• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTIVITAS GROOMING (SELISIK) MONYET EKOR PANJANG DI SITUS CIUNG WANARA, CIAMIS JAWA BARAT. Oleh: Khrisna Nugraha G

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AKTIVITAS GROOMING (SELISIK) MONYET EKOR PANJANG DI SITUS CIUNG WANARA, CIAMIS JAWA BARAT. Oleh: Khrisna Nugraha G"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS

GROOMING

(SELISIK) MONYET EKOR PANJANG

DI SITUS CIUNG WANARA, CIAMIS JAWA BARAT

Oleh:

Khrisna Nugraha

G34101052

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

KHRISNA NUGRAHA. Aktivitas Grooming (selisik) Monyet Ekor Panjang di Situs Ciung Wanara, Ciamis, Jawa Barat. Dibimbing oleh BAMBANG SURYOBROTO dan R.R. DYAH PERWITASARI.

Perilaku grooming atau selisik adalah kegiatan mencari dan mengambil kotoran atau parasit dari permukaan kulit dan rambut. Grooming mempunyai dua fungsi yaitu fungsi kesehatan dan fungsi sosial. Monyet ekor panjang biasanya melakukan perilaku ini setelah makan atau saat istirahat. Grooming terdiri atas autogrooming (selis ik sendiri) dan allogrooming (selisik berpasangan). Tujuan penelitian ini adalah mempelajari aktivitas grooming (selisik) monyet ekor panjang di Situs Ciung Wanara, Ciamis Jawa Barat. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode ad libitum, focal animal dan scan animalsampling. Autogrooming dan allogrooming

monyet ekor panjang lebih sering dilakukan pagi dan sore. Betina lebih sering melakukan

autogrooming dan allogrooming dengan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan jantan. Betina lebih sering menjadi pelaku selisik sedangkan jantan penerima selisik. Monyet dewasa lebih sering melakukan autogrooming dan allogrooming dengan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan juvenil.

ABSTRACT

KHRISNA NUGRAHA. Grooming Activity of Long-tailed Macaque in Ciung Wanara Site, Ciamis West Java. Supervised by BAMBANG SURYOBROTO and R.R. DYAH PERWITASARI.

Grooming is an activity to seek and to take a dust or parasite from skin and hair surface. Grooming has two functions, which are social function and hygienic function. Long-tailed macaques usually perform this behaviour after eating or at resting. Grooming activity is classified into two activities, autogrooming and allogrooming. This research aimed to study grooming activity of long-tailed macaque in Ciung Wanara site, Ciamis West Java. This research carried out by using ad libitum, focal animal and scan animal sampling methods. Autogrooming and allogrooming mostly did in the early morning and in the afternoon. Female did spent longer time to do autogrooming and allogrooming than male. Females more often become a groomer. On the other hand, males more often become a groomee. Adult macaques take longer time in groomed compare to juvenile.

(3)

AKTIVITAS

GROOMING

(SELISIK) MONYET EKOR PANJANG

DI SITUS CIUNG WANARA, CIAMIS JAWA BARAT

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Khrisna Nugraha

G34101052

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul : AKTIVITAS GROOMING (SELISIK) MONYET EKOR PANJANG DI SITUS CIUNG WANARA, CIAMIS JAWA BARAT

Nama : Khrisna Nugraha NRP : G34101052 Mengetahui: Pembimbing I, Dr. Bambang Suryobroto NIP. 131779503 Pembimbing II,

Dr. Ir. R.R. Dyah Perwitasari M.Sc NIP. 131916787

Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S NIP. 131473999

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 04 Juli 1983 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan E. Kusmayadi dan Wiwin Wintarsih Spd.

Tahun 1996 penulis lulus dari SDN Mekarjaya 30, tahun 1998 penulis lulus dari SMP YAPEMRI, tahun 2001 penulis lulus dari SMUN 2 Depok dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Fakultas MIPA Departemen Biologi. Tahun 2003 penulis melaksanakan Studi Lapang mengenai Inventarisasi Seranggga di Kawasan Wisata Alam (KWA) Situ Gunung, Sukabumi dan tahun 2004 Praktek Lapang mengenai Inventarisasi primata periode tahun 2004 di Taman Margasatwa Ragunan (TMR).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi pada tahun ajaran 2003/2004. Pada tahun 2004 menulis menjabat sebagai staf Departemen Kajian Strategis BEM FMIPA IPB dan pada tahun yang sama penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO). Beasiswa pendidikan pernah penulis peroleh dari Departemen Pendidikan Nasional yaitu beasiswa BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa) dan PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) pada tahun 2003/2004 dan 2004/2005.

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah AWT atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini telah diselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak Maret sampai Agustus 2005 bertempat di Situs Ciung Wanara, Ciamis Jawa Barat dan Laboratorium Zoologi FMIPA IPB. Tema dalam penelitian ini ialah Aktivitas Grooming (selisik) Monyet Ekor Panjang di Situs Ciung Wanara, Ciamis Jawa Barat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Bambang Suryobroto dan Ibu Dr. Ir. R.R. Dyah Perwitasari, M.Sc atas bimbingan dan saran selama penelitian dan penulisan Karya Ilmiah. Terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Utut Widyastuti, MSi selaku penguji Karya Ilmiah atas saran, masukan dan perbaikan Karya Ilmiah. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada koordinator dan kuncen Situs Ciung Wanara, pegawai Situs Ciung Wanara, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis, Bapak Camat Cijeungjing, Mang Ujang, Teh Santi, Teh Enci, Achi, dan Ua Enok beserta keluarga atas semua fasilitas penginapannya. Tak lupa pula terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Rissa Diana (Icha) yang selalu menyemangati penulis, Mama Icha, Papa Icha (Pak Daryanto) beserta keluarga besarnya atas makanannya yang selalu enak dan semua kebaikannya. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh staf Laboratorium Zoologi, teman-teman seperjuangan terutama Omen, Yuliana, Hijrah, Evi, Rusdi, Udit, Duti, Ati, Fitri, Wisnu, Andros, Solay, Ujie, Uchil, Ae, WT, Sinyo, Andre, KC (raja nge -troof), Rifah, Sanah, Adisti, Bian, Gema, Iqbal, Singa dan Mba Kanthi atas saran, diskusi serta bantuannya dalam pembuatan abstrak. Akhirnya, ucapan terima kasih penulis untuk Mama tercinta, Papa tersayang, Eva, Anti, Bibi, Ibu Enan, Pak Atang, Teh Eni, Teh Ega, Om Lalan, Pak Dadi dan Indah Maryatun atas doa, dukungan dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2006

