• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 11/PUU-IX/2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 11/PUU-IX/2011"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

0

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 11/PUU-IX/2011

PERIHAL

PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR

32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

TERHADAP

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK

INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

(I)

J A K A R T A

KAMIS, 27 JANUARI 2011

(2)

1 MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA --- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 12/PUU-IX/2011 PERIHAL

Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEMOHON

Linneke Syennie Watoelangkow. Jimmy Stefanus Wewengkang. ACARA

Pemeriksaan Pendahuluan (I)

Kamis, 27 Januari 2011 Pukul 11.00– 11.30 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Muhammad Alim (Ketua)

2) M. Akil Mochtar (Anggota)

3) Hamdan Zoelva (Anggota)

(3)

2 Pihak yang Hadir:

Kuasa Hukum Pemohon: − M. Utomo A. Karim. − Yandri Sudarso. − I. Enny Sri Handajani. − M. M. Ardy Mbalembout. − Rachmat Basuki.

(4)

3 1. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Bismillahirrahmanirrahim. Sidang permohonan…, Pemeriksaan

Permohonan Nomor 11/PUU-IX/2001, kami buka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

Saudara Pemohon atau kuasanya kami persilakan memperkenalkan diri siapa-siapa yang hadir pada kesempatan ini.

2. KUASA PEMOHON: M. UTOMO A. KARIM T

Baik terima kasih, Hakim Konstitusi Yang Terhormat. Hari ini kebetulan prinsipal kami tidak bisa hadir di persidangan ini, jadi kami dari Tim Advokasi Bantuan Hukum DPP partai Demokrat, saya sendiri Utomo Karim, masing-masing memperkenalkan dari sebelah kanan. Baik, terima kasih.

3. KUASA PEMOHON: ARDY MBALEMBOUT Saya M.M. Ardy Mbalembout, S.H.

4. KUASA PEMOHON: YANDRI SUDARSO Saya Yandri Sudarso, S.H., M.H.

5. KUASA PEMOHON: RACHMAT BASUKI Saya Rahmat Basuki S.H.

6. KUASA PEMOHON: ENNY SRI HANDAJANI Saya I Enny Sri Handajani.

7. KETUA: MUHAMMAD ALIM Jadi yang lain tidak hadir, ya?

8. KUASA PEMOHON: M. UTOMO A. KARIM T Ya, yang lain (…)

9. KETUA: MUHAMMAD ALIM

KETUK PALU 3X

(5)

4 Ya, hanya 5 orang yang hadir sekarang?

10. KUASA PEMOHON: M. UTOMO A. KARIM T

Ya, baik.

11. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Oke. Eh, di sini kan…, pemberian kuasanya itu beberapa orang, tapi yang…, secara bersama-sama atau sendiri-sendiri, baiklah.

Saya persilakan kepada Kuasa Pemohon untuk menjelaskan secara singkat isi permohonannya. tidak usah membaca karena kita sudah membacanya, cuman poin-point yang penting didalamnya. Saya persilakan!

12. KUASA PEMOHON: M. UTOMO A. KARIM T

Baik, terima kasih Majelis Hakim Konstitusi Yang Terhormat. Jadi di sini kami tidak membacakan semua, Pak. Ke Pemohonnya dalam hal ini ke Linneke Syennie Watoelangkow, dan Ir. Jimmy Stefanus Wewengkang. Kami dari kuasa hukumnya.

Kalau kewenangan Mahkamah Konstitusi dan legal standing tidak dibacakan, di sini legal standing-nya sedikit saya jelaskan bahwa Pemohon itu mempunyai legal standing karena…, hak konst…, hak Konstitusionalnya ada dilanggar. Didalam hal 4 poin (4) bahwa itu yang 5 syarat telah dipenuhi, hal 4 point (4), Pak bahwa Pemohon mempunyai legal standing.

Jadi di sini intinya bahwa pasal…, dalam Undang-Undang 32 Pasal 108, ayat (3), dan (4), dan (5), itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Pasal 18 karena di situ disebutkan bahwa di Undang-Undang Dasar, kepala daerah dipilih secara demokratis dan…, di sementara di Undang-Undang 32 itu, manakala kepala daerah berhalangan, jadi wakilnya menjadi kepala daerah dan untuk Nomor 2-nya dipilih oleh DPRD. Nah, ini lah yang kami melihat ke tidak demokratisnya, Pak. Bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Pasal 18 tersebut.

