• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP DASAR. a. Menurut Bussard dan Ball (1966) dalam Setiadi (2008) luar dan mediasi hubungan anak dengan lingkunganya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONSEP DASAR. a. Menurut Bussard dan Ball (1966) dalam Setiadi (2008) luar dan mediasi hubungan anak dengan lingkunganya."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KONSEP DASAR

A. Konsep Keluarga 1 Definisi Keluarga

a. Menurut Bussard dan Ball (1966) dalam Setiadi (2008)

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubunganya dengan seseorang. Di keluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran dan kebiasaanya dan berfungsi sebagai saksi segenap budaya luar dan mediasi hubungan anak dengan lingkunganya.

b. Menurut Duval (1972) dalam Friedman (1998)

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga .

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa keluarga itu terjadi jikalau ada :

1) Ikatan atau persekutuan ( perkawinan / kesepakatan ). 2) Hubungan ( darah / adopsi / kesepakatan ).

3) Tinggal bersama dalam satu atap ( serumah ). 4) Ada peran masing-masing anggota keluarga.

(2)

5) Ikatan emosional.

2 Tipe Keluarga

Menurut Setiadi (2008) tipe keluarga adalah sebagai berikut : a. Secara Tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi 2 yaitu :

1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya.

2) Keluarga Besar ( Extended Family ) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah ( kakek-nenek, paman-bibi ).

b. Secara Modern ( berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme maka pengelompokan tipe keluarga selain di atas adalah : 1) Tradisional Nuclear

Keluarga inti ( ayah, ibu dan anak ) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

2) Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan

(3)

anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupum hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.

3) Niddle Age / Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.

4) Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja diluar rumah.

5) Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasanganya dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.

6) Dual Carrier, yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

7) Commuter Married, suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu tertentu.

8) Single Adult, wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.

9) Three Generation, yaitu tega generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

(4)

10) Institusional, yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam satu panti-panti.

11) Comunal, yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

12) Group Marriage, yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunanya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak. 13) Unmaried Parent and Child, yaitu ibu dan anak dimana perkawinan

tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.

14) Cohibing Couple, yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

15) Gay and lesbian family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

3 Struktur Keluarga

Menurut Setiadi (2008) struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya :

a. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

(5)

b. Matrilineal

Adalah sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. d. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

e. Keluarga Kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

4 Fungsi Pokok Keluarga

Menurut Friedman (1998) secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

b. Fungsi Sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melati anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

(6)

c. Fungsi Reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi Ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan, adalah fungsi keluarga untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

5 Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut Duval (1985) dalam Friedman (1998).

a. Keluarga dengan anak dewasa ( anak I meninggalkan rumah ).

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas perkembangan keluarga saat ini antara lain :

1). Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. 2). Mempertahankan keintiman.

3). Membantu anak untuk mandiri sesuai keluarga baru dimasyarakat. 4). Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian

(7)

5). Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga. 6). Berperan suami-istri kakek dan nenek.

7). Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya.

B. Konsep TB Paru 1 Pengertian

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobakterium tuberkulosis ), sebagian besar kuman TBC menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya. (Depkes, 2002).

TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobakterium tuberkulosis ) yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop dengan pewarna dan metode khusus. (Misnadiarly, 2006).

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular menyebar melalui batuk dan dahak yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop dengan pewarna dan metode khusus sebagian besar menyerang paru-paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya.

(8)

2 Anatomi Fisiologi

Gambar 1.1

Saluran Pernafasan Atas

Gambar 1.2

Saluran Pernafasan Bawah

(9)

3 Etiologi & Predisposisi

Menurut Misnadiarly (2006), penyebab dari TB Paru adalah Mycobakterium tuberkulosis berbentuk batang, berwarna merah, berukuran 0,3 x 2 sampai 4 µm, ukuran yang lebih kecil dari satu sel darah merah mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam ( BTA ). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat bersifat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

4 Pathofisiologi

Menurut Depkes (2002), Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk / bersin penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kesaluran pernafasan. Droplet yang terhirup sangat kecil ukuranya sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosiler bronkus dan terus berjalan sehingga sampai di alveolar dan menetap disana.

Crofton (1999), Mengatakan infeksi dimulai pada saat kuman TB berhasil berkembangbiak dengan cara pembelahan diri di paru yang

(10)

mengakibatkan peradangan di dalam paru bersamaan dengan itu saluran limfe akan membawa sebagian kuman TB ke kelenjar limfe disekitar hilus paru.

