang Jalan Cabang 1. Lebar Badan Milik Jalan Cabang Rata-Rata

LBMJrt = ∑ LBMJ

n n=1

n

2. Lebar Lintasan Jalan Cabang Rata-Rata LLJrt = ∑ LLJ

n n=1

n

3. Bahu Jalan Cabang Rata-Rata

a. Lebar Bahu Jalan Kanan Rata-Rata LBrtka = ∑ LBka

n n=1

n

b. Lebar Bahu Jalan Kiri Rata-Rata LBrtki = ∑ LBki

n n=1

n

c. Lebar Bahu Jalan Rata-Rata LBrt = LBrtka + LBrtki

2

Keterangan : LBMJrt = lebar badan milik jalan rata-rata (m) LBMJ = lebar badan milik jalan (m)

LLJrt = lebar lintasan jalan rata-rata (m) LLJ = lebar lintasan jalan (m)

LBrtka = lebar bahu jalan kanan rata-rata (m) LBka = lebar bahu jalan kanan (m)

LBrtki = lebar bahu jalan kiri rata-rata (m) LBki = lebar bahu jalan kiri (m)

LBrt = lebar bahu jalan rata-rata (m) n = banyak contoh yang dambil Selokan Jalan Cabang

1. Segitiga atau Trapes

a. Lebar Rata-Rata Selokan Lrts = ∑ Ls

n n=1

n

b. Tinggi Rata-Rata Selokan Trts= ∑ Ts

n n=1

(18)

8

2. Trapesium

a. Lebar Rata-Rata Selokan Atas LTrta = ∑ LTa

n n=1

n

b. Lebar Rata-Rata Selokan Bawah LTrtb = ∑ LTb

n n=1

n c. Tinggi Rata-Rata Selokan

TTrt = ∑ Tt

n n=1

n

Keterangan : Lrts = lebar rata-rata selokan segitiga atau trapes (m) Ls = lebar selokan segitiga atau trapes (m)

Trts = tingg rata-rata selokan segitiga atau trapes (m) Ts = tinggi selokan (m)

LTrta = lebar rata-rata selokan atas trapesium (m) LTa = lebar selokan atas trapesium (m)

LTrtb = lebar rata-rata selokan bawah trapsium (m) LTb = lebar selokan bawah trapesium (m)

TTrt = tinggi rata-rata selokan trapesium (m) Tt = tinggi selokan trapesium (m)

n = banyak contoh yang diambil Talud Jalan Cabang

1. Tinggi Talud T = a sin 𝛼 2. Lebar Talud

L = a cos 𝛼

Keterangan : T = tinggi talud (m) L = lebar talud (m)

a = panjang sisi miring talud (m) 𝛼 = kemiringan talud (%)

Ruang Pemanfaatan Jalan

1. Ruang Pemanfaatan Jalan (Rumaja)

Rumaja = LBMJrt + LLJrt + LBrtka + LBrtki + LSrtj + LSrtt + LTrtka + LTrtki Keterangan : LBMJrt = lebar badan milik jalan rata-rata (m)

LLJrt = lebar lintasan jalan rata-rata (m) LBrtka = lebar bahu jalan kanan rata-rata (m) LBrtki = lebar bahu jalan kiri rata-rata (m)

(19)

LSrtj = lebar selokan ke arah jalan rata-rata (m) LSrtt = lebar selokan ke arah talud rata-rata (m) LTrtka = lebar talud kanan rata-rata (m)

LTrtki = lebar talud kiri rata-rata (m)

Kemiringan Rata-Rata Melintang Jalan Cabang 1. Kemiringan Rata-Rata Melintang Kanan Jalan

KLrtka =

∑nn=1KLka

n

2. Kemiringan Rata-Rata Melintang Kiri Jalan KLrtki =

∑nn=1KLki

n

Keterangan: KLrtka = kemiringan rata-rata melintang kanan jalan (%) KLka = kemiringan melintang kanan jalan (%)

KLrtki = kemiringan rata-rata melintang kiri jalan (%) KLki = kemiringan melintang kiri jalan (%)

n = banyak contoh yang diambil Kemiringan Memanjang Jalan Cabang

1. Jarak Datar Kemiringan Jalan JD = JL cos 𝛼

Keterangan: JD = jarak datar (m) JL = jarak lapang (m) 𝛼 = kemiringan jalan (%) Belokan Jalan Cabang

Menurut Elias (2009) untuk menentukan radius belokan jalan digunakan rumus sebagai berikut: 1. Radius Belokan r = Jarak titik A ke B 2 sin(β – α ) 2. Pelebaran Belokan P = C − (A+B) 2

3. Rata-Rata Pelebaran Belokan Prt = ∑ P

n n=1

n

Keterangan : P = pelebaran belokan (m) C = lebar di tengah belokan (m)

(20)

10

A = lebar di titik A (m) B = lebar di titik B (m)

Prt = rata-rata pelebaran belokan (m) n = banyak contoh yang diambil r = radius belokan (m)

γ = selisih azimut antara β – 𝛼 (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kerapatan Jalan dan Spasi Jalan

Jaringan jalan hutan merupakan kumpulan dari sekmen-sekmen yang saling terhubung membentuk suatu jaringan jalan yang terpadu berupa jalan lurus, jalan belokan, maupun bangunan hutan. Jaringan jalan yang digunakan untuk pengelolaan hutan di areal PT Inhutani I Batu Ampar - Mentawir pada areal blok RKT 2014 dibagi menjadi jalan utama dan jalan cabang. Jalan utama dengan panjang 15375 m dan jalan cabang dengan panjang 15000 m.

Blok RKT 2014 memiliki luas 1148.42 ha dengan luas produktif 1017.61 ha, luas sempadan sungai 54.81 ha, luas tegakan karet 39.33 ha, luas areal rawa 75.45 ha dan luas areal konservasi 40.47 ha. Hasil penelitian mengenai kerapatan jalan dan spasi jalan di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Kerapatan jalan dan spasi jalan di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar - Mentawir

Jenis jalan Panjang jalan (m) Kerapatan (m ha־ˡ) Spasi jalan (m)

