• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HASIL STUDI BANDING PENGELOLAAN MANUSKRIP KE PERPUSTAKAAN ASIATIC SOCIETY DAN MUSEUM ARSIP NASIONAL, INDIA, JULI 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN HASIL STUDI BANDING PENGELOLAAN MANUSKRIP KE PERPUSTAKAAN ASIATIC SOCIETY DAN MUSEUM ARSIP NASIONAL, INDIA, JULI 2010"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 | l a p o r a n

LAPORAN HASIL STUDI BANDING PENGELOLAAN MANUSKRIP KE PERPUSTAKAAN ASIATIC SOCIETY DAN MUSEUM ARSIP NASIONAL, INDIA, 12-16 JULI 2010

A. Latar Belakang dan Masalah

1. Koleksi manuskrip Perpustakaan Nasional RI bermula dari koleksi Perpustakaan Museum Pusat yang awalnya dikembangkan dan dikelola oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, perkumpulan kaum elite intelektual yang berdiri tahun 1778.

2. Bagian terbesar koleksi manuskrip tersebut menggunakan berbagai jenis media, bahasa dan huruf daerah aseli bangsa Indonesia maupun asing, yang ditulis sejak abad ke-15, yang dikumpulkan berdasarkan undang-undang deposit yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda.

3. Koleksi manuskrip Perpustakaan Nasional RI saat ini berjumlah 10.098 judul. Koleksi ini merupakan salah satu jenis bahan perpustakaan paling berharga di ndonesia. 4. Berdasarkan sejumlah kajian filologi hubungan Indonesia dan India sangat dekat.

India menyebarkan kebudayaannya melalui hasil karya sastra, yang berbahasa Sansekerta dan Tamil yang berkembang di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia.

5. Budaya India tersebut meninggalkan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia terutama pada seni ukir, pahat, dan tulisan. Salah satu bentuk tulisan tersebut adalah manuskrip.

6. Sesuai dengan amanah Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007, tentang Perpustakaan, khususnya pada Pasal 1(4), Pasal 6(1), Pasal 7(1), Pasal 9, Pasal 10(1) dan Pasal 21(3), bahwa Perpustakaan Nasional RI berkewajiban untuk menidentifikasi, mengkoleksi, melestarikan, mengalihmediakan, mengalih bahasakan, mengalihaksarakan, menyalin kembali, mengkaji dan mengupayakan pengembalian naskah kuno dari luar negeri.

7. Sehubungan dengan tugas tersebut dipandang perlu dilakukan studi banding pengelolaan, perawatan dan kajian manuskrip di India, khususnya di pusat manuskrip yang cukup terpandang di dunia, dalam hal ini ilah Library the Asiatic Society di Mumbai dan Museum Arsip Nasional di New Delhi, India.

B. Peserta Studi Banding

1. Delegasi dipimpin oleh Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi, Dra. Lilik Sulistyowati, MM;

2. Didampingi oleh wakil pimpinan delegasi Kepala Pusat Preservasi, Drs. Muhamadin Razak, M.Hum;

3. Anggota delegasi terdiri dari Kepala Bidang Koservasi, Dra. Anna Soraya, M.Si; 4. Kepala Bidang Layanan Koleksi Khusus, Drs. Nindya Noegraha;

(2)

2 | l a p o r a n

5. Kepala Sub Bidang Otomasi, Drs. Joko Santoso, M.Hum.; 6. Kepala Sub Bidang Mikrofilm, Drs. Muhamad Kodir;

7. Kepala Sub Bidang Teknis Penjilidan Bahan Pustaka, Ir. Multasih Susilorini, MM.; 8. Kepala Sub Bidang Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka, Dra. Made Ayu

Wirayati;

9. dan Staf sub Bidang Otomasi, Fifisari Aminingsih, S.Sos.