Dalam Hal ini, walikota Temohon terpilih kemarin itu Pak Jimmy Stefanus, sekarang sedang menjalani persidangan di Tipikor dan kemarin juga eksepsinya ditolak oleh Majelis Hakim Tipikor artinya sidang itu berlanjut dan seperti diketahui di Tipikor tidak pernah ada putusan bebas.

Saya masuk kesimpulan, Pak.

1. Bahwa Pemohon mempunyai legal standing dalam perkara pengajuan permohonan ini.

2. Bahwa Pemohon Pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota Tomohon dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Tomohon Tahun 2010, dengan Nomor

(6)

5 Urut 1, Linneke Syennie Watoelangkow, dan Ir. Jimmy Stefanus Wewengkang, sebagai pemenang suara terbanyak kedua.

3. Bahwa Pasal 108 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) Undang-Undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, aq

repetensi menjadi residen buruk sehingga peraturan yang di

bawah bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.

4. Bahwa Pasal 108 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, tersebut telah merugikan Pemohon secara aktual karena satu Pemohon Pasangan Calon dan Walikota, dan Calon Wakil Walikota Tomohon dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Termohon Tahun 2010, dengan Nomor Urut 1, Linneke Syennie Watoelangkow dan Jimmy Stefanus sebagai pemenang suara terbanyak ke dua. Dua bahwa pemenang ke satu pasangan walikota dan calon walikota termohon dalam pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah, Jafferson Rumanjar dan Jimmy Eman sebagai pemenang suara terbanyak ke satu, saat ini sedang terkena kasus tindak pidana korupsi. Yang mana apabila kasus korupsi ditangani oleh Tipikor, tidak pernah ada terdakwa yang dibebaskan oleh pengadilan. Jadi ini lebih banyak juga untuk, meng..., supaya kepala daerah terpilih atau calon kepala daerah terpilih supaya tidak bisa dilantik lagi, Pak, atau mengikuti Pilkada. Maka itu ini kami ajukan.

Jadi selebihnya ini..., mungkin petitum bisa dibaca saudara Ardy, petitumnya.

13. KUASA PEMOHON: ARDY MBALEMBOUT

Klimaks, petitum bahwa seluruh dari dalil-dalil yang diuraikan di atas dan bukti-bukti terlampir, dengan ini Pemohon memohon kepada Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang terhormat, agar berkenan memberikan keputusan sebagai berikut; Dalam pokok perkara. Pertama, menerima dan mengabulkan permohonan pengujian, permohonan pengujian Pasal 108 ayat (3), (4) dan (5) Undang-Undang Nomor 32/ 2004 tentang Pemerintahan Daerah, terhadap Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Yang ke dua. Menyatakan tafsir, atas Pasal 108 ayat (3), (4) dan (5) Undang-Undang Nomor 32/ 2004 adalah bertentangan dengan Pasal 18 ayat (4) UUD 1945.

Yang ke tiga. Menyatakan bahwa tafsiran konstitusional, terhadap Pasal 108 ayat (3), (4) dan (5) Undang-Undang Nomor 32/2004, harus dinyatakan secara tegas bertentangan atau melanggar Pasal 18 ayat (4) UUD 1945.

Yang ke empat. Menyatakan permohonan Pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota Tomohon dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

(7)

6 Kepala Daerah Kota Tomohon Tahun 2010, dengan Nomor Urut 1, Linneke Syennie Watoelangkow, S. SI., dan Jimmy Stefanus Wewengkang, MBA., sebagai pemenang suara terbanyak ke dua untuk ditetapkan sebagai Walikota dan Wakil Walikota Kota Tomohon Tahun 2010.

Yang ke lima, memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia, sebagimana mestinya atau apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya. Ex aequo et bono, terima kasih, Yang Mulia.

14. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Pertama dulu saya mau memberitahukan di sini, sehubungan dengan permohonan Saudara. Apa yang Saudara maksud di angka dua itu petitumnya? Pemerintah terhadap siapa, gitu loh. Menyatakan tafsir ini, ini, ini terhadap terhadap siapa? Kok enggak ada kali..., kata di situ! Nanti, nanti Saudara dalam perbaikan, ya. tapi ini itu kurang terhadap siapa?