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULU AN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

Waktu dan Tempat ... 1

BAHAN DAN METODE Bahan ... 1 Alat ... 2 Metode ... 2 Ad Libitum ... 2 Focal Animal... 2 Scan Animal ... 2 HASIL Jumlah individu dan hirarki kelompok Pancalikan ... 2

Aktivitas grooming pada jantan dan betina ... 2

Aktivitas grooming pada monyet dewasa dan juvenil ... 3

Aktivitas grooming pada pagi, siang dan sore hari ... 3

Perbandingan aktivitas autogrooming dan allogrooming ... 3

PEMBAHASAN Aktivitas grooming pada jantan dan betina ... 4

Aktivitas grooming pada monyet dewasa dan juvenil ... 4

Aktivitas grooming pada pagi, siang dan sore hari ... 4

Perbandingan aktivitas autogrooming dan allogrooming ... 5

SIMPU LAN... 5

SARAN ... 5

DAFTAR PUSTAKA ... 5

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Hirarki pada jantan dan betina dewasa ... 2

2 Perbandingan aktivitas autogrooming jantan dan betina... 2

3 Perbandingan aktivitas allogrooming jantan dan betina... 3

4 Perbandingan aktivitas allogrooming jantan dan betina sebagai pelaku (plk) dan penerima (pnr) selisik... 3

5 Perbandingan aktivitas autogrooming monyet dewasa, juvenil dan bayi... 3

6 Perbandingan aktivitas allogrooming monyet dewasa, juvenil dan bayi... 3

7 Perbandingan aktivitas allogrooming monyet dewasa, juvenil dan bayi sebagai pelaku (plk) dan penerima (pnr) selisik ... 3

8 Persentase autogrooming dan allogooming pagi, siang dan sore hari ... 3

9 Perbandingan frekuensi dan waktu (menit) autogrooming dan allogrooming ... 4

10 Frekuensi grooming pada hari hujan ... 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Area Situs Ciung Wanara, Ciamis, Jawa Barat ... 8

2 Identifikasi individu kelompok Pancalikan ... 9

3 Tingkah laku allogrooming kelompok Pancalikan ... 10

4 Frekuensi dan waktu yang dihabiskan sebagai pelaku dan penerima pada allogrooming ... 11

5 Frekuensi autogrooming dan allogrooming pada pagi, siang dan sore hari dari Mei -Agustus 2005... 12

6 Data hari dan curah hujan Kabupaten Ciamis 2004 ... 13

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) hidup berkelompok dengan struktur sosial yang kompleks. Monyet ini hidup berpoligami dalam kelompok yang terdiri atas banyak jantan dan betina ( Eimerl & Vore 1984).

Setiap individu akan berinteraksi dengan individu lain di dalam kelompoknya. Interaksi tersebut terdiri atas berbagai perilaku sosial, di antaranya perilaku grooming atau selisik, berselisih, bermain dan seksual (Septiana 1996). Grooming merupakan salah satu perilaku alami monyet ekor panjang yang cukup menarik dibandingkan dengan perilaku lainnya.

Grooming atau selisik adalah kegiatan mencari dan mengambil kotoran atau parasit dari permukaan kulit dan rambut (Smuts et al. 1987). Orang biasanya menyebut grooming

atau selisik dengan istilah “mencari kutu”.

Grooming dapat dilakukan sendiri (autogrooming) atau berpasangan (allogrooming). Allogrooming dilakukan minimal dengan dua individu yang mempunyai peranan berbeda. Peranan tersebut yaitu sebagai pelaku selisik (groomer) dan penerima selisik (groomee). Perilaku ini biasanya dilakukan sepanjang hari dengan peningkatan aktivitas pada saat setelah makan atau istirahat (Putera 1997). Saat melakukan selisik, monyet ekor panjang menggunakan mulut, tangan dan/atau kakinya untuk menarik, menyibak dan menyisir kotoran atau parasit dari permukaan kulit dan rambut.

Grooming mempunyai dua fungsi yaitu fungsi kesehatan dan fungsi sosial (Zamma 2002). Bagi primata menyelisik merupakan suatu bentuk komunikasi, yaitu komunikasi dengan sentuhan (Napier & Napier 1985). Pada genus Macaca aktivitas selisik berfungsi untuk memperkuat hubungan antar individu dalam satu kelompok serta meredakan ketegangan pada saat terjadi konflik di antara individu dalam kelompok (Matheson & Bernstein 2000).

Jawa Barat merupakan salah satu daerah penyebaran monyet ekor panjang (Fooden 1995). Salah satu tempat yang dihuni monyet tersebut adalah Situs Ciung Wanara. Situs ini terletak di bagian Timur kota Ciamis (Lampiran 1). Wilayah situs ini di sebelah Utara berbatasan dengan jalan raya Ciamis -Banjar, di sebelah Selatan dibatasi oleh Sungai Citanduy, di sebelah Barat dibatasi oleh Parit selebar 7 m dan kedalaman 2 m

serta sebelah Timur dibatasi oleh Sungai Cimuntur (Ruma 1994).

Pemerintah Kabupaten Ciamis menjadikan situs ini sebagai objek wisata budaya karena di situs ini terdapat benda-benda dan lokasi peninggalan dari jaman Kerajaan Galuh Purba. Kerajaan ini oleh masyarakat sekitar diyakini sebagai awal perkembangan kerajaan di pulau Jawa.

Situs Ciung Wanara (Lampiran 2) berupa hutan kecil seluas 25.5 Ha dan sebagian besar ditumbuhi dengan tumbuhan bambu tali (Gigantochloa apus). Selain monyet ekor panjang terdapat jenis monyet lain yaitu lutung Jawa (Trachypithecus auratus sondaicus). Situs ini terletak pada ketinggian 124 m di atas permukaan laut (Ruma 1994).

Di Situs Ciung Wanara terdapat tiga kelompok monyet ekor panjang yaitu kelompok Pancalikan, kelompok Cikahuripan dan kelompok Pamangkonan. Pemberian nama kelompok ini berdasarkan daerah jelajah dan lokasi tempat tidur masing-masing kelompok. Penelitian sebelumnya di situs ini oleh Ruma (1994) dan Marulitua (1995) melaporkan bahwa kelompok Pancalikan masing-masing berjumlah 19 dan 30 ekor. Berdasarkan survei tanggal 20 Agustus 2005 kelompok Pancalikan berjumlah 46 ekor, kelompok Cikahuripan berjumlah 15 ekor dan kelompok Pamangkonan berjumlah 22 ekor. Kelompok Pancalikan merupakan kelompok dengan jumlah individu paling banyak dan paling luas daerah jelajah dibandingkan dengan kelompok-kelompok lain.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari aktivitas grooming (selisik) monyet ekor panjang di Situs Ciung Wanara, Ciamis, Jawa Barat.

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Agustus 2005 di Situs Ciung Wanara, Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Analisis data dilakukan di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi FMIPA IPB.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Penelitian ini difokuskan pada satu kelompok monyet ekor panjang di Situs Ciung Wanara yaitu kelompok Pancalikan yang berjumlah 46 ekor.

(10)

2

Alat

Alat-alat yang digunakan selama pengamatan adalah teropong binokuler, handycam JVC tipe GR DX300, alat pencatat waktu (stopwatch), buku lapang dan alat tulis. Metode

Pengamatan kelompok dilakukan dengan mengikuti kelompok dari pagi (pukul 07.00) sampai dengan sore (pukul 18.00). Pengamatan lebih sering dilakukan di tempat yang sering disinggahi atau core area dari kelompok Pancalikan. Total jam pengamatan yang dicapai adalah 300 jam. Pengamatan berhenti apabila monyet berada pada tempat yang sulit diamati atau keadaan alam yang buruk seperti hujan. Curah hujan tahun 2004 yaitu 2464 mm (Lampiran 3).

Pada awal penelitian dilakukan habituasi, pengenalan kelompok, wilayah jelajah, penentuan hirarki sebagian individu dan identifikasi individu. Identifikasi dilakukan dengan mencatat karakteristik individu yang teramati seperti bentuk jambul, bentuk tubuh, warna muka, warna alis, bentuk mata, bentuk kepala, bentuk kelenjar susu dan cacat pada tubuh serta memberi kode nama (Lampiran 4). Penentuan hirarki sosial dengan mengamati perilaku selisik (Lampiran 5) dan perselisihan (Lampiran 6).

Pengambilan data dilakukan dengan metode ad-libitum, focal animal dan scan animal (Martin & Bateson 1993). Pengambilan data dilakukan dengan 3 metode karena agar didapat data yang akurat. Metode

ad-libitum adalah pencatatan aktivitas sebanyak mungkin dari anggota kelompok yang teramati. Metode focal animal adalah pencatatan aktivitas pada individu fokus dalam waktu tertentu yang digunakan untuk mengetahui individu-individu yang terlibat dalam aktivitas selisik. Metode scan animal

adalah mencatat perilaku individu yang pertama kali terlihat pada suatu interval waktu. Scan menunjukkan banyaknya data dari perilaku yang teramati dalam suatu interval waktu. Interval waktu yang digunakan adalah satu menit. Ketiga metode tersebut tidak digunakan dalam satu waktu secara bersamaan karena akan didapat data yang tidak akurat.

HASIL

Jumlah individu dan hirarki kelompok Pancalikan

Kelompok Pancalikan atau kelompok Depan adalah kelompok monyet yang sering

berada di depan pintu gerbang Situs Ciung Wanara. Kelompok ini telah terhabituasi dengan kedatangan pengunjung, bahkan sering bersikap agresif.

Pada awal penelitian dari 4 kali sensus yaitu tanggal 24, 25, 26 dan 27 Maret 2005, jumlah individu adalah 43 ekor. Komposisi kelompok terdiri atas 3 jantan dewasa dengan kode nama Co, Db dan S a, 19 betina dewasa Ca, Ma, Cu, Tkp, Tp, Ge, Ka, Ka2, B1, B2, Hnb, IM1, IM2, IM3, IM4, IM5, IM6, IM7 dan IM8, 9 juvenil jantan Jbt, Pkg, K1, K2, K3, Al 1, Al 2, Al 3dan Jb, 5 juvenil betina Jbl, Ckl, Jg, Jp dan O j serta 7 bayi jantan i1, i2, i3, i4, i6, i7 dan i8. Selama penelitian terjadi tiga kelahiran bayi jantan yaitu Ab2, i5 dan A b1. Ab2 lahir pada Maret 2005, i5 lahir pada Mei 2005 dan Ab1 lahir pada Juli 2005. Jumlah keseluruhan anggota kelompok Pancalikan berdasarkan sensus terakhir (20 Agustus 2005) adalah 46 ekor. Hirarki sosial kelompok Pancalikan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hirarki pada jantan dan betina dewasa

