• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN AKAD PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN SYARIAH Oleh : Anang Wahyu Eko Setianto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN AKAD PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN SYARIAH Oleh : Anang Wahyu Eko Setianto"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

30

PERAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN AKAD PADA

LEMBAGA PEMBIAYAAN SYARIAH Oleh : Anang Wahyu Eko Setianto

Abstrak

Pengawasan merupakan salah satu tugas dasar manajemen dalam konsep manajemen modern, yaitu memastikan bahwa segala sesuatu berada dalam keteraturan, berjalan sesuai garis-garis yang ditentukan, teori yang ada, dan dasar-dasar yang bisa dipercaya. Menurut Griffin fungsi-fungsi yang ada didalam manajemen diantaranya adalah fungsi perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian(Organizing), fungsi pelaksanaan (Actuating) dan fungsi pengawasan (Controlling).

Dewan pengawas syariah dalam struktur organisasi lembaga pembiyaan syariah diletakkan pada posisi setingkat dengan Dewan Komisaris. Posisi yang demikian bertujuan agar Dewan Pengawas Syariah lebih berwibawa dan mempunyai kebebasan opini dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada semua direksi di bank tersebut dalam hal-hal yang berhubungan dengan aplikasi produk perbankan syariah.

Dewan pengawas syariah dalam struktur organisasi lembaga pembiyaan syariah diletakkan pada posisi setingkat dengan Dewan Komisaris. Posisi yang demikian bertujuan agar Dewan Pengawas Syariah lebih berwibawa dan mempunyai kebebasan opini dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada semua direksi di bank tersebut dalam hal-hal yang berhubungan dengan aplikasi produk perbankan syariah. Oleh sebab itu penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh rapat umum pemegang saham perseroan dari suatu lembaga keuangan syariah bukan bank setelah nama-nama anggota Dewan Pengawas Syariah tersebut mendapat mengesahan dari Dewan Syariah Nasional (DSN).

Kata kunci : Dewan Pengawas Syariah, Pengawasan, Akad, Pembiayaan, Lembaga Pembiayaan Syariah

Pendahuluan

Sistem keuangan Islam merupakan salah satu bagian dari konsep luas tentang ekonomi Islam dan bukan hanya sekedar transaksi komersial, tetapi juga merupakan sebuah sistem yang mempunyai tujuan sosial untuk mendorong kesejahteraan masyarakat serta sistem yang harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Aspek kesesuaian dengan prinsip-prinsip syariah (shari’a compliance) merupakan aspek utama dan mendasar yang membedakan antara Lembaga Keuangan Syariah dengan Lembaga Keuangan konvensional. Untuk menjaga dan memastikan

(2)

31

agar Lembaga Keuangan Syariah dalam implementasinya tidak menyimpang dan telah memenuhi prinsip-prinsip syariah, maka dibentuklah Dewan Pengawas Syariah.

Dewan Pengawas Syariah itu sendiri merupakan suatu badan/lembaga independen yang ditempatkan oleh Dewan Syariah Nasional pada lembaga keuangan syariah. Anggota DPS harus terdiri dari para pakar di bidang syariah muamalah yang juga memiliki pengetahuan umum di bidang perbankan1. Dewan Pengawas Syariah dalam lembaga keuangan syariah menduduki posisi yang sangat kuat, menurut Pasal 109 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selain mempunyai Dewan Komisaris wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariah. (pasal 1), Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas seorang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia. (pasal 2), Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah (pasal 3). Lembaga Keuangan Syariah adalah badan usaha yang kegiatannya di bidang keuangan syariah dan asetnya berupa aset-aset keuangan maupun non keuangan berdasarkan prinsip syariah. Dan ada yang mengartikan sebagai berikut lembaga keuangan syariah adalah badan usaha yang kekayaan utamanya berbentuk aset keuangan, memberikan kredit dan menanamkan dananya dalam surat berharga. Serta menawarkan jasa keuangan lain seperti: simpanan,asuransi,investasi,pembiayaan,dll.