Jalan utama 15375 15.11 661.86

Jalan cabang 15000 14.74 678.41

Total 30375 29.85 335.02

Kerapatan jalan di areal blok RKT 2014 terdiri dari kerapatan jalan utama dan kerapatan jalan cabang. Kerapatan jalan utama pada blok RKT 2014 sebesar 15.11 m ha־ˡ dan untuk jalan cabang diperoleh kerapatan sebesar 14.74 m ha־ˡ. Kerapatan jalan total di blok RKT 2014 sebesar 29.85 m ha־ˡ. Menurut Elias (2012) Kerapatan jalan hutan jati di KPH-KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) di Jawa Tengah yang dikelola oleh PT Perhutani Unit I sebesar 10-20 m ha־ˡ dan kerapatan di hutan alam tropika Indonesia berkisar antara 10-25 m ha־ˡ dengan rata-rata 17 m ha־ˡ. Menurut Yusuf (2000) diacu dalam Elias (2012) Kerapatan jalan di BKPH Parung Panjang yang dikelola oleh PT Perhutani Unit III Jawa Barat sebesar 11.31 m ha־ˡ yang berasal dari rata-rata RPH Tanjo, RPH Maribaya dan RPH Jayabaya. Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2006) di RPH Pucung Kerep dalam kegiatan pemanenan hutan jati di KPH Kendal PT Perhutani Unit I Jawa Tengah dengan luas areal 524.90 ha diperoleh kerapatan jalan total sebesar 21.35 m ha־ˡ. Kerapatan jalan hasil penelitian lebih besar

(21)

dibandingkan dengan beberapa literatur yang ada. Perbedaan kerapatan jalan ini dikarenakan areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir dilakukan pembuatan jalan utama maupun jalan cabang mengelilingi petak tanaman sehingga menghasilkan kerapatan jalan yang tinggi.

Dietz et al. diacu dalam Elias (2012) mengatakan bahwa kerapatan jalan di beberapa negara di Eropa tergolong tinggi. Kerapatan jalan di Jerman pada tahun 1980 sebesar 32.75 m ha־ˡ, kerapatan jalan di Swiss tahun 1975 sebesar 29 m ha־ˡ dan kerapatan jalan di Austria tahun 1975 sebesar 33.3 m ha־ˡ. Hasil data kerapatan yang diperoleh termasuk kedalam rata-rata yang diperbolehkan dalam kerapatan jalan yang ada di beberapa negara di Eropa.

Spasi jalan yang diperoleh di blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir terdiri dari spasi jalan di jalan utama sebesar 661.86 m dan spasi jalan cabang sebesar 678.41 m. Spasi jalan total yang diperoleh di areal blok RKT 2014 sebesar 335.02 m. Menurut Yusuf (2000) diacu dalam Elias (2012) spasi jalan utama di hutan rimba BKPH Parung Panjang yang dikelola oleh Perhutani Unit III Jawa Barat yang terdiri dari RPH Tanjo, RPH Maribaya dan RPH Jagabaya sebesar 2155 m, spasi jalan cabang sebesar 1248 m dan spasi jalan rata-rata sebesar 884 m. Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2006) di RPH Pucung Kerep dalam kegiatan pemanenan hutan jati di KPH Kendal PT Perhutani Unit I Jawa Tengah dengan luas areal 524.90 ha diperoleh spasi jalan 468 m. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Herdiawan (2002) di BKPH Banjar Utara KPH Ciamis PT Perhutani Unit III Jawa Barat menyebutkan spasi jalan yang terdiri dari RPH Gadung, RPH Bunter dan RPH Rancah sebesar 505.80 m.

Blok RKT 2014 di PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir memilik perbedaan kerapatan jalan dan spasi jalan dengan beberapa literatur yang telah disebutkan. Hal tersebut terjadi dikarenakan areal blok RKT 2014 merupakan areal yang baru pertama kali dibuka untuk penanaman karet. Dalam pembukaan areal tanam blok RKT 2014 dilakukan dengan menebang habis tegakan yang ada di dalam areal blok RKT. PT Inhutani I Batu Ampar merupakan hutan tanaman produksi yang ditanami oleh tanaman karet sehingga dalam pelaksanaan pemeliharaan tanaman karet dilakukan dengan membuat jalan utama maupun jalan cabang yang mengelilingi setiap petak di dalam blok RKT 2014. Jalan utama maupun jalan cabang yang dibuat di dalam blok RKT 2014 selain untuk menjadi batas antar petak juga digunakan untuk mempermudah pemeliharaan tanaman.

Kemiringan Memanjang Jalan

Pengambilan data kemiringan memanjang jalan cabang dilakukan secara acak mewakili kemiringan jalan yang paling curam di areal blok RKT 2014. Hasil pengukuran kemiringan memanjang jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir dapat dilihat pada Tabel 2.

(22)

12

Tabel 2 Hasil pengukuran kemiringan memanjang jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar - Mentawir

No Kemiringan memanjang jalan cabang curam (%) Jarak lapang (m) Jarak datar (m) 1 24 47.50 46.19 2 13 34.40 34.11 3 14 58.00 57.44 4 -14 14.85 14.71 5 -19 60.85 59.78 6 14 51.60 51.10 7 -13 53.80 53.35 8 -24 40.15 39.04 Rata-rata 16.87 45.14 44.47

Keterangan: (-) pada kemiringan memanjang jalan cabang merupakan turunan dari arah luar hutan

Pengukuran kemiringan memanjang jalan di areal blok RKT 2014 dilakukan pada kemiringan memanjang jalan curam dengan rata-rata kemiringan memanjang jalan curam sebesar 16.87 % dan jarak datar rata-rata kemiringan curam sebesar 44.47 m. Kemiringan memanjang jalan curam ditemukan sebanyak delapan titik berkisar antara 13 % - 24 % dengan kemiringan rata-rata sebesar 16.87 %. Data penelitian yang diperoleh di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir diperoleh kemiringan memanjang jalan cabang maksimal pada jalan cabang sebesar 24 % dengan jarak datar 46.19 m dan 39.04 m.

Elias (2012) mengatakan dalam klasifikasi dan spesifikasi klas kualitas jalan hutan untuk hutan tanaman industri di Indonesia, jalan cabang termasuk ke dalam klas III. Kemiringan memanjang jalan maksimal untuk jalan cabang pada hutan tanaman industri adalah 12 %. Data dari hasil penelitian yang diperoleh sangat berbeda jauh dari standar kemiringan memanjang maksimal jalan cabang. Kemiringan memanjang jalan cabang maksimal diperoleh sebesar 24% yang merupakan kemiringan memanjang jalan curam dengan rata-rata jarak datar kemiringan memanjang curam sebesar 44.47 m. Menurut Elias (2012), spesifikasi jalan hutan untuk jalan cabang sebesar 15 % dengan panjang maksimum pada kemiringan maksimal sebesar 750 m. Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan perbedaan sebesar 9 % dari kemiringan memanjang jalan maksimal jalan cabang dengan panjang jarak datar kemiringan curam sebesar 46.19 m dan 39.04 m.

Hasil yang diperoleh dari penelitian tidak sesuai dengan standar yang ditentukan untuk jalan cabang baik pada klasifikasi klas jalan hutan untuk hutan tanaman industri maupun spesifikasi kemiringan memanjang jalan hutan. Hal ini dikarenakan lokasi blok RKT 2014 di PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir merupakan daerah berbukit dan pengambilan data lapang kemiringan memanjang jalan cabang dilakukan di lokasi dengan kecuraman tinggi.

