54
A. Jumlah kasus penyakit diare di Kecamatan Tengaran tahun 2016
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa jumlah kasus diare di kecamatan Tengaran tahun 2016 sebanyak 2065 kasus dengan kasus tertinggi berada di desa Cukil yaitu sebanyak 418 kasus dan kasus terendah berada di desa Nyamat yaitu 8 kasus. Pada tahun 2015 kasus diare di kecamatan Tengaran sebanyak 2102 kasus yang berarti jumlah kasus diare tahun 2016 berkurang dari tahun sebelumnya meskipun tidak signifikan.
Menurut penelitian terdahulu terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare, diantaranya adalah faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku
masyarakat. Pada faktor Pendidikan, kelompok ibu dengan status
pendidikan SLTP keatas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD kebawah. Pada faktor perilaku ada dua faktor dominan yang menyebabkan diare yaitu pembuangan tinja dan sarana air bersih yang berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare dan perilaku manusia yang tidak sehat maka dapat menimbulkan penyakit diare. Selain itu faktor pendidikan juga berpengaruh, semakin tinggi tingkat
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti hanya membuat peta dan diagram dari hasil rekapitulasi laporan bulanan kasus diare di Kecamatan Tengaran tahun 2016 tanpa meneliti apa sebab yang melatarbelakangi suatu daerah dan suatu kelompok umur rentan terkena diare.
B. Jumlah unit pelayanan kesehatan dan jumlah penduduk tiap desa di kecamatan Tengaran tahun 2016
Berdasarkan hasil pengataman diketahui bahwa jumlah penduduk di kecamatan Tengaran sebanyak 64410 jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak berada pada desa Tegalrejo yaitu sebanyak 5997 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit berada pada desa Nyamat yaitu 1472 jiwa. Kecamatan Tengaran memiliki 10 unit pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Jumlah penduduk kecamatan Tengaran pada tahun 2015 sebanyak 66691 jiwa dan sedikit berkurang ditahun 2016.
Sedangkan menurut penelitian terdahulu, pada daerah
permukiman padat relatif tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli
dengan kategori cemar berat, untuk daerah permukiman agak padat
tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar
sedang dan daerah yang permukiman tidak padat relatif tercemar bakteri
Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar ringan sehingga
kepadatan penduduk mempengaruhi terjadinya diare. (23)
Fasilitas pelayanan kesehatan berperan dalam memberikan tindakan preventif salah satunya penyuluhan kesehatan dan kuratif atau
pengobatan terhadap kasus diare. Menurut penelitian terdahulu tidak ada hubungan signifikan antara efektifitas penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dengan kejadian diare. Faktor-faktor yang menghambat efektifitas penyuluhan kesehatan adalah adanya tradisi, kepercayaan masyarakat, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan dan sikap dan perilaku
tokoh masyarakat, dan tokoh agama serta petugas kesehatan. (24)
Berdasarkan hasil penelitian yang lainnya menunjukkan bahwa pelaksanaan penyuluhan kesehatan telah mampu mengubah perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan sesuatu yang bernilai dimasyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat, mendorong pengembangan dan menggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada sehingga fasilitas pelayanan kesehatan yang ada berpengaruh terhadap
pencegahan kasus diare yang terjadi. (26)
C. Persebaran Penyakit Diare Berdasarkan Wilayah Desa di Kecamatan Tengaran Tahun 2016
Berdasarkan pengolahan data kasus diare tahun 2016 di kecamatan Tengaran didapatkan bahwa wilayah desa yang paling rentan terkena penyakit diare adalah desa Cukil dengan presentase kasus diare mencapai 11,31 %. Diikuti desa Klero dengan presentase kasus diare mencapai 6,85 %. Jumlah penduduk desa Cukil dan Klero tergolong
Karangduren di posisi ketiga dengan presentase kasus diare sebesar 5,89 % dan tergolong kedalam jumlah penduduk yang padat. Dan desa yang paling jarang terkena diare yaitu desa Nyamat dengan presentase kasus diare mencapai 0,54 % dan tergolong kedalam jumlah penduduk jarang.