C. Hasil Studi Banding

1. The Asiatic Society Library, Mumbai, India

1.1. Pokok-pokok Hasil Obervasi dan Wawancara

a. The Asiatic Society Library (Perpustakaan Masyarakat Asiatic) mendapat giliran pertama yang dikunjungi. Menurut penuturan Mr. Bhanunshali Shelar - Administrative Officer, Mrs. Srividya Divanji - Library Coordinator, Mr. C.G. Mane – Accountant dan Mr. A.J. Victor - Mircofilming Lab Assistant, The Asiatic Society Library didirkan pada permulaan tahun 1796. Bermula dari Asiatic Society membangun sebuah museum pada awal 1814 di bawah pengawasan Dr. N. Wallich. Museum berkembang dengan cepat, hal ini dapat dilihat pada penerbitan katalog koleksi sejak tahun 1849. Seiring pertumbuhan jenis dan jumlah koleksi, Asiatic Society lalu memisahkan koleksi di Museum India di Calcutta dan Perpustakaan di Mumbai, India. b. Asiatic Society Library adalah sebuah lembaga yang merupakan peninggalan

yang tak ternilai, pemuliaan dan penghormatan kepada berbagai karya bernilai tinggi dunia. Kekuatan koleksi yang dimiliki tidak pada jumlah koleksinya, melainkan kekayaan dan keunikan isinya. Koleksi tersebut utamanya berasal dari hadiah yang diterima dari masyarakat kalangan atas di masa lampau. Bermula pada tanggal 25 Maret 1784, ketika Asiatic Society menerima tujuh naskah Persia dari Henri Richardson. Hadiah berikutnya datang dari William Marsden, F.R.S., buku History of Island of Sumatra (1783) pada 10 November 1784. Hal tersebut menjadi awal mula Asiatic Society untuk terus mengembangkan koleksinya berupa buku, naskah, gambar, koin, benda antik dan objek lain yang penting dan bersejarah untuk dapat dimanfaatkan dalam berbagai penelitian ilmu pengetahuan.

c. Perpustakaan Asiatic Society pindah ke bangunan sendiri pada awal tahun 1808 dan perpustakaan telah mengadakan layanan terbuka anggota serta publik pada tahun sama. Dengan begitu Asiatic Society meletakkan dasar bagi Academic Library pertama di India. Buku yang diterima sampai pada waktu itu merupakan bentuk awal koleksi. Sejak itu, hadiah banyak mengalir dari dari para Kepala Negara Bagian atau kepala negara asing, misalnya Kaisar Rusia, Institusi, masyarakat dan individu. Robert Home ditetapkan sebagai Sekretaris Asiatic Society dan kepala perpustakaan pertama (1804). Ia mendermakan sebagian kecil koleksinya tetapi sangat bernilai berupa karya-karya seni. Tambahan koleksi penting pertama adalah hadiah dari

(3)

3 | l a p o r a n

Seringapatam Komite (3 Februari 1808) yang merupakan pilihan dari koleksi perpustakaan istana Tipoo Sultan. Koleksi banyak berisi karya-karya lama dan langka. Koleksi khusus tersebut mencakup naskah beriluminasi dari Quran dan teks lama Gulistan. Di samping itu ada pula naskah dari Padshanamah yang ditulis oleh Kaisar Shahjahan. Hadiah serupa dari Kolonel Mackenzie berupa koleksi naskah dan gambar diterima pada bulan Desember 1822.

d. Koleksi di perpustakaan dikelompokan ke dalam tiga Departemen; (1) Buku tercetak dan berkala; (2) Naskah dan Arsip, serta; (3) Objek Museum. Printed Books Department mempunyai empat bagian, yakni; (1) Bahasa Eropa; (2) Bahasa Sanskritic & bahasa Modern lain di India; (3) Perso-Arabic dan Urdu serta; (4) Tiongkok- Tibet dan South-Asian Languages. Koleksi buku mencakup hampir semua bahasa utama dunia. Terdapat sekitar 1,049,000 volume, terutama sekali kaya akan karya Indology dan Lore Asiatik berkenaan dengan ilmu bahasa serta berkala ilmiah.