15. KUASA PEMOHON: M. UTOMO A. KARIM T Ya, Pak.

16. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Kemudian di sini, di angka empat petitumnya, itu sudah merupakan kasus konkret, ini..., padahal ini pengujian undang. Dalam pengujian undang-undang, kita menguji norma, tidak menguji kasus konkret kecuali kalau sengketa pemilukada boleh si..., ini ditetapkan sebagai ini dan tidak boleh dikatakan deklarator menyatakan itu mesti konstitutif menetapkan kalau..., tapi kalimat ini tidak, tidak laku di sini karena kita tidak mengadili kasus konkret, kita mengadili norma. Itu, itu untuk nomor anu, petitum nomor empat. Kemudian yang dimaksud secara demokratis oleh Pemohon itu barangkali harus pemilihan langsung oleh rakyat, ya? Ya, padahal demokratis itu tidak selamanya harus dengan rakyat, melalui DPR juga demokratis. Yang penting dia tidak memilih dirinya sendiri karena seperti di Amerika Serikat, yang dianggap sebagai campion demokrasi. Yang memilih presiden itu bukan rakyat! Itu badan dewan elektoral

itu yang memilih. Tidak..., tidak, tidak, bukan seluruh rakyat itu. Itu tetap demokratis, jadi itu masalah pilihan dan cara. Jadi, cuma saya ingatkan kembali lagi bahwa yang kita uji di sini adalah undang atau norma undang-undang bukan menguji kasus konkret. Jadi tidak ada menetapkan si ini, menjadi bupati dan lain-lain itu tidak ada. Selain itu, ini pasangan yang terpilih menurut uraian Saudara kan baru sedang di sidang, sedangkan dia baru dikatakan berhalangan tetap jikalau putusannya sudah mempunyai kekuatan hukum tetap, kan gitu. Masih ada proses mungkin banding lagi kalau dinyatakan bersalah, mungkin kasasi lagi dan seterusnya, jadi itu. Ya, Pak, untuk saya itu dulu, cukup.

(8)

7 17. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA

Saudara Pemohon, ini saya mau tanya dulu. Ini yang Saudara uji Pasal 108 ayat (3), ayat (4), ayat (5), batu ujinya Undang-Undang Dasar pasal berapa? Pasal 18? ayat (4) itu?

18. KUASA PEMOHON: M. UTOMO A. KARIM T Ya, Pak.

19. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA

Tapi saya tidak menemukan uraian dalam permohonan Saudara, mengenai Pasal 18 itu. Mana bertentangannya? Kok, ujug-ujug ada di Petitum. Coba baca lagi, ada enggak itu? Uraian bahwa Pasal 108 ayat (3), ayat (4), ayat (5) ini bertentangan dengan Pasal…, Pasal 18 ayat (4). Saya kok, bolak-balik dari tadi saya enggak menemukan itu uraian Saudara mengenai hal itu, ya.

Yang kedua, justru yang saya temukan uraian Saudara panjang lebar adalah bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1). Mana ini yang benar? Apa batu uji Pasal 28D atau Pasal 18, ya. Saudara kutip Pasal 27 ayat (1), Undang-Undang Dasar, yang juga sudah dijelaskan dalam permohonan Saudara. Nah, ini kita di sini adalah perkara pengujian norma. Normanya yang harus diuji, ya. Jadi bukan kasus konkret. Kalau kasus konkret hanya berkaitan dengan legal standing yang menggambarkan ada kerugian Saudara karena adanya norma ini, gitu loh. Hanya itu saja. Jadi hanya untuk pintu masuk saja.

