• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

61

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan metode penelitian dengan pedekatan kualitatif, dimana sumber yang diperoleh berasal dari data internal perusahaan dan kerja praktek langsung dengan menjabarkan pengalaman pribadi guna mengetahui proses produksi yang dilakukan pada program “Sportvaganza” dalam meningkatkan rating dan share.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara-cara kuantifikasi. Penelitian kualitatif dapat menunjukkan kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, pergerakan sosial, dan hubungan kekerabatan. Beberapa data dapat diukur melalui data sensus tetapi analisisnya tetap analisis data kualitatif. Sebenarnya, istilah penelitian kualitatif membingungkan karena istilah ini dapat berarti different things to different

people.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal terpenting suatu barang atau jasa. Hal terpenting suatu barang atau jasa yang berupa kejadian, fenomena, dan gejala sosial adalah makna di balik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi pengembangan konsep teori. Jangan sampai sesuatu yang berharga tersebut berlalu bersama waktu tanpa meninggalkan manfaat. Penelitian kualitatif dapat didesain untuk memberikan sumbangannya terhadap teori, praktis, kebijakan, maslah-masalah sosial, dan tindakan.

(2)

Penelitian kualitatif dieksplorasi dan diperdalam dari fenomena sosial atau lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat, dan waktu. Latar sosial tersebut digambarkan sedemikian rupa sehingga dalam melakukan penelitian kualitatif mengembangkan pertanyaan dasar: apa dan bagaimana kejadian itu terjadi; siapa yang terlibat dalam kejadian tersebut; kapan terjadinya; dimana tempat kejadiannya. Untuk mendapatkan hasil penelitian kualitatif yang terpercaya, masih dibutuhkan beberapa persyaratan yang harus diikuti sebagai suatu pendekatan kualitatif, mulai dari syarat data, cara/teknik pencarian data, pengolahan data, sampai dengan analisisnya (Ghony, Almanshur, 2012:27).

Begitu juga definisi yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Dan ditambahkan oleh Rurchan dengan melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari (Baswori, Suwandi, 2008:1).

Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan di bawah studi. Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa pengetahuan dihasilkan dari seting sosial dan bahwa pemahaman pengetahuan sosial adalah suatu proses ilmiah yang sah (legitimate) (Emzir, 2012:2).

Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerpaan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan mungkin menjadi kunci apa yang telah diteliti. Dengan demikian, laporan hasil penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah

(3)

wawancara, catatan lapangan, foto, video-tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada penulisan laporan demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Hal itu, hendaknya dilakukan seperti orang merajut benang sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu (Ghony, Almanshur, 2012:34-35).

Sementara itu menurut Lodico, Spaulding, dan Voegtle (2006) penelitian kualitatif, yang juga disebut penelitian interpretif atau penelitian lapangan adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan antropologi dan diadaptasi ke dalam seting pendidikan. Peneliti kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan.

Di pihak kualitas menunjuk segi alamiah yang dipertentangkan dengan

kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian

penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan (Moleong, 2011:3)

Data kualitatif, yakni data yang bukan berbentuk angka, melainkan hanya keterangan, misalkan data tentang jenis pekerjaan, agama, dan kewarganegaraan (Indriastuti, 2012:3). Data berdasarkan sumbernya dibedakan sebagai berikut.

a. Data internal, yakni data yang diperoleh dari dalam perusahaan, misalkan untuk keperluan identitas pegawai suatu perusahaan, diambil data tentang personalia.

b. Data eksternal, yakni data yang diperoleh dari luar perusahaan, misalkan untuk keperluan tentang perkembangan harga produk suatu perusahaan, data yang diambil dari luar perusahaan dengan tujuan untuk membandingkan harga produknya.

(4)

3.2 Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif (descriptive research) yang membahas mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam arti ini penelitian deskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif.

Penelitian deskriptif tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Beberapa penulis memperluas penelitian deskriptif kepada segala penelitian selain penelitian historis dan eksperimental (Rakhmat, 2009:24).

Penelitian deskriptif ditujukan untuk:

(1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada;

(2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku;

(3) membuat perbandingan atau evaluasi; dan

(4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang (Rakhmat, 2009:25).