e. Buku tercetak memiliki rentang masa terbit cukup jauh, yakni dari abad ke lima belas yang sangat langka, buku tercetak India pada akhir ke-18 dan awal abad ke-19. Total jumlah Manuskrip dalam 26 tulisan dan bahasa adalah sekitar 47,000. Total jumlah jurnal adalah sekitar 80,000 judul.

f. Dilakukan perawatan, alih aksara, alih bahasa, alih media dalam bentuk mikro dan digital, pengkatalogan dan pengkajian koleksi manuskrip yang secara umum serupa dengan yang dilakukan di Perpustakaan Nasional RI. g. Perpustakaan The Asiatic Society memberikan sebuah buku katalog berjudul

“A Descriptive catalogue of Sanskrit and Prakrit Manuscript” sebagai cindera mata kepada delegasi Perpustakaan Nasional RI.

1.2. Pokok-Pokok Hasil Studi yang Dapat Diimplementasikan

a. Perpustakaan Nasional dapat bekerjasama dengan Museum Nasional untuk secara berkala berpameran bersama dalam satu tema. Jika dipandang perlu disediakan sebuah ruang pamer bersama secara tetap baik di Perpustakaan nasional maupun di Museum Nasional. Persamaan tema pameran dapat disepakati untuk memberikan gambaran secara lebih utuh dan terinci tentang suatu aspek atau momentum tertentu kepada masyarakat luas. Jenis objek yang dipamerkan berangkat dari perspektif perpustakaan dan museum. Museum dapat mengambil perspektif karya budaya bangsa yang berwujud artefak atau objek museum. Perpustakaan mengambil perspektif karya budaya bangsa yang berwujud bahan perpustakaan. Diharapkan dengan model sinergi ini pameran terkait momentum ternetu dapat lebih memiliki roh, karena dapat disajikan teks dan konteks yang menyertainya pada suatu masa itu, dalam wujud bahan perpustakaan dan berbagai artefak peninggalan yang berwujud benda-benda terntentu koleksi museum.

b. Perpustakaan Nasional perlu membuat sebuah gerakan dan wadah bagi komunitas “Pecinta Perpustakaan”. Mengacu kepada pengalaman the Asiatic Society yang awalnya merupakan lembaga yang dibuat oleh

(4)

4 | l a p o r a n

komunitas intelektual di India sejak masa kolonial. Bahkan hingga kini komunitas intelektual tersebut masih eksis sebagai Dewan Kehormatan. Komunitas dan dewan kehormatan ini dimungkinkan untuk mendermakan sebagian koleksi berharganya yang langka atau tidak mudah didapatkan ke perpustakaan. Mengingat bahwa hingga saat ini kepemilikan naskah nusantara sebagian besar tersebar di tangan petinggi masyarakat Keraton, adat dan swasta, dengan gerakan dan wadah komunitas semacam ini dimungkinkan untuk dapat lebih banyak lagi naskah nusantara teridentifikasi, dilestarikan dan dikoleksi oleh Perpustakaan Nasional. c. Agar penggarapan kekayaan khasanah budaya bangsa dalam wujud

manuskrip lebih serius, perlu dipertimbangkan di Perpustakaan Nasional dibentuk satu unit kerja setingkat eselon II, yakni Pusat Naskah Nusantara. Pusat ini memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai berikut; (1). Melaksanakan identifikasi dan inventarisasi naskah nusantara; (2). Melaksanakan alih bahasa naskah nusantara; (3). Melaksanakan alih aksara naskah nusantara; (4). Melaksanakan alih media naskah nusantara; (5). Melaksanakan penulisan kembali naskah nusantara; (6). Melaksanakan perawatan naskah nusantara; (7). Melaksanakan penelitian dan pengkajian naskah nusantara; (8). Menerbitkan berbagai hasil alih bahasa, aksara, media dan pengkajian naskah nusantara; (9). Melaksanakan layanan informasi dan kepustakaan naskah nusantara; (10). Melaksanakan berbagai pertemuan ilmiah dengan berbagai kalangan; (11). Melaksanan kesepakatan dan negosiasi dengan berbagai kalangan pemilik atau penyimpan naskah nusantara di dalam dan luar negeri; (12). Melaksanakan verifikasi keaselian dan akusisi naskah nusantara.