Itu Saudara katakan bahwa seharusnya kami sudah dipilih urutan kedua, yang menurut Saudara, dijamin oleh konstitusi untuk ditetapkan. Kenapa kok, dipilih lagi oleh DPRD. Kami meminta kerugian konstitusional, ya, kira-kira gitu lah. Tapi itu…, Itu hanya pintu masuk, ya, pintu masuk yang menunjukkan bahwa Saudara memiliki legal standing mengajukan permohonan ini. Jadi kita tidak menguji atau menilai tindakan…, tindakan bahwa menetapkan…, dengan menetapkan apa…, menetapkan calon yang di diusulkan oleh bupati itu adalah menjadi tidak sah, bukan itu. Ndak, ada urusan dengan itu. Norma pasalnya itu,

loh karena itu yang harus Saudara uraikan adalah bagaimana bertentangannya Pasal 108 ini dengan Pasal 18? Kerangka berpikirnya apa, ya. Dasar-dasar berpikirnya apa, ya? Secara teori hukumnya bagaimana, ya? Bagaimana bertentangannya? Ini harus diuraikan, jadi uraikan Saudara yang panjang lebar ini sia-sia, gitu. Ndak, berhubungan dengan apa…, alasan-alasan pengujian tapi ini, ini secara keseluruhan nih, nih. Kalau yang benar ini permohonan Saudara harus dirombak total, ya. Dirombak total, diperbaiki secara keseluruhan, dibuat ulang, ya, sistematik, kerangka berpikirnya kan di sini kan di sini pengujian norma. Pengujian norma itu kita memikirkan tentang hal yang…, hal yang abstrak. Saudara boleh lah menemukan teori stephan bolt teori apa itu…, apa…,

(9)

8 teori hirarki ya boleh-boleh saja. Ya, tapi Saudara fokus bahwa…, bahwa undang-undang yang menyatakan diusulkan oleh bupati untuk dipilih oleh DPRD atau diusulkan oleh partai pengusung yang nomor 1, dipilih oleh DPR itu tidak…, tidak konstitusional pasal itu karena apa, Itu yang harus Saudara rumuskan. Karena apa, tadi mungkin Saudara bisa fokus misalnya, antara lain teori demokrasi kalau Saudara menganggap begitu tapi harus Saudara baca juga putusan Mahkamah sebelumnya arti ‘demokratis’ dalam Pasal 18 ayat (4) itu, tidak saja berarti dipilih oleh rakyat secara langsung tapi juga dipilih oleh DPRD dapat dianggap demokratis. Ada putusan MK sebelumnya, coba dicari! Coba carilah alasan yang tepat itu, ya. Jadi ini yang paling pokok Saudara rumuskan ulang semuanya ini, Saudara tulis ulang. Coba Saudara fokus kalau memang Pasal 18 batu ujinya, fokus Pasal 18. Kalau Pasal 28D, ya fokus itu jangan apa…, Bisa juga di dua-duanya, bisa juga. Pasal 28D ayat (1) misalnya, fokus ke situ kemudain ditambah dengan Pasal 18 ayat (4), ya itu juga diuraikan secara jelas,

gitu. Sehingga permohonan ini bisa menggambarkan secara jelas bahwa pasal ini memang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, gitu loh. Jadi bukan karena ini…, Putusan MK ini tidak berlaku hanya kepada klien Saudara tapi berlaku untuk seluruh rakyat Indonesia, erga omnes berlaku secara umum pada seluruh rakyat. Kalau gitu juga sekalian Saudara ini di petitumnya, ini petitumnya

enggak, enggak…, cobalah baca-baca contoh permohonan judicial review,

banyak sekali itu tinggal di-download di internet itu, ya ini menerima, mengabulkan permohonan Pemohon, ya cukup itu.

Kemudian yang keduanya biasanya mengatakan pasal sekian bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, yang Saudara minta tafsir, tafsir apa? Oh, Saudara enggak tulis tafsirnya. Gimana kok, bukan tafsirnya yang bertentangan karena Saudara tidak tuliskan tafsirnya apa, pasalnya yang bertentangan, tapi kalau Saudara menuliskan tafsirnya begini yang salah ya, boleh Saudara menyampaikan tafsirnya, ya, ini Saudara tegas menuju pasal, jadi kalau memang Saudara menghendaki Pasal 108 bertentangan Undang-Undang Dasar 1945 ya, pasalnya saja tapi kalau sebut tafsirnya apa yang Saudara kehendaki atau tafsir yang mana yang bertentangan, jadi ini harus jelas.

