• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FISIKA SEMESTER GANJIL KELAS X SMA RSBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FISIKA SEMESTER GANJIL KELAS X SMA RSBI"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FISIKA SEMESTER GANJIL KELAS X SMA RSBI

Skripsi Oleh:

Latifah Nurul Qomariyatuzzamzami NIM K2308045

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(2)

commit to user

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FISIKA SEMESTER GANJIL KELAS X SMA RSBI

Oleh:

Latifah Nurul Qomariyatuzzamzami NIM K2308045

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(3)

commit to user

(4)
(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Latifah Nurul Qomariyatuzzamzami. PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES

FISIKA SEMESTER GANJIL KELAS X SMA RSBI. Skripsi, Surakarta:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan kisi-kisi instrumen tes Fisika Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI yang mengacu pada KTSP dan A Level, (2) mengembangkan instrumen tes Fisika Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI yang memiliki karakteristik internal (daya beda, tingkat kesulitan, efektivitas distraktor) yang baik, (3) mengembangkan tes Fisika Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang baik.

Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D) dengan metode 4-D yang dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Penelitian melibatkan beberapa komponen yaitu pakar, guru Fisika RSBI, mahasiswa, dan siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta. Teknik pengumpulan data dengan teknik dokumentasi dan teknik tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis butir tes pilihan ganda meliputi uji validitas, daya beda, tingkat kesukaran, efektivitas distraktor, dan reliabilitas soal. Hasil penelitian berupa deskripsi prosedural proses pengembangan dan produk yang dikembangkan melalui tahap Define meliputi analisis kurikulum dan analisis kebutuhan, Design meliputi penyusunan silabus dengan metode adopsi, penyusunan kisi-kisi dan instrumen tes yang terdiri dari instrumen A dan instrumen B yang teruji validitasnya melalui kegiatan expert judgement, Develop dilaksanakan dengan uji coba, dan pelaksanaan Disseminate. Uji coba dilakukan melalui uji coba peer untuk memperoleh validasi peer reviewer dan uji coba terbatas dengan mengujikan masing-masing instrumen pada 15 siswa. Hasil uji coba terbatas instrumen A menghasilkan 19 soal dengan reliabilitas tinggi r11=0,660. Hasil uji coba terbatas instrumen B menghasilkan 19 soal dengan

reliabilitas tinggi r11=0,672. Diseminasi dilakukan pada 61 siswa. Hasil

diseminasi menunjukkan tingkat reliabilitas yang tinggi r11=0,781 dengan 4 soal

berdaya beda negatif, 7 soal berdaya beda baik, 19 soal yang berdaya beda cukup. Soal kategori mudah diketahui sebanyak 5 soal, kategori sedang 21 soal, dan kategori sukar 4 soal. Soal yang distraktornya berfungsi dengan baik ada 28 soal.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) kisi-kisi instrumen tersusun berdasarkan silabus penelitian pengembangan dengan metode adopsi sesuai dengan kurikulum KTSP dan silabus A Level, (2) tes yang dikembangkan telah memenuhi karakteristik internal tes yang baik berdasarkan analisis butir soal berupa daya beda, tingkat kesukaran, dan efektivitas distraktor (3) tes yang dikembangkan memiliki validitas isi baik berdasarkan hasil telaah pakar dan reliabilitas yang tinggi (r11=0,781), (4) produk akhir tes hasil penelitian

pengembangan berupa 26 soal tes yang dapat dijadikan bank soal yang siap diimplementasikan, dan (5) meskipun tes telah dikembangkan sesuai dengan standar, tes masih memiliki kelemahan, yaitu Bahasa Inggris yang dianggap sulit oleh siswa dan beberapa siswa menjawab soal dengan mengandalkan keberuntungan.

(6)

commit to user ABSTRACT

Latifah Nurul Qomariyatuzzamzami. PHYSICS TEST DEVELOPMENT FOR

FIRST SEMESTER OF GRADE X SMA RSBI. Skripsi, Surakarta: Faculty of

Teacher Training and Education. Sebelas Maret University Surakarta, July 2012. Research aimed to: (1) develop Physics test blueprint for First Semester of Grade X SMA RSBI referring to KTSP and A Level, (2) develop Physics test for First Semester of Grade X SMA RSBI which has high quality of the internal characteristics (discrimination index, difficulty level, distracters effectiveness), (3) develop a valid and reliable Physics test for First Semester of Grade X SMA RSBI.

This study was based on Research and Development (R & D) 4-D method developed by S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, and Melvyn I. Semmel. The study involved many components such as experts, RSBI Physics teacher, students, and students of SMA Negeri 1 Surakarta. Data collection techniques were documentation and test. Data analysis technique used was analysis of multiple-choice test items including test validity, discrimination index, difficulty level, distracters effectiveness, and reliability.

The findings are procedural description of the development process and products developed through Define phase including curriculum analysis and students’ need analysis, Design phase including the construction of syllabus by adoption method, construction of test blueprint, test construction that consists of validity tested A and B instruments through expert judgment, Develop phase conducted by try-out, and Disseminate. The try-out was carried out through peer trial to obtain validation of peer reviewers and was conducted by testing the instruments to a limited testee, each of instrument was tested to 15 students. The results of the field testing instrument A produced 19 items with a high reliability r11 = 0.660. The results of field testing instruments B produced 19 items with a

high reliability r11 = 0.672. Dissemination conducted on 61 students.

Disseminating results indicated a high degree of reliability r11 = 0.781 with 4

items of negative discrimination index, 7 items of good discrimination index, 19 items of satisfactory discrimination index. Item category based on the difficulty level indicated that 5 items, 21 items, and 4 items are categorized easy, average, and difficult respectively and 28 items have effective distracters.

The conclusions are: (1) the test instrument blueprint resulted is based on the syllabus of research development using adoption method in accordance with the curriculum of KTSP and A Level syllabus, (2) the test developed is in compliance with the internal characteristics of a good test item analysis of discrimination index, difficulty level, and distracters effectiveness (3) test developed has good content validity based on expert review and has high reliability (r11 = 0.781), (4) final product of research and development is 26 test items that is readily implemented, and (5) even though the test had been developed in accordance with the standards, the test still has weaknesses, that are English test is considered difficult by students and some students answer the questions by guessing and relying on luck.

(7)

commit to user

vii

MOTTO

“Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah selesai (dari suatu urusan) , kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap.” (Q.S. Al Insyirah : 6-8 )

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah:186)

“Sesungguhnya setiap amalan hanya bergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang hanya akan memperoleh imbalan sesuai dengan yang ia niatkan.”. (HR. Bukhari Muslim)

Laisa al Fataa man Yaquulu Kaana Abiy wa laakinna al Fataa man Yaquulu Haa Ana Dzaa

Berusahalah baik, meski kau bukan orang baik. Lakukanlan yang terbaik, meski belum bisa menjadi yang terbaik (Anonim)

You can if you think you can. (Bruce Lee)

(8)

commit to user PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. My Dad (May ALLAAH bless you), semoga kita dipertemukan di His Promised Heaven dan My Mom tercinta yang selalu melimpahkan doa dan kasih sayang.