Pengertian Pengawasan

Pengawasan merupakan salah satu tugas dasar manajemen dalam konsep manajemen modern, yaitu memastikan bahwa segala sesuatu berada dalam keteraturan, berjalan sesuai garis-garis yang ditentukan, teori yang ada, dan dasar-dasar yang bisa dipercaya. Menurut Griffin fungsi-fungsi yang ada didalam manajemen diantaranya adalah fungsi perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian(Organizing), fungsi pelaksanaan (Actuating) dan fungsi pengawasan (Controlling)2. Keempat fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan oleh seorang manajer secara berkesinambungan, sehingga dapat merealisasikan tujuan organisasi. Pengawasan

1 Zainul Arifin, Dasar – Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Alvabet,2005, hlm. 106.

(3)

32

merupakan bagian dari fungsi manajemen yang berupaya agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Pengawasan meliputi segala kegiatan penelitian, pengamatan dan pengukuran terhadap jalannya operasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan, penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang diminta, melakukan tindakan koreksi penyimpangan, dan perbandingan antara hasil (output) yang dicapai dengan masukan (input) yang digunakan. Pengawasan dalam pandangan Islam dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang hak.3

Pengawasan (control) dalam ajaran Islam (hukum Syariah), terbagi menjadi dua hal, yaitu : 1) Kontrol yang berasal dari diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah SWT, 2) Pengawasan dari pemimpin yang berkaitan dengan penyelesaian tugas yang telah didelegasikan, kesesuaian antara penyelesaian tugas dan perencanaan tugas, dan lain-lain.4 Pengawasan diklasifikasikan atas beberapa jenis, dengan tinjauan dari beberapa segi, antara lain : a) Pengawasan ditinjau dari segi waktu, Dapat dilaksanakan secara preventif dan secara refresif.. b) Pengawasan dari segi obyek, berupa pengawasan terhadap produk keuangan, keuangan, aktivitas karyawan dan sebagainya dan bisa juga disebut pengawasan administrasi dan pengawasan operatif. c) Pengawasan dari segi subjek, terdiri dari pengawasan eksteran dan intern. Adapun Tujuan Pengawasan adalah sebagai berikut : a) Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, dan hambatan. b) Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, pemborosan, dan hambatan. c) Meningkatkan kelancaran operasi perusahaan. d) Melakukan tindakan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan dalam pencapaian kerja yang baik.5

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada sebelumnya serta untuk mencegah terjadinya penyimpangan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai yang diinginkan. Konsep tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Joseph S. Roucek dalam teori kendali sosialnya, yaitu Pengendalian sosial adalah segala proses baik direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak, bahkan memaksa

3 Abdul Mannan, Membangun Islam Kaffah, Jakarta: Madina Pustaka,2000, hlm.152.

4 Didin Hafidhuddin, Hendri Tanjung, Managemen Syariah dalam Praktik, Jakarta: ctk. Pertama, Gema Insani, hlm. 57.

(4)

33

warga-warga agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku, teori kendali sosial6 ini digunakan dalam ilmu hukum untuk mencegah terjadi penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Agar dapat tercapai suatu keseimbangan sosial (social equilibrium).7

Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syariah adalah lembaga independen atau juris khusus dalam fiqh muamalat. Namun Dewan Pengawas Syariah bisa juga beranggota di luar ahli fiqh tetapi memiliki keahlian dalam bidang lembaga keuangan Islam dan fiqh muamalat Dewan Pengawas Syariah suatu lembaga keuangan berkewajiban mengarahkan, mereview, dan mengawasi aktifitas lembaga keuangan agar dapat diyakini bahwa mereka mematuhi aturan dan prinsip syari’ah Islam, fatwa aturan Dewan Pengawas Syariah mengikat lembaga keuangan Islam tersebut.8 Keputusan Dewan Pimpinan MUI tentang susunan pengurus DSN - MUI, No : Kep-98/MUI/III/2001 :9 “Dewan Pengawas Syariah adalah badan yang ada di Lembaga Keuangan Syariah dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan Dewan Syariah Nasional di lembaga keuangan syariah Dewan Pengawas Syariah adalah bagian dari lembaga keuangan syariah yang bersangkutan, yang penempatannya atas persetujuan Dewan Syariah Nasional.10

Dewan pengawas syariah dalam struktur organisasi lembaga pembiyaan syariah diletakkan pada posisi setingkat dengan Dewan Komisaris. Posisi yang demikian bertujuan agar Dewan Pengawas Syariah lebih berwibawa dan mempunyai kebebasan opini dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada semua direksi di bank tersebut dalam hal-hal yang berhubungan dengan aplikasi produk perbankan syariah.