Kemudian ya, petitum 4 sudah saya sampaikan oleh ketua ini tidak kita

mutus kasus konkret yang tidak ada urusannya begitu enggak ada. Itu hanya

sebagai pintu masuk bahwa Saudara punya legal standing, tidak bisa di mohonkan pada Mahkamah untuk menetapkan siapa yang akan menjadi bupati,

enggak bisa, enggak ada itu, kita bukan permohonan sifatnya konkret di sini

putusan MK tidak bersifat individual, tapi bersifat erga omnes ya, berlaku untuk seluruh rakyat Indonesia.

Itu juga di poin tiganya menyatakan ‘tafsir konstitusional’, apa yang dimaksud tafsir konstitusional yang mana yang Saudara minta, ataukah pasalnya secara langsung bertentangan, atau mungkin tafsir konstitusionalnya yang benar itu harus dipilih harus yang urutan kedua itu, ya jelaskan kalau itu, yang urutan kedua itu yang harus tetapkan. Kalau yang dipilih lagi oleh DPRD enggak benar

(10)

9 dipermohonan di Mahkamah ini Saudara bisa, Saudara bisa jadikan perbandingan untuk permohonan ini, saya kira itu, terima kasih.

20. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR

Ya, Saudara Pemohon, ya, kewajiban Hakim MK untuk memberi nasihat terhadap permohonan yang diajukan, dan Saudara punya hak 14 hari untuk memperbaiki permohonan Saudara setelah persidangan ini, mau Saudara rubah mau tetap pada permohonan silakan saja, konsekwensinya Saudara sendiri yang menerima itu tetapi hakim wajib memberikan nasehat. Oleh karena itu yang pertama Saudara menguji 3 norma dari Pasal 108, ya, yaitu berkenaan dengan ayat (3), ayat (4), dan ayat (5). Ayat (3) itu menentukan kalau seorang kepala daerah berhalangan otometikli wakil kepala daerah jadi kepala daerah, itu 1 soal.

Ayat (4) setelah dia terpilih menjadi kepala daerah maka diusulkan 2 orang calon wakil kepala daerah kepada DPRD itu dipilih, 2 orang kepala daerah, calon wakil kepala daerah itu adalah ya, diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua mengusulkan pasangan calon kepala daerah untuk dipilih menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah itu, lain lagi persoalannya. Pasangan calon terpilih berhalangan tetap berarti 2 kepala daerah dan wakil kepala daerah di situ, misalnya setelah Pilkada ditetapkan calon terpilih mati dua-duanya, dan kira-kira begitulah supaya lebih mudah lalu apa yang harus dilakukan, maka ditempuhlah mekanisme Pasal 108 ayat (5), ya.

Sedangkan Pasal 108 ayat (3) itu dalam hal kepala daerahnya saja, ayat (3) loh, maka otomatis pasangan calonnya yang wakil kepala daerah itu menjadi kepala daerah, tapi untuk mengisi wakil kepala daerah ee.., wakil kepala daerah, maka si DPRD, ee..kepala daerah itu mengusulkan 2 calon wakil kepala daerah kepada DPRD untuk dipilih kalau kita sudah jelas memahami itu sekarang pemohon, prinsipal Saudara sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah, kerugian konstitusionalnya terhadap berlakunya norma ini, di mana? Baik yang bersifat potensi, maupun faktual yang secara spesifik merugikan kepentingan hak-hak konstitusioanal Pemohon yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar. Oleh sebab itu Saudara merujuk kepada Undang-Undang-Undang-Undang Dasar. Batu uji Saudara digunakan Pasal 18 ayat (4), apa hubungannya? Bagaimana uraiannya? Bagaimana Saudara menggambarkan tentang kerugian yang bersifat potensial, terhadap klien Saudara atau katakanlah si Pemohon ini, dengan berlakunya norma ini karena ada tiga kaitan yang berbeda, dan itu harus digambarkan bukan faktualnya, bukan yang berkaitan dengan hal-hal…, kejadian-kejadian itu hanya entry point untuk masuk. Tapi, Saudara harus menggambarkan bahwa norma yang terkandung di dalam Pasal 108 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) itu, secara konstitusional bertentangan dengan norma yang dianut di dalam Pasal 18, itu satu. Atau Saudara juga mengkonstruksikan bagaimana hak-hak warga negara yang dijamin di dalam Pasal 28D ayat (1) itu. Kepastian hukum yang adil itu apa. Ya..., pengakuan, jaminan ya, perlindungan