2. Adikku Zuhdi yang aku sayangi. 3. Saudara-saudaraku tersayang.

4. Alice yang selalu menemaniku, Seth, Bashke, Wade, Vag, Nickem.

5. Teman-teman angkatan 2008 yang baik. 6. Kakak-kakak dan adik-adiku di

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Pengembangan Instrumen Tes Fisika Semester Ganjil Kelas X

SMA RSBI”.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Sukarmin, S. Pd, M. Si, Ph. D. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Supurwoko, M. Si. Selaku Ketua Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Rini Budiharti, M.Pd dan Drs. Surantoro, M. Si. Selaku Koordinator Skripsi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun Skripsi. 5. Dr. Sarwanto, S. Pd, M. Si,. Selaku Pembimbing I yang telah membimbing

penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Sri Budiawanti, S. Si, M. Si. Selaku Pembimbing II yang telah membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Segenap Dosen Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

8. Drs. Thoyyibun, S.H, M. H. Selaku kepala SMA Negeri 1 Surakarta yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

9. Drs. Bambang Budi H. Selaku guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri 1 Surakarta yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

(10)

commit to user

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu untuk terselesaikannya penyusunan Skripsi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak yang tersebut di atas mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Amiin.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya, namun penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat memberikan sumbangan informasi dan bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan.

Surakarta, April 2012 Penulis

(11)

commit to user xi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PENGAJUAN ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN ABSTRAK ... HALAMAN ABSTRACT ... HALAMAN MOTTO ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I. PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan Masalah ... D. Perumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 1. Jenis Tes ... 2. Bentuk Tes ... 3. Butir Soal ... 4. Bahasa ... G. Manfaat Penelitian ... H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 1. Asumsi Pengembangan ... 2. Keterbatasan Pengembangan ... BAB II. LANDASAN TEORI ...

i ii iii iv v vi vii viii ix xi xiii xv xvi 1 1 4 5 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 8

(12)

commit to user

A. Tinjauan Pustaka... 1. Belajar ... 2. Asesmen Pembelajaran ... 3. Pengembangan Tes ... 4. Materi Fisika Kelas X Semester Ganji SMA RSBI ... B. Penelitian yang Relevan ... C. Kerangka Berpikir ... BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...

A. Model Pengembangan ... B. Prosedur Pengembangan ... 1. Tahap Pendefinisian (Define) ... 2. Tahap Perancangan (Design) ... 3. Tahap Pengembangan (Develop) ... 4. Tahap Penyebaran (Disseminate) ... C. Uji Coba Produk ... 1. Subjek Coba ... 2. Jenis Data ... 3. Instrumen Pengumpulan Data ... 4. Teknik Analisis Data ... BAB IV. HASIL PENELITIAN ...

A. Deskripsi Data ... B. Hasil Penelitian ... 1. Penyiapan Data ... 2. Penyusunan Instrumen Tes ... 3. Pelaksanaan Uji Coba ... 4. Pelaksanaan Diseminasi ... BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... 8 8 12 15 17 19 22 23 23 23 23 24 25 26 28 28 28 28 29 33 33 33 33 50 54 74 82 82 82 83 86

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Bagian Silabus A Level Physics ... 19

Tabel 3.1. Karakteristik Butir ... 26

Tabel 4.1. Jumlah Peserta Uji Coba Terbatas dan Diseminasi ... 33

Tabel 4.2. Perbandingan Silabus Fisika Pengembangan BSNP dan Pengembangan Silabus Fisika Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta ... 37

Tabel 4.3. Perbandingan Pengembangan Silabus Fisika Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta dengan Silabus A Level Physics ... 39

Tabel 4.4. Hasil Expert Judgement Indikator ... 45

Tabel 4.5. Indikator Hasil Penelitian Pengembangan ... 47

Tabel 4.6. Peserta Expert Judgement Indikator Penelitian Pengembangan ... 51

Tabel 4.7. Prosentase Butir Soal untuk Setiap Kemampuan Kognitif .. 52

Tabel 4.8. Peserta Expert Judgement Instrumen Tes ... 53

Tabel 4.9. Hasil Expert Judgement Instrumen A ... 53

Tabel 4.10. Hasil Expert Judgement Revisi Instrumen A ... 54

Tabel 4.11. Hasil Expert Judgement Bahasa Inggris Fisika ... 55

Tabel 4.12. Peserta Uji Coba Peer Instrumen A ... 56

Tabel 4.13. Hasil Peer Reviewer Instrumen A ... 57

Tabel 4.14. Peserta Uji Coba Peer Instrumen B ... 59

Tabel 4.15. Hasil Peer Reviewer Instrumen B ... 60

Tabel 4.16. Hasil Uji Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Instrumen A.. 63

Tabel 4.17. Prosentase Soal Kategori Mudah, Sedang, dan Sukar Berdasarkan Tingkat Kesukaran Instrumen A ... 65

Tabel 4.18. Analisis Efektivitas Distraktor Instrumen A ... 66

Tabel 4.19. Hasil Uji Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Instrumen B.. 67

Tabel 4.20. Prosentase Soal Kategori Mudah, Sedang, dan Sukar Berdasarkan Tingkat Kesukaran Instrumen B ... 68

(14)

commit to user

Tabel 4.22. Instrumen yang Dapat Dipakai ... 72

Tabel 4.23. Karekteristik Soal Terpilih ... 73

Tabel 4.24. Hasil Expert Judgement Instrumen Baru ... 74

Tabel 4.25. Peserta Uji Coba Peer Kedua ... 75

Tabel 4.26. Hasil Peer Reviewer Instrumen Baru ... 75

Tabel 4.27. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Instrumen Diseminasi .. 75

Tabel 4.28. Prosentase Soal Kategori Mudah, Sedang, dan Sukar Berdasarkan Tingkat Kesukaran Instrumen Diseminasi ... 78

Tabel 4.29. Analisis Efektivitas Distraktor Instrumen Diseminasi... 79

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir ... 22 Gambar 3.1. Bagan Prosedur Pengembangan ... 27

(16)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus Hasil Penelitian Pengembangan ... 86

Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Tes ... 104

Lampiran 3. Hasil Telaah Butir Soal Instrumen A ... 118

Lampiran 4. Hasil Telaah Butir Soal Instrumen B ... 136

Lampiran 5. Jawaban Uji Coba Peer Instrumen A ... 153

Lampiran 6. Jawaban Uji Coba Peer Instrumen B ... 160

Lampiran 7. Jawaban Peserta Uji Coba Terbatas Instrumen A ... 165

Lampiran 8. Hasil Perhitungan Analisis Butir Instrumen A ... 166

Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen A ... 167

Lampiran 10. Jawaban Peserta Uji Coba Terbatas Instrumen B ... 168

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Analisis Butir Instrumen B ... 169

Lampiran 12. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen B ... 170

Lampiran 13. Instrumen Tes Hasil Pemilihan dari Instrumen A dan B .. 171

Lampiran 14. Hasil Telaah Instrumen Baru ... 176

Lampiran 15. Jawaban Uji Coba Peer Instrumen Baru ... 178

Lampiran 16. Instrumen Diseminasi ... 183

Lampiran 17. Jawaban Peserta Tes Instrumen Diseminasi ... 184

Lampiran 18. Hasil Perhitungan Analisis Butir Instrumen Diseminasi ... 186

Lampiran 19. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Diseminasi ... 188

(17)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan semakin berkembangnya dunia pendidikan. Dalam hal ini manusia selalu berupaya agar pendidikan menjadi solusi atau kunci pemecah suatu masalah yang dihadapi. Perkembangan dunia pendidikan ini dapat menyeimbangkan antara masalah yang timbul dan pemecahan yang harus dilakukan.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, pemerintah mengharuskan diadakannya perbaikan dalam bidang pendidikan. Usaha terus-menerus untuk meningkatkan mutu pendidikan selalu diupayakan dengan pembaharuan kurikulum, penambahan sarana dan prasarana pendidikan seperti program pengadaan buku-buku, peningkatan kualitas pembelajaran melalui pemilihan metode mengajar dengan sarana-sarana yang sesuai, pengembangan evaluasi pembelajaran, dan sebagainya (Mardiya, 2010: 1). Dengan mutu pendidikan yang baik, diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan siswa dan melahirkan generasi penerus yang unggul dan dapat bersaing secara internasional. Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan sumber daya manusia yang unggul tersebut, pemerintah juga telah mencanangkan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional atau RSBI.