(5)

Tetapi para ahli dalam bidang penelitian tidak ada kesepakatan mengenai apa sebenarnya penelitian deskriptif itu. Sementara ahli memberikan arti penelitian deskriptif itu lebih luas dan mencakup segala macam bentuk penelitian kecuali penelitian historis dan penelitian eksperimental, dalam arti luas, biasanya digunakan istilah penelitian survai (Suryabrata, 2012:75-76).

Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada penulisan laporan demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya.

Hal itu hendaknya dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap bagian ditelaah sat semi satu. Pertanyaan dengan kata tanya mengapa, alasan apa, dan

bagaimana terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh peneliti. Dengan

demikian, peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu sudah memang demikian keadaannya (Moleong, 2011:11).

3.3 Metode Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus memutuskan dan merancang bagaimana cara yang akan ditempuh untuk menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Menurut Conghlan dan Brannick, metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah. Setiap metode penelitian disusun berdasarkan dan dipengaruhi oleh asumsi filosofis penelitian yang dianut oleh sang peneliti. Metode penelitian yang berbeda mensyaratkan penguasaan kemampuan dan alat

(6)

yang berbeda. Metode penelitian menentukan bagaimana data penelitian dikumpulkan (Sarosa, 2012:36).

Menurut Daymond dan Halloway studi kasus berarti pengujian intensif menggunakan berbagai sumber bukti terhadap suatu entitas tunggal yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Pada umumnya studi kasus dihubungkan dengan sebuah lokasi atau sebuah organisasi, sekumpulan orang seperti kelompok kerja atau kelompok sosial, komunitas, peristiwa, proses, isu maupun kampanye.

Metode studi kasus dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan uraian atau penjelasan mengenai proses produksi program “Sportvaganza” di TRANS TV periode Februari-Maret 2013.

Studi kasus juga bisa berfokus pada rutinitas yang sejak dahulu sudah berlangsung, kejadian sehari-hari dalam mengirim dan menerima (pesan) komunikasi. Menganalisis apa dan bagaimana sesuatu dianggap biasa diterima secara umum dan dapat memberi kontribusi penting. Misalnya mengapa suatu masyarakat tetap konsisten pada suatu tradisi padahal tradisi itu nyata-nyata bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan secara umum.

Menurut Yin, studi kasus digunakan untuk mengetahui dengan lebih mendalam dan terperinci tentang suatu permasalahan atau fenomena yang hendak diteliti (Tohirin, 2012:19-20).

Seperti yang diungkapkan oleh Chen dan Pearce (1995) bahwa studi kasus bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai berbagai peristiwa komunikasi kontemporer yang nyata dalam konteksnya. Penelitian kasus memungkinkan Anda mengumpulkan informasi yang detail dan kaya, mencakup dimensi-dimensi sebuah kasus tertentu atau beberapa kasus kecil dalam rentang yang luas. Studi kasus yang baik menyoroti berbagai faktor atau fenomena

(7)

hubungan sosial dalam situasi tertentu, melukiskan keunikannya, sekaligus mencoba menawarkan pemahaman-pemahaman mendalam yang mempunyai relevansi lebih luas. Studi kasus juga bertujuan untuk mengungkap sesuatu dari situasi dan peristiwa saat ini. Tidak akan pernah ada kata penutup untuk kasus yang diteliti. Interprestasi Anda hanya bersifat sementara dan tidak sempurna, tersusun dari pemikiran Anda sendiri yang mempertimbangkan hal-hal tertentu saja. Oleh karena itu, studi kasus Anda harus menekankan keterbukaan untuk menghasilkan forum dialog lebih lanjut (Tohirin, 2012:21-22).

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur (2012:27) menjelaskan bahwa pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan teknik kondisi alami, sumber data primer, dan lebih banyak pada teknik observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi.

Kriyantono (2010: 390) menjelaskan bahwa data dapat dikumpulkan melalui wawancara yang mendalam pada setiap subjek penelitian. Wawancara ini merupakan wawancara tatap muka antara peneliti dengan responden, dengan teknik wawancara mendalam.