Sedangkan berdasarkan penelitian terdahulu, pada daerah
permukiman padat relatif tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli
dengan kategori cemar berat, untuk daerah permukiman agak padat
tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar
sedang dan daerah yang permukiman tidak padat relatif tercemar bakteri
Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar ringan sehingga
kepadatan penduduk mempengaruhi terjadinya diare. (23)
Menurut hasil penelitian lain, Kepadatan pemukiman dipicu oleh kepadatan penduduk. Pemukiman atau perumahan yang padat sangat berhubungan dengan kondisi kesehatan penduduknya. Faktor yang menentukan kualitas lingkungan perumahan tersebut antara lain fasilitas
pelayanan, perlengkapan, peralatan yang dapat menunjang
terselenggaranya kesehatan fisik, kesehatan mental, kesehatan sosial bagi individu dan keluarganya. Semakin padat jumlah penduduk maka
semakin meningkatkan resiko penyakit diare. (27)
Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat hubungan yang kuat antara kualitas permukiman terhadap kesehatan masyarakat. Kualitas pemukiman yang buruk dipicu oleh kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk yang tidak seimbang dengan luas wilayah memunculkan slum area dengan segala masalah kesehatan masyarakatnya. Jika kualitas
permukiman buruk meningkat maka nilai Incident Rate (IR) akan meningkat juga. Untuk meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat yang baik maka beberapa hal yang perlu dilakukan diantaranya yaitu selalu menjaga kondisi kualitas lingkungan permukiman. Lingkungan yang
nyaman dan sehat akan memunculkan perilaku hidup yang sehat pula. (28)
D. Perbandingan Persebaran Penyakit Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan di Setiap Desa di Kecamatan Tengaran Tahun 2016
Kecamatan Tengaran memiliki Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berjumlah 10 unit yang berada di 6 desa dari 15 desa yang ada di Kecamatan Tengaran. Artinya keberadaan FKTP di Kecamatan Tengaran hanya 40 %. Berdasarkan hasil pengamatan, dua desa yang memiliki kasus diare paling tinggi adalah desa Cukil dan Karangduren dan tidak memiliki FKTP. Desa Cukil memiliki kasus diare sebanyak 418 penderita. Diikuti desa Karangduren sebanyak 256 penderita. Kemudian desa yang mempunyai FKTP yaitu desa Klero dengan 4 FKTP, kasus diarenya mencapai 194 penderita. Desa Sruwen mempunyai 1 FKTP dan jumlah kasus diare mencapai 189 penderita. Sedangkan desa Nyamat tidak mempunyai FKTP dan jumlah kasus diare mencapai 8 penderita yang merupakan kasus diare paling sedikit.
Fasilitas pelayanan kesehatan berperan dalam memberikan tindakan preventif dan kuratif terhadap kasus diare. Menurut penelitian terdahulu menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara efektifitas penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan dengan kejadian diare. Faktor-faktor yang menghambat efektifitas penyuluhan kesehatan adalah adanya tradisi, kepercayaan masyarakat, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan dan sikap dan perilaku tokoh masyarakat, dan tokoh agama serta petugas kesehatan. (24)
Berdasarkan suatu penelitian diketahui bahwa fasilitas pelayanan kesehatan berperan dalam melakukan tindakan preventif terhadap suatu penyakit salah satunya tindakan penyuluhan kesehatan dan juga tindakan kuratif atau pengobatan. Masyarakat yang mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan diare maka sikap masyarakat dalam mencegah diare baik, dan sebaliknya semakin tidak pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan diare
maka antusiasme masyarakat dalam mencegah diare buruk. (29)
E. Jumlah Pasien Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Jumlah Penduduk di Setiap Desa di Wilayah Puskesmas Tengaran Tahun 2016
Berdasarkan pengolahan data kasus diare tahun 2016 di kecamatan Tengaran didapatkan didapatkan bahwa wilayah desa yang paling banyak kasus diarenya adalah desa Cukil dengan presentase kasus diare mencapai 11,31 %. Diikuti desa Klero dengan presentase kasus diare mencapai 6,85 %. Jumlah penduduk desa Cukil dan Klero memiliki jumlah penduduk yang tergolong kedalam kategori sedang. Kemudian desa Karangduren di posisi ketiga yaitu presentase kasus diare sebesar 5,89 % dan tergolong kedalam jumlah penduduk yang padat. Dan desa yang paling karang terkena diare yaitu desa Nyamat
dengan presentase kasus diare mencapai 0,54 % dan tergolong kedalam jumlah penduduk jarang.