RSBI merupakan calon dari Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). RSBI adalah realisasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 ayat 3 yang menyebutkan bahwa Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. Sistem pembelajaran RSBI menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, proses pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), menggunakan bahasa internasional, dan berkiblat pada sekolah unggulan negara maju (Zainal Arifin,

(18)

commit to user

2008: 7). Pembelajaran di sekolah RSBI juga tidak lepas dari komponen pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.

Proses belajar mengajar selalu berorientasi pada tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Tercapai tidaknya suatu tujuan pembelajaran dapat diketahui melalui proses penilaian. Penilaian dalam pembelajaran merupakan salah satu tahap penting dalam proses pembelajaran. Menurut Harry Firman (2000: 10), penilaian adalah langkah-langkah yang diperlukan untuk membuat keputusan. Tepat tidaknya suatu keputusan tergantung pada kualitas proses penilaian yang dilakukan. Sebelum pengambilan keputusan seorang guru perlu mengumpulkan informasi yang terkait dengan proses pembelajaran. Informasi dapat diperoleh dengan berbagai cara, misalnya memberikan tes, memberikan angket, mengamati langsung atau melakukan ujian lisan. Penilaian diperlukan sebagai feedback bagi guru tentang seberapa jauh guru berhasil mengajar atau membimbing siswa untuk memahami konsep-konsep tertentu dan pembuat keputusan akan hasil studi siswa.

Salah satu cara untuk melakukan penilaian pembelajaran adalah dengan menggunakan suatu tes. Tes dapat digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa atau untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran. Tes sebagai instrumen penilaian dalam pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengukur prestasi hasil belajar siswa. Tes yang baik perlu memperhatikan tingkat kesukaran soal, daya beda soal, efektivitas distraktor, validitas, dan reliabilitas tes. Sulistyorini (2009: 89-92) mengemukakan bahwa ditinjau dari segi kegunaannya, tes dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu tes formatif, tes sumatif, tes diagnostik, dan tes penempatan. Aplikasi pelaksanaan atau pemilihan jenis tes tersebut harus disesuaikan dengan tujuan tes diadakan. Dalam penelitian ini, instrumen tes yang dikembangkan adalah tes sumatif yang digunakan sebagai penilaian dari keseluruhan program dalam satu semester dengan bentuk tes pilihan ganda.

(19)

commit to user

kognitif lebih dominan. Meskipun demikian, hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran. Aspek kognitif menurut Bloom meliputi enam tingkatan kemampuan, yaitu mengingat (remember/ C1), memahami (understand/ C2), menerapkan (apply/ C3), menganalisis (analyze/ C4), mengevaluasi (evaluate/ C5), dan menciptakan (create/ C6) (Anderson, 2001:31). Pencapaian tingkatan pada aspek kognitif tersebut harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan serta distribusi butir soal dalam tes untuk penilaian aspek tersebut harus merata dan berimbang. Akan tetapi, menurut Evi Widianti (2008: 88), soal-soal tes formatif dan sumatif yang dilakukan untuk melakukan penilaian di SMA berwawasan internasional (RSBI) mengandung jenjang kognitif yang tidak merata dan belum berimbang. Sehingga hasil penilaian belum dapat mengungkapkan ketercapaian kemampuan kognitif yang seharusnya dikuasai oleh siswa.

Di samping itu, sesuai dengan perkembangan pendidikan, instrumen penilaian yang digunakan harus mencerminkan kurikulum yang berlaku saat ini. Untuk RSBI, selain harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tes juga harus diperkaya dengan sistem ujian internasional yang mengacu pada negara maju atau negara lain yang memiliki keunggulan tertentu atau sering disebut dengan rumusan SNP +X (OECD). Menurut Kir Haryana (2007: 41), rumusan SNP+X adalah Standar Nasional Pendidikan plus X yaitu OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) yang merupakan organisasi antar negara dan pengembangan. Anggota organisasi ini memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan yang telah diakui standarnya secara internasional. Dengan adanya sistem ini, guru dituntut membuat instrumen tes yang lebih unggul dibandingkan dengan instrumen tes untuk sekolah yang berstandar nasional. Selain itu, harapan untuk dapat bersaing dengan komunitas internasional juga ditunjukkan dengan penggunaan bahasa internasional dalam instrumen tes untuk RSBI. Hal itu menimbulkan masalah bagi guru jika guru RSBI kurang menguasai Bahasa Inggris dan tidak memiliki banyak bank soal yang valid dan reliabel untuk melakukan penilaian. Hasil Test of English for International Communication

(20)

commit to user

(TOEIC) yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional tahun 2010 untuk mengetahui kemampuan Bahasa Inggris guru-guru RSBI menunjukkan hasil yang kurang memuaskan karena masih banyak guru RSBI yang mendapatkan nilai kurang dari nilai minimum TOEIC yaitu 245 (Anonim, 2010:1). Selain itu, menurut Danny Whitehead, Head of English Development British Council berdasarkan hasil penelitian Stephen Bax University of Bedfordshire, Inggris menyatakan bahwa guru sekolah RSBI yang menguasai bahasa Inggris dengan baik, dalam arti mampu berbahasa Inggris dengan baik dan menyampaikan materi pelajaran dalam bahasa Inggris tidak mencapai 25% (M. Asrori Ardiansyah, 2011:1). Dengan demikian, instrumen tes untuk sekolah RSBI sangat penting dikembangkan supaya dapat memperkaya perbendaharaan soal guru-guru RSBI dan dapat membantu sekolah RSBI menuju sekolah SBI.

Selain itu, tes yang selama ini dilakukan guru RSBI belum sepenuhnya mencerminkan keterlaksanaan kurikulum SNP + X sebagaimana mestinya. Guru yang menyusun kisi-kisi belum secara rutin menelaah soal, menganalisis soal, menganalisis hasil ulangan harian, dan menginformasikan kegagalan siswa dalam menguasai konsep dan belum sepenuhnya guru menindaklanjuti kegagalan siswa dengan program perbaikan yang terencana. Inilah yang menjadi faktor penyebab sulitnya hasil ujian yang digunakan untuk melihat keterlaksanaan kurikulum sebagaimana diungkapkan oleh Kuwanto dan Mardapi (1999: 14).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul ”PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FISIKA SEMESTER

GANJIL KELAS X SMA RSBI”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat diindentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Penilaian pembelajaran untuk mengukur kemampuan kognitif di sekolah RSBI belum berimbang dan tidak merata.

(21)

commit to user

kesulitan dalam melakukan penilaian yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan dapat diakui di dunia internasional.

3. Kesulitan untuk melihat keterlaksanaan kurikulum disebabkan karena guru yang menyusun kisi-kisi belum secara rutin menelaah soal, menganalisis soal, menganalisis hasil ulangan harian, dan menginformasikan kegagalan siswa dalam menguasai konsep dan belum sepenuhnya guru menindaklanjuti kegagalan siswa dengan program perbaikan yang terencana.

4. Dalam melaksanakan penilaian pembelajaran, guru RSBI menggunakan instrumen tes yang belum teruji validitasnya sehingga sering terjadi ketidaksesuaian dengan tujuan dan proses pembelajaran.