Rini Indiriastuti (2012:2) menyatakan bahwa, data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Datum berasal dari bahasa Latin yang berarti “sesuatu yang diberikan”. Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang

(8)

bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra. Tujuan pengumpulan data adalah untuk memperoleh gambaran suatu keadaan dan sebagai dasar pengambil keputusan. Syarat-syarat data yang baik sebagai berikut:

1. Data harus objektif, yakni data harus sesuai dengan keadaan sebenarnya, apa adanya, dan tidak ada rekayasa. Sebagai contoh, penjualan turun harus dilaporkan turun.

2. Data harus relevan, yaitu data harus sesuai dengan penelitian yang dikehendaki.

3. Data harus representatif, yakni data harus dapat mewakili keseluruhan objek pengamatan.

4. Data harus uptodate, yakni data yang digunakan harus data terbaru/terkini.

5. Data harus reliabel, yakni data yang memiliki kesalahan baku yang relatif kecil sehingga jika membuat suatu perkiraan, selisih antara perkiraan dan sebenarnya sangat kecil. Suatu perkiraan dikatakan baik (mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi) apabila kesalahan bakunya kecil.

Menurut Ida Bagoes Mantra, metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Metode observasi merupakan cara yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subjek penelitian seperti perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu, dan keadaan tertentu (Ghony, Almanshur, 2012:165).

(9)

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan. Sumber data ini bisa responden atau subjek riset, dari hasil pengisian kueisioner, wawancara, dan observasi (Kriyantono, 2010:41-42). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam. Dan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:

a) Wawancara (Interview)

Wawancara dalam riset kualitatif, yang disebut sebagai wawancara (mendalam (depth interview) atau wawancara secara intensif (intensive-interview) dan kebanyakan tak berstruktur. Tujuannya untuk mendapatkan data kualitatif yang mendalam. (Kriyantono, 2010:100).

Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. (Kriyantono, 2010:102) Seperti misalnya melakukan wawancara terhadap Excecutive Producer, Producer, Tim Kreatif, dan

Production Assistent.;

b) Observasi

Dengan metode observasi partisipan, lebih memungkinkan periset mengamati kehidupan individu atau kelompok dalam situasi riil, di mana terdapat setting yang riil tanpa dikontrol atau diatur secara sistematis (Kriyantono, 2010:112); dan

(10)

c) Dokumentasi

Metode observasi, kuesioner atau wawancara sering dilengkapi dengan kegiatan penelursuran dokumentasi. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interprestasi data. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik atau privat (Kriyantono, 2010:120).

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder. Data ini juga dapat diperoleh dari data primer penelitian terdahulu yang telah diolah lebih lanjut menjadi bentuk-bentuk seperti tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga menjadi informatif bagi pihak lain (Kriyantono, 2010:42). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan studi kepustakaan (literature) seperti buku-buku dan data-data dari TRANS TV, khususnya program “Sportvaganza”. 3.3.2 Teknik Analisis Data

Penelitian kualitatif cenderung menghasilkan jumlah data yang sangat banyak dan kurang terstruktur. Jumlah data yang banyak tersebut jelas membutuhkan perencanaan dan strategi yang tepat untuk mengolah dan menganalisis (Sarosa, 2012:37).

Setelah proses pengumpulan data dilakukan, menurut Muhadjir proses selanjutnya adalah melakukan analisis data. Analisis atau penafsiran data merupakan proses mencari dan menyusun atur secara sistematis catatan temuan penelitian melalui pengamatan dan wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang fokus yang dikaji dan

(11)

menjadikannya sebagai temuan untuk orang lain, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, dan menyajikannya.

Menurut Lexy (2004), analisis atau perbincangan data merupakan proses menyusun atur data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sedemikian rupa sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis sebagaimana tuntutan data (Tohirin, 2012:141).

1. Reduksi Data

Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. (Emzir, 2012:129). 2. Model Data

Emzir (2012:131) menyatakan bahwa model data merupakan langkah utama kedua dari kegiatan analisis data adalah model data. “Model” sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan

Emzir (2012:133) menyimpulkan langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan dan verifikasi kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah “makna” sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal, dan proposisi-proposisi. Peneliti yang kompeten dapat menangani kesimpulan-kesimpulan ini secara jelas, memelihara kejujuran dan kecurigaan (skeptisme), tetapi kesimpulan masih jauh, baru mulai dan pertama masih samar, kemudian meningkat menjadi eksplisit dan mendasar.

