REVITALISASI ‘
AREN
’ (
ARENGA PINNATA
(WURMB) MERR.) (PALMAE;
CARYOTEAE) SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PEMANIS ALAMI DALAM
RANGKA MENDUKUNG KEMANDIRIAN GULA NASIONAL: KAJIAN DI
PROPINSI JAWA BARAT
• RAZALI YUSUF
• ARY PRIHARDHYANTO KEIM • PURWANINGSIH
• DEDY DARNAEDI • TEGUH TRIONO
I.5
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
2012
LATAR BELAKANG
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 1
• Kebutuhan pasar gula pasir nasional sangat besar (3,44 juta ton/tahun), sedang yang mampu disediakan industri nasional 2,31 juta ton/tahun.
• Import gula pasir 252.368 ton (108.889 ton gula pasir mentah).
• Dewan Gula Indonesia usul utk 2012: Import gula pasir mentah 240.000 ton.
• Untuk mengurangi ketergantungan gula pasir import, gula aren dapat dimanfaatkan sebagai bahan pemanis alternatif.
• Luas lahan kebun aren di Indonesia s/d 2007 sekitar 70.000 hektar.
• Propinsi dengan lahan perkebunan aren terluas Kalimantan Timur (17.794 hektar),
Kalimantan Tengah (17.000 hektar) & Jawa Barat (13.878 hektar)
• Jawa Barat merupakan daerah persebaran aren terluas di Jawa dengan produksi gula aren mencapai 6.686 ton/tahun. Meski begitu kebutuhan gula pasir Jawa Barat relatif tinggi, 510.000 – 516.000 ton/tahun.
PERMASALAHAN
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 2
• Pertumbuhan & penyebaran tanaman aren masih
bergantung luwak.
• Perkecambahan biji aren lama, sekitar satu tahun (dormansi biji).
• Waktu yg diperlukan dari eophyll sampai perbungaan jantan siap disadap lama, 10 – 15 tahun.
• Tanaman aren yg baik disadap umumnya sangat tinggi,
METODOLOGI
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 3
• Kegiatan penelitian fokus di Jawa Barat mencakup Kab. Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya & Ciamis.
• Fokus pada pemecahan permasalahan biologi aren. • Dilakukan pendekatan metode survey ex post pacto & observasi lapangan (termasuk wawancara).
SINERGI KOORDINASI
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti
& Perekayasa 2012 4
Pusat Penelitian Biologi (P2B) LIPI akan bersinergi dgn PEMDA, Lembaga Penelitian & Pengembangan Masyarakat terkait & Lembaga Swadaya Masyarakat setempat.
• Untuk PEMDA terpilih: Desa Sidamulih, Kab. Ciamis.
• Lembaga Litbang Masyarakat terpilih: BBTTG LIPI, Subang.
• LSM terpilih: Kelompok Tani Giri Mukti, Desa Sidamulih.
Koordinasi antar kelembagaan akan berupa kemitraan, pelatihan, diversifikasi produk (termasuk aktivasi industri gula semut) & bantuan pengemasan & pemasaran.
PEMANFAATAN HASIL KEGIATAN
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 5 • Waktu perkecambahan dipersingkat dari satu tahun menjadi 3 bulan.
• Perkecambahan tidak lagi sepenuhnya bergantung musang.
• Areal tanam ideal 10 x 10 m = 5 pohon aren.
• Ditemukan 2 variasi morfologi yg menguntungkan terkait penderesan nira.
• Ijuk sangat baik bagi sumber serat industri.
• Kolang-kaling berpotensi sebagai sumber makanan berserat.
• Pengembangan industri tepung/aci perlu didukung dengan upaya konservasi tanaman aren karena di beberapa kawasan tanaman aren sudah melangka.
• Ditemukan jamur yg dapat dimakan yg hidup di limbah pengolahan kolang-kaling di Ds. Sidamulih, Kab. Ciamis (belum ada penelitian).
POTENSI PENGEMBANGAN
KE DEPAN
• Perbungaan jantan yg masak ternyata tidak pada kedudukan paling atas pada batang seperti yg normal ditemukan pada hapaxanthic with basipetalmaturation.
• Ada perbungaan jantan yg lebih muda tetapi berada di kedudukan yg lebih tinggi (abnormal).
• Diduga fenomena penyimpangan dalam urutan anthesis perbungaan jantan berkaitan dgn kondisi tak berbatang (kemungkinan terkait meristem batang) yg timbul sebagai dampak penyerbukan sendiri (self pollination).
• Karakter MENGUNTUNGKAN dalam penyadapan nira sekaligus berpotensi memecahkan permasalahan tingginya tanaman untuk disadap.
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti & Perekayasa 2012
VAR. MORFOLOGI 1
POTENSI PENGEMBANGAN
KE DEPAN
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti & Perekayasa 2012
• Di Kampung Nanggewer, Kab. Tasikmalaya ditemukan 3 individu dengan percabangan batang. Diduga telah terjadi gangguan di meristem pucuk (apical meristem) oleh aktifitas luwak.
• Kerusakan meristem pucuk ini dpt merujuk kpd kacaunya
dominansi pucuk (apical dominance) yg membuat ada lebih dari satu percabangan.
• Mengapa selalu dgn 3 percabangan belumdiketahui.
• Kehadiran lebih dari satu individu menguatkan dugaan bahwa telah terjadi mutasi dan bersifat menetap.
• Tiap cabang berpotensi menghasilkan perbungaan. • Karakter yang MENGUNTUNGKAN utk penyadapan nira sekaligus berpotensi meningkatkan & memperpanjang waktu produksi nira per pohon.