5. Guru Fisika SMA RSBI kurang menguasai Bahasa Inggris, sehingga kualitas soal berbahasa asing yang disusun oleh guru RSBI kurang memenuhi validitas.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi di atas, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :

1. Penilaian pembelajaran ditujukan untuk melakukan penilaian pada ranah kognitif siswa yang meliputi mengingat (remember/ C1), memahami (understand/ C2), menerapkan (apply/ C3), dan menganalisis (analyze/ C4) di bidang Fisika.

2. Kurikulum acuan pengembangan instrumen tes di sekolah RSBI yang digunakan adalah kurikulum KTSP yaitu berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta mengacu Silabus A Level.

3. Instrumen tes menggunakan dua bahasa (bilingual) yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

4. Instrumen tes dikembangkan berdasarkan materi Fisika Kelas X SMA RSBI Semester Ganjil.

(22)

commit to user D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kisi-kisi instrumen tes Fisika Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI yang mengacu pada kurikulum KTSP dan A Level?

2. Bagaimana karakteristik internal instrumen tes Fisika Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI yang dikembanngkan?

3. Bagaimana tingkat validitas dan reliabilitas instrumen tes Fisika Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI yang dikembangkan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk :

1. Mengembangkan kisi-kisi instrumen tes Fisika Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI yang mengacu pada KTSP dan A Level.

2. Mengembangkan instrumen tes Fisika Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI yang memiliki karakteristik internal (daya beda, tingkat kesulitan, efektivitas distraktor) yang baik.

3. Mengembangkan tes Fisika Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang baik.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

1. Jenis Tes

Jenis tes yang akan dikembangkan merupakan tes sumatif yang mencakup seluruh materi Fisika Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI.

2. Bentuk Tes

Bentuk instrumen tes yang digunakan dalam pengembangan ini adalah tes pilihan ganda (multiple-choice).

3. Butir Soal

(23)

commit to user

kognitif siswa dalam mata pelajaran Fisika meliputi kemampuan mengingat (remember/ C1), memahami (understand/ C2), menerapkan (apply/ C3), dan menganalisis (analyze/ C4). Persentase soal untuk masing-masing kemampuan disesuaikan dengan kemampuan siswa yang diidentifikasi melalui proses pembelajaran.

4. Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam instrumen tes ini adalah Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional. Hal itu disesuaikan dengan tujuan umum sekolah RSBI yang diharapkan mampu bersaing dengan komunitas internasional.

G. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk : 1. Menambah perbendaharaan soal bagi guru Fisika SMA RSBI.

2. Memberikan gambaran terhadap guru tentang kemampuan kognitif siswanya dalam pelajaran Fisika.

3. Menambah wawasan bagi guru Fisika SMA RSBI dalam melakukan evaluasi terhadap siswa untuk dapat diaplikasikan pada tahap selanjutnya.

4. Membantu meningkatkan kualitas sekolah RSBI dalam proses menuju SBI.

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1. Asumsi Pengembangan

Instrumen tes yang dikembangkan diasusmsikan memiliki keterandalan dan layak untuk diteskan pada SMA RSBI karena tes tersebut disusun berdasarkan prosedur dan memenuhi kriteria pengembangan tes.

2. Keterbatasan Pengembangan

Instrumen tes ini hanya didiseminasikan pada lingkup sekolah yang terbatas yaitu SMA RSBI di SMA Negeri 1 Surakarta, maka implementasi instrumen tes tersebut belum dapat digeneralisasi atau diaplikasikan secara luas untuk seluruh SMA RSBI.

(24)

commit to user 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar a. Hakikat Belajar

Istilah belajar mencakup berbagai proses yang terjadi dalam kehidupan manusia, dimana proses itu akan mendukung adanya perubahan tingkah laku yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan kecakapan, dan tingkah laku yang ada dalam individu. Belajar memiliki makna yang sangat luas dan komplek, sehingga pengertian belajar banyak dipengaruhi oleh teori-teori belajar yang dianut oleh seseorang, namun pada intinya mempunyai kesamaan. Oleh karena itu, beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda tentang belajar. Menurut Hilgard dan Bower dalam Ngalim Purwanto (2004 :84).:

Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, keadaan-keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya.

Sedangkan menurut Rini Budiharti (1998: 1), ”Belajar adalah suatu usaha untuk terjadinya perubahan perubahan tingkah laku pada siswa”. Perubahan-perubahan itu berbentuk kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama.

Berdasarkan dua pendapat di atas, secara umum belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Belajar adalah suatu proses atau hasil yang yang merupakan dasar perkembangan hidup manusia. Oleh karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

(25)

commit to user

b. Tujuan Belajar

Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting, karena semua komponen yang ada dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang baik. Sistem lingkungan yang baik itu terdiri dari tujuan belajar yang akan dicapai, bahan pengajaran yang digunakan mencapai tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranan dalam pembelajaran, jenis kegiatan dan sarana prasarana yang tersedia.

Menurut Bloom tujuan belajar dikelompokkan menjadi tiga kelompok ranah, yaitu :

Ranah kognitif meliputi 6 tingkatan yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Ranah afektif (sikap) meliputi kemampuan menerima, menanggapi, berkeyakinan, penerapan kerja dan ketelitian. Sedangkan ranah psikomotor meliputi gerak tubuh, koordinasi gerak, komunikasi nonverbal dan perilaku berbicara (Gino dkk,1997: 19).

Ranah kognitif lebih dominan daripada ranah afektif dan ranah psikomotor, karena lebih menonjol. Akan tetapi hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Menurut Benyamin S. Bloom ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukkan kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Dari

(26)

commit to user

jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukkan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada. Adapun penjelasan dari masing-masing kategori pada ranah kognitif tersebut adalah sebagai berikut :

1) Mengingat (Remember/ C1)

Merupakan kategori yang mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Sebagai contoh dalam kegiatan belajar Fisika antara lain: siswa dapat mengemukakan pengertian dari gelombang, dan siswa dapat menyebutkan jenis-jenis gelombang.

2) Memahami (Understand/ C2)

Merupakan kategori yagg mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Sebagai contoh dalam kegiatan belajar antara lain: siswa dapat menjelaskan perbedaan antara gelombang tranversal dan gelombang longitudinal, dan siswa dapat menggambarkan kedua jenis gelombang tersebut.

3) Menerapkan (Apply/ C3)

Merupakan kategori yang mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/ problem yang konkret dan baru. Sebagai contoh dalam kegiatan belajar Fisika antara lain: siswa dapat menghitung besar frekuensi dari suatu getaran dan siswa dapat melakukan percobaan untuk mengamati gelombang yang terjadi pada tali yang digerakkan naik turun.

4) Menganalisis (Analyze/ C4)

Merupakan kategori yang mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Sebagai contoh dalam kegiatan belajar Fisika antara lain: siswa dapat membuat grafik hubungan antara kecepatan dan waktu berdasarkan data, dan siswa dapat menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil dari sebuah eksperimen (misalnya percobaan untuk mencari besarnya frekuensi suatu getaran).

(27)

commit to user

5) Mengevaluasi (Evaluate / C5)

Merupakan kategori yang mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Sebagai contoh dalam kegiatan belajar Fisika antara lain: siswa mampu mempresentasikan laporan hasil percobaan di depan guru maupun didepan siswa yang lain di mana dalam kegiatan tersebut siswa mampu untuk mempertahankan pandapat dan beradu argumentasi.