Oleh sebab itu penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh rapat umum pemegang saham perseroan dari suatu lembaga keuangan syariah bukan bank setelah nama-nama anggota Dewan Pengawas Syariah tersebut mendapat mengesahan dari Dewan Syariah Nasional

6 Teori Kendali Sosial (Social Kontrol) adalah teori yang dikembangkan oleh Joseph S. Roucek, konsep lebih cenderung mengarah pada konsep pengawasan sebagai suatu yang direncanakan atau tidak direncanakan yang bertujuan mengajak, mendidik, atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi norma dan nilai yang berlaku

7 Teori Keseimbangan Sosial (Social Equilibrium) dipelopori oleh Zalemik (1958) dan dikembangkan oleh Adams (1963).

8 AAOIFI (2003), Governance Standard for Islamic Financial Institutions No.1, Shari’a Supervisory Board, (AAOIFI Manama : Bahrain), www.google.com, akses tgl. 19 December 2018.

9http://agenasuransiku.wordpress.com/mengenal-dewan-pengawas-syariah-dps/, diakses tanggal 19 December 2018. 10 AAOIFI (2003). Op.Cit.

(5)

34

(DSN). Berdasarkan peraturan yang berlaku di negara Indonesia, lembaga keuangan bank syariah dan lembaga keuangan syariah bukan bank wajib memiliki dewan pengawas syariah yang berkedudukan di kantor pusat lembaga keuangan bank syariah dan lembaga keuangan syariah bukan bank. Persyaratan anggota Dewan Pengawas Syariah diatur dan ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional.

Fungsi Dewan Pengawas Syariah

Dewan ini berfungsi mengawasi kegiatan usaha lembaga keuangan bank syariah dan lembaga keuangan syariah bukan bank agar sesuai dengan prinsip syariah dengan berpedoman kepada fatwa DSN.11 Dewan Pengawas Syariah memegang peranan yang sangat penting sebagai auditor syariah, disamping mengemban amanat dari masyarakat juga harus menjunjung tinggi keadilan agar tetap sesuai dengan syari’at Islam. Mu’amalat dilakukan dengan memelihara nilai keadilan dan menghindari penganiayaan maupun pengambilan kesempatan dalam kesempitan.12 Konsep tentang pentingnya posisi Dewan Pengawas Syariah untuk memastikan kesuaian antara prinsip dan aturan syariah dengan operasional sebuah lembaga pembiayaan berseuaian dengan konsep Robert M. Z. Lwang tentang teori peran (role of theory) yang menyatakan peranan dipandang sebagai suatu pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status atau posisi tertentu dalam organisasi.13

Menurut Soerjono Soekanto, peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.14

Dalam industri perbankan syariah pelayanan yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang man pada umumnya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena pelayanan

11 Heri Sunandar, Peran Dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah (Shari’a Supervisory Board) Dalam Perbankan Syariah Di Indonesia, www.google.com, akses tgl. 16 Januari 2014 .

12 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Mu’amalat, Yogyakarta: UIIPress,Edisi Revisi,2000, hlm. 10. 13 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Pers, Edisi Baru, 2009, hlm. 97 14 Ibid, hlm. 212-213

(6)

35

yang diberi bukan bertujuan sekedar untuk mendapat keuntungan seperti bank konvensional maka bank akan mengaplikasikan beberapa kontrak syariah yang sesuai.15