(12)

Riset kualitatif adalah riset yang menggunakan cara berpikir induktif, yaitu cara berpikir yang berangkat dari hal-hal yang khusus (fakta empiris) menuju hal-hal yang umum (tataran konsep). Karena itu secara garis besar teknik analisis datanya dapat berupa seperti berikut (Kriyantono, 2010:196-198):

Gambar 3.1 Proses Analisis Data Kualitatif

Gambar 3.1 menjelaskan bahwa analisis data kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan periset di lapangan. Data tersebut terkumpul baik melalui observasi, wawancara mendalam, focus

group discussion maupun dokumen-dokumen. Kemudian data tesebut

diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori tertentu. Pengklasifikasian atau pengkategorian ini harus mempertimbangkan kesahihan (kevalidan), dengan memerhatikan kompetensi subjek penelitian, tingkat autentisitasnya dan melakukan triangulasi berbagai sumber data.

Data tersebut masih bersifat bertebaran. Karena itu periset harus mengklasifikasikan ke dalam kategori tertentu, misalnya kategori faktor

Berbagai data di Lapangan Analisis/Klasifikasi Data/Kategorisasi Ciri-ciri Umum Pemaknaan/Inter-prestasi Ciri-ciri Umum Kelebihan Data: - Kompetensi Subjek - Authenticity & Triangulasi - Intersubjectivity BERTEORI & KONTEKSTUAL

(13)

sosiodemografis buruh, prefensi terhadap media, maupun motif menggunakan media. Periset benar-benar harus memilah-milah mana data yang kurang valid karena kompetensi subjek dalam memberikan jawaban diragukan, mendialogkan data yang satu dengan yang lain, dan sebagainya.

Setelah diklasifikasikan, periset melakukan pemaknaan terhadap data. Pemaknaan ini merupakan prinsip dasar riset kualitatif, yaitu bahwa realitas ada pada pikiran manusia, realitas adalah hasil konstruksi sosial manusia.

3.4 Pengkodean atau Coding

Kode merupakan sistem pengorganisasian tanda. Kode mempunyai sejumlah unit (atau kadang-kadang satu unit) tanda. Cara menginterprestasikan pesan-pesan yang tertulis yang tidak mudah di pahami. Jika kode sudah diketahui, makna akan bisa dipahami (Kriyantono, 2010:271).

Koding adalah proses pengidentifikasian dan penamaan tema atau konsep dalam tahap analisis (Tohirin, 2012:33).

Menurut Strauss dan Corbin, analisis data kualitatif, khususnya dalam penelitian Grounded Theory terdiri atas tiga jenis pengodean (coding) utama, yaitu :

(1) pengodean terbuka (open coding); (2) pengodean berporos (axial coding); dan (3) pengodean selektif (selective coding).

Mereka menekankan bahwa garis di antara masing-masing jenis pengodean adalah artifisial (Emzir, 2012:137).

Strategi grounded theory yang lazim digunakan dalam ilmu sosial antara lain diajukan oleh Glaser dan Strauss (1967). Tujuan utama penggunaan strategi

(14)

ini adalah menyusun ataupun mengembangkan teori berdasarkan data secara induktif. Meskipun demikian bukan berarti bahwa penggunaan strategi tersebut harus dikosongkan dalam landasan teori.

Teori sebagai konsep deduktif yang digunakan dalam pengumpulan dan analisis data meski didudukkan sebagai alat, bukan sebagai proposisi yang diuji kebenarannya. Dengan demikian, analisis data bukan untuk memperkuat teori yang ada sebelumnya melainkan untuk membuahkan teori secara substansif.

Proses analisis data dalam grounded theory disebut koding (coding). Dalam koding terdapat kegiatan 4P: pelabelan, pemilahan, pencatatan, dan

pematraan (Baswori, Suwandi, 2008:59):

Pelabelan mengacu pada pemberian konsep pada peristiwa maupun

fenomena yang dijadikan sasaran analisis

Pemilahan mengacu pada perbandingan ciri satuan atau label yang satu

dengan satuan atau label lain untuk menentukan pengelompokkan berdasarkan ciri kombinasi dan urutannya.