6) Berkreasi (Create / C6)

Merupakan kategori yang mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru, bagian-bagian dihubungkan satu sama lain sehingga tercipta suatu bentuk baru. Sebagai contoh dalam kegiatan belajar Fisika antara lain: siswa dapat memprediksi hasil dari suatu percobaan dengan didasarkan pada teori, siswa dapat menemukan penyelesaian masalah (seperti kemampuan untuk menyimpulkan suatu konsep berdasarkan hasil percobaan).

Dalam penelitian ini, instrumen tes yang akan dikembangkan adalah instrumenn penilaian pada ranah kognitif dengan batasan pada ranah kognitif mengingat (remember/ C1), memahami (understand/ C2), menerapkan (apply/ C3), dan menganalisis (analyze/ C4).

c. Prinsip-Prinsip Belajar

Landasan utama untuk mencapai keberhasilan belajar adalah kesiapan mental. Tanpa adanya kesiapan mental seseorang yang tidak belajar tidak akan tahan terhadap berbagai kesukaran yang dihadapi selama belajar. Untuk itu agar seseorang berhasil dalam belajar perlu mengetahui prinsip-prinsip belajar di antaranya adalah :

1) Dalam belajar setiap siswa harus berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan pengajaran.

2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi memiliki struktur pengajaran sederhana, sehingga siswa mudah menangkap.

3) Belajar harus menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa.

4) Belajar merupakan proses berkesinambungan yang harus dilakukan tahap demi tahap secara sistematis.

5) Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan baik.

(28)

6) Dalam belajar perlu adanya dorongan agar pengertian dan ketrampilan yang didapat lebih mendalam.

7) Belajar perlu adanya interaksi antara siswa dengan lingkungan (Slameto, 1991:83)

2. Asesmen Pembelajaran

a. Pengertian Asesmen Pembelajaran

Dalam melaksanakan kegiatan setiap orang selalu ingin mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan kegiatan. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan pada langkah awal pembelajaran digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran dan proses penilaian yang akan dilakukan. Menurut Benyamin Bloom dalam Ivor Davis (1991:94) tujuan tidak hanya merupakan arah yang dapat membentuk atau mewarnai kurikulum dan memimpin kegiatan pengajaran, tetapi juga dapat menyediakan spesifikasi secara terperinci bagi penyusunan dan penggunaan teknik-teknik penilaian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara jelas dan spesifik akan menunjang proses penilaian yang tepat dan dapat membantu di dalam menetapkan kualitas dan efektivitas pengalaman belajar siswa.

Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Asesmen secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran dan non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu. Asesmen merupakan bagian dari evaluasi dan sering dikacaukan pengertiannya dengan evaluasi itu sendiri maupun pengukuran. Asesmen atau penilaian tidak sama dengan pengukuran, namun keduanya tidak dapat dipisahkan, karena kedua kegiatan tersebut saling berhubungan erat. Untuk dapat mengadakan penilaian perlu melakukan pengukuran terlebih dahulu (Suharsimi Arikunto, 2005: 1). Pengukuran dapat diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang didasarkan pada aturan atau formulasi yang jelas (Asmawi Zainul, 1994: 13). Dari hasil pengukuran akan

(29)

commit to user

diperoleh skor yang menggambarkan tingkat keberhasilan belajar siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa (Herman et al., 1992:95; Popham, 1995:3). Variabel-variabel penting yang dimaksud sekurang-kurangnya meliputi pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap siswa dalam pembelajaran yang diperoleh guru dengan berbagai metode dan prosedur baik formal maupun informal, sebagaimana dikemukakan oleh Corner (1991:2-3) sebagai berikut:

Assessment as a general term enhancing all methods customarily to appraise performance of individual pupil or a group. It may refer to abroad appraisal including many sources of evidence and many aspects of a pupil's knowledge, understanding, skill and attitudes.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asesmen atau penilaian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai.

b. Tujuan Asesmen dalam Pembelajaran

Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan profesional untuk memperbaiki pembelajaran. Asesmen atau penilaian hasil belajar digunakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan belajar dapat dicapai. Sarana penilaian hasil belajar adalah meliputi semua tujuan pembelajaran, yang salah satunya adalah kemampuan atau ranah kognitif. Menurut Gagne “Kemampuan kognitif merupakan kemampuan mengatur cara belajar dan berfikir seseorang di dalam arti yang seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah” (Rini Budiharti,1998:18). Menurut Popham (1995:4-13) asesmen bertujuan, antara lain untuk:

1) mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar, 2) memonitor kemajuan siswa,

3) menentukan jenjang kemampuan siswa, 4) menentukan efektivitas pembelajaran,

(30)

5) mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran, 6) mengevaluasi kinerja guru kelas,

7) mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru.

Untuk memperoleh asesmen dengan standar tinggi, maka penggunaan asesmen harus: relevan dengan standar atau kebutuhan hasil belajar siswa; adil bagi semua siswa; akurat dalam pengukuran; berguna; layak dan dapat dipercaya. (Herman et al., 1992: 198).

d. Asesmen dalam Pembelajaran Sains

Sebagaimana dikemukakan bahwa pembelajaran sains memiliki tiga dimensi sasaran pembelajaran, yaitu dimensi proses, produk dan sikap yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan dan diabaikan dalam proses belajar mengajar Sains (Moh. Amin, 1987: 16). Target pembelajaran sains ini selain mengembangkan aspek kognitif juga meningkatkan keterampilan proses, sikap, kreativitas dan kemampuan aplikasi konsep (Yager, 1996:9). Mengingat antara belajar dan penilaian mempunyai hubungan yang erat, maka agar siswa terdorong untuk mengembangkan daya kreasi dan keterampilan berfikirnya hendaknya penilaian yang dilakukan tidak hanya ditujukan pada aspek penguasaan konsep saja. Namun perlu dilengkapi dengan penilaian terhadap proses belajar siswa atau aktivitas siswa, karya siswa, dan sikap siswa.

e. Tes Sebagai Instrumen Asesmen

Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Sulistyorini (2009: 89-92) mengemukakan bahwa ditinjau dari segi kegunaannya, tes dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu tes formatif untuk melakukan penilaian pada akhir suatu pembelajaran, tes sumatif untuk melakukan penilaian dari keseluruhan program misalnya dalam satu semester , tes diagnostik merupakan tes untuk mengidentifikasi kemampuan awal, sehingga dapat diketahui kelemahan siswa untuk selanjutnya bisa dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, dan tes penempatan digunakan untuk mengklasifikasi sesuai dengan kemampuan.

(31)

commit to user

Dalam penelitian ini digunakan soal objektif berupa pilihan ganda. Soal objektif adalah “Tes tertulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang tersedia, sehingga peserta didik menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjawab benar maupun mereka yang menjawab salah” (Chabib Thoha, 1991: 55).

3. Pengembangan Tes

Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan dan pembelajaran untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan dan pembelajaran secara efektif dan adaptable, hal ini dikemukakan oleh Anik Ghufron, Widyastuti Purbani, Sri Sumardiningsih (2007: 5).

Menurut van den Akker dan Plomp (Sutrisno Hadi, 2001: 4) mendeskripsikan penelitian pengembangan berdasarkan dua tujuan yaitu pengembangan untuk mendapatkan prototipe produk dan perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan evaluasi prototipe tersebut.

Richey and Nelson mendefiniskan penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematis terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, praktikalitas dan efektivitas (Sutrisno Hadi, 2001: 4).

Suatu produk atau program dikatakan valid apabila ia merefleksikan jiwa pengetahuan (state-of-the-art knowledge). Ini yang kita sebut sebagai validitas isi; sementara itu komponen-komponen produk tersebut harus konsisten satu sama lain (validitas konstruk). Selanjutnya suatu produk dikatakan praktikal apabila produk tersebut menganggap bahwa ia dapat digunakan (usable). Kemudian suatu produk dikatakan efektif apabila ia memberikan hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh pengembang.