POTENSI PENGEMBANGAN
KE DEPAN
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti & Perekayasa 2012
• Di Kp. Cigangsa, Kab. Garut seorang petani berhasil mengembangkan metode utk mempersingkat perkecambahan dgn meniru kondisi pencernaan luwak.
• Waktu perkecambahan ditekan dari 1 tahun menjadi 2-3 bulan.
• Temuan ini berpotensi memecahkan permasalahan biologi: Ketergantungan pd luwak,
mempersingkat waktu perkecambahan & dimulainya penyadapan pertama nira.
POTENSI PENGEMBANGAN
KE DEPAN
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti & Perekayasa 2012
•
Nira disadap dari perbungaan jantan (sebelum anthesis) dari pohon berusia 10-15 tahun.• Satu pohon dapat disadap lebih dari satu perbungaan.
• Satu perbungaan dpt menghasilkan 10-15 liter nira/hari & dapat disadap secara terus menerus selama 3-9 bulan.
• Hasil penyadapan utk rentang waktu penyadapan minimum adalah 360 kg/3 bulan/perbungaan.
• Dengan harga normal gula aren Rp. 8000/kg, maka minimal petani memperoleh
Rp. 2.880.000/3 bulan/perbungaan atau hampir setara dengan Rp. 1.000.000/bulan/ perbungaan.
POTENSI PENGEMBANGAN
KE DEPAN
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti & Perekayasa 2012
Tanaman ‘mara’ yang digunakan masyarakat Ds. Wangunjaya, Kab. Cianjur untuk
mengawetkan nira. Diidentifikasi sbg Macaranga sp. (Euphorbiaceae).
‘Ki sampang’ yg digunakan di Ds. Babakan Peuteuy, Kab. Tasikmalaya
diidentifikasi sebagai Vitex sp. (Lamiaceae). Tidak utk awetkan nira, tapi utk membuat cerah warna gula aren.
‘Ginggiang’ (Leea aff. indica; Vitaceae) digunakan masyarakat Kp. Golempang, Kab. Ciamis sebagai ‘laru’ untuk mencerahkan warna gula aren. ‘Ginggiang’ tidak
digunakan utk mengawetkan nira.
POTENSI PENGEMBANGAN
KE DEPAN
• Industri ijuk di Desa Tegal Lega, Kab. Sukabumi.
• Ijuk kualitas bagus dieksport ke Korea Selatan & India sebagai bahan baku serat/fibers untuk jok kendaraan bermotor.
• Ijuk kualitas eksport dijual Rp. 13.000/kg.
• Ijuk kualitas sedang (sapu ijuk) dijual Rp. 3000/kg.
• Ijuk kualitas rendah (atap rumah adat, budidayaikan, tanggulerosi) dijual Rp. 300 – 700/kg.
• Ijuk kualitas eksport = 20 ikatan/hari. 1 ikatan = 1 ½ kg.
• Pengerajin sapu ijuk di Cisaäng, Kab. Garut dijual ke Singaparna. • Produksi = 40 sapu/hari, dijual Rp. 15.000/buah.
• Ijuk SANGAT POTENSIAL dikembangkan & bahan baku TIDAK SULIT DIDAPAT!
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti & Perekayasa 2012
INDUSTRI IJUK
POTENSI PENGEMBANGAN
KE DEPAN
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti & Perekayasa 2012
•
Kolang-kaling dipanen dari buah aren.• Penghasil kolang-kaling potensial: Kab. Tasikmalaya & Ciamis.
• Industri rumah tangga & padat karya. Menyerap banyak tenaga kerja.
• Satu perbuahan menghasilkan 5 – 10 kg. Sehari dapat dipanen 1 kuintal.
• Harga jual Rp. 1500/kg pada hari normal; Rp. 3000 – 4000/kg pada bulan puasa (Ramadhan).
• Sudah di-eksport ke Belanda & Eropa. Pemasok terbesar Thailand (!).
• SANGAT POTENSIAL dikembangkan & bahan baku TIDAK SULIT DIDAPAT!
POTENSI PENGEMBANGAN
KE DEPAN
• Tepung aren dipanen dari pohon aren berusia 8-10 tahun yg sedikit sekali/sama sekali tidak menghasilkan nira. • Aren dibeli hanya Rp. 50.000-100.000/batang & darinya dihasilkan 2 kuintal aci/tepung basah.
• Utk produksi tepung aren 1,5-2 ton/hari dibutuhkan 6-10 batang aren/hari.
• Dirasakan MERUGIKAN petani karena untuk mendapatkan aci, tanaman harus ditebang pdhal usia sudah lebih dari 10 tahun.
• Harga jual per kg tepung aren jauh LEBIH RENDAH dari harga jual per kg gula aren. • Akibatnya banyak fabrik pengolahan aci yg TUTUP.
• Perlu pengembangan management usaha tepung aren sehingga dpt menjadi salah satu sumber makanan pokok nasional penunjang PROGRAM PRIORITAS NASIONAL KETAHANAN PANGAN. Termasuk jg upaya
pelestariannya (“living conservation”/konservasi melalui pemanfaatannya).
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti & Perekayasa 2012
POTENSI PENGEMBANGAN
KE DEPAN
Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti & Perekayasa 2012
Kulit kayu (bark) aren asal limbah pengambilan tepung aren sangat keras & belum
dimanfaatkan. Berpotensi sebagai bahan atap rumah seperti sirap.
FOTO KEGIATAN
TERIMAKASIH
• RAZALI YUSUF• ARY PRIHARDHYANTO KEIM • PURWANINGSIH
• DEDY DARNAEDI • TEGUH TRIONO