Pencatatan merupakan produk penulisan koding yang masih bersifat

terbuka sebagai bahan refleksi dan abstraksi

Pematraan mengacu pada abstraksi ciri hubungan ciri dalam satuan label

dan kelompok guna memahami dimensi hubungan sistemisnya. Koding pada tahap ini disebut open coding.

3.4.1 Pengkodean Terbuka (Open Coding)

Open coding sebagai tahapan yang bisa juga mengacu pada kegiatan

analisis pengumpulan data di lapangan (Baswori, Suwandi, 2008:59).

Pengodean terbuka (open coding) adalah bagian analisis yang berhubungan khususnya dengan penamaan dan pengategorian fenomena

(15)

melalui pengujian data secara teliti. Tanpa tahap analisis dasar pertama ini, sisa analisis dan komunikasi yang mengikuti tidak dapat mengambil tempat. Selama pengodean terbuka data dipecah ke dalam bagian-bagian yang terpisah, diuji secara cermat, dibandingkan untuk persamaan dan perbedaannya, dan pertanyaan-pertanyaan diajukan tentang fenomena sebagaimana tercermin dalam data. Melalui proses ini, asumsi seseorang atau orang lain tentang fenomena dipertanyakan atau dijelajahi, mengarah pada penemuan-penemuan baru (Emzir 2012:139).

Pengodean terbuka memecahkan data dan membolehkan seorang untuk mengidentifikasi beberapa kategori, propertinya, dan lokasi dimensionalnya (Emzir 2012:152).

Ada dua prosedur analisis dasar untuk proses pengodean, memikirkan perubahan-perubahan alamiah dengan masing-masing jenis pengodean.

Pertama berhubungan dengan membuat perbandingan, yang lain mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Secara fakta, grounded theory menurut Glaser

Strauss (1967) sering dirujuk dalam literatur sebagai “metode analisis perbandingan tetap” (the constant comparative method of analysis). Kedua prosedur ini membantu dalam memberikan konsep-konsep dalam grounded

theory kepersisan dan kespesifikasinya. Kedua prosedur ini digunakan untuk

memperkaya tujuan konseptualisasi dan kategorisasi data melalui pengodean terbuka. Open coding juga terdiri dari pelabelan fenomena, penemuan kategori, penamaan sebuah kategori, pengembangan kategori-kategori dalam istilah properti dan dimensinya, variasi cara melakukan pengodean terbuka, dan menulis catatan kode (Emzir 2012:139-151).

(16)

3.4.2 Pengodean Berporos (Axial Coding)

Dalam axial coding fokus kita adalah pengkhususan sebuah kategori (fenomena) dalam istilah-istilah dari kondisi-kondisi yang memberikan tambahan padanya; konteks (serangkaian properti khususnya) dalam mana ia tertanam; strategi-strategi tindakan/interaksional yang digunakan untuk menangani, melaksanakannya, serta konsekuensi-konsekuensi dari strategi-strategi ini.

Pengodean berporos meletakkan data kembali ke belakang bersama-sama dalam cara-cara baru dengan membuat hubungan antara sebuah kategori dan subkategorinya. Di sini kita berbicara tentang hubungan beberapa kategori utama untuk membentuk suatu rumusan teoretis yang lebih luas, tetapi mengembangkan apa yang mungkin menjadi salah satu dari beberapa kategori utama. Dengan kata lain, kita masih berurusan dengan pengembangan sebuah kategori, tetapi pengembangan di luar properti dan dimensi (Emzir, 2012:152).

Axial coding mengacu pada kegiatan mendudukkan dan memetakan

data berdasarkan hasil open coding. Pendudukan dan pemetaan itu didasarkan pada ciri hubungan kontekstual, kondisional, lakuan, ciri interuksional, dan implikasi. Berdasarkan hasil axial coding selanjutnya dilakukan analisis pada tahap selective coding (Baswori, Suwandi, 2008:59).