Penelitian pengembangan ini merupakan penelitian pengembangan tes yang bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk tes untuk Kelas X SMA RSBI. Ada tiga hal yang penting dalam menyusun tes yaitu:

a. kita harus membuat set tugas yang layak,

(32)

commit to user

c. hasil dari tes tersebut dapat diskor validitas dan reliabilitasnya.

Pengembangan sistem ujian hasil kegiatan pembelajaran berbasis kemampuan dasar bersifat hierarkhis, secara berurutan yaitu: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan soal ujian (Djemari Mardapi, 2001: 8). Menurut Fernandes (1984: 3), ada tujuh hal yang perlu dilakukan dalam perencanaan pengembangan tes, yaitu:

a. menetapkan tujuan umum, b. menyiapkan blue print tes,

c. menetapkan format butir soal dan tipe tes yang dikehendaki;

d. merencanakan interval tingkat kesukaran butir soal yang diinginkan; e. merencanakan jumlah butir soal dan panjang tes;

f. penulisan butir-butir soal dan review butir soal; dan g. menetapkan acuan penilaian yang akan digunakan.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penelitian pengembangan tes ini menggunakan model pengembangan tes yang 4-D.

Model pengembangan 4-D (Four D) merupakan model pengembangan perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: (1) Define (Pembatasan), (2) Design (Perancangan), (3) Develop (Pengembangan) dan (4) Disseminate (Penyebaran), atau diadaptasi Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran.

Secara garis besar keempat tahap tersebut sebagai berikut (Trianto, 2007 : 65 – 68):

a. Tahap Pendefinisian (Define). Tujuan tahap ini adalah menentapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran di awali dengan analisis tujuan da ri batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu: (1) Analisis ujung depan, (2) Analisis siswa, (3) Analisis tugas. (4) Analisis konsep, dan (5) Perumusan tujuan pembelajaran. b. Tahap Perencanaan (Design). Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe

(33)

commit to user

menghubungkan antara tahap define dan tahap design. Tes disusun berdasarkan hasil perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (Kompetensi Dasar dalam kurikukum KTSP). Tes ini merupakan suatu alat mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah kegiatan belajar mengajar, (2) Pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran, (3) Pemilihan format. Di dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada dan yang dikembangkan di negara-negara yang lebih maju.

c. Tahap Pengembangan (Develop). Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi: (1) validasi perangkat oleh para pakar diikuti dengan revisi, (2) simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana, dan (3) uji coba terbatas dengan siswa yang sesungguhnya. Hasil tahap (2) dan (3) digunakan sebagai dasar revisi. Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut dengan siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya. d. Tahap penyebaran (Disseminate). Pada tahap ini merupakan tahap

penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam KBM.

4. Materi Fisika Kelas X Semester Ganjil

Berdasarkan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP), materi Fisika Kelas X Semester Ganjil meliputi Besaran dan Satuan, Gerak Lurus, Gerak Melingkar, dan Hukum Newton tentang Gerak. Pokok bahasan setiap materi adalah sebagai berikut:

a. Besaran dan Satuan

Materi ini membahas Fisika dan ruang lingkupnya, besaran pokok dan satuan standar, besaran turunan, dimensi besaran, alat ukur, dan besaran vektor. b. Gerak Lurus

Membahas kedudukan, jarak, dan perpindahan, kelajuan dan kecepatan, gerak lurus beraturan, gerak lurus berubah beraturan, dan gerak jatuh bebas.

(34)

c. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak melingkar beraturan meliputi pengertian gerak melingkar beraturan, besaran-besaran dalam gerak melingkar, hubungan besaran sudut dan besaran tangensial, serta hubungan roda-roda pada gerak melingkar.

d. Hukum Newton tentang Gerak

Pokok bahasan yang dibahas dalam materi ini adalah pengertian gaya, Hukum I Newton, Hukum II Newton, Hukum III Newton, berat, gaya gravitasi, dan gaya normal, aplikasi Hukum Newton dan dinamika gerak melingkar beraturan (Joko Sumarsono, 2009: 1-99).

Dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL), untuk Kelas X Semester Ganjil disebutkan beberapa kompetensi yang harus dicapai yaitu memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti dan obyektif. Memahami gejala alam dan keberaturannya dalam cakupan mekanika benda titik, benda tegar, kekekalan energi, elastisitas, impuls,dan momentum.

SMA RSBI juga mengacu pada A Level Physics. Untuk Kelas X Semester Ganjil meliputi materi sebagai berikut:

Tabel 2.1. Bagian Silabus A Level Physics

Section Content A

I. General Physics 1. Physical quantities and units v

2. Measurement techniques v

II. Newtonian Mechanics 3. Kinematics v

4. Dynamics v

5. Forces v

6. Motion in a circle v

Sumber: www.cie.org.uk (Anonim, 2011: 10)

Materi dalam A Level Physics yang dapat dikombinasikan dengan materi Kelas X Semester Ganjil SMA RSBI adalah Besaran Fisika dan Satuan yang pembahasannya meliputi besaran Fisika, satuan SI, konstanta Avogadro, dan besaran skalar serta besaran vektor. Teknik Pengukuran yang meliputi

(35)

commit to user

linear dan non linear. Dinamika meliputi pokok bahasan Hukum Newton tentang gerak, momentum linear dan kekekalan momentum. Gaya mencakup bahasan jenis-jenis gaya, kesetimbangan gaya, pusat massa. Gerak dalam lingkaran meliputi kinematika gerak melingkar beraturan, percepatan sentripetal, dan gaya sentripetal.

Berdasarkan kombinasi dari materi-materi tersebut akan disusun suatu silabus dan kisi-kisi tes yang selanjutnya akan dikembangkan menjadi suatu instrumen tes Ulangan Akhir Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Deni Widyantoro dkk (2009: 14-21) menghasilkan suatu kesimpulan bahwa berdasarkan analisis terhadap butir soal yang dikembangkan, dari 40 soal pilihan ganda yang dikembangkan, soal yang dapat dikategorikan baik hanya berjumlah 18 soal (45%), sedangkan 22 soal (55 %) dari soal yang dikembangkan dikategorikan jelek. 18 soal yang dikategorikan baik tersebut diberikan pada dua kali tes sehingga merupakan soal yang konsisten. Namun, pengembangan instrumen tes ini belum memenuhi prosedur pengembangan tes yang baik karena setelah dilakukan validasi instrumen tes oleh pakar, instrumen tersebut langsung didiseminasikan tanpa melalui uji coba terbatas. Sehingga hasil pengembangan tes kurang sesuai dengan yang diharapkan, karena lebih dari 50 % butir tes masih dikategorikan jelek.

Penelitian yang dilakukan oleh Widowati Pusporini (2009: 36-44), pengembangan instrumen tes dilakukan dengan prosedur pengembangan yaitu: penyusunan spesifikasi tes, menulis soal, menelaah soal, melakukan uji coba, menganalisis butir tes, memperbaiki soal tes, dan merakit tes. Prosedur pengembangan instrumen ini hanya cukup sampai merakit tes dan tidak melakukan diseminasi atau uji coba tes dalam lingkup yang lebih luas, sehingga tes hasil rakitan belum dapat dikatakan baik sesuai dengan penelitian Research and Development.