(23)

Penampang Melintang Jalan

Penampang melintang jalan merupakan bagian yang sangat penting dalam penentuan kualitas jalan yang ditentukan berdasarkan standar jalan yang akan dibuat. Penampang melintang jalan merupakan penampang yang tegak lurus terhadap as jalan. Dalam penampang melintang jalan dapat terlihat bagian jalan seperti lebar lintasan jalan, kemiringan lintasan jalan, lebar bahu jalan, lebar selokan jalan dan kemiringan talud jalan. Pengambilan data penampang melintang dilakukan secara acak mewakili seluruh areal yang berada di blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir. Lebar Badan Milik Jalan

Pengambilan data lebar badan milik jalan pada jalan cabang dilakukan secara acak pada 25 titik yang mewakili areal penampang melintang di blok RKT 2014. Hasil pengukuran lebar badan milik jalan pada jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil pengukuran lebar badan milik jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar - Mentawir

No Lebar badan milik jalan (m) No Lebar badan milik jalan (m)

1 4.62 14 10 2 - 15 - 3 43.6 16 - 4 - 17 6.17 5 5 18 6.98 6 - 19 - 7 4.6 20 6 8 - 21 8 9 7.04 22 5.2 10 - 23 - 11 - 24 - 12 - 25 - 13 -

Rata-rata lebar badan milik jalan (m) 9.75

Keterangan: (-) badan milik jalan tidak dilakukan pengukuran dikarenakan terdapat rawa di pinggir jalan cabang

Kondisi lebar badan milik jalan yang diamati di areal blok RKT 2014 memiliki rata-rata sebesar 9.75 m. Lebar badan milik jalan diukur dari pohon di kanan jalan ke pohon di kiri jalan yang memiliki jarak terdekat dengan tepi jalan. Elias (2012) mengatakan bahwa lebar badan milik jalan pada jalan cabang dalam standar jalan utama dan jalan cabang untuk hutan alam tropika Indonesia sebesar 20 m – 25 m. Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh lebar badan milik jalan yang belum memenuhi standar yang telah ditentukan. Hal ini dikarenakan dari 25 titik yang diamati hanya

(24)

14

terdapat 11 titik yang memiliki lebar badan milik jalan dan 14 titik tidak memiliki lebar badan milik jalan. Tidak adanya lebar badan milik jalan ini dikarenakan saat melakukan pengambilan data di lapangan, jalan berada di punggung bukit dimana kanan dan kiri jalan berupa jurang. Selain itu pohon hanya berada di satu sisi jalan, sementara sisi jalan yang lain jarak pohon terlalu jauh dikarenakan terdapat rawa.

Lebar Lintasan, Kemiringan Melintang Lintasan dan Bahu Jalan

Pengambilan data penampang melintang jalan cabang berupa lintasan jalan, kemiringan melintang lintasan jalan dan bahu jalan dilakukan secara acak sebanyak 25 titik yang mewakili areal penampang melintang di blok RKT 2014. Hasil pengukuran lintasan jalan, kemiringan melintang lintasan jalan dan bahu jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil pengukuran lintasan jalan, kemiringan melintang lintasan dan bahu jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir

No Lintasan jalan Bahu jalan

Lebar (m) Persen kanan (%) Persen kiri (%) Kanan Kiri

1 3.95 4 1 - - 2 4.33 4 3 - - 3 3.44 7 6 - - 4 4.8 2 2 - - 5 3.7 2 3 - - 6 3.55 3 2 - - 7 3.7 1 2 - - 8 4.1 3 2 - - 9 3.63 5 7 - - 10 4.4 3 3 - - 11 4.1 5 6 - - 12 2.45 5 3 - - 13 3.25 1 2 - - 14 7.13 1 1 - - 15 4 1 1 - - 16 3.19 2 3 - - 17 4.6 4 3 - - 18 4.17 5 4 - - 19 5.05 2 4 - - 20 4.74 7 2 - - 21 3.3 3 4 - - 22 2.6 2 7 - - 23 4.65 2 2 - - 24 3.1 2 3 - - 25 3.65 2 2 - - Rata-rata 3.98 3.12 3.12 - -

(25)

Kondisi penampang melintang jalan cabang yang diamati memiliki lebar lintasan jalan sebesar 3.98 m dan lebar jalan 4.13 m. PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir menentukan standar lintasan jalan cabang beserta bahu sebesar 8 m (Lampiran 2). Dalam pengamatan di lapangan tidak ditemukan sekmen jalan yang lebarnya 8 m. Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Departemen Kehutanan dan Perkebunan (2000) menyebutkan bahwa jalan cabang memiliki lebar maksimum permukaan tanah liat yang dipadatkan 7.3 m. Lebar lintasan jalan yang dipadatkan digunakan sebagai data pembanding karena kondisi jalan di areal blok RKT 2014 berupa tanah yang dipadatkan yang belum dilakukan perkerasan. Hasil penelitian lebar lintasan jalan masih dapat diperbolehkan, namun bukan termasuk ke dalam klas jalan cabang melainkan klas jalan ranting dikarenakan nilai lebar jalan berada diantara 4 m sampai dengan 6 m. Elias (2012) mengatakan bahwa lebar badan jalan untuk jalan cabang dalam spesifikasi klas jalan hutan untuk HTI di Indonesia, jalan cabang termasuk ke dalam klas III dengan lebar badan jalan 5 m dengan lebar jalan yang diperkeras sebesar 3 m. Hasil penelitian yang dilakukan di areal blok RKT 2014 memiliki perbedaan 0.87 m untuk lebar badan jalan sehingga belum memenuhi standar. Elias (2012) mengatakan bahwa lebar jalan cabang pada klas hutan jati dan spesifikasi teknisnya di Pulau Jawa sebesar 3.5 m. Hasil penelitian yang dilakukan memiliki lebar jalan cabang di areal blok RKT 2014 sebesar 3.98 m sehingga memenuhi standar lebar jalan cabang di hutan jati.

Kemiringan melintang lintasan jalan diukur dari tengah lintasan jalan terhadap tepi lintasan jalan. Kemiringan melintang lintasan jalan cabang dilakukan secara acak di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir. Rata-rata kemiringan melintang lintasan jalan kanan sebesar 3.12% dan rata-rata kemiringan melintang lintasan kiri sebesar 3.12%. Rata-rata kemiringan melintang lintasan jalan keseluruhan adalah 3.12%. Menurut Elias (2012), bentuk badan jalan cabang pada standar jalan utama dan jalan cabang untuk hutan alam tropika Indonesia berbentuk punggung penyu. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa lintasan jalan cabang berbentuk punggung penyu. Bentuk lintasan jalan punggung penyu dimaksudkan untuk mengalirkan air yang berada di tengah jalan agar jalan tidak tergenang air dan rusak. Menurut Elias (2012), kemiringan melintang lintasan jalan sebesar 4 % - 6 %. Hasil penelitian yang dilakukan memiliki rata-rata keseluruhan kemiringan melintang jalan sebesar 3.12%.