Peringkat Nama Jantan Betina a Co Ca, Ka ß Db, Sa B1, IM2, IM3, IM5 ? Tkp,Ma,Cu IM1,Ge,B2, Ka2 d Tp, Hnb, IM4, IM6,IM7,IM8, Ket : a = hirarki tertinggi (dominan) ß = hirarki di bawah a ? = hirarki di bawah a dan ß d = hirarki terendah

Aktivitas grooming pada jantan dan betina Pengambilan data dengan metode

ad-libitum selama 4 bulan yaitu Maret, April, Juni, Juli 2005 (96 jam pengamatan), focal animal dan scan animal selama 4 bulan yaitu Mei, Juni, Juli, Agustus 2005 (204 jam pengamatan) diperoleh 2873 scan

autogrooming dan 1126 scan allogrooming. Dari 2873 scan autogrooming, 60.95 % dilakukan oleh betina dan 39.05 % oleh jantan. Waktu total yang dihabiskan betina dalam autogrooming lebih lama dibandingkan dengan jantan (Tabel 2). Dari 1126 scan

allogrooming, 73.80 % dilakukan oleh betina dan 26.20 % oleh jantan. Waktu total yang dihabiskan betina dalam allogrooming lebih lama dibandingkan dengan jantan (Tabel 3).

(11)

3

Tabel 2 Perbandingan aktivitas autogrooming jantan dan betina

Jenis kelamin Frekuensi (scan) (%) Waktu total (menit) Jantan 1122 39.05 49 Betina 1751 60.95 113 Total 2873 100 162

Tabel 3 Perbandingan aktivitas allogrooming jantan dan betina

Jenis kelamin Frekuensi (scan) (%) Waktu total (menit) Jantan 295 26.20 356 Betina 831 73.80 934.6 Total 1126 100 1290.6

Betina lebih sering menjadi pelaku selisik sedangkan jantan lebih sering menjadi penerima selisik (Lampiran 7). Waktu total yang dihabiskan betina dalam allogrooming

baik sebagai pelaku maupun penerima selisik lebih lama dibandingkan dengan waktu jantan sebagai pelaku dan penerima selisik (Tabel 4).

Tabel 4 Perbandingan aktivitas allogrooming jantan dan betina sebagai pelaku

(plk) dan penerima (pnr) selisik Jenis kelamin Frekuensi (scan) Waktu total (menit) plk pnr plk pnr Jantan 96 199 75.2 280.8 Betina 467 364 588 346.6 Total 563 563 663.2 627.4 Aktivitas grooming pada monyet dewasa dan juvenil

Dari 2873 scan autogrooming, 65.89 % dilakukan oleh monyet dewasa dan 34.11 % oleh juvenil. Waktu total yang dihabiskan monyet dewasa dalam autogrooming lebih lama dibandingkan dengan juvenil (Tabel 5). Dari 1126 scan allogrooming, 71.85 % dilakukan oleh monyet dewasa dan 28.15 % oleh juvenil. Waktu total yang dihabiskan monyet dewasa dalam allogrooming lebih lama dibandingkan dengan juvenil (Tabel 6).

Tabel 5 Perbandingan aktivitas autogrooming monyet dewasa dan juvenil

Usia Frekuensi (scan) (%) Waktu total (menit) Dewasa 1893 65.89 108 Juvenil 980 34.11 54 Total 2873 100 162

Dalam pembagian peran allogrooming

monyet dewasa lebih sering menjadi pelaku selisik sedangkan juvenil lebih sering menjadi penerima selisik. Waktu total yang dihabiskan monyet dewasa baik sebagai pelaku maupun penerima selisik lebih lama dibandingkan dengan juvenil (Tabel 7).

Tabel 6 Perbandingan aktivitas allogrooming monyet dewasa dan juvenil

Usia Frekuensi (scan) (%) Waktu total (menit) Dewasa 809 71.85 954.4 Juvenil 317 28.15 336.2 Total 1126 100 1290.6 Tabel 7 Perbandingan aktivitas allogrooming

monyet dewasa dan juvenil sebagai pelaku (plk) dan penerima (pnr) selisik Usia Frekuensi (scan) Waktu total (menit) plk pnr plk pnr Dewasa 491 318 589.4 365 Juvenil 72 245 73.8 262.4 Total 563 563 663.2 627.4 Aktivitas grooming pada pagi, siang dan sore hari

Autogrooming dan allogrooming dicatat dalam tiga pembagian waktu yaitu pagi hari (pukul 07.00-11.00), siang hari (pukul 11.01-15.00) dan sore hari (pukul 15.01-18.00). Dari 2873 scan autogrooming, 37.70 % dilakukan pagi hari, 12.30 % dilakukan siang hari dan 50.00 % dilakukan sore hari. Dari 1126 scan

allogrooming, 57.40 % dilakukan pagi hari, 12.60 % dilakukan siang hari dan 30.00 % dilakukan sore hari (Tabel 8).

Tabel 8 Persentase autogrooming dan

allogrooming pagi, siang dan sore hari Wkt Persentase (%) Autogrooming Allogrooming Pagi 37.70 57.40 Siang 12.30 12.60 Sore 50.00 30.00 Total 100.00 100.00 Perbandingan aktivitas autogrooming dan

allogrooming

Frekuensi autogrooming (71.84 %) lebih tinggi dibandingkan dengan allogrooming

(12)

4

untuk aktivitas allogrooming lebih lama dibandingkan dengan autogrooming (Tabel 9).