(36)

commit to user

Penelitian oleh Lely Halimah dkk (2007:1) menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahap pertama, adalah studi pendahuluan dan pengembangan model. Pada tahap studi pendahuluan, dilakukan studi lapangan dan studi literatur yang bertujuan untuk menentukan need assessment dalam kaitannya dengan pelaksanaan penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran. Hasil studi pendahuluan dijadikan dasar bagi perumusan dan pengembangan model, yang kemudian dilakukan uji kelayakan model.

Pengembangan tes khusus mengenai konsep energi dan momentum yang dilakukan oleh Singh & Rosegrant (2003: 607) menghasilkan 25 butir soal pilihan ganda untuk mengidentifikasi kesulitan siswa terhadap konsep energi dan momentum. Pengembangannya diawali dengan menyiapkan blue print suatu kerangka perencanaan tes yang diinginkan. Bentuk awal tes ini adalah esai, kemudian hasil jawaban siswa terhadap tes esai dan hasil wawancara dijadikan sebagai pengecoh. Setelah tes pilihan ganda dikonstruksi, para staf pengajar dan postdocts diminta memeriksa tiap butur soal dari tes tersebut dan mengomentari kesesuaiannya dan relevansinya untuk fisika dasar. Di samping itu para pakar tersebut juga diminta memeriksa ambiguitas kata-kata pada setiap butir soal. Setelah divalidasi pakar, tes diimplementasikan kepada lingkup yang besar yaitu 1356 siswa. Hasil tes ini sesuai dengan tujuan diadakannya tes, yaitu dapat terindentifikasi kesulitan siswa dalam konsep energi dan momentum, di mana kesulitan siswa adalah dalam hal menginterpretasikan secara kualitatif prinsip-prinsip dasar yang berhubungan dengan energi dan momentum dan menerapkannya dalam situasi Fisika.

Tes DIRECT (Determining and Interpretating Resistive Electric Circuits Concept Test) yang dikembangkan oleh Engelhardt and Beichner (2004: 98-115) menggunakan prosedur pengembangan dengan langkah awal berupa konstruksi tujuan instruksional. Tujuan instruksional ini dilakukan dengan pengujian terhadap buku teks SMA (high school textbook) dan universitas serta manual laboratorium dan ditambah diskusi informal dengan instruktur yang menggunakan

(37)

commit to user

independen untuk memberikan pertimbangan bahwa tidak ada konsep yang diabaikan. Selanjutnya dikembangkan dua versi DIRECT yaitu 1.0 dan 1.1. Versi 1.1 dikembangkan berdasarkan hasil analisis versi 1.0. Hasil analisis dan wawancara terhadap siswa menunjukkan bahwa versi 1.0 perlu direvisi untuk reliabilitasnya dan juga mengklarifikasi pertanyaan yang membingungkan siswa. Ada dua revisi yang dilakukan yaitu revisi pertama dilakukan dengan meningkatkan jumlah pilihan jawaban menjadi lima untuk semua soal dan revisi kedua adalah menggambar kembali rangkaian yang terdiri dari lampu di dalam soket yang hanya menggunakan baterai, lampu, dan kawat (Engelhardt & Beichner, 2004: 100-101). Hasil analisis menunjukkan bahwa tes ini mempu menunjukkan kesulitan yang dialami siswa dalam memahami rangkaian listrik resistive arus searah sesuai dengan tujuan diadakannya penelitian.

Dalam hal ini peneliti akan mengembangkan instrumen tes atas dasar kajian penelitian yang relevan dan penelitian lainnya untuk menghasilkan instrumen tes Ulangan Akhir Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI yang valid dan reliabel. Instrumen penilaian yang diusulkan dalam bentuk tes pilihan ganda. Pengembangan instrumen ini akan melalui tahap-tahap berikut: (1) Pendefinisian (Define), meliputi studi literatur untuk menganalisis kesesuaian indikator dengan tujuan dan proses pembelajaran serta kurikulum yang digunakan, sehingga dapat tersusun silabus yang baru sebagai pemetaan indikator-indikator yang dapat diukur dengan tes maupun non-tes, (2) Perencanaan (Design) meliputi penyusunan spesifikasi tes berupa pembuatan kisi-kisi dan penyusunan instrumen tes, (3) Pengembangan (Develop) meliputi penelaahan butir soal oleh pakar, analisis validitas, uji coba terbatas, analisis butir soal uji coba, dan revisi butir soal (4) Penyebaran (Disseminate) yang meliputi implementasi instrumen tes dalam lingkup yang lebih luas.

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini merupakan suatu penelitian pengembangan untuk mengembangkan suatu produk berupa instrumen tes Ulangan Akhir Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI. Hal yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian ini adalah tuntutan bagi sekolah RSBI untuk melakukan evaluasi

(38)

commit to user

dengan menggunakan sistem ujian baik nasional maupun internasional yang berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan SNP+X yaitu Standar Nasional Pendidikan plus X yang diilhami dari sistem ujian di negara-negara maju atau negara-negara yang memiliki keunggulan tertentu dalam pendidikan. Dalam hal ini, digunakan A Level Physics dari Cambridge. Atas dasar acuan tersebut, peneliti akan mengembangkan suatu tes. Pengembangan tes tersebut bertujuan untuk menghasilkan instrumen tes Ulangan Akhir Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI yang valid dan reliabel sehingga dapat menambah perbendaharaan soal bagi guru Fisika SMA RSBI dan dapat diimplementasikan dalam lingkup yang luas.

Penjelasan di atas dapat disajikan dalam bagan kerangka berpikir pada Gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir RSBI

Penilaian dengan Sistem Ujian Nasional

dan Internasional

KTSP SNP+X

Standar Isi (SI) Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) A Level

Pengembangan Tes

Instrumen Tes Ulangan Akhir Semester Ganjil

Kelas X SMA RSBI yang valid dan reliabel

(39)

commit to user

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Model pengembangan merupakan langkah-langkah pengembangan yang harus diikuti untuk menghasilkan produk akhir yang dikembangkan. Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mendapatkan produk penilaian pembelajaran berupa instrumen tes Fisika yang memenuhi kriteria validitas, praktikalitas, dan efektivitas. Dalam penelitian ini digunakan model prosedural yaitu bersifat deskriptif dan menggariskan langkah-langkah sistematis yang harus diikuti untuk menghasilkan produk.

B. Prosedur Pengembangan

Penelitian ini mencoba mengembangkan alat ukur untuk menghasilkan instrumen tes yang memiliki karakteristik internal dan tingkat validitas serta reliabilitas yang baik. Instrumen ini disusun dalam bentuk tes pilihan ganda (multiple choice). Pengembangannya dilakukan melalui penelitian dan pengembangan atau R & D (Research and Development) yang dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4-D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: (1) Define (Pendefinisian), (2) Design (Perancangan), (3) Develop (Pengembangan) dan (4) Disseminate (Penyebaran), atau diadaptasi Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran (Trianto, 2007: 65-68). Sesuai dengan model pengembangan yang digunakan, instumen tes akan dikembangkan dengan beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Pada tahap ini, dilakukan studi literatur, analisis terhadap Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan Silabus A Level sebagai pedoman penyusunan kisi-kisi. Selain itu, juga dilakukan analisis soal Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI yang pernah diujikan sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan instrumen tes yang akan dikembangkan.