Bahu jalan merupakan bagian dari lebar jalan yang berada di kanan dan kiri lintasan jalan. Pada penelitian yang dilakukan pada 25 titik di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir penampang melintang jalan cabang di areal blok RKT 2014 tidak memiliki bahu jalan. Hal ini dikarenakan permukaan jalan cabang tidak dilakukan perkerasan jalan yang mengakibatkan kesulitan dalam penentuan bahu jalan cabang dengan lebar lintasan jalan cabang sehingga areal blok RKT 2014 dapat dikatakan tidak memiliki bahu jalan.

Elias (2012) mengatakan pada spesifikasi klas jalan hutan untuk hutan tanaman industri di Indonesia, jalan cabang masuk ke dalam klas III dengan lebar bahu kanan 1 m dan lebar bahu kiri 1 m. Elias (2012) mengatakan bahwa lebar bahu jalan di kanan dan kiri jalan cabang pada klas jalan hutan jati dan spesifikasi teknisnya di Pulau Jawa sebesar 1.5 m. Suparto dan Tinambunan (1976) menyebutkan bahwa lebar bahu jalan

(26)

16

sekurang-kurangnya 1.2 m. Kusuma (2006) menyebutkan bahu jalan cabang pada RPH Pucung Kerep di KPH Kendal PT Perhutani Unit I Jawa Tengah tidak memiliki bahu jalan cabang. Hasil penelitian yang dilakukan hampir sama dikarenakan jalan cabang yang berada di blok RKT 2014 belum dilakukan perkerasan sehingga sulit untuk menentukan bahu jalan.

Selokan

Selokan merupakan saluran drainase yang berada di kiri dan kanan jalan yang berfungsi untuk mengalirkan air dari permukaan jalan agar permukaan jalan tidak terendam air dan rusak. Pengambilan data penampang melintang jalan cabang berupa selokan jalan dilakukan secara acak sebanyak 25 titik yang mewakili areal penampang melintang di blok RKT 2014. Hasil pengukuran selokan jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil pengukuran selokan jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar - Mentawir

No

Selokan kanan (m) Selokan kiri (m) Lebar ke arah

talud

Lebar ke

arah jalan Tinggi

Lebar ke arah jalan

Lebar ke

arah talud Tinggi

1 - - - - 2 - - - - 3 - - - - 4 - - - - 5 - - - - 6 - - - - 7 - - - - 8 - - - - 9 0.3 0.25 0.20 0.40 0.20 0.47 10 0.15 0.75 0.37 0.30 0.30 0.46 11 - - - - 12 - - - 0.28 0.16 0.12 13 - - - - 14 - - - - 15 - - - - 16 - - - - 17 - - - 0.20 0.20 0.15 18 0.12 0.11 0.05 0.30 0.50 0.25 19 - - - - 20 - - - - 21 - - - 0.50 0.30 0.25 22 0.20 0.60 0.25 0.25 0.25 0.27 23 0.14 0.14 0.12 - - - 24 0.90 0.50 0.82 - - - 25 0.18 0.19 0.21 - - - Rata-rata 0.28 0.36 0.29 0.32 0.27 0.28

(27)

Hasil penelitian yang dilakukan di aral blok RKT 2014 sebagian besar selokan yang diamati memiliki bentuk segitiga dengan kedalaman rata 29 cm, lebar rata-rata 0.34 m atau 34 cm ke arah jalan dan lebar ke arah talud sebesar 0.28 m atau 28 cm. Bureau of Land Management (BLM) diacu dalam Suparto dan Tinambunan (1976) menyebutkan bahwa penampang melintang segitiga memiliki kedalaman 30 cm dengan lebar ke arah jalan sebesar 100 cm dan lebar ke arah talud sebesar 20 cm – 30 cm. Hasil penelitian yang dilakukan sama-sama memiliki bentuk selokan segitiga. Perbedaan sangat kecil terdapat pada kedalaman selokan sebesar 1 cm. Lebar selokan ke arah talud sesuai, yaitu berkisar 20 – 30 cm.

Penelitian yang dilakukan Fauzan (1999) di HTI PT Musi Hutan Persada Sumatera Selatan menyebutkan bahwa selokan berbentuk kerucut ke bawah atau segitiga. Lebar atas selokan sebesar 100 cm dengan lebar ke arah jalan sebesar 50 cm dan lebar ke arah talud sebesar 50 cm. Kedalaman selokan yang diperoleh sebesar 50 cm. Hasil penelitian yang dilakukan di areal blok RKT 2014 memiliki bentuk sama berupa segitiga. Sementara hasil penelitian berupa lebar selokan ke arah talud sebesar 32 cm atau memiliki perbedaan 18 cm dan lebar selokan ke arah jalan sebesar 34 cm atau memiliki perbedaan sebesar 16 cm. Kedalaman selokan yang diperoleh dari hasil penelitian sebesar 29 cm sehingga memiliki perbedaan sebesar 21 cm.

Peraturan yang dibuat oleh PT Inhutani I Batu Ampar-Mentawir hanya menyebutkan bahwa bentuk selokan yang digunakan seperti huruf U atau huruf V (Lampiran 2). Bentuk selokan yang diamati sebagian besar adalah segitiga atau bentuk V. Sehingga bentuk selokan sudah sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh perusahaan. Namun pihak perusahaan tidak menjelaskan ukuran dalam pembuatan selokan baik lebar maupun kedalaman selokan.

Penampang melintang yang diamati pada jalan cabang tidak semuanya memiliki selokan jalan. Hal ini dikarenakan selokan jalan yang ada sudah tertimbun tanah akibat hujan. Selain itu bentuk selokan juga sudah berubah diakibatkan adanya aliran air yang mengalir di sepanjang selokan sehingga bentuk selokan mengikuti arah aliran air hujan. Dari 25 titik pengamatan yang dilakukan hanya terdapat 7 bagian penampang melintang yang memiliki selokan kanan dan 7 penampang melintang yang memiliki selokan kiri. Hasil pengamatan selokan di lapangan dapat dilihat rata-rata selokan berbentuk segitiga sebanyak 11, sedangkan selokan berbentuk trapesium berjumlah 3. Selokan jalan harus dibuat sepanjang jalan di kanan dan kiri jalan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari jalan becek, basah dan licin saat dilewati kendaraan angkutan sewaktu hujan.