3.6.3 Pengodean Terpilih (Selective Coding)

Analisis pada tahap ini mengacu pada proses strukturasi dan sistematisasi, pemikiran, dan penentuan ulang dalam kegiatan story line:

(17)

penyusunan konsep dan proposisi sehingga membentuk untaian pernyataan atau kalimat tertentu (Baswori, Suwandi, 2008:59-60).

Dalam pengodean berporos Anda mengembangkan dasar-dasar untuk pengodean selektif. Ada beberapa langkah untuk melakukan semua ini. Langkah pertama melibatkan penjelasan alur cerita (story line). Langkah

kedua terdiri atas menghubungkan katagori-kategori tambahan di sekitar

kategori inti dengan menggunakan paradigma. Langkah ketiga melibatkan menghubungkan kategori-kategori pada level dimensional. Langkah keempat meenyertakan validasi hubungan-hubungan ini dengan data. Langkah kelima dan terakhir terdiri atas memasukkan ke dalam kategori-kategori yang mungkin memerlukan pembersihan dan/atau pengembangan lebih lanjut (Emzir 2012: 175-176).

3.5 Keabsahan Penelitian

Kebenaran data penelitian kualitatif dapat ditentukan dari derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian data (Tohirin, 2012:71-72).

1. Derajat kepercayaan (credibility). Menggantikan istilah validitas internal dari nonkualitatif.

2. Keteralihan (transferability). Berbeda dengan validitas eksternal dari penelitian nonkualitatif. Dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks.

3. Kebergantungan (dependability). Subsitusi atau pengganti istilah reliabilitas dalam penelititan nonkualitatif. Konsep kebergantungan lebih

(18)

luas dari reliabilitas. Hal itu karena konsep kebergantungan bukan saja memperhitungkan apa yang dalam reliabilitas sendiri, tetapi juga faktor-faktor lain yang berkaitan.

4. Kepastian (confirmability). Berasal dari konsep objektivitas dalam penelitian nonkualitatif. Dalam penelitian nonkualitatif, objektivitas diukur dari segi kesepakatan antar subjek. Dikatakan objektivitas apabila dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan (lawan dari subjektif). Penelitian non kualitatif menekankan pada orang, sedangkan penelitian alamiah (kualitatif) menghendaki agar penekanan bukan pada orangnya, melainkan pada prosesnya. Jadi intinya, di sini bukan lagi berkaitan dengan ciri-ciri data.

R. Kriyantono (2010:70-73) Setiap riset harus bisa dinilai. Ukuran penilaian berbeda antara riset kualitatif dan kuantitatif. Ukuran kualitas sebuah riset terletak pada kesahihan atau validitas data yang dikumpulkan selama riset. Secara umum, validitas riset kuantitatif terletak pada penentuan metodologinya, sedangkan untuk riset kuantitatif terletak pada proses sewaktu periset turun ke lapangan mengumpulkan data dan sewaktu proses analisis-interpretatif data.

Penilaian kesahihan riset kualitatif biasanya terjadi sewaktu proses pengumpulan data dan analisis-interprestasi data. Jenis-jenisnya adalah:

1) Kompetensi Subjek Riset

Artinya subjek riset harus kredibel, caranya dengan menguji jawaban-jawaban pertanyaan berkait dengan pengalaman subjek. Bagi yang tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan mengenai masalah riset, data dari subjek tersebut tidak kredibel. Dalam riset tentang motivasi membaca surat

(19)

kabar Kompas, maka subjek riset harusnya orang yang pernah membaca

Kompas.

2) Trustworthiness

Yaitu menguji kebenaran dan kejujuran subjek dalam mengungkap realitas menurut apa yang dialami, dirasakan atau dibayangkan. Trustworthiness ini mencakup dua hal:

a. Authenticity, yaitu memperluas konstruksi personal yang dia

ungkapkan. Periset memberi kesempatan dan memfasilitasi pengungkapan konstruksi personal yang lebih detail, sehingga mempengaruhi mudahnya pemahaman yang lebih mendalam. Misalnya, periset memberi peluang subjek untuk bercerita panjang lebar tentang apa yang dialaminya dalam konteks wawancara yang informal dan santai.

b. Analisis triangulasi, yaitu menganalisis jawaban subjek dengan

meneliti kebenarannya dengan data empiris (sumber data yang lain-nya) yang tersedia. Di sini jawaban subjek di cross-check dengan dokumen yang ada. Menurut Dwidjowinoto (2002:9) ada berapa macam triangulasi yaitu:

a) Triangulasi Sumber

Membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Misalnya, membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara; membandingkan apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan pribadi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber untuk menambah nilai keakuratan hasil data.