2. Arsip Nasional India, New Delhi, India

2.1. Pokok-pokok Hasil Observasi dan Wawancara

a. Kunjungan kedua adalah Arsip Nasional India di New Delhi. Arsip Nasional, tepatnya peserta diterima di gedung Pusat Preservasi. Arsip Nasional India memegang catatan penting, yang berhubungan dengan berbagai hal pemerintahan India. Kejadian pada masa lalu semenjak awal pemerintahan India dalam berbagai dokumen dirawat di National Archives, India. Arsip bersejarah tersebut diperlukan untuk kepentingan administratif dan penelitin ilmiah.

b. Pada mulanya, National Archives, di India, didirikan oleh Pemerintah Inggris pada bulan Maret 1891, di Calcutta dengan nama Imperial Record Department. Pada tahun 1911, lembaga tersebut berpindah tempat dari Calcutta ke New Delhi. Pada akhirnya, pada tahun 1926 lokasi dipindah ke Janpath, New Delhi.

c. Saat ini National Archive merupakan sebuah lembaga yang berada di bawah Kementerian Kebudayaan dan memiliki sebuah kantor wilayah di Bophal dan Pusat Penyimpanan Rekod di Jaipur, Puducherry dan Bhubaneswar. Tugas utama dari National Archive adalah memeriksa, mentransfer, mengatur,

(5)

5 | l a p o r a n

mengkatalog dan mengorganisir rekod dan dokumen dari semua departemen.

d. Di National Archive rombongan diperlihatkan proses alih media dan preservasi bahan pustaka. Secara garis besar proses alih media dan preservasi yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan yang telah dilakukan oleh Perpustakaan Nasional RI.

e. Arsip Nasional melakukan pengelolaan, perawatan, kajian serta alih media dokumen. Hasil alih media dokumen dalam format digital tersimpan dalam sebuah pangkalan data yang hanya diijinkan diakses secara lokal atau onsite.

2.2. Pokok-Pokok Hasil Studi yang Dapat Diimplementasikan

a. Perpustakaan Nasional perlu segera menyusun Grand Design Pengembangan Koleksi Perpustakaan Nasional, di mana dalam grand design tersebut termaktub juga mengenai koleksi manuskrip. Grand design ini penting sebagai acuan pelaksanaan, acuan pemantauan dan sebagai parameter yang efektif untuk mengkaji kinerja dan pencapaian sasaran pengembangan koleksi Perpustakaan Nasional yang telah ditetapkan. d. Selaras dengan pernyataan pada butir 1.2. a di atas, Perpustakaan Nasional

dapat bekerjasama dengan Arsip Nasional untuk secara berkala berpameran bersama dalam satu tema. Jika dipandang perlu disediakan sebuah ruang pamer bersama secara tetap baik di Perpustakaan nasional maupun di Arsip Nasional. Persamaan tema pameran dapat disepakati untuk memberikan gambaran secara lebih utuh dan terinci tentang suatu aspek atau momentum tertentu kepada masyarakat luas. Jenis objek yang dipamerkan berangkat dari perspektif perpustakaan dan arsip. Arsip dapat mengambil perspektif karya budaya bangsa yang berwujud dokumen yang memiliki kepentingan administratif, historik dan legal. Perpustakaan mengambil perspektif karya budaya bangsa yang berwujud bahan perpustakaan. Diharapkan dengan model sinergi ini pameran terkait momentum tertentu dapat lebih bernuansa, karena dapat disajikan teks dan konteks yang menyertainya pada suatu masa yang berwujud bahan perpustakaan dan berbagai dokumen kearsipan yang memiliki kepentingan administratif, historik dan legal pada masanya.