Talud

Talud merupakan bagian lereng yang berada di kanan dan kiri jalan berfungsi untuk menstabilkan tanah, memelihara kemiringan lereng dan mencegah bahaya longsor. Pembuatan talud harus memperhitungkan volume galian dan timbunan yang akan dibuat (Elias 2012). Pengambilan data penampang melintang jalan cabang berupa talud jalan dilakukan secara acak sebanyak 25 titik yang mewakili areal penampang melintang di blok RKT 2014. Hasil pengukuran talud jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir dapat dilihat pada Tabel 6.

(28)

18

Tabel 6 Hasil pengukuran talud jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar - Mentawir

No

Talud kanan Talud kiri

Kemiringan (%) Panjang (m) Tinggi (m) Lebar (m) Kemiringan (%) Panjang (m) Tinggi (m) Lebar (m) 1 22 2.10 0.45 2.05 - - - - 2 - - - - 22 11.72 2.52 11.45 3 - - - - 4 11 2.90 0.32 2.88 - - - - 5 - - - - 36 3.6 1.22 3.39 6 23 6.17 1.38 6.01 17 2.55 0.43 2.51 7 - - - - 8 45 7.50 3.08 6.84 45 6.5 2.67 5.93 9 56 1.14 0.56 0.99 34 3.51 1.13 3.32 10 23 1.60 0.36 1.56 - - - - 11 65 3.26 1.78 2.73 60 2.09 1.08 1.79 12 65 5.39 2.94 4.52 - - - - 13 25 3.91 0.95 3.79 23 2.15 0.48 2.10 14 50 5.45 2.44 4.87 - - - - 15 60 3.76 1.93 3.22 10 5.58 0.56 5.55 16 10 6.46 0.64 6.43 10 12.45 1.24 12.39 17 - - - - 18 - - - - 27 4.93 1.29 4.76 19 17 2.24 0.38 2.21 80 4.2 2.62 3.28 20 - - - - 13 3.93 0.51 3.90 21 92 2.65 1.79 1.95 82 2.92 1.85 2.26 22 38 2.27 0.81 2.12 18 2.32 0.41 2.28 23 63 3.15 1.68 2.67 63 1.47 0.78 1.24 24 43 5.95 2.35 5.47 58 2.56 1.28 2.21 25 15 6.94 1.03 6.86 - - - - Rata-rata 40.17 4.05 1.38 3.73 37.38 4.53 1.25 4.27 Rata-rata kemiringan talud keseluruhan

(%) 38.78

Rata-rata tinggi talud keseluruhan (m) 1.32 Rata-rata lebar talud keseluruhan (m) 4 Perbandingan keseluruhan tinggi talud

dengan lebar talud 1:3.04

(29)

Penelitian yang dilakukan di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir memiliki talud yang berasal dari galian dan timbunan. Pengukuran talud diperoleh kemiringan talud rata-rata keseluruhan sebesar 38.71% dengan kemiringan talud kanan rata-rata sebesar 40.17 % dan kemiringan talud kiri rata-rata sebesar 37.78%, panjang talud rata keseluruhan 4.29 m dengan panjang talud kanan rata-rata 4.05 m dan panjang talud kiri rata-rata-rata-rata 4.27 m, lebar talud rata-rata-rata-rata keseluruhan 4.00 m dengan lebar talud kanan rata-rata 3.73 m dan rata-rata lebar talud kiri 4.27 m serta tinggi talud rata-rata keseluruhan 1.32 m dengan tinggi talud kanan rata-rata 1.38 m dan tinggi talud kiri rata-rata 1.25 m. Hasil pengambilan data di lapangan diperoleh 21 talud galian dan 13 talud timbunan. Perbandingan tinggi talud dengan lebar talud pada talud galian sebesar 1:3.14 dan perbandingan tinggi talud dengan lebar talud pada talud timbunan 1:2.89 (Lampiran 4).

Menurut Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Departemen Kehutanan dan Perkebunan (2000) disebutkan bahwa kemiringan talud maksimum yang disarankan adalah 100 %. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kemiringan talud memenuhi standar yaitu kurang dari 100 %. Hasil talud galian memiliki kemiringan rata-rata 38.57 % dengan panjang talud rata-rata 3.73 m, lebar talud rata-rata 3.48 m dan tinggi talud rata-rata sebesar 1.1 m. Perbandingan tinggi talud dengan lebar talud pada talud galian sebesar 1:3.14. Talud galian paling curam sebesar 92 % dan talud galian paling landai sebesar 10 %. Elias (2012) mengatakan talud galian dengan tanah stabil mempunyai perbandingan tinggi dan lebar 1:1 atau sebesar 100 %, tanah yang tidak padu memiliki perbandingan tinggi dan lebar 1:2 atau sebesar 50 % dan untuk talud galian batuan induk memiliki perbandingan 10:1. Jika dibandingkan dengan literatur yang ada, hasil penelitian memiliki kemiringan talud lebih kecil dan perbandingan tinggi dengan lebar talud lebih besar. Talud dengan kemiringan kecil dan perbandingan tinggi talud dengan lebar talud yang besar lebih bagus. Karena kemiringan talud yang semakin kecil menunjukkan bahwa pembuatan jalan cabang tidak banyak melakukan kegiatan galian.

Hasil penelitian yang diperoleh di areal blok RKT 2014 memiliki talud timbunan dengan kemiringan rata-rata sebesar 39.31 %, panjang talud rata-rata 5.15 m, lebar talud rata-rata 4.81 m dan tinggi talud rata-rata 1.66. Perbandingan tinggi talud dengan lebar talud diperoleh sebesar 1:2.89. Talud timbunan paling curam memiliki kemiringan 80 % dan paling landai 13 %. Elias (2012) mengatakan bahwa talud timbunan mempunyai perbandingan tinggi dan lebar 4:5 atau sebesar 80 %. Talud timbunan yang ideal memiliki perbandingan tinggi dan lebar 1:2 atau lebih datar. Hasil penelitian yang diperoleh memiliki kemiringan talud lebih kecil dan perbandingan tinggi talud dengan lebar talud yang lebih besar. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pembuatan talud sudah baik. Penelitian di lapangan diperoleh tiga titik yang tidak memiliki talud. Hal ini dikarenakan kondisi jalan berada di areal datar.