(20)

b) Triangulasi Waktu

Berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena perilaku manusia dapat berubah setiap waktu. Karena itu periset perlu mengadakan observasi tidak hanya satu kali.

c) Triangulasi Teori

Memanfaatkan dua atau lebih untuk diadu atau dipadu. Untuk itu diperlukan rancangan riset, pengumpulan data, dan analisis data yang lengkap supaya hasilnya komprehensif. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan triangulasi teori, seperti teori tahapan produksi yang meliputi pra produksi, produksi, dan pasca produksi. d) Triangulasi Periset

Menggunakan lebih dari satu periset dalam mengadakan observasi atau wawancara. Karena masing-masing periset mempunyai gaya, sikap, dan persepsi yang berbeda dalam mengamati fenomena maka hasil pengamatannya bisa berbeda meski fenomenanya sama. Pengamatan dan wawancara dengan menggunakan dua periset akan membuat data lebih absah. Sebelumnya, tim perlu mengadakan kesepakatan dalam menentukan kriteria atau acuan pengamatan dan wawancara. Kemudian hasil pengamatan masing-masing ditemukan.

e) Triangulasi Metode

Usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan riset. Triangulasi metode dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan yang sama.

(21)

3)Intersubjectivity Agreement

Semua pandangan, pendapat atau data dari suatu subjek didialogkan dengan pendapat, pandangan atau data dari subjek lainnya. Tujuannya untuk menghasilkan titik temu antar data (intersubjectivity agreement).

4)Conscientization

Adalah kegiatan berteori, ukurannya: dapat melakukan “blocking

interpretation”, mempunyai basis teoritis yang mendalam dan kritik harus

tajam. Kegiatan berteori ini harus bisa memaparkan dua hal, yaitu:

a. Historical situatedness (ideographic): sesuaikan analisis dengan

konteks sosial dan budaya serta konteks waktu dan historis yang spesifik sesuai kondisi di mana riset terjadi.

b. Unity theory & praxis: memadukan teori dengan contoh praktis.

3.6 Kelemahan dan Keterbatasan

Sebagai pemula, peneliti memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan dalam melakukan penelitian ini, seperti:

a. Adaya kesulitan dan keterbatasan dalam menganalisa data yang sangat banyak, sehingga peneliti terkadang menjadi bersifat subjektif dalam menginterprestasikan materi yang ada.

b. Data-data internal yang sifatnya terbatas, sehingga peneliti kurang memperoleh bahan untuk sumber informasi.

c. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh informan (Excecutive Producer,

Associate Producer, Production Assistant, dan Tim kreatif) untuk

Gambar

Gambar 3.1 Proses Analisis Data Kualitatif

Referensi

Dokumen terkait

Untuk ekstraksi fitur tekstur akan didapatkan nilai dari histogram fitur yang dihasilkan dan akan dilakukan pengujian dengan kuantisasi panjang histogram, sedangkan

(1) Orang pribadi atau badan yang telah mempunyai izin di bidang Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja tetap masih berlaku sampai berakhirnya masa izin dan harus

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan angket untuk menjaring kenyamanan terhadap efikasi penerangan di ruang kerja dengan kegiatan membaca atau menulis,

Asosiasi merupakan hubungan saling ketergantungan antarspesies, seperti asosiasi antarspesies burung. Burung memiliki peran penting serta kemampuan adaptasi yang baik

BANK berhak dengan ketentuan dan syarat-syarat yang dianggap baik oleh BANK untuk menjual dan/atau mengalihkan sebagian atau seluruh hak tagih BANK, baik pokok maupun bunga,

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan ekstrak tepung buah sirih hutan (Piper aduncum L.) yang tepat untuk mengendalikan hama kutu daun persik Myzus persicae

Dalam sebuah cerita terdapat unsur yang disebut latar, meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar suasana3. Amanat/pesan apa yang disampaikan dalam