Dikedua tempat tersebut kuman akan menimbulkan reaksi tubuh dan sel-sel kekebalan tubuh akan berkumpul. Dalam waktu 4 – 8 minggu akan muncul daerah kecil ditengah proses tersebut dimana terdapat jaringan tubuh yang mati (Perkijuan) yang di kelilingi sel-sel kekebalan tubuh yang makin membesar (Fokus Primer). Apa yang terjadi kemudian tergantung dari sistem imun penderita. Bila daya tahan tubuh penderita rendah fokus primer dapat berkembang menjadi besar dan dapat memecah kearah permukaan paru sehingga bahan perkijuan dan kuman dapat memasuki rongga pleura.

Cairan efusi umumnya diserap kembali dengan mudah. Namun bila terdapat banyak kuman didalamnya, cairan akan menjadi purulen sehingga membentuk empiema tuberkulosis. Selain ke rongga pleura fokus primer dapat pecah memasuki bronkus-bronkus kecil dan bahan perkijuan keluar jika batuk.

Didalam kelenjar getah bening, kuman menyebabkan perubahan-perubahan yang serupa dengan apa yang terjadi di dalam paru. Sehingga kelenjar getah bening menjadi lebih besar memecah dan menembus dinding bronkus. Isi kelenjar getah bening yang lunak mengalir kesaluran napas bila penderita bernapas sehingga penyakit tersebut menyebar.

(11)

Terkadang isi kelenjar getah bening menjadi lebih padat dan melekat didalam bronkus, pada saat penderita menghirup napas udara dapat melalui rongga yang menyempit tetapi pada saat menghembuskan napas rongga tersebut menutup dan udara terperangkap di dalam (Emfisema Obstruktif). Hal ini menyebabkan bagian paru setelah daerah penyempitan mengembang. Sumbatan akan menjadi total dan bagian paru terkait akan mengalami kolaps dan menimbulkan bronkiektasis. Selain itu karena kumpulan getah bening tersebut terletak dekat punggung perikardium, bila kelenjar limfe membesar dan pecah dapat memasuki perikardium dan menimbulkan efusi perikard.

Misnadiarly (2006), mengatakan pada saat pembentukan fokus primer serta beberapa saat sesudahnya kuman lolos kedalam aliran darah melalui terkikisnya pembuluh darah dalm lesi maupun saluran limfe. Kuman TB terbawa oleh aliran darah kebagian tubuh yang lebih jauh seperti hati, limpa, tulang, otak dan ginjal.

(12)

5 Pathways Keperawatan

Droplet ( percikan dahak) yang mengandung Mycobakterium tuberkulosis

Terhirup saluran nafas

Menetap di Paru

Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan

TB Paru

Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat

Keluarga mampu memodifikasi

lingkungan

TB Paru

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Mampu

Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada Tidak mampu Mampu Mampu Tidak mampu Mampu Tidak mampu Kurang pengetahuan Mycobakterium membelah diri Keluarga mampu mengenal

masalah TB Paru Tidak mampu Mampu Tidak mampu Resiko tinggi penularan penyakit TB Paru

(13)

6 Manifestasi Klinik

Depkes, (2002) menyebutkan : a. Gejala Utama

Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu / lebih. b. Gejala tambahan yang sering dijumpai

1) Dahak bercampur darah 2) Batuk darah

3) Sesak nafas dan rasa nyeri dada

4) Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan ( malaise ), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.

7 Penatalaksanaan

a. Pengobatan

Menurut Croftoon (1999), Pengobatan dengan menggunakan Obat Anti TB ( OAT ) yang biasa diberikan selama 6 – 8 bulan.

Obat-obatan yang digunakan adalah :

Isoniazid : H Etambutol : E

Rifampisin : R Streptomisin : S

Pirazinamid : Z Tiasetazon : T

Apabila obat perlu diberikan setiap hari, sebuah angka dicantumkan sebelum kombinasi obat yang menandakan jumlah bulan pemberikan

(14)

kombinasi tersebut. Misal 2 HRZE berarti keempat jenis obat diberikan dalam dosis tunggal setiap hari selama 2 bulan. Demikian juga 4 HR berarti bahwa kedua jenis obat ini diberikan dalam dosis tunggal setiap hari selama 4 bulan. Salah satu paduan obat adalah : 2 HRZE / 4 HR.

Paduan ini berarti bahwa ke empat jenis obat diberikan selama 2 bulan pertama ( di kenal sebagai “fase awal” atau “fase intensif” ). Dilanjutkan dengan 2 jenis obat selama 4 bulan ( dikenal sebagai “fase lanjutan” ) seluruhnya menjadi 6 bulan.

Pada beberapa paduan obat diberikan bersamaan dalam dosis tunggal 3 x seminggu ( pengobatan intermiten ). Untuk hal ini ditulis dengan angka 3 sesudah setiap obat misalnya, apabila paduan diatas diberikan 3 x seminggu.

Penulisanya menjadi sebagai berikut : 2 H3R3Z3E3 / 4 H3R b. Program Penanggulangan TB Nasional

Sumber Depkes (2002), Dengan menggunakan strategi DOTS, rekomendasi dari WHO dengan 5 komponen :

1) Komitmen politisi dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana ( Puskesmas, Paramedis, dll ).