Tabel 9 Perbandingan frekuensi dan waktu (menit) autogroooming dan

allogrooming Jenis selisik Frekuensi (scan) (%) Waktu total (menit) Auto grooming 2873 71.89 162 Allo grooming 1126 28.16 1290.6 Total 3999 100 1452.6

PEMBAHASAN

Aktivitas grooming pada jantan dan betina Hasil pengamatan menunjukkan frekuensi

autogrooming dan allogrooming pada betina lebih tinggi dibandingkan dengan jantan. Fungsi utama autogrooming adalah menghilangkan kulit kering, kotoran atau parasit pada permukaan kulit dan rambut (Matheson & Bernstein 2000). Pada

M. arctoides betina frekuensi autogrooming

sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan jantan (Estrada 1977, diacu dalam Matheson & Bernstein 2000). Hal ini disebabkan aktivitas betina seperti bergerak, makan, berpindah tempat, mengasuh bayi, alarm call

(tanda bahaya) dan koalisi lebih tinggi dibandingkan dengan jantan. Akibat aktivitas yang tinggi ini, betina lebih banyak mendapat kotoran pada tubuhnya sehingga frekuensi

autogroomingM. arctoides betina lebih tinggi dibandingkan dengan jantan (Estrada 1977, diacu dalam Matheson & Berstein 2000).

Dalam allogrooming terdapat pembagian peran yaitu sebagai pelaku selisik dan penerima selisik. Peranan ini dapat berubah setiap saat, misalnya pelaku selisik dapat menjadi penerima selisik dan penerima selisik dapat menjadi pelaku selisik (Sussman & Tattersall 1981). Induk monyet kelompok Pancalikan yang mempuny ai bayi IM1, IM5, B1 dan B2 lebih sering menyelisik anak mereka yang masih bayi i1, i5, Ab1 dan Ab2. Hal ini disebabkan oleh hubungan kekerabatan di antara mereka yaitu antara induk dan anak. Chiarello (1995) mengemukakan bahwa pada Alouatta fusca

(monyet howler cokelat) allogrooming banyak terjadi di antara betina-betina yang sekerabat (sekeluarga). Cooper & Bernstein (2000) mengemukakan bahwa pada M. assamensis,

betina merupakan anggota inti yang stabil dalam kelompok. Pada umumnya betina tidak bermigrasi meninggalkan kelompok kecuali terdapat konflik besar dalam kelompok dan sumber makanan yang menipis (Cooper & Bernstein 2000). Pada umumnya dari lahir sampai dengan mati betina tetap berada di dalam kelompok. Hal tersebut menyebabkan ikatan sosial di antara betina lebih kuat dibandingkan dengan jantan. Ikatan sosial yang kuat di antara betina meningkatkan frekuensi selisik mereka (Cooper & Bernstein 2000). Jantan dewasa kelompok Pancalikan Co dan D b hanya menjadi pelaku selisik terhadap betina dewasa sedangkan jantan dewasa Sa hanya menjadi penerima selisik dari betina dewasa (Lampiran 5).

Aktivitas grooming pada monyet dewasa dan juvenil

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa frekuensi autogrooming dan allogrooming

monyet dewasa lebih tinggi dibandingkan dengan juvenil. Mori (1975) mengatakan M. fuscata dewasa lebih aktif melakukan aktivitas selisik sedangkan juvenil lebih aktif bermain. Jika monyet dewasa semakin aktif melakukan aktivitas selisik maka waktu yang dihabiskan untuk aktivitas selisik semakin lama. Nakamichi & Shizawa (2003) mengatakan komposisi kelompok pada M. fuscata

mempengaruhi frekuensi selisik. Kelompok Pancalikan komposisi kelompok sebagian besar adalah monyet dewasa yang berjumlah 22 ekor, diikuti juvenil 14 ekor dan bayi 10 ekor. Jumlah monyet dewasa yang lebih banyak dibandingkan dengan juvenil dan bayi ini menyebabkan frekuensi selisik monyet dewasa lebih tinggi. Monyet dewasa lebih sering menjadi pelaku selisik sedangkan juvenil dan bayi lebih sering menjadi penerima selisik (Nakamichi & Shizawa 2003).

Aktivitas grooming pada pagi, siang dan sore hari

Berdasarkan pengamatan selama 4 bulan (2 minggu per bulan) dari bulan Mei - Agustus 2005 dengan menggunakan metode focal animal dan scan animal diperoleh hasil bahwa frekuensi autogrooming dan

allogrooming tidak dipengaruhi oleh hujan (Tabel 10). Nakamichi & Shizawa (2003) mengemukakan bahwa cuaca buruk atau hujan tidak berpengaruh terhadap aktivitas selisik.

(13)

5

Tabel 10 Frekuensi grooming pada hari hujan Bulan Hari hujan Frekuensi (scan) Mei 1 1210 Juni 4 1289 Juli 12 970 Agustus 3 530 Total 20 3999

Frekuensi autogrooming dan allogrooming

kelompok Pancalikan yang tertinggi selalu pagi atau sore hari dan terendah selalu siang hari, kecuali untuk aktivitas allogrooming di bulan Agustus (Lampiran 8). Hal ini dikarenakan pada siang hari kelompok Pancalikan berada di tengah hutan yang sulit dijangkau oleh pengamat. Chiarello (1995) mengemukakan bahwa frekuensi selisik tertinggi monyet howler cokelat terjadi pagi har i. Cooper & Bernstein (2000) mengemukakan frekuensi selisik tertinggi M. assamensis terjadi pagi hari.

Perbandingan aktivitas autogrooming dan

allogrooming

M onyet ekor panjang kelompok Pancalikan lebih sering melakukan aktivitas

autogroooming dibandingkan dengan

allogrooming. Zamma (2002) mengemukakan

M. fuscata mempunyai persentase

autogrooming kecil dari seluruh aktivitas selisik. Dalam kelompok ini terdapat kecenderungan autogrooming dibandingkan dengan allogrooming. Walaupun frekuensi

allogrooming kelompok ini lebih rendah, waktu yang dihabiskan allogrooming lebih lama dibandingkan dengan autogrooming.