(30)

20

Ruang Pemanfaatan Jalan (Rumaja)

Pengukuran tentang penampang melintang jalan dapat mengetahui ruang pemanfaatan jalan yang digunakan oleh PT Inhutani I Batu Ampar - Mentawir. Ruang pemanfaatan jalan dimaksudkan untuk mengetahui lebar areal yang digunakan untuk membuat jalan cabang. Hasil pengukuran ruang pemanfaatan jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil pengukuran ruang pemanfaatan jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I batu Ampar - Mentawir

No

Bahu jalan

(m) Lebar

lintasan (m)

Talud (m) Selokan kanan

(m) Selokan kiri (m)

Rumaja (m)

Kanan Kiri Lebar

kanan Lebar kiri Lebar ke arah talud Lebar ke arah jalan Lebar ke arah talud lebar ke arah jalan 1 - - 3.95 0.45 - - - 4.40 2 - - 4.33 - 2.46 - - - - 6.79 3 - - 3.44 - - - 3.44 4 - - 4.8 0.32 - - - 5.12 5 - - 3.7 - 1.15 - - - - 4.85 6 - - 3.55 1.38 0.42 - - - - 5.35 7 - - 3.7 - - - 3.70 8 - - 4.1 3.08 2.43 - - - - 9.61 9 - - 3.63 0.56 1.07 0.3 0.25 0.2 0.4 6.41 10 - - 4.4 0.36 - 0.15 0.75 0.3 0.3 6.26 11 - - 4.1 1.78 0.92 - - - - 6.80 12 - - 2.45 2.94 - - - 0.16 0.28 5.83 13 - - 3.25 0.95 0.47 - - - - 4.67 14 - - 7.13 2.44 - - - 9.57 15 - - 4 1.93 0.55 - - - - 6.49 16 - - 3.19 0.64 1.23 - - - - 5.07 17 - - 4.6 - - - - 0.2 0.2 5.00 18 - - 4.17 - 1.24 0.12 0.11 0.5 0.3 6.44 19 - - 5.05 0.38 2.05 - - - - 7.47 20 - - 4.74 - 0.50 - - - - 5.24 21 - - 3.3 1.79 1.43 - - 0.3 0.5 7.33 22 - - 2.6 0.81 - 0.2 0.6 0.25 0.25 4.71 23 - - 4.65 1.68 0.66 0.14 0.14 - - 7.27 24 - - 3.1 2.35 1.11 0.9 0.5 - - 7.96 25 - - 3.65 1.03 - 0.37 - - - 5.05 Rata-rata - - 3.98 0.99 0.72 0.31 0.39 0.27 0.32 6.03

(31)

Hasil pengukuran ruang pemanfaatan jalan yang diperoleh di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir sebesar 6.03 m. Ruang pemanfaatan jalan terdiri dari lintasan jalan, bahu jalan, selokan jalan dan talud.

Belokan Jalan

Pengambilan data belokan jalan cabang dilakukan pada areal yang memiliki radius belokan kecil di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar - Mentawir. Hasil pengukuran belokan jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil pengukuran belokan dengan radius kecil pada jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar- Mentawir

No Azimuth Lebar (m) Jarak A-B (m) Kemiringan melintang pada belokan (%) Radius belokan (m) Pelebaran belokan (m) O-A ( 𝛼) A-B (𝛽) A (awal) B (akhir) C (pusat) 1 160 158 4.1 3.5 3.9 35.25 2 19.38 0.10 2 318 316 3.1 3.2 4.2 43 3 23.64 1.05 3 152 348 4.25 3.7 4.4 29.4 3 15.65 0.43 4 330 341 4.35 4.45 5 34.7 5 17.35 0.60 5 52 69 4 3.3 4.1 31.6 2 16.43 0.45 6 205 209 4 3.34 3.9 41.5 2 27.42 0.23 7 337 282 4 3.1 4.55 40.28 3 20.14 1.00 8 270 281 2.75 3.4 3.1 21.5 8 10.75 0.02 9 2 22 3.9 2.6 4.4 21 4 11.50 1.15 10 194 202 4.1 4.3 4.6 39.1 7 19.76 0.40 Rata-rata 202 222.8 3.86 3.49 4.22 33.73 3.9 18.20 0.54

Radius belokan terkecil di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir adalah sebesar 10.75 m. Rata-rata radius belokan kecil di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir memiliki rata-rata sebesar 18.20 m. Radius belokan minimal berhubungan dengan jarak pandang dan kecepatan kendaraan yang melewati belokan. Direktur Jendral Pengelolaan Hutan Produksi Departemen Kehutanan dan Perkebunan (2000) mengatakan bahwa radius belokan jalan minimal sebesar 25 m dengan kecepatan kendaraan 30 km jam־ˡ dan dalam penggunaannya memerlukan pemasangan rambu-rambu jalan. Penelitian yang dilakukan diperoleh radius belokan kecil di bawah standar berjumlah 9 titik yaitu berkisar antara 10.75 m – 23.64 m dan hanya satu radius belokan yang memenuhi standar yaitu 27.42 m. Radius belokan yang diperoleh sebagian besar belum memenuhi standar.

Elias (2012) mengatakan jalan cabang pada spesifikasi klas jalan hutan untuk HTI di Indonesia termasuk ke dalam klas III dengan radius belokan > 20 m. Radius

(32)

22

belokan yang diperoleh melalui data penelitian hanya 3 yang memiliki radius di atas standar berkisar antara 20.14 m – 27.42 m, sedangkan 7 titik yang lain memiliki radius di bawah standar berkisar antara 10.75 m – 19.76 m. Nilai radius rata-rata belokan minimum keseluruhan sebesar 18.20 m. Menurut Elias (2012), jari-jari minimun belokan jalan cabang pada klas jalan hutan jati dan spesifikasi teknisnya di Pulau Jawa sebesar 40 m. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa radius belokan minimum yang diperoleh semuanya belum memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Rata-rata pelebaran belokan jalan cabang adalah sebesar 0.54 m. Elias (2012) mengatakan bahwa pelebaran belokan sebesar 0.55 m memiliki radius belokan 75 m. Pelebaran belokan pada radius belokan terkecil 25 m adalah 1.65 m. Sementara hasil penelitian menyebutkan pelebaran belokan sebesar 0.54 dengan radius belokan rata-rata 18.20 m. Hasil penelitian di lapangan sangat berbeda jauh dengan literatur yang telah ditetapkan. Menurut Elias (2012), pelebaran belokan jalan cabang pada klas jalan hutan jati dan spesifikasi teknisnya di Pulau Jawa sebesar 1.6 m. Hasil pelebaran belokan yang diperoleh belum memenuhi standar yang telah ditetapkan. Pelebaran belokan diperlukan untuk memudahkan kendaraan mengangkut muatan agar dapat berjalan menepi atau merapat pada bagian dalam belokan.

Rata-rata kemiringan melintang jalan belokan adalah sebesar 3.9 % dengan kisaran 2 % - 8 %. Pembuatan kemiringan melintang jalan belokan dilakukan untuk mencegah kendaraan keluar dari jalur lintasan jalan dan untuk menambah kestabilan kendaraan sehingga pada belokan jalan cabang memiliki ketinggian yang berbeda dengan bagian yang rendah berada di dalam belokan. Besar radius yang digunakan harus disesuaikan dengan kendaraan yang akan melintas.