(40)

commit to user

2. Tahap Perancangan (Design)

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan spesifikasi tes meliputi: a. Membuat Kisi-kisi

Salah satu tahapan yang sangat penting dalam pembuatan dan penggunaan tes adakah mengembangakan kisi-kisi yang berguna untuk menjamin bahwa soal yang dikembangkan sesuai dengan tujuan yang hendak diukur (Sumarna Surapranata, 2004: 50). Balitbang (2007: 6) mendefinisikan kisi-kisi sebagai matriks informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk menulis dan merakit soal menjadi tes. Dengan menggunakan kisi-kisi, penulis soal akan dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes dan perakitan tes akah mudah menyusun perangkat tes. Kisi- kisi tes berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes. Kisi-kisi soal yang baik, harus memenuhi syarat-syarat: mewakili isi kurikulum yang diujikan; komponennya harus rinci, jelas, dan mudah dipahami; dan soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.

b. Bentuk tes

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif pilihan ganda. Menurut Djemari Mardapi (2008: 71), tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang dapat diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang disediakan. Pilihan jawaban terdiri dari kunci dan distraktor (pengecoh). Dalam penyusunan tes tertulis, penulis soal harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal dilihat dari segi materi, konstruksi, maupun bahasa. c. Panjang Tes

Penentuan panjang tes didasarkan pada cakupan materi dan waktu yang disesuaikan dengan faktor kelelahan siswa. Ani Rusilowati (2008: 55) berpendapat bahwa, umumnya waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes bentuk pilihan ganda adalah 1-3 menit untuk setiap soal.

d. Menulis soal

Penulisan soal adalah penjabaran dari indikator jenis dan tingkat perilaku yang hendak diukur menjadi pertanyaan-pertanyaan yang

(41)

commit to user

karakteristiknya sesuai dengan perincian dalam kisi-kisi (Depdikbud, 1999: 24).

e. Karakterisasi Soal

Karakteristik soal meliputi daya beda dan tingkat kesukaran soal. Soal dikemas dalam suatu tes hendaknya memiliki daya beda yang baik. Tes sebaiknya terdiri atas soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, soal tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Karakteristik butir berdasarkan teori tes klasik ditampilkan dalam Tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3.1. Karakteristik Butir

No Jenis kriteria Teori tes Klasik

1. Tingkat kesukaran 0,3-0,7

2. Daya pembeda >0,2

3. Distraktor >2 %

(Widowati Pusporini, 2009) f. Kriteria dan Prosedur Penilaian

Kriteria prosedur penilaian disesuaikan dengan bentuk tes. Pada tes berbentuk pilihan ganda, maka kriteria penilaian ada dua kategori yaitu benar dan salah. Soal dijawab benar diberi skor 1 dan dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

a. Menelaah soal tes

Penelaahan perlu dilakukan setelah tes dibuat. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata ada kesalahan dan kekurangan. Butir soal yang telah disusun kemudian ditelaah dari aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Telaah dilakukan oleh empat pakar Fisika, yaitu tiga dosen dan satu praktisi/ guru SMA RSBI. Dengan telaah soal ini, diharapkan dapat semakin memperbaiki kualitas soal yang terbentuk.

b. Melakukan Uji Coba

Uji coba tes pada prinsipnya adalah upaya mendapatkan informasi empirik mengenai sejauh mana sebuah tes mampu mengukur apa yang hendak diukur (Depdikbud, 1999: 25). Uji coba tes dilakukan untuk memperbaiki

(42)

commit to user

kualitas soal dan digunakan sebagai sarana memeperoleh data empirik tentang kualitas soal yang telah disusun. Melalui data uji coba dapat diperoleh data kualitas soal tes. Jika soal yang dibuat belum memenuhi kriteria yang diharapkan, maka perlu dibuang atau dilakukan perbaikan. Dalam hal ini sebelum diujicobakan ke siswa, dilakukan uji coba secara peer untuk memperoleh validasi peer reviewer. Revisi dari hasil ujicoba ini kemudian diujicobakan ke siswa. Sampel uji coba adalah siswa kelas X di SMA Negeri 1 Surakarta.

Uji coba terbatas dilakukan dengan skala kecil, yaitu dilakukan dalam satu kelas dengan menggunakan teknik belah dua. Hasil uji coba terbatas dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif hingga mendapatkan judgement. Hasil analisis ini dapat menunjukkan suatu soal layak untuk diujikan atau tidak. Jika terdapat butir soal yang tidak layak akan dilakukan revisi. Butir soal yang layak akan diimplementasikan dalam penelitian.

c. Menganalisis Butir Soal Tes

Data hasil uji coba dianalisis untuk memperoleh data empirik tentang kualitas soal. Melalui analisis ini dapat diketahui tingkat kesukaran dan daya beda soal. Analisis dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel. d. Memperbaiki Soal Tes

Setelah diuji coba dan dianalisis, langkah selanjutnya adalah memilih butir-butir yang lolos analisis dan merevisi butir. Hasil analisis butir dapat menunjukkan kualitas butir dalam perangkat tes yang akan digunakan sebagai pertimbangan butir-butir yang lolos, dibuang, atau direvisi.

4. Tahap Penyebaran (Disseminate)

Berdasarkan hasil analisis, butir soal yang layak diujikan didiseminasikan kepada siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta. Tahap diseminasi dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa diterima pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem. Menurut Thiagarajan dkk, (1974: 9), “the terminal stages of final packaging, diffusion, and adoption are most important although most frequently overlooked.” Setelah dilakukan diseminasi terhadap

(43)

commit to user

responden atau siswa, diperoleh jawaban dari siswa sebagai hasil uji. Hasil uji ini dilakukan analisis butir dan uji reliabilitas. Dengan hasil ini dapat diketahui soal-soal dari tes yang dikembangkan dapat diterima atau ditolak. Instrumen yang dinyatakan valid dan reliabel dapat diaplikasikan untuk melakukan penilaian pembelajaran di sekolah RSBI.

Bagan mengenai prosedur pengembangan dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1. Bagan Prosedur Pengembangan

Analisis Kebutuhan Analisis Kurikulum

Penyusunan Silabus Instrumen Tes Expert judgement Validasi oleh Peer Reviewer Validasi oleh Reviewer Instrumen Terevisi

Uji Coba Terbatas

Instrumen Terevisi Diseminasi 15 Siswa 61 Siswa Produk Akhir Penyusunan Kisi-Kisi Define Design Develop Disseminate

Gambar

Tabel 2.1. Bagian Silabus A Level Physics
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir RSBI
Tabel 3.1. Karakteristik Butir
Gambar 3.1. Bagan Prosedur Pengembangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun pada perencanaan bangunan hotel yang menggunakan metode Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) ini hanya akan meninjau perhitungan pada lantai lower

mempraktekkannya di pembelajaran ternyata tidak semudah pengetahuan yang didapat dan dimiliki. Ada sisi baik bagi guru karena mempunyai pengalaman khusus untuk

Penelitian ini dilatarbelakangi kesulitan siswa dalam menulis yang benar secara tatabahasa dengan menggunakan kosakata serta ungkapan yang tepat. Hal ini disebabkan

Dari tabel hubungan pola makan dengan timbulnya gastritis menunjukkan bahwa sebagian besar responden (47%) memiliki pola makan kurang baik, mengakibatkan 5 responden

Dari hasil simulasi, dapat disimpulkan bahwa usia awal kerja memberikan dampak yang signifikan pada normal cost, accrued liability, dan present value future benefit karyawan..

pembelajaran yang tidak terpisahkan, sebagaimana dikemukakan Gronlund (1998) bahwa hubungan antara pembelajaran dengan asesmen seperti diuraikan berikut: 1) Pembelajaran

Fitur: • Alternatif efektif untuk aplikasi yang tidak memerlukan panjang cleat dengan lebar belt penuh • Dapat diinstal dalam pola apa pun dan diposisikan untuk

Sementara itu, sel punca pluripoten induksi memiliki potensi yang hampir sama baiknya dengan sel punca embrional karena dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel,