BAB II BAB II
PEMBAHASAN PEMBAHASAN
2.1
2.1
Aplikasi
Aplikasi Nikel
Nikel dalam
dalam Ortodontik
Ortodontik
Perawatan ortodontik atau perawatan gigi dan mulut merupakan perawatan Perawatan ortodontik atau perawatan gigi dan mulut merupakan perawatan yang banyak ditemukan pada saat ini. Salah satu jenis perawatan ortodontik yang yang banyak ditemukan pada saat ini. Salah satu jenis perawatan ortodontik yang banyak dilakukan yaitu pen
banyak dilakukan yaitu penggunaan kawat gigi. Kawat gigi berfungsi uggunaan kawat gigi. Kawat gigi berfungsi untukntuk memperbaiki susunan gigi yang tidak teratur,
memperbaiki susunan gigi yang tidak teratur, memperbaiki fungsi pengunyahan,memperbaiki fungsi pengunyahan, menghasilkan hubungan oklusi yang baik, mempertahankan kesehatan jaringan menghasilkan hubungan oklusi yang baik, mempertahankan kesehatan jaringan pendukung g
pendukung gigi, dan meningkatkan estetika pada bagian mulut terutama pada gigigi, dan meningkatkan estetika pada bagian mulut terutama pada gigi.i. Dalam ortodontik, nikel adalah salah satu metal yang paling umum digunakan, Dalam ortodontik, nikel adalah salah satu metal yang paling umum digunakan, dan biasa menjadi suatu komponen, misalnya
dan biasa menjadi suatu komponen, misalnya stainless stainless steel steel dan kawat elastik. Nikel dan kawat elastik. Nikel digabungkan pada semua paduan
digabungkan pada semua paduan stainless stainless steelsteel austenit untuk menstabilkan faseaustenit untuk menstabilkan fase austenit. Pada
austenit. Pada stainless stainless steel steel , kandungan nikel yaitu sebesar 8-12 %. Sedangkan, kandungan nikel yaitu sebesar 8-12 %. Sedangkan kandungan nikel pada
kandungan nikel pada Nikel-Titanium Nikel-Titanium (Ni-Ti) dan Tembaga Ni-Ti (Cu-Ni-Ti), yaitu (Ni-Ti) dan Tembaga Ni-Ti (Cu-Ni-Ti), yaitu berjumlah
berjumlah 55-65%. 55-65%. Alloy yAlloy yang ang mengandung mengandung nikel biasanynikel biasanya diguna digunakan akan untuk untuk gigi gigi tiruantiruan setengah lepasan,
setengah lepasan,crowncrown, alat ortodontik, dan file endodontik., alat ortodontik, dan file endodontik.
2.2
2.2
Pelepasan
Pelepasan Nikel
Nikel dari
dari Dental
Dental Alloys
Alloys
Pelepasan ion nikel yang terjadi pada kawat ortodontik merupakan keadaan Pelepasan ion nikel yang terjadi pada kawat ortodontik merupakan keadaan yang tidak dapat dicegah karena sangat sulit untuk menemukan material yang sangat yang tidak dapat dicegah karena sangat sulit untuk menemukan material yang sangat stabil. Hal yang perlu diperhatikan, adalah jumlah ion yang terlepas berkaitan dengan stabil. Hal yang perlu diperhatikan, adalah jumlah ion yang terlepas berkaitan dengan jumlah ion yang
jumlah ion yang aman untuk diterima oleh aman untuk diterima oleh tubuh. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)tubuh. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan dosis harian ion nikel sebesar
25-merekomendasikan dosis harian ion nikel sebesar 25-35 μg. Pada penelitian ini rata35 μg. Pada penelitian ini rata --rata ion nikel terbesar adalah 4,812 μg, nilai ini diperoleh dengan menghitung jumlah rata ion nikel terbesar adalah 4,812 μg, nilai ini diperoleh dengan menghitung jumlah ppm dikalikan
ppm dikalikan dengan berat dengan berat kawat. Nilkawat. Nilai ai ini ini masih masih jauh lejauh lebih rendah bih rendah dari dari batas batas yangyang direkomendasikan oleh WHO, pada beberapa penelitian menyatakan bahwa sejumlah direkomendasikan oleh WHO, pada beberapa penelitian menyatakan bahwa sejumlah kecil ion nikel yang terlepas dapat menyebabkan reaksi alergi berupa Stomatitis kecil ion nikel yang terlepas dapat menyebabkan reaksi alergi berupa Stomatitis Kontak. Penelitian lain menyatakan bahwa pelepasan ion nikel dari alat ortodonti cekat Kontak. Penelitian lain menyatakan bahwa pelepasan ion nikel dari alat ortodonti cekat dapat mengakibatkan kerusakan DNA pada sel mukosa mulut, dan dapat terjadi reaksi dapat mengakibatkan kerusakan DNA pada sel mukosa mulut, dan dapat terjadi reaksi
hipersensitivitas pada pasien dengan perawatan ortodontik. Ion logam yang terlepas pada proses korosi merupakan reaksi kimia alloy yang dapat mempengaruhi kualitas,
estetika, bentuk fisik dan memperlemah kekuatan logam.
. Studi mikroskopis menunjukkan bahwa setelah 10 bulan penggunaan secara intraoral, terjadi korosi pada semua alat logam intraoral. Nikel akan menyebakan reaksi alergi kontak yang dimediasi oleh IgE (langsung) maupun yang dimediasi oleh sel delayed . Reaksi hipersensitivitas nikel yang tertunda (delayed ) umumnya terlihat seperti dermatitis, eczema dan terkadang stomatitis.
Terlepasnya ion nikel merupakan immunologic sensitizer yang kuat, dan dapat mengakibatkan hipersensitifitas. Mekanisme terjadinya korosi dan pelepasan ion logam seperti stainless steel melibatkan hilangnya passivated layer yang terdiri dari chrome oxide danchromium hydroxide yang terbentuk pada permukaan stainless steel pada saat berkontak dengan oksigen.
2.3
Alergi pada Nikel
Alergi yang berhubungan dengan perawatan ortodontik, adalah yang berhubungan dengan eksposur latex dan nikel. Terjadi reaksi hipersensitifitas baik
secaraimmediate (tipe I) dan delayed (tipe IV), tetapi yang berhubungan dengan nikel umumnya reaksi tipe IV. Sensitivitas tipe I, adalah keadaan dimanaantibody di mediasi dan muncul sebagai urtikaria terlokalisir atau pada anafilaksis. Hipersesitifitas tipe IV menyebabkan Dermatitis Kontak alergi terlokalisir.
2.3.1 Alergi nikel
Alergi nikel yang umum, mengenai lebih dari 10% wanita (Nielsen dan Menne, 1993). Reaksi hipersensitifitas tipe IV muncul di kulit sebagai Dermatitis Kontak. Namun, manifestasi intra-oral jarang terjadi. Kawat dan alat bantu nikel-titanium, dan produk stainless steel , seperti kawat, bracket dan headgear mengandung nikel. Karenanya pada pasien yang memiliki riwayat alergi, di butuhkan pengawasan yang tepat saat penggunaan material tersebut.
2.4
Epidemiologi dari Alergi Nikel
Terjadinya efek samping pada pasien ortodontik telah diperkirakan 1 : 100, dengan 85% adalah dermatitis kontak. Efek samping yang terjadi, biasanya muncul pada ekstraoral dan intraoral, serta headgears dan penyebab utama karena perbaikan alat ortodontik. Dilaporkan beberapa diantaranya terjadi reaksi alergi dan jaringan untuk kawat ortodontik, serta logam dari kawat. Kandungan logam yang dilepaskan dari alat ortodontik cekat in vitro bervariasi, tergantung dari cara manipulasi alat dan kondisi fisik serta bahan kimia yang berbeda. Park dan Shearer merilis kandungan
rata-rata 40 μg nikel dan 39 μg kromium per hari dari alat cekat ortodontik. Alergi nikel lebih sering terjadi dari alergi terhadap logam lainnya. Diperkirakan bahwa 20% wanita antara usia 16 sampai 35 tahun mengalami alergi terhadap nikel. Sensitivitas pria hanya 2%, mungkin karena sedikitnya kontak nikel dari perhiasan yang sehari-hari digunakan. Alergi pada kromium diperkirakan 10% pada pria dan 3% pada wanita. Untungnya, terjadinya respon berbahaya pada nikel hanya 0.1-0,2% . Hal ini disebabkan karena banyak konsentrasi nikel yang dibutuhkan untuk memperoleh reaksi alergi pada
mukosa mulut dibandingkan kulit.
Sebuah survei kuesioner Jerman yang dilakukan terhadap 68 departemen ortodontik memperkirakan prevalensi reaksi alergi hanya 1 : 430. Sebagian besar reaksi terjadi pada ekstraoral (celah labial, perioral dalam peradangan, dan eksim pada wajah). Beberapa reaksi intraoral diantaranya eritema, pembengkakan dan radang pada gingiva. Reaksi alergi yang dirasakan pasien menyebabkan penghentian perawatan ortodontik sebesarr 0,03% dari kasus 1 : 3150. Dalam 0,07% dari kasus rencana perawatan dan penggunaan alat ortodontik tetap tidak berubah meskipun reaksi tetap diamati, sejumlah
0,13% (1 : 810) penggunaan alat ortodontik akan digantikan dengan bahan bebas nikel atau kandungan nikel yang rendah.
2.5
Respons Imun terhadap Alergi Nikel
Sensitivitas logam biasanya pada reaksi tipe IV yang dimediasi
hipersensitivitas lambat. Hal ini disebut sebagai Dermatitis Kontak alergi. Alergi ini dimediasi oleh sel-T dan monosit / makrofag. Reaksi ini terdiri dari dua tahap, Ada dua tahap terjadinya respon imun tipe IV yang menyebabkan timbulnya lesi dermatitis kontak, yaitu tahap sensitisasi dan tahap elisitasi. Tahap sensitisasi atau induksi
disebut juga tahap aferen. Pada tahap ini terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka terhadap bahan kontak yang disebut alergen kontak. Hal tersebut terjadi bila hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam, kemudian diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel langerhans epidermal (LE), untuk
mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier yang berada di epidermis menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak pada membran sel langerhans dan
berhubungan dengan produk gen human leukocyte antigen- DR (HLA-DR) pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell ). Proses ini pada manusia berlangsung
selama 14 sampai 21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit. Tahap kedua yaitu tahap elisitasi, atau tahap eferen, terjadi apabila terjadi kontak kedua dari antigen yang sama.Manifestasi klinis fase elisitasi akan berkembang selama beberapa hari atau sampai tiga minggu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi seorang individu dibagi menjadi dua kategori: faktor fisik dan faktor biologis. Faktor biologis meliputi: suhu pada intraoral, pH, komposisi saliva, dan durasi terjadinya paparan. Faktor fisik meliputi: pemakaian kawat akibat pergeseran mekanik, abrasi, strain kawat, dan yang paling penting komposisi logam pada alat ortodontik. Faktor-faktor predisposisi pasien: terjadi alergi logam karena faktor genetika dan haplotype histocompatibility. Sensitivitas nikel juga ditemukan lebih tinggi pada pasien asma.
2.6
Diagnosis Reaksi Alergi Nikel
Hipersensitivitas di diagnosis melalui riwayat pasien, temuan klinis,
biokompatibilitas tes uji patch, termasuk test sensitivitas kulit (Patch) dan test in-vitro sel-proliferasi. Patch test dapat dilakukan oleh dermatologis untuk menegakkan
diagnosis.