SIMPULAN

Autogrooming dan allogrooming lebih sering dilakukan pagi hari (pukul 07.00-11.00) dan sore hari (pukul 15.01 -18.00). Betina lebih sering melakukan autogrooming dan

allogrooming serta dengan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan jantan. Betina lebih sering menjadi pelaku selisik sedangkan jantan penerima selisik. Monyet dewasa lebih sering melakukan autogrooming dan

allogrooming serta dengan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan juvenil. Monyet ekor panjang kelompok Pancalikan lebih sering melakukan autogrooming dibandingkan dengan allogrooming. Waktu yang dihabiskan

allogrooming lebih lama dibandingkan dengan autogrooming.

SARAN

Perlunya penambahan jam pengamatan dan penelusuran aktivitas monyet kelompok Pancalikan sampai ke tengah hutan untuk mendapatkan data-data selisik atau grooming

yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Chiarello AG. 1995. Grooming in brown howler monkey, Alouatta fusca. Am J Primatol 35:73-81.

Cooper MA, Bernstein IS. 2000. Social grooming in assamese macaque (Macaca assamensis). Am J Primatol 50:77-85.

Eimerl S, Vore I de. 1984. Primata. Timan ST, penerjemah; Jerry K, editor. Jakarta: Pustaka Alam Life. Terjemahan dari: The Primates.

Estrada A. 1977. Establishment of a free-ranging colony of stumptail macaque (Macaca arctoides). Primates 18:647-676.

Fooden J. 1995. Systematic review of the Southeast Asian longtail Macaque,

Macaca fascicularis (Raffles, [1821]). Chicago: Field Museum of Natural History.

Martin P, Bateson P. 1993. Measuring behaviour 2nd Ed. UK: Cambridge University Press.

Marulitua H. 1995. Beberapa perilaku sosial monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Cagar Budaya Ciungwanara, Ciamis-Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Matheson MD, Bernstein IS. 2000. Grooming, social bonding, and agonostic aiding in rhesus monkey. Am J Primatol 51:177-186.

Mori A. 1975. Signal found in the grooming interaction of wild Japanese monkeys of the Koshima troop. Primates 16:107-140.

Nakamichi M, Shizawa Y. 2003. Distribution of grooming among adult female in a large, free-ranging group of Japanese macaques.

(14)

6

Napier JR, Napier PH. 1985. The natural history of the primates. London: British Museum.

Putera BP. 1997. Aktivitas menyelisik (Grooming) monyet ekor panjang di Taman Wisata Alam Pananjung-Pangandaran [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Ruma EAL. 1994. Studi populasi monyet ekor panjang di Cagar Budaya Ciungwanara, Ciamis-Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Septiana A. 1996. perilaku bermain beruk (Macaca nemestrina) di penangkaran Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) Lembaga Penelitian IPB Darmaga [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Smuts et al. 1987. Primate societies. USA: The University of Chicago.

Sussman RW, Tattersall I. 1981. Behaviour and ecology of Macaca fascicularis in Mauritius. Primates 22:192-205.

Zamma K. 2002. Grooming site preferences determined by lice infection among Japanese macaques in Arashiyama.

(15)
(16)

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian ( Situs Ciung Wanara )

(17)

8

(18)
(19)

10

No. Nama

Jenis

Kelamin/Usia Ciri-ciri

1 Co Jantan/Dewasa Tubuh besar, rambut tubuh rapi, rambut kepala dan punggung cokelat, jambul pendek tidak teratur, telinga sebelah kanan cacat.

2 D b Jantan/Dewasa Perut gendut, rambut tubuh terutama perut dominan putih, jambul pendek lurus di belakang, kelopak mata putih, muka agak merah. 3 Sa Jantan/Dewasa Tubuh lebih besar daripada Co, diantara kedua mata terdapat garis

hitam berupa rambut, bersifat soliter.

4 Ka Betina/Dewasa Jambul tidak teratur, muka merah, kelenjar mamae besar,

puting kiri lebih panjang daripada kanan, rambut alis putih berbentuk bulat, agresif terhadap manusia.

5 Ka 2 Betina/Dewasa Mirip Ka, muka merah, rambut alis putih tidak berbentuk bulat, tidak agresif terhadap manusia.

6 B 1 Betina/Dewasa Jambul pendek lurus dibelakang, rambut dahi panjang, misai disekitar mulut panjang, sering bersuara "Nguuk Nguuk". 7 B 2 Betina/Dewasa Mirip B 1, muka merah agak hitam, ukuran tubuh lebih kecil daripada

B 1, jambul lurus dibelakang, mulut agak mancung. 8 Ca Betina/Dewasa Misai muka lebat, alis putih dan lebat, jambul lurus

dibelakang.

9 Cu Betina/Dewasa Mirip Ca, jambul lurus dibelakang, misai muka tidak lebat, muka agak merah.

10 Ma Betina/Dewasa Mirip Ca dan Cu, tidak ada jambul, kelopak mata putih, kelenjar mamae besar, puting kiri lebih panjang daripada kanan.

11 T p Betina/Dewasa Misai pipi lebat, kelopak mata putih, jambul tidak teratur, kelenjar mamae peot.

12 Tkp Betina /Dewasa Jambul tidak teratur, misai pipi lebat, telinga lancip, puting kanan lebih panjang daripada kiri.

13 Ge Betina/Dewasa Jambul pendek dibelakang, misai pipi lebat, dikedua pipi terdapat garis hitam yang sangat jelas.

14 Hnb Betina/Dewasa Muka agak merah, jambul pendek, puting kecil, terdapat rambut hitam dikedua pipi.

15 IM1 Betina/Dewasa Mirip Ka, warna rambut tubuh abu-abu-cokelat, cacat di dahi, agresif terhadap manusia.

16 IM2 Betina/Dewasa Mirip Ka dan IM1, tubuh lebih besar daripada IM1, warna tubuh abu- abu.

17 IM3 Betina/Dewasa Tubuh kurus, warna tubuh abu-abu, jambul tidak teratur, muka agak merah, jarang terlihat bersama kelompok.