Spesifikasi Kualitas Jalan Cabang di Areal Blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir

Profil jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir telah disajikan pada tabel 1 - 8. Secara keseluruhan kualitas jalan cabang di PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir sebagian besar belum memenuhi standar yang telah ditentukan. Secara keseluruhan spesifikasi jalan cabang di areal blok RKT 2014 disajikan pada Tabel 9.

(33)

Tabel 9 Spesifikasi jalan cabang di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar - Mentawir

No Spesifikasi Hasil

1 Kemiringan memanjang jalan maksimal (%) 24

2 Lebar badan milik jalan (m) 9.75

3 Lebar lintasan jalan (m) 3.98

4 Kemiringan melintang lintasan jalan (%) 3.12

5 Selokan jalan

Lebar selokan ke arah jalan (cm) Lebar selokan ke arah talud (cm) Kedalaman selokan (cm) 34 32 29 6 Talud Kemiringan talud (%) Lebar talud (m) Tinggi talud (m)

Perbandingan tinggi talud dengan lebar talud

38.78 4.00 1.32 1:3.04 7 Belokan jalan

Radius belokan minimal (m)

Kemiringan melintang jalan belokan (%) Pelebaran belokan (m)

10.75 3.9 0.54

8 Ruang pemanfaatan jalan (m) 6.03

Spesifikasi kualitas jalan cabang yang terdapat di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir hanya kemiringan talud yang memenuhi standar yang telah ditentukan. Hasil penelitian kemiringan rata-rata talud keseluruhan didapat sebesar 38.78 % dan kemiringan talud maksimum yang diperkenankan adalah 100 %. Komponen spesifikasi jalan cabang yang lain meliputi lebar badan milik jalan, lebar lintasan jalan, lebar bahu jalan, selokan jalan dan radius belokan jalan berada di bawah standar yang telah ditentukan oleh perusahaan maupun ahli. Kesesuain profil yang lain terdapat pada bentuk lintasan jalan berupa punggung penyu dan bentuk selokan berupa segitiga atau V.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Kerapatan jalan total di PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir sebesar 29.85 m ha־ˡ dan spasi jalan diperoleh 335.02 m.

2. Kemiringan memanjang jalan maksimal sebesar 24 % dengan panjang jarak datar rata-rata keseluruhan 37.73 m.

(34)

24

3. Penampang melintang jalan cabang menunjukkan lebar badan milik jalan 9.75 m, lebar lintasan jalan sebesar 3.98 m, kemiringan talud 38.78 % dengan perbandingan tinggi talud dengan lebar talud sebesar 1:3.14, selokan jalan cabang berbentuk segitiga dengan kedalaman 29 cm, lebar ke arah jalan 34 cm dan lebar ke arah talud sebesar 28 cm

4. Belokan jalan cabang diperoleh radius belokan kecil 10.75 m dengan kemiringan melintang pada belokan sebesar 3.9 % dan pelebaran belokan sebesar 0.54 m

5. Kualitas jalan cabang yang berada di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir sebagian besar belum memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang evaluasi jaringan jalan angkutan hasil hutan untuk menunjang kegiatan pengelolaan hutan di hutan tanaman industri.

DAFTAR PUSTAKA

Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 2000. Prinsip dan Praktik Pemanenan Hutan di Indonesia. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

Elias. 2008. Pembukaan Wilayah Hutan. Bogor (ID): IPB Press.

_____. 2009. Modul-Modul Praktek Lapangan Pembukaan Wilayah Hutan pada Diklat WAS-GANIS Pemanenan Hutan Produksi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

_____. 2012. Pembukaan Wilayah Hutan. Bogor (ID): IPB Press.

Fauzan N. 1999. Perencanaan Perkerasan Jalan Angkutan di Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus di HTI PT Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Herdiawan G. 2002. Studi Jaringan Jalan Angkutan Hasil Hutan di BKPH Banjar Utara KPH Ciamis PT Perhutani (Persero) Unit III Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kusuma AR. 2006. Evaluasi Jalan Angkutan Hasil Hutan dan Kegiatan Pemanenan Kayu Jati di KPH Kendal PT Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

PT Inhutani I Unit Batu Ampar - Mentawir. 1998. Instruksi Kerja Pemeliharaan Jalan. Batu Ampar (ID): PT Inhutani I Unit Batu Ampar – Mentawir.

________. 2010. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri PT Inhutani I Batu Ampar - Mentawir. Batu Ampar (ID): PT Inhutani I Unit Batu Ampar – Mentawir.

(35)

Suparto RS, Tinambunan D. 1976. Saran Perbaikan Cara Pembuatan Jalan Hutan di Indonesia. Bogor (ID): Lembaga Penelitian Hasil Hutan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

(36)

26

Lampiran 1 Peta Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (PKT IUPHHK-HTI) tahun 2014

(37)

Lampiran 2 Instruksi kerja pemeliharaan jalan perusahaan

PT. INHUTANI I UNIT BATU AMPAR-MENTAWIR

No. Dokumen : BTM/IK/446.81 Tanggal Terbit : 1 April 1998

No. Terbit : A Tanggal Revisi :

No. Revisi :

INSTRUKSI KERJA PEMELIHARAAN JALAN

Disiapkan Diperiksa Disahkan

Asisten Perencanaan Wakil Manajer Manajer

N

No Tahapan Pekerjaan Standar Gambar

A

.

Persiapan Peralatan:

1. Chainsaw dan perlengkapannya 2. Unit Buldozer / Tracktor 3. Unit Exavator

4. Unit Dump Truck 5. Motor Grader

1. Unit dalam keadaan baik dan siap pakai. 2. Unit dalam keadaan baik dan siap pakai 3. Unit dalam keadaan baik dan sip pakai 4. Unit dalam keadaan baik dan siap pakai 5. Unit dalam keadaan baik dan siap pakai

B .

Pelaksanaan kegiatan :

1. Amati kondisi jalan berdasarkan : a). Tingkat kepadatan

pengerasan jalan b). Bentuk badan jalan. c). Lebar badan jalan d). Parit dikanan-kiri jalan

e). Kerimbunan pohon

dikanan kiri jalan

a). Layak untuk berlangsungnya sarana transportasi aktivitas Pemanenan dan Pengangkutan kayu.

b). Badan jalan tersebut seperti punggung penyu. Sehingga air tidak menggenang ditengah-tengah jalan.

c). Badan jalan Utama berikut bahu selebar 12 meter.

Badan jalan cabang berikut bahu 8 meter.

d). Parit pada jalan tersebut seperti huruf V atau U.

e). Usahakan tidak ada pohon yang ranting atau daunnya masuk ke jalan maupun menutupi rambu yang ada. Pandangan pengemudi bebas kedepan pada posisi tikungan atau belokan atau tanjakan/turunan serta terbebas dari semak/pohon dari tepi jalan.