(11)

10 itu apa menurut Undang-Undang Dasar, harus Saudara konstruksikan itu. Nah, kalau sudah ketemu, itu namanya truth stone ya, batu ujinya. Kita bisa merumuskan…, oh, iya memang pasal…, misalnya…, 18 ayat (3) ini, menyalahi prinsip-prinsip yang terkandung di dalam demokrasi, lalu bagaimana konsepsi demokrasi konstitusional yang kita anut? Berdasarkan Undang-Undang Dasar, kan gitu. Sistem pemilunya, ya kan. Pemilihan kepala daerahnya, bagaimana menurut Undang-Undang Dasar kita. Itu harus digambarkan karena ini pengujian norma. Untuk mengatakan bahwa norma yang di bawah Undang-Undang Dasar itu bertentangan dengan norma yang dianut di dalam pasal yang ada dalam Undang-Undang Dasar.

Sehingga dengan demikian jelas, kemana arah permohonan Saudara. Sekarang Saudara harus pikirkan, kalau Saudara ini mintanya juga enggak jelas,

ya, enggak jelas karena di dalam petitumnya itu ya…, menerima dan

mengabulkan permohonan…, sebenarnya cukup di situ. Kemudian, menyatakan tafsir. Bagaimana…, jadi pengujian undang-undang itu, pertama dia bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat…, itu harus pasti ya, bertentangan saja kalau tidak mempunyai kekuatan memikat kan bisa berlaku lagi dia.

Yang ke tiga jangan lupa diumumkan dalam Berita Acara Negara, atau Saudara mengajukan apakah pasal ini…, unconstitutional bersyarat atau konstitusional bersyarat. Berlaku, tapi dengan syarat apa…, misalnya tafsir yang bisa seperti itu. Tapi, kalau ujuk-ujuk membuat norma baru, nah itu DPR bisa marah sama kita, dan edisi…, di sana punya wewenangnya membuat norma itu, bukan…, bukan Mahkamah Konstitusi, kan begitu. Nanti jadi membuat undang-undang di sini juga. Di sini membuat undang-undang-undang-undang tapi secara negatif.

Oleh sebab itu, yang paling maksimal itu adalah konstitusional bersyarat. Jadi, misalnya Saudara mengatakan…, misalnya ya, Pasal 108 ayat (3) ini ya…, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, sepanjang tidak terpenuhi apa…, bahwa yang dimaksudnya adalah pasangan calon berikutnya, atau apalah…, seperti yang Saudara mau.

Tapi, tidak bisa langsung menetapkan nama person orang yang ada di dalam situ karena ini pengujian norma, bukan pengujian faktualnya langsung, tidak bisa. Jadi, normanya dahulu, dasar hukumnya dahulu. Dengan cantolan dasar hukum itulah, nanti kepentingan konstitusional klien Saudara itu menjadi tidak rugi, kan itu harus digambarkan, ya.

Jadi, saya belum melihat hubungannya ya, pertentangan norma pasal yang dimohonkan pengujian dengan batu uji, itu saya belum lihat. Justru pengujian undang-undang itu di situ, letaknya. Anda mau pakai teori apa tentang demokrasi, tentang sistem Pemilu, sistem pemilihan atau recruitment pejabat publik, mulai dari bupati, presiden, DPR, DPRD, gubernur, ada teorinya lalu hubungkan dengan Undang-Undang Dasar kita, misalnya…, gimana itu. Boleh dipakai siapa saja, untuk memperkuat teori Saudara.

Lalu, Saudara belum juga menjelaskan tafsir tadi saya bilang, tafsir apa yang Saudara minta. Konstitusional bersyaratkah, atau unconstitutional

(12)

11 bersyarat, banyak kok, contoh-contoh Anda bisa lihat ya. Kemudian, Saudara pikirkan kalau seandainya pasal atau norma ini, dinyatakan batal. Lalu bagaimana recht vacuum-nya? Justru Anda harus pikirkan juga, misalnya kita minta ini batalkan saja, harus berlaku seperti ini. Nah, lalu bagaimana Saudara memikirkan itu. Dan itu dikonstruksikan di dalam putusan Saudara, eh

permohonan Saudara ya. Saya kira itu umum saja penjelasannya, teknis tentu masih banyak Saudara perbaiki tadi sudah dibilang, kata-kata dalam petitum Saudara itu nomor 1 kalimat ‘terhadap’ itu enggak ada, enggak jelas kemana.