18 IM4 Betina/Dewasa Warna tubuh abu-abu, tidak ada jambul, muka agak merah, jarang terlihat bersama kelompok.

19 IM5 Betina/Dewasa Jambul lurus dibelakang, muka merah, mata sipit, kelopak mata putih, rambut hitam ditengah-tengah dahi. 20 IM6 Betina/Dewasa Tubuh besar, hidung panjang kebawah, misai muka lebat, jambul

pendek dibelakang, mempunyai gelambir, kelopak mata putih. 21 IM7 Betina/Dewasa Tubuh kurus, rambut tubuh abu-abu, kelenjar mamae besar, bentuk

kepala lonjong, misai lebat.

22 IM8 Betina/Dewasa Mirip IM7, tubuh gendut, kelenjar mamae besar, bentuk kapala oval, rambut tubuh abu-abu.

(20)

11

23 Jbt Jantan/Juvenil Tubuh kurus, tidak ada jambul, rambut tubuh cokelat, rambut kepala terbelah menjadi dua.

24 Pkg Jantan/Juvenil Pipi kanan lebih besar daripada kiri, misai muka lebat, jambul tidak teratur.

25 Jb Jantan/Juvenil Muka merah, jambul lurus, rambut hitam dikedua pipi, mulut agak mancung.

26 K 1 Jantan/Juvenil Warna seluruh muka hitam, jambul pendek tidak teratur, rambut hitam dikedua pipi.

27 K 2 Jantan/Juvenil Warna muka agak hitam, jambul pendek tidak teratur.

28 K 3 Jantan/Juvenil Warna muka sebagian hitam, jambul pendek tidak teratur, ukuran tubuh lebih besar daripada K1dan K2.

29 Al 1 Jantan/Juvenil Warna seluruh tubuh terang, jambul pendek tidak teratur, tubuh lebih besar dibandingkan Al 2 dan Al 3.

30 Al 2 Jantan/Juvenil Warna seluruh tubuh terang, tidak ada jambul, rambut kepala cokelat, muka agak merah.

31 Al 3 Jantan/Juvenil Warna seluruh tubuh terang, jambul miring ke kanan, kelopak mata putih, ukuran tubuh paling kecil diantara Albino ( Al 2 dan Al 3 ) 32 Jbl Betina/Juvenil Warna tubuh abu-abu agak cokelat, jambul tidak teratur, terdapat

bekas luka di dahi.

33 Ckl Betina/Juvenil Jambul pendek dibelakang, ada tanda putih di dekat hidung kanan, kaki kiri pincang.

34 Jg Betina/Juvenil Jambul tidak teratur, terdapat bintik putih di sekitar hidung kanan

35 Jp Betina/Juvenil Jambul lurus panjang dibelakang, warna tubuh cokelat.

36 Oj Betina/Juvenil Warna tubuh abu-abu agak hitam, tidak ada jambul, misai muka lebat.

37 i1 Jantan/Bayi Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala belum tumbuh.

38 i2 Jantan/Bayi Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala jarang dan bergaris- garis

39 i3 Jantan/Bayi Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala terbelah dua.

40 i4 Jantan/Infant Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala sedikit.

41 i5 Jantan/Infant Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala terbelah tiga.

42 i6 Jantan/Infant Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala sedikit.

43 i7 Jantan/Infant Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala terbelah dua dengan belahan kiri lebih panjang daripada kanan.

44 i8 Jantan/Infant Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala terbelah dua.

45 Ab 1 Jantan/Infant Rambut seluruh tubuh hitam, rambut kepala belum tumbuh, anggota termuda dalam kelompok Pangcalikan.

(21)

Penerima Co Db Sa Ca Ma Cu Tkp Tp Ge Ka Ka2 IM1 IM2 IM3 IM4 IM5 IM6 IM7 IM8 B1 B2 Jbt K1 K2 K3 Jb Jp Jg Jbl Ckl Oj Al1 Al2 Pelaku Co 8 4 3 6 2 1 4 1 Db 2 2 Sa Ca 2 1 8 6 1 2 1 3 8 2 5 11 1 23 Ma 2 8 1 1 1 10 Cu 1 2 2 1 7 Tkp 1 4 6 3 3 3 Tp 2 1 7 13 1 1 4 1 7 8 3 1 2 1 12 Ge 2 1 7 1 6 1 2 3 6 Ka 2 2 2 1 6 26 Ka2 4 IM1 3 4 1 IM2 1 IM3 1 IM4 2 IM5 1 3 5 IM6 1 1 2 1 IM7 6 1 1 13 3 IM8 B1 3 3 2 3 1 4 1 3 1 2 3 2 4 B2 1 2 1 3 9 Jbt 1 2 6 K1 1 2 5 2 1 3 2 2 K2 K3 1 2 Jb Jp 1 2 1 Jg Jbl 1 1 1 Ckl 1 3 Oj 1 5 6 Al1 Al2 1 2 1 Al3 Pkg 1 2 1 Hnb 3 4 1 2 8 1 1 7 1 10 1 2 1 Total 8 15 8 25 14 6 21 2 14 26 6 7 4 3 0 19 5 9 1 31 39 11 52 1 28 12 16 3 34 9 15 0 56 Lampiran 5 Perilaku allgrooming kelompok Pancalikan

(22)

Lampiran 6 Perilaku perselisihan (mengancam, menyerang dan menggigit) kelompok Pancalikan

Penerima

Co Db Sa Ca M a Cu Tkp Tp Ge Ka Ka2 IM1 IM2 IM3 IM4 IM5 IM6 IM7 IM8 B1 B2 Hnb Total