(15)

3) Pengobatan dengan paduan Obat anti tuberkulosis ( OAT ) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat ( PMO ).

4) Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TBC.

c. Pencegahan Penularan

1) Memastikan penderita menyelesaikan pengobatan yang efektif 6 -8 bulan. (Croftoon, 1999).

2) Membuang dahak dalam larutan sodium hipokrit 1 % atau lisol. (Croftoon, 1999).

3) Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin atau menggunakan tisue kemudian dibakar. (Minnadiarly, 2006).

4) Menjemur di udara dan di bawah sinar matahari semua bahan seperti selimut, bantal dan kasur. (Depkes, 2002).

5) Sedapat mungkin menghindari kerumunan orang banyak yang terlalu padat. (warnadiri.blogspot.com/2008/04/sumbangan-warn). 6) Ventilasi rumah yang baik agar udara dan sinar matahari masuk

dalam ruangan. (Minnadiarly, 2006).

7) Tidak meludah sembarang tempat. (Depkes, 2002). 8) Berolahraga teratur. (Doengoes, 1999).

(16)

9) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan gizi seimbang. (Minnadiarly, 2006).

10) Imunisasi BCG pada balita. (Prince, 1995).

8 Komplikasi

Menurut (Depkes, 2002) Komplikasi berikut sering terjadi pada pada penderita tahap lanjut :

a. Hemoptisis berat ( perdarahan dari saluran nafas bawah ) yang dapat mangakibatkan kematian karena Syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

b. Kolabs dari lobus akibat retraksi bronkial.

c. Bronkiektasis ( Pelebaran bronkus setempat ) dan fibrosis ( pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif pada paru ).

d. Pneumothorax ( adanya udara di dalam rongga pleura ) spontan kolabs karena kerusakan jaringan paru.

e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.

(17)

C. Proses Keperawatan Keluarga 1 Pengkajian Keluarga

Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga ke dalam tahap-tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga.

a. Mengidentifikasi data

1) Data keluarga

Daftar nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah serta alamat tinggal keluarga. Apabila ada yang tinggal dalam satu rumah dengan penderita TB Paru maka orang tersebut beresiko tertular 2 kali lebih besar daripada orang yang tidak tinggal serumah dengan penderita TB Paru.

2) Komposisi keluarga

Dilakukan pengidentifikasian penyakit TB Paru dimulai dari anggota keluarga yang sudah dewasa kemudian diikuti anak sesuai dengan urutan usia dari yang tertua dikarenakan penyakit TB Paru mudah menular pada anggota keluarga.

a) Umur penderita TB Paru, seringkali berasal dari usia produktif (15-50 tahun). Angka tertinggi pada wanita ditemukan pada usia 40 – 50 tahun. (Doengoes, 1999)

(18)

b) Jenis kelamin, Insiden lebih tinggi pada laki-laki dan bukan kulit putih (Doengoes,1999), pada wanita angka prevalensinya masih lebih rendah dan meningkat juga lebih sedikit dibandingkan laki-laki. (Crofton, 1999).

3) Tipe keluarga

Garis keturunan atau silsilah keluarga dari tiga generasi apakah ada yang menderita TB Paru, mengingat TB Paru merupakan penyakit menular.

4) Latar belakang budaya

Status kesehatan yang buruk (alkoholisme, perokok). Tinggal dilingkungan yang padat penduduk dan kumuh, kebiasaan makan sepiring berdua, penggunaan tempat pelayanan kesehatan swecara berkala. (Depkes, 2002)

5) Pola spiritual

Agama yang dianut dalam keluarga dan kegiatan agama yang aktif diikuti.

6) Status kelas sosial a) Penghasilan keluarga

Keluarga yang berpenghasilan kurang atau kepala keluarga yang tidak mampu bekerja lagi, pendapatanya menurun dan akan mempengaruhi dalam pemenuhan gizi keluarga. Akibatnya daya tahan tubuh anggota keluarga rendah

(19)

sehingga kemungkinanan terserang TB paru sangat besar. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB paru adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karna gizi buruk atau HIV / AIDS. (Crofton, 1999)

b) Pendidikan

Keadaan ekonomi yang rendah sangat berkaitan dengan masalah pendidikan, ketidakmampuan keluarga dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi dan kurangnya pengetahuan tentang masalah TB Paru membuat keluarga tidak mampu merawat penderita dengan baik yang mengakibatkan kondisi penyakit bertambah buruk dan timbul komplikasi.