Kecamatan Tengaran memiliki Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berjumlah 10 unit yang berada di 6 desa dari 15 desa yang ada di Kecamatan Tengaran. Artinya keberadaan FKTP di Kecamatan Tengaran hanya 40 %. Berdasarkan hasil pengamatan, dua desa yang memiliki kasus diare paling tinggi yaitu desa Cukil dan Karangduren dan tidak memiliki FKTP. desa Cukil memiliki kasus diare sebanyak 418 penderita. Diikuti desa Karangduren sebanyak 256 penderita. Kemudian desa yang mempunyai FKTP yaitu desa Klero dengan 4 FKTP, kasus diarenya mencapai 194 penderita. Desa Sruwen mempunyai 1 FKTP dan jumlah kasus diare mencapai 189 penderita. Sedangkan desa Nyamat tidak mempunyai FKTP dan jumlah kasus diare mencapai 8 penderita yang merupakan kasus diare paling sedikit.
Fasilitas pelayanan kesehatan berperan dalam memberikan tindakan preventif dan kuratif terhadap kasus diare. Menurut penelitian terdahulu menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara efektifitas penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dengan kejadian diare. Faktor-faktor yang menghambat efektifitas penyuluhan kesehatan adalah adanya tradisi, kepercayaan masyarakat, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan dan sikap dan perilaku tokoh masyarakat, dan tokoh agama serta petugas kesehatan. (24)
Sedangkan berdasarkan penelitian terdahulu, pada daerah
dengan kategori cemar berat, untuk daerah permukiman agak padat
tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar
sedang dan daerah yang permukiman tidak padat relatif tercemar bakteri
Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar ringan sehingga
kepadatan penduduk mempengaruhi terjadinya diare. (23)
Menurut suatu penelitian diketahui wilayah yang sangat padat
penduduknya yaitu sebesar 155 jiwa/km2 dari 11.065 jiwa dan merupakan
wilayah yang cukup tinggi kasus diarenya yaitu sebesar 15,3% dari 483
kasus. Kemudian wilayah dengan penduduk sebesar 113 jiwa/km2 dari
16.003 jiwa dengan kasus diare sebesar 49,4% dari 483 kasus. Hal ini terbukti bahwa faktor kepadatan penduduk mempunyai resiko distribusi penyakit diare. Kepadatan penduduk yang tidak seimbang dengan luas wilayah memunculkan slum area dengan segala masalah kesehatan masyarakatnya. (30)
F. Jumlah Kasus Diare Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan tengaran Tahun 2016
Berdasarkan pengolahan data kasus diare tahun 2016 di kecamatan Tengaran didapatkan bahwa kelompok umur yang paling tinggi terkena penyakit diare adalah kelompok umur dewasa dengan presentase kejadian diare sebesar 41 %. Kemudian kelompok umur anak dengan presentase kejadian diare sebesar 24 %. Dan kelompok umur yang paling jarang terkena penyakit diare adalah kelompok umur remaja dengan presentase kejadian diare sebesar 5,52 %.
Menurut penelitian terdahulu, kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar (BAB) dan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
mempengaruhi kejadian diare. Orang dewasa yang mencuci tangan setelah BAB dan sebelum makan secara rutin dapat meminimalisir kejadian diare. Apabila lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare dan perilaku manusia yang tidak sehat maka dapat menimbulkan penyakit diare. Selain itu faktor tingkat pendidikan juga berpengaruh. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin baik tingkat kesehatan orang tersebut. (22)
Hasil suatu penelitian, penduduk yang paling banyak terkena kasus diare adalah kelompok umur 17-59 tahun sebesar 730 jiwa dengan presentase 49,1%. (31)
G. Alur pelaporan kejadian penyakit diare di kecamatan Tengaran
Pelaporan penyakit diare di kecamatan Tengaran dimulai dari bidan di tiap desa yang melakukan pelaporan ke puskesmas Tengaran kemudian petugas pelaporan Puskesmas Tengaran merekap laporan tersebut sehingga menjadi laporan bulanan rekapitulasi kasus diare di wilayah puskesmas Tengaran. Kemudian laporan bulanan tersebut diserahkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kekurangan dalam proses pelaporan puskesmas adalah bidan desa kurang rajin melakukan pelaporan ke puskesmas Tengaran sehingga pelaporan kasus diare yang dihasilkan kurang akurat.
Sedangkan menurut teori, proses pelaporan puskesmas berawal dari laporan dari Pustu, Bidan Desa, Puskesmas keliling dan Posyandu disampaikan ke pengelola SP2TP Puskesmas kemudian Pengelola menyusun dan mengkompilasi data yang bersumber dari sensus harian dan laporan bulanan penyakit diare kemudian dimasukkan ke formulir
laporan untuk dikirim ke Dinas Kesehatan kabupaten / kota. Hasil olahan data diare tersebut dianalisa dan disajikan untuk mengambil keputusan.