Kemudian yang kedua, 28D itu ada, di petitumnya enggak ada, bertentangan dengan Pasal 28 itu enggak ada, padahal itu jadikan batu uji tidak menyebutkan pasal, kemudian norma yang dimohonkan itu, norma pasal yang dimohonkan pengujian dengan batu uji yang Saudara gunakan belum terlihat dengan jelas, dalam permohonan.

Saudara terlalu banyak menguraikan keinginan untuk menjadi wallikota, Walikota Tomohon, bukan Termohon ya, Tomohon. Boleh itu kan di belakang

entry point tuh masuk. Kenapa putusan MK-nya mengikat seluruh calon kepala

daerah yang kejadiannya seperti itu berlaku sama, bukan hanya klien Saudara, ya. Kemudian tafsir apa yang dianggap bertentangan dengan, yang dianggap Saudara itu bertentangan dengan, di halaman 10 itu. Kan, Saudara mengatakan jika digunakan dengan ditafsirkan secara salah, berpotensi untuk terjadinya pelanggaran Pasal 18 ayat (4) UUD 1945. Apa yang dimaksud bunyi tafsir yang salah itu. Sedangkan normanya, menurut saya norma, menurut saya ini Pasal 184 ayat (3), ayat (4), ayat (5), tadi saya sudah bacakan, itu jelas dimana bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Satu, mengatur tentang kalau berhalangan wakil kepala daerah jadi.

Yang kedua, mekanisme kepolisian kepala daerah, eh wakil kepala daerah, kalau wakil kepala daerahnya menjadi wakil kepala daerah.

Yang ketiga, kalau ada calon yang berpasangan yang tetap itu berhalangan tetap calon terpilih, itu mekanismenya, choice, apakah itu masuk ke persoalan konstitusional ataukah itu opened legal policy yang menjadi kewenangan dari pembentuk undang-undang, Anda kupas dari sisi teori demokrasinya, ya? Saya kira itu, Pak. Terima kasih.

21. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Saudara Pemohon Kuasanya. Sesudah mendengarkan masukan-masukan atau nasihat-nasihat dari Majelis ini, apa pendapat Saudara saya persilakan! 22. KUASA PEMOHON: M. UTOMO A. KARIM T

Tadi, pertama kami akan memperbaiki, Pak yang dikasih waktu 14 hari. Kedua, karena kami juga baru pertama kali dalam beracara judicial review . Itu acaranya setelah 14 hari diperbaiki, terus kalau kayak PHPU kan langsung periksa saksi, kalau atau saksi ahli lah, kalau judicial review seperti apa, Pak?

(13)

12 23. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Kita kasih tahu. Oke. Apalagi?

24. KUASA PEMOHON: M. UTOMO A. KARIM T

Jadi, kalau PHPU setelah kita perbaikan terus langsung risalah saksi. Kalau

judicial review karena ini kita baru pertama. Jadi, 14 hari kami membawa

perbaikan, harinya itu diperiksa pada saat 14 hari atau selanjutnya itu, Pak? 25. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Cuman itu pertanyaan Saudara?

26. KUASA PEMOHON: M. UTOMO A. KARIM T Untuk acaranya, Pak.

27. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Ya, jadi, begini sesudah Saudara mendengar masukan ini dan menurut Saudara, Saudara akan perbaiki apalagi Saudara baru kali ini melakukan pengujian undang-undang, menurut keterangan Saudara. Maka, itu tadi saran dari Pak Dr. Hamdan, itu Bapak Hakim Anggota ini, supaya contohlah putusan apa permohonan yang lama, yang lain-lain itu supaya bisa lebih bagus, itu satu.