(38)

28

2. Kondisi jalan yang rusak

akibat usia jalan yang terlalu lama dan erosi karena air lakukan perbaikan dengan cara sebagai berikut : a). Tracktor dorong tanah

yang rusak hingga terbentuk badan jalan seperti semula.

a). Hasil dorongan hingga jalan terbentuk seperti punggung penyu. Sehingga air tidak menggenang ditengah-tengah jalan.

3. Lakukan pengerasan dengan

cara menimbun kembali badan jalan dengan sirtu dengan menggunakan Dump Truck.

3 Tebal penimbunan meterial oleh Dump Truck 30 cm dengan pengerasan 20 – 50 cm .

4. Ratakan timbunan pada

badan jalan tersebut dengan Motor Grader .

b). Bentuk badan jalan masih tetap mengacu pada bentuk punggung penyu. Parit ditepi jalan sperti huruf V atau U hingga diperkirakan air hujan dapat mengalir melalui parit tanpa adanya halangan .

3. Selain hal tersebut lakukan

pula perawatan.pemeliharaan jalan ditempat-tempat yang seringkali dilewati unit alat berat. Bilamana terdapat

bagian jalan yang

lembek/badan jalan

turun/rusak, lakukan

penimbunan kembali dengan menggunakan sirtu oleh Dump Truck dan diratakan oleh Motor Grader.

3. Pada jalan tersebut air hujan tidak boleh tergenang ditengah-tengah jalan. Sirkulasi air dalam parit harus tetap mengalir tanpa adanya halangan. Usahakan pemakai jalan angkutan memperhatikan daya muat maksimal yaitu :

- Logging Trailler maksimal 35 M³ - Logging Engkle Maksimal 25 M³

4. Kerusakan jembatan dan

gorong-gorong :

a). Perhatikan bentuk dan komponen kerusakannya.

a). Ganti ( bikin kembali ) Seandainya kerusakannya tergolong parah.

b). Lakukan penimbunan

dengan tanah atau sirtu, apabila terjadi penurunan

pada lapisan atas

jembatan .

- Timbunan sirtu atau tanah setebal 30 cm. Dengan pengerasan setebal 20 – 50 cm.

(39)

5. Parit yang terdapat di kanan

kiri jalan yang cukup panjang, buatlah sodetan saluran pembuangan yang cukup besar ke arah jurang kiri dan kanan jalan.

5. Sodetan dengan lebar 4 meter. - Kedalaman 30 cm

- Posisi lebih rendah dari parit - Sudut 30 s/d 40º terhadap badan

jalan

- Bentuk seperti sirip ikan

Lampiran 3 Perhitungan kerapatan jalan dan spasi jalan

Luas RKT 2014 = 1148.42 ha Panjang jalan utama = 15375 m

Luas efektif RKT 2014 = 1017.61 ha Panjang jalan cabang = 15000 m Kerapatan Jalan Utama

KJu =

Lu

Luas Hutan Produktif = 15375 m

1017.61 ℎ𝑎 = 15.11 m ha־ˡ

Spasi Jalan Utama SJu = 10000 KJu = 10000 15.11 m ha־ˡ = 661.86 m Kerapatan Jalan Cabang

KJc =

Lc

Luas Hutan Produktif = 15000 m

1017.61 ℎ𝑎 = 14.74 m ha־ˡ

Spasi Jalan Cabang SJc = 10000

KJc

= 10000 14.74 m ha־ˡ = 678.41 m Kerapatan Jalan Total

KJt = KJu + KJc + KJr

= 15.11 m ha־ˡ + 14.74 m ha־ˡ = 29.85 m ha־ˡ

Spasi Jalan Rata-Rata SJrt = 10000 KJt = 10000 29.85 m ha־ˡ = 335.02 m

(40)

30

Lampiran 4 Perbandingan tinggi talud dengan lebar talud

No Galian Timbunan 1 1 : 4.55 1 : 1.54 2 1 : 2.94 1 : 4.55 3 1 : 5.88 1 : 4.35 4 1 : 9.09 1 : 2.22 5 1 : 2.78 1 : 4.00 6 1 : 1.79 1 : 2.22 7 1 : 4.35 1 : 1.67 8 1 : 1.54 1 : 1.25 9 1 : 4.35 1 : 7.69 10 1 : 2.00 1 : 5.88 11 1 : 1.67 1 : 1.72 12 1 : 10.00 1 : 2.33 13 1 : 10.00 1 : 6.67 14 1 : 10.00 - 15 1 : 3.70 - 16 1 : 1.09 - 17 1 : 2.63 - 18 1 : 1.59 - 19 1 : 1.22 - 20 1 : 5.56 - 21 1 : 1.59 - Rata-rata 1 : 3.14 1 : 2.89

(41)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun tanggal 1 Oktober 1993 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Wargono dan Ibu Sri Supriyatin. Penulis memulai jenjang pendidikan formal di SD Negeri 01 Golan sampai kelas IV dan melanjutkan pendidikan kelas V dan VI di SD Negeri 01 Winongo lulus tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan formal di SMP Negeri 1 Madiun lulus tahun 2009 dan SMA 2 Madiun dan lulus tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswi Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan lewat jalur Seleksi Ujian Masuk Peguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah tahun 2014 dan menjadi asisten Praktek Umum Kehutanan tahun 2016 di Swaka Margasatwa Cikepuh dan Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penulis juga melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Kamojang – Sancang Barat pada tahun 2014 dan Praktek Pengelolaan Hutan tahun 2015 di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penulis juga aktif sebagai pengurus Himpunan Profesi (Himpro) Manajemen Hutan, Forest Management Students’ Club (FMSC) tahun 2013-2014 sebagai anggota Biro Sponsorship dan tahun 2014-2015 sebagai Penanggung Jawab Kelompok Studi Pemanfaatan Sumberdaya Hutan. Praktek Kerja Lapang yang dilakukan penulis dilakukan di PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir Kalimantan Timur pada tahun 2016.

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan Judul “Kualitas Jalan Cabang di areal IUPHHK-HTI PT Inhutani I Batu Ampar – Mentawir Kalimantan Timur” dibawah bimbingan Prof Dr Ir Elias.

Gambar

Gambar 4 Ilustrasi pengukuran talud jalan Gambar 3 Ilustrasi pengukuran selokan jalan
Gambar 6 Ilustrasi pengukuran belokan jalan  Gambar 5 Ilustrasi pengukuran kemiringan lintasan jalan
Tabel 1 Kerapatan jalan dan spasi jalan di areal blok RKT 2014 PT Inhutani I Batu  Ampar - Mentawir
Tabel 2  Hasil pengukuran kemiringan memanjang jalan cabang di areal blok RKT  2014 PT Inhutani I Batu Ampar - Mentawir
+7

Referensi

Dokumen terkait