Riwayat pasien merupakan riwayat respon alergi yang harus di kesampingkan. Pasien harus ditanya untuk setiap riwayat reaksi alergi dari memakai perhiasan atau watchstrap logam. Munculnya gejala alergi tidak lama setel ah inisial penyisipan komponen ortodontik. Alergi terhadap nikel meningkatkan kekhawatiran saat perawatan ortodontik, terutama peningkatan prevalensi pada perhiasan yang
Beberapa temuan klinis reaksi alergi yang mungkin terjadi: a. Eritema mukosa dengan atau tanpa edema.
b. Kontak stomatitis.
c. Bibir bengkak dengan ruam perioral.
d. Dermatitis eksim atau gatal-gatal / urtikaria. e. Hiperplasia gingiva.
f. Deskuamasi labial. g. Cheilitis angular. h. Eritema multiformis. i. Periodontitis.
j. Sensasi terbakar, dermatitis perioral, dan paresthesia orolingual.
2.7
Gambaran Klinis Alergi Nikel
2.7.1 Reaksi IntraoralPada beberapa kasus, pemakaian alat ortodontik menyebabkan reaksi intraoral yang bervariasi seperti eritema ringan hingga lesi makula. Pemilihan logam nikel kromium (NiCr) didasarkan pada sifatnya yang tahan korosi, ringan, dan keras. Kandungan nikel pada bahan tersebut dapat bersifat sebagai alergen. Potensi logam sebagai alergen berhubungan dengan pola dan modus korosi, yang diikuti pelepasan ion-ion logam seperti nikel ke dalam rongga mulut. Hal ini tidak hanya tergantung pada komposisi logam, tetapi juga suhu dan pH di dalam rongga mulut. Laporan lain
mengatakan bahwa gejala alergi nikel yang jarang terjadi yaitu gingivitis berat yang resisten terhadap hialin. Beberapa laporan penelitian menjelaskan bahwa penggunaan bahan NiCr dapat menyebabkan reaksi inflamasi pada jaringan periodontal.
2.7.2 Reaksi Extraoral
Sebuah laporan kasus yang di publikasikan tentang reaksi hipersensitivitas intraoral terhadap nikel yang terkandung dalam peranti ortodontik mengungkapkan bahwa sebagian besar kasus lesi yang dijelaskan adalah lesi pada ekstraoral dan tidak
disertai dengan tanda pada intraoral atau gejala ketidaknyamanan. Sejumlah laporan telah menjelaskan lesi kulit yang bersentuhan langsung dengan atau berdekatan dengan bagian-bagian logam yang bersal dari headgears. Yang umum terjadi rasa sakit, lecet,
dan ulserasi pada daerah kulit yang kontak. Lesi eczematous juga di temukan namun hanya di beberapa lokasi seperti wajah, jari, lengan, dan kaki.
Sejumlah besar kasus dengan onset atau penyebaran lesi kulit eczematous dalam kaitannya dengan perubahan atau aktivasi peranti ortodontik fixed intraoral telah dilaporkan, dan disertai dengan keluhan intraoral yang sedikit dari ini. Angular cheilitis dan fisura bibir atau eksim perioral dan wajah yang lebih parah sering dideskripsikan dalam kaitannya dengan pasien hipersensitifif terhadap nikel ortodontik. Lesi eksim yang lebih jauh misalnya pada periorbital, kelopak mata, telinga, kulit kepala, jari, dada, punggung lengan dan kaki jug. Dalam sejumlah kasus telah dilaporkan bagaimana lesi yang sembuh akan diperburuk ketika alat ortodontik di manipulasi (seperti ketika mengaktifkan kawat lengkung) sangat mengejutkan bahwa sejumlah makalah telah melaorkan bahwa lesi meningkat parah. Ketika kawat Ni-Ti dipakai dan kawat stainless steel diperbaiki atautitanium molybdenum (TMA) di gunakan sebagai panduan kawat Ni-Ti. Beberapa reaksi yang mencolok juga di laporkan terjadi perubahan pada kaki tanpa disertai adanya gejala oral. Atas dasar laporan kasus yang tersedia dapat disimpulkan bahwa reaksi hipersensitivitas terhadap peranti ortodontik intraoral relatif jarang dan
ketika terjadi pada mereka yang mayoritas bermanifestasi sebagai lesi eczematous. Kecuali jika reaksi yang sangat parah dapat terjadi kesalahan diagnosis atau mungkin tidak dapat terdeteksi.