Dewan Pengawas Syariah memiliki peranan yang amat penting dalam perbankan syariah selaras dengan kontrak syariah yaitu: 1. Membuat pedoman persetujuan produk dan opersional perbankan syariah berdasarkan ketentuan yang telah disusun oleh Dewan Syariah Nasional (DSN); 2. Membuat laporan secara rutin pada setiap tahun tentang bank syariah yang berada dalam pengawasannya bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah. Dalam laporan tahunan (annual report) institusi syariah, maka laporan dari DPS mesti dibuat dengan jelas; 3. Dewan Pengawas Syariah hendaklah membuat suatu laporan kepada pembangunan dan aplikasi sistem keuangan syariah di institusi keuangan syariah khususnya bank-bank syariah yang berada dalam pengawasan, sekurang-kurangnya enam bulan sekali. Laporan telah diberikan kepada Bank Indonesia terletak di ibukota propinsi dan atau Bank Indonesia di ibu kota negara Indonesia, Jakarta; 4. Dewan Pengawas Syariah juga bertanggungjawab untuk mengkaji dan membuat usulan jika terdapat produk baru inovasi dari bank yang diawasinya. Majelis ini menjalankan penilaian awal sebelum produk yang baru dari bank syariah yang diussulkan itu sekali lagi diperiksa dan difatwakan oleh DSN; 5. Membantu sosialisasi syariah institusi keuangan perbankan/kepada masyarakat; 6. Memberi input untuk pembangunan dan kemajuan institusi keuangan syariah.

Bagi Indonesia, anggota DPS sudah selayaknya memenuhi kualifikasi tertentu. DPS harus memahami ilmu keuangan dan perbankan meskipun para anggota DPS adalah ulama dan cendekiawan Islam, namun hal demikian sangat diperlukan, karena kebutuhan untuk memahami operasional perbankan dan ekonomi keuangan. Berdasarkan pemikiaran tersebut, perbankan syariah di Indonesia perlu menata ulang, perbaikan dan perubahan ke arah yang lebih baik, dengan antara lain mengangkat anggota DPS yang berkompeten dalam bidang mereka. Hal demikian sangat diperlukan guna mengoptimalkan peran mereka dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia.

Strategi perbankan syariah di Indonesia yang mengangkat anggota DPS dari orang-orang yang sangat terkenal dalam organisasi masyarakat Islam, namun tidak kompeten dalam bidang perbankan dan keuangan syariah, merupakan langkah kurang tepat dan cukup banyak dijumpai.

15 Hailani Muji Tahir, Sanep Ahmad, Aplikasi Fiqh Muamalat dalam Sistem Keuangan syariah, Pusat Penerbitan Universiti (UPENA), Shah Alam, 2009, hlm. 43.

(7)

36

Mayoritas DPS tidak begitu memahami operasional perbankan syariah dan dalam mengawasinya pun tidak optimal. Kelemahan ini dimanfaatkan oleh manajemen perbankan syariah, mereka bebas untuk melakukan apapun, karena terjadi pengawasan sangat longgar. Tapi dalam jangka panjang hal demikian akan membahayakan gerakan ekonomi syariah, bukan hanya untuk perbankan syariah yang bersangkutan tetapi juga bagi pergerakan ekonomi dan perbankan syariah keseluruhan pada masa akan datang. Sehingga tidaklah mengherankan apabila ada pandangan bahwa bank syariah sama dengan bank konvensional.16

Tugas Dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah

Pasal 35 Angka 1 Peraturan Bank Indonesia No. 03/11/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah, disebutkan bahwa tugas dan tanggung jawab DPS antara lain ialah untuk memberikan saran dan rekomendasi kepada Dewan Direksi dan mengawasi kegiatan-kegiatan bank sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Heri Sudarsono17 mengatakan bahwa fungsi DPS mengawasi operasional bank seharihari untuk melihat kesesuaian dengan prinsip-prinsip syariah, dan memeriksa serta membuat rekomendasi produk baru yang diperlukan dari bank tersebut. Namun demikian harus diakui, bahwa secara kelembagaan DPS sudah berperan melakukan pengawasan terhadap praktik kepatuhan syariah dalam perbankan syariah meskipun tidak optimal. Untuk itu setiap manajemen bank syariah perlu memformalkan peran dan keterlibatan DPS dalam memastikan manajemen risiko ketidakpatuhan terhadap prinsip syariah. DPS harus diberi ruang kantor di mana ada staf yang dapat memberikan pelayanan data keuangan, laporan keuangan, akad-akad, editor, proses pelaksanaan akad-akad, dan sebagainya. Menurut hasil penelitian Bank Indonesia dengan kerjasama Ernst dan Young telah dibahas dalam satu seminar pada akhir tahun 2008 di Bank Indonesia. Salah satu masalah utama dalam pelaksanaan manajemen risiko dalam perbankan syariah adalah peran DPS tidak optimal dan harus diperbaiki di masa depan.18