7) Aktifitas rekreasi keluarga

Aktivitas yang dilakukan secara bersama-sama dengan keluarga, frekuensi aktivitas anggota keluarga dan penggunaan waktu senggang secara bersama-sama.

b. Tahap dan riwayat perkembangan

1) Tahap perkembangan setiap anggota keluarga dari yang usia bayi sampai lanjut usia.

(20)

Riwayat kesehatan dalam keluarga adakah anggota keluarga yang pernah menderita penyakit kronis, penyakit menular atau penyakit yang sifatnya herediter, misalnya DM, hipertensi, jantung, hepatitis serta bagaimana perawatan dari keluarga, pengobatan dan tindakan medis yang telah diberikan.

c. Data lingkungan

1) Karakteristik rumah

Lingkungan perumahan yang kumuh, berdebu, kurang ventilasi, penerangan yang tidak adekuat, keadaan kamar tidur yang pengap karena sinar matahari tidak dapat masuk, kasur yang tidak pernah dijemur merupakan faktor-faktor yang menyebabkan kuman-kuman tuberkulosis mudah menyebar dan menular.

2) Macam lingkungan tempat tinggal

Tinggal dilingkungan yang padat penduduk dan kumuh. (Depkes 2002).

3) Karakteristik hubungan dengan tetangga dan masyarakat penderita.

Penderita TB Paru cenderung merasa rendah diri dalam pergaulan.

(21)

Status rumah yang dihuni keluarga apakah rumah sendiri atua menyewa, sudah berapa lama tinggal didaerah tersebut dan pindah dari daerah mana.

5) Intraksi keluarga dengan masyarakat a) Fasilitas sosial dan kesehatan

Fasilitas kesehatan yang tidak memadai dan tidak terjangkau menjadi kendala dalam kelangsungan pengobatan penderita TB Paru.

b) Fasilitas transportasi

Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan agar penderita mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segera. Ketiadaan sarana transportasi menjadikan penderita enggan untuk datang ke pusat pelayanaan kesehatan sehingga memperburuk keadaan.

6) Sistem pendukung dalam keluarga

Dalam keberhasilan pengobatan TB Paru diharapkan dari keluarga ada yang menjadi PMO. (Misnadiarly, 2008)

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, system komunikasi yang digunakan, efektif tidaknya ( keberhasilan) komunikasi dalam keluarga.

(22)

2) Struktur peran

Apakah anggota keluarga sudah menjalankan perannya dalam keluarga dengan baik sesuai dengan fungsinya. Seorang penderita TB Paru akan mengalami perubahan kapasitas fisik dalam melaksanakan peran.

3) Struktur kekuatan keluarga

Sejauh mana keluarga mampu mangambil keputusan dengan tepat dalam mengatasi masalah TB Paru yang ada dikeluarga.

4) Nilai dan norma keluarga

Persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan yang terjadi di keluarga dalam hal ini TB Paru.

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif, merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga terutama anggota keluarga yang menderita TB paru.

2) Fungsi sosialisasi

Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anggota keluarganya menjadi anggota

(23)

masyarakat yang baik, mampu menyesuaikan diri dan dapat berinteraksi dengan lingkungan.

3) Fungsi perawatan kesehatan

a) Keluarga mengenal masalah kesehatan

b) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat

c) Keluarga mampu melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d) Keluarga mampu memodifikasi dan memelihara lingkungan untuk menunjang kesehatan.

e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan yang ada.

f. Koping keluarga

1) Stresor yang sering muncul dalam keluarga 2) Respon keluarga terhadap stresor

3) Koping yang digunakan dalam mengatasi stresor

2 Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa yang dapat ditegakan adalah :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami TB paru.

(24)

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kekurangan nutrisi.

Referensi

Dokumen terkait

PLN (Persero) Area Madiun, selain itu tujuan lain yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui perbedaan yang ada dalam pelayanan listrik pascabayar dan listrik

Semakin kecil nilai cost proses matching, maka semakin cocok dengan data aksara cetak yang menjadi pembanding citra uji, dan huruf aksara Jawa tersebut akan dikenali.

Jumlah total populasi sampel pada ketinggian 15 m dpl dan 900 m dpl pada setiap bagian spikelet yang berada pada tandan bunga jantan dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar

Menurut data Departemen agama, kasus perceraian yang meningkat tersebut karena suami atau isteri dihukum lalu kawin lagi 153 kasus, cacat biologis (tidak bisa

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Kendall’s Tau-b dan hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara tipe

Perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter pertumbuhan ikan maskoki yaitu laju pertumbuhan

RMR-System menggunakan enam parameter untuk menilai kualitas massa batuan yaitu kuat tekan batuan, RQD, jarak bidang diskontinuitas, kondisi bidang diskontnuitas, kondisi

Media pembelajaran interaktif sangat berperan penting di dalam pendidikan karena dengan media pembelajaran interaktif yang tepat materi dan sesuai dengan tujuan