Pelaku Co 3 1 1 1 1 1 1 1 5 15 Db 1 1 2 1 1 1 7 Sa 1 5 6 Ca 1 3 1 1 1 1 1 1 10 M a 1 1 1 1 1 5 Cu 1 1 1 3 Tkp 1 1 1 1 4 Tp 0 Ge 1 1 2 4 Ka 1 2 1 1 1 1 1 2 10 Ka2 1 2 3 IM1 1 2 3 IM2 1 2 1 1 2 7 IM3 1 1 2 1 1 1 7 IM4 0 IM5 1 1 1 1 4 IM6 0 IM7 0 IM8 0 B1 1 1 1 1 1 5 B2 1 1 2 Hnb 0 Total 0 4 2 2 3 2 9 10 5 1 3 3 4 3 5 2 1 2 5 2 3 24 190

(23)

Lampiran 7 Frekuensi dan waktu yang dihabiskan sebagai pelaku dan penerima pada

allogrooming

No. Nama Kelamin Usia

Frek. Pelaku (scan)

Wkt Pelaku (menit)

Frek. Penerima

(scan) Wkt Penerima (menit) 1 Co J Dew 36 13 8 14.5 2 Db J Dew 19 25 15 43.5 3 Sa J Dew 0 0 8 11.5 4 Ca B Dew 79 97 25 11.7 5 Cu B Dew 13 10 6 0.3 6 Ma B Dew 24 36 14 26.5 7 Ge B Dew 46 63 14 8.2 8 Tkp B Dew 21 19 21 15.6 9 Tp B Dew 66 61 2 1.2 10 Ka B Dew 42 71 26 17.2 11 Ka2 B Dew 4 17 6 6.7 12 B 1 B Dew 32 55 31 24.2 13 B 2 B Dew 17 29 39 33 14 IM1 B Dew 8 17.5 7 3.7 15 IM2 B Dew 1 5 4 3.9 16 IM3 B Dew 1 1.7 3 16.1 17 IM4 B Dew 2 1.8 0 0 18 IM5 B Dew 9 15.5 19 18.6 19 IM6 B Dew 5 8.7 5 14.2 20 IM7 B Dew 24 20.5 9 25.9 21 IM8 B Dew 0 0 1 0.7 22 Hnb B Dew 42 22.7 55 67.8 23 Jbt J Juv 9 4 11 17.9 24 Pkg J Juv 4 0.7 6 8.6 25 Jb J Juv 0 0 12 6.7 26 K1 J Juv 18 25.2 52 69 27 K2 J Juv 2 0.2 1 6.5 28 K3 J Juv 4 6.4 28 32.5 29 Al 1 J Juv 0 0 0 0 30 Al 2 J Juv 4 0.7 56 69.8 31 Al 3 J Juv 0 0 2 0.3 32 Jbl B Juv 3 4.5 34 30 33 Ckl B Juv 10 13.1 9 2.6 34 Jp B Juv 6 5 16 8.6 35 Jg B Juv 0 0 3 0.2 36 Oj B Juv 12 14 15 9.7 Total 563 663.2 563 627.4 Keterangan : J

=Jantan Dew = Dewasa B = Betina Juv = Juvenil

(24)

Lampiran 8 Frekuensi autogrooming dan allogrooming pada pagi, siang dan sore hari dari Mei – Agustus 2005 Aktivitas autogrooming 0 100 200 300 400 500 600

Mei Juni Juli Agustus

Bulan

Frekuensi (scan)

Pagi Siang Sore

Aktivitas

allogrooming

0 50 100 150 200 250

Mei Juni Juli Agustus

Bulan

Frekuensi (scan)

Gambar

Tabel 1 Hirarki pada jantan dan betina dewasa
Tabel 9  Perbandingan frekuensi dan waktu  (menit) autogroooming dan  allogrooming   Jenis  selisik  Frekuensi (scan)  (%)  Waktu total  (menit)  Auto  grooming  2873  71.89  162  Allo  grooming  1126  28.16  1290.6  Total  3999  100  1452.6  PEMBAHASAN
Tabel  10 Frekuensi grooming pada hari hujan   Bulan  Hari  hujan  Frekuensi (scan)  Mei  1  1210  Juni  4  1289  Juli  12  970  Agustus   3  530  Total  20  3999

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan negara Republik Indonesia, maka wawasan kebangsaan dapat juga sebagai suatu cara pandang mendasar dan komprehensif bagi bangsa

pendukung kehidupan bayi anda (plasenta, rahim, membrane, cairan dan pasokan darah ibu) bertumbuh selama kehamilan, berkembang sesuai yang dibutuhkan untuk memenuhi

kaca (glass) dan karbon (carbon) dan serat sintetik serta fiber dari bahan alami yang dapat dipakai adalah ijuk, jerami, serabut kelapa dan lainnya pada beton yang

Berdasarkan analisis yang dilakukan, gaya bahasa yang terdapat dalam puisi Gresla Mamoso karya Aming Aminoedhin adalah gaya bahasa Asonansi. Dalam Gresla Mamoso

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Antoine laurent lavoisier (1743-1794) mengemukakan hukum kekekalan massa atau yang disebut juga hukum lavoisier yang

2.3.1 Menjana idea dan menghasilkan karya fotografi digital (komersial) secara kreatif dengan menekankan aspek: (i) konsep. (ii)

Dari hasil ini menunjukkan adanya kesamaan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Aldo Herlambang Gardjito dkk (2014), Diana Khairani Sofyan (2013), Fariz Ramanda

Maka dengan itu, pihak Majlis Agama Islam Kedah (MAIK) selaku pemegang amanah bagi tanah wakaf tersebut tidak boleh mempertikaikan soal hal ehwal pengambilan tanah wakaf kerana