Kedua, mengenai waktu perbaikan itu adalah paling lama 14 hari. Jadi, Saudara bisa 7 hari, bisa 10 hari, pokoknya jangan lewat 14 hari. Kalau sudah 14 hari lewat sudah Saudara masukkan dianggap permohonan ini saja yang akan diadili, gitu loh. Nah, itu perbaikan itu 14 hari. Kalau Saudara memperbaiki itu, langsung dimasukkan di dalam Kepaniteraan dan nanti ditentukan lagi kapan mau disidang berikutnya, itu. Saudara menunggu saja. Nanti kalau sidang berikutnya barulah, lebih bisa ditentukan umpamanya baru disahkan juga surat-surat bukti yang akan, yang sudah Saudara masukkan, mungkin ada lagi surat-surat bukti menyusul, mungkin ada ahli, mungkin ada saksi yang akan Anda ajukan itu. Itu ditentukan pada saat sudah masuk dahulu, kalau sudah masuk itu katakan lah hari ke 14, itu akan baru ditentukan lagi kapan mau dipanggil, gitu

ya. Oke, ada lagi pertanyaan sudah cukup?

28. KUASA PEMOHON: M. UTOMO A. KARIM T

Tadi yang terakhir dari Majelis Hamdan, ini sebenarnya di halaman 10 sudah dijelaskan isi dari Undang-Undang 18 ayat (4), Pak.

(14)

13 Tapi enggak apa-apa memang, ini selebihnya memang harus banyak diperbaiki, Pak.

29. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Ya, itu lah yang dikatakan tadi. Supaya lebih lengkap, lebih…, Contohlah yang lain, kalau dinasehatkan bahwa itu menurut pandangan Beliau itu belum lengkap. Nah, kalau Anda merasa sudah lengkap monggo silakan saja itu kan hak Saudara, kita hanya memberi…, kewajiban kita memberi nasehat. Hak Saudara untuk menentukan memilih atau tidak memilih saran-saran itu, kan gitu. Oke. Ada lagi hal yang mau ditanyakan? Cukup.

30. KUASA PEMOHON: M. UTOMO A. KARIM T Cukup, Pak.

31. KETUA: MUHAMMAD ALIM

Baik lah, jadi Anda kan baru pertama kali tanya ini, kita tidak maha tahu tidak ada manusia yang maha tahu jangan malu bertanya kiri kanan, ya. ambil contoh-contoh yang lain kita tidak ada orang maha tahu, biar dia professor tidak maha tahu kita, hanya Allah yang maha tahu jadi kita, kita merenda hati lah, ada contoh ini saya ambil supaya lebih baik lebih sempurnakan gitu, ya. Untuk kepentingan klien Saudara. Oke, baik lah, dengan demikian sidang dalam perkara ini dinyatakan selesai dan di tutup.

Jakarta, 27 Januari 2011

Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah, t.t.d.

Mula Pospos

NIP. 19610310 199203 1 001 SIDANG DITUTUP PUKUL 11.30 WIB

KETUK PALU 3X

Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa inkorporasi enzimatik asam lemak kaya omega-3 dari minyak ikan tuna dan minyak kelapa sawit dengan biokatalis lipase getah pepaya ( carica

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan antara lain; (1) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran antara mahasiswa yang belajar bahan ajar problem

Dihadapan 263 peserta yang terdiri dari unsur guru, komite sekolah, kepala sekolah, pengawas dan unsur dinas pendidikan serta kemenag Kabupaten Bener Merian, Wakil Bupati,

Disdikpora dan Dinas Sosial 6 Rabu, 31 Maret 2015 15.00 Wita - Selesai - Pembukaan Lomba-Lomba Oleh Bupati Gianyar dalam rangka HUT Ke-244 Kota Gianyar Lapangan Astina

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan.. Lembaran Negara Republik Indonesia

Penelitian ini merupakan sebuah perbandingan hasil analisis isi SK dan KD dengan KI dan KD. Rumusan Masalah:1)bagaimanakah Taksonomi Tujuan Pembelajaran dalam SK

Melalui tahap-tahap pembelajaran di atas, siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan, kemampuan serta ketrampilan untuk mengkonstruksi pengetahuannya atau membangun pemahaman

Perubahan identitas terlihat dari Jerman yang tadinya merupakan negara agresor, dimana norma yang tertanam di masyarakat pada saat itu adalah pemusnahan terhadap