Gambar 1. Pada daerah labial pada pasien ortodontik menunjukkan kontak langsung
Gambar 2.Cheilitis pada pasien ortodontik wanita usia 25 tahun, tanpa ada gejala
intraoral .
Gambar 3. Dermatitis Kontak
2.8
Manajemen dan Perawatan Reaksi Alergi Nikel
Manajemen pasien yang alergi pada alat ortodontik harus di mulai dari t ahap diagnosis dan perencanaan perawatan. Namun, jika pasien ortodontik memperlihatkan adanya tanda-tanda ringan dan gejala alergi logam selama perawat an, alat ortodontik harus segera dilepaskan. Pasien dengan reaksi lebih intens harus ditangani dengan anti-histamin, anestesi, ataucorticoids topical .
2.9
Alternaltif Penggunaan Alat Ortodontik Bebas Nikel
Produk alternatif yang bebas nikel atau memiliki kandungan nikel yang sangat rendah pada saat ini sudah tersedia (Rahilly dan Price 2003: Eliades 2007).
Diantaranya kawat bebas nikel dari TMA atau titanium murni, at au kawat berlapis emas, serta kawat nano Ni-Ti yang dilapisi plastik dengan potensi korosi yang lebih rendah (Kim dan Johnson 1999; Eliades 2007). Kawat ini dapat diganti dengan kawat
fibre-reinforced composite, kawat stainless steel yang rendah nikel, logam titanium molubdenum atau kawat titanium niobium. Pada kasus yang parah, penggunaan clear plastic aligners dapat dipertimbangkan.
Braket tersedia dalam berbagai bentuk, serta polikarbonat yang dihasilkan dari polimer akrilik, titanium atau bahkan berlapis emas. Selanjutnyaheadgears tanpa
komponen logam ekstraoral tersedia. Headgears yang dilapisi plastik mungkin menjadi alternatif yang lebih baik untuk membungkus perban di sekitar komponen logam.
BAB III
KESIMPULAN
Pasien ortodontik berpotensi dapat terpapar berbagai macam substansi yang bersifat bahaya. Berdasarkan jumlah literatur yang terbatas pada topik ini, prevalensi bahan yang berhubungan dengan reaksi yang merugikan pasien ortodontik dalam
masalah ini berkisar 1: 300-400. Seperti yang disebutkan di bagian pembukaan bab ini, seperti ketidaknyamanan, iritasi mekanis, rasa sakit dan sikap kooperatif dalam menjaga kebersihan mulut setiap hari adalah bagian dari terpenting yang harus dilakukan pasien ortodontik
Untuk kepentingan pasien, ortodontik harus menyadari kemungkinan efek samping yang berhubungan dengan bahan dan mengambil tindakan untuk mengurangi atau setidaknya mengurangi sebagian, misalnya dengan memodifikasi alat ke versi yang lebih dapat ditoleransi. Khususnya mengenai aspek substrat yang dapat dilepas pada peranti. Diperlukan penelitian lebih lanjut, mengingat banyak masyarakat mengetahui bahan baru dan formulasi dalam bidang ortodontik sehingga aspek biokompatibilitas menjadi meningkat, maka sebaiknya para ortodontis mengevaluasi secara kritis sifat material dan aspek biokompatibilitas suatu produk untuk memilih sebelum menggunakannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cobourne MT, Fleming PS, dkk. Clinical Cases in Orthodontics. London: Wiley Blackwell. 2012
2. Maheshwari S, Verma SK, dkk. Metal Hypersensitivity in Orthodontic Patients. Journal of Dental Materials and Techniques. 2015; IV (2): 111-113