D. Penutup

1. Delegasi Perpustakaan Nasional RI sejak awal, pelaksanaan, hingga akhir studi banding sangat diperhatian dan dibantu oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Mumbai dan Kedutanaan Besar Republik Indonesia di New Delhi, utamanya dalam hal komunikasi, koordinasi dan administrasi pelaksanaan studi banding pengelolaan manuskrip di Perpustakaan Asiatic Society di Mumbai dan Arsip

(6)

6 | l a p o r a n

Nasional di New Delhi. Bahkan pada setiap kesempatan baik di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Mumbai dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di New Delhi, delegasi diterima secara resmi dan berdiskusi dengan Pimpinan dan seluruh Staf mengenai hal-ihwal perpustakaan dan kondisi mutakhir di India dan hubungannya dengan Indonesia.

2. Perwakilan RI di India umumnya sangat mendukung studi ini dan kerjasama bilatera Indonesia – India, khususnya dalam hal pengembangan perpustakaan, arsip dan museum. Dalam hubungan ini disampaikan pula agar perwakilan RI di India dapat menjembatani pengajuan sejumlah naskah nusantara yang ada kaitannya dengan India, misal Ramayana dan mahabarata untuk mendapat predikat Memory of The World (MoW) dari UNESCO.

3. Kerjasama antara lembaga Perpustakaan, Arsip dan Museum selain di India juga dilakukan oleh negara-negara lain, misalnya Amerika Serikat, Inggris dan Australia. Australian Digital Library Initiatives merupakan contoh nyata kerjasama antar tiga lembaga tersebut dalam menyediakan berbagai macam informasi dan dokumen tentang Australia yang telah dimulai sejak Desember 1996.

4. Salah satu alasan yang melatarbelakangi perlunya kerjasama antara tiga lembaga ini adalah bahwa masing-masing lembaga telah mengumpulkan informasi, dokumen dan objek dalam berbagai hal ke dalam koleksi mereka dalam jangka waktu yang panjang. Koleksi tersebut merupakan rekaman dari berbagai fenomena, fakta, data dan hasil budaya bangsa yang saling berhubungan. Masyarakat berhak mengetahui dan mengkaji rekaman tersebut secara utuh atau integral. Dengan dukungan kemauan, kerjasama dan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang saat ini dimungkinkan untuk pendayagunaan berbagai koleksi tersebut secara bersama-sama untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas.

Jakarta, 26 Juli 2010

Penyusun:

Nindya Noegraha - Joko Santoso - Fifisari aminingsih Lampiran

(7)

7 | l a p o r a n

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis tugas keterampilan berbicara pemelajar asing tingkat pemula program BIPA Unisma tahun 2019 ditemukan empat data strategi komunikasi pencapaian yang

sedangkan data yang diisi belum sesuai batas semesta pembicaraan dan batas nilai variabel arus tidak sesuai maka akan muncul pesan informasi seperti terlihat pada. gambar 4.11

Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. c) Material terdiri dari

Daftar pustaka ditulis sesuai dengan nomor pemunculan dalam teks, minimal 15 rujukan untuk manuskrip hasil penelitian/ minimal 25 rujukan untuk manuskrip kajian/review, tidak

Daftar pustaka ditulis sesuai dengan nomor pemunculan dalam teks, minimal 15 rujukan untuk manuskrip hasil penelitian/ minimal 25 rujukan untuk manuskrip kajian/review, tidak

Daftar pustaka ditulis sesuai dengan nomor pemunculan dalam teks, minimal 15 rujukan untuk manuskrip hasil penelitian/ minimal 25 rujukan untuk manuskrip kajian/review, tidak

keluarga atau psikososial, kekerasan dalam rumah tangga, kebutuhan finansial, dll. 3) Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi dan

Unsur perbuatan melawan hukum tersebut di atas, ketika diteliti, lebih jauh, sebenarnya akan jatuh sama dengan unsur conversiondalam perdagangan internasional yang