Peran DPS jika tidak optimal terhadap praktik kepatuhan syariah mengakibatkan rusaknya citra dan kredibilitas bank syariah. Hal demikian, akan dapat mempengaruhi pandangan

16 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General), Jakarta: Gema Insani Press, 2004, hlm. 36. 17 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Cetakan Keempat, Yogyakarta,Ekonisia, 2007, hlm. 41.

18 Agustianto, Meningkatkan Kualitas dan Kompetensi Dewan Pengawas Syariah, http://www.agustiantocentre.com/?p=830, diunduh tanggal 13 Februari 2018.

(8)

37

dan penilaian masyarakat, yang selanjutannya dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah.19

Berdasarkan hasil penelitian oleh peneliti ditemukan kelemahan Dewan Pengawas Syariah yaitu: 1. Hingga kini tidak ada hukum khusus yang dipakai sebagai referensi bagi pengawasan khusus perbankan syariah; 2. DPS hanya digunakan sebagai objek pelengkap dalam sebuah lembaga perbankan syariah yang ada, struktur dapat diisi tanpa kriteria yang khusus berbasis keahlian; 3. Anggota DPS ditunjuk sebagai tokoh yang memiliki karisma dan popularitas di kalangan masyarakat, bukan karena keahlian pengetahuan mereka dalam bidang ekonomi dan perbankan syariah; 4. Anggota DPS dilantik dan diberikan gaji oleh bank syariah yang diawasinya, menjadikannya kurang bebas dan tidak objektif dalam pengawasan; 5. Anggota DPS adalah orang-orang yang sibuk dengan profesi utamanya, jadi ia tidak memiliki waktu yang cukup untuk menjalankan pengawasan. Pengawasan terhadap perbankan syariah hanya dilakukan sebagai pekerjaan sambilan; 6. DPS tidak ada kebebasan untuk bertindak tegas terhadap hasil pengawasannya. DPS hanya dapat memberikan peringatan tetapi tidak boleh menutup usaha perbankan yang bermasalah, maka pengawasan oleh DPS cenderung diabaikan; 7. Perbankan syariah adalah sangat rentan terhadap kesalahan yang dibagikan; 8. Kelemahan taraf sah bagi penilaian kepatuhan syariah oleh DPS karena ketidakefektifan dan ketidakefisienan mekanisme pengawasan syariah dalam perbankan syariah; 9. Terbatasnya kemahiran DPS dalam hal audit, akuntansi, ekonomi, dan hukum bisnis; 10. Tidak adanya mekanisme dan struktur kerja efektif DPS dalam menjalankan fungsi kontrol internal syariah di bank syariah; 11. Masih terdapat banyak kasus pelanggaran prinsip-prinsip syariah yang dilakukan oleh institusi perbankan syariah, terutamanya bank-bank yang konversi ke syariah atau membuka Unit Usaha Syariah.

Fungsi dan peran DPS dalam perbankan syariah, memiliki hubungan yang kuat dengan manajemen risiko perbankan syariah, yaitu risiko reputasi, yang pada gilirannya mempengaruhi risiko lain, seperti risiko likuiditas. Pelanggaran kepatuhan syariah yang dibiarkan oleh DPS jelas akan merusak citra dan kredibilitas perbankan syariah di mata publik, sehingga dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah tersebut. Untuk alasan ini peran DPS pada perbankan syariah benar-benar harus dioptimalkan. Antaranya kualifikasi

19 Shanin A. Shayan, CEO and Board Member of Barakat Foundation: “The biggest risk facing the global

Financial System is not a fall in its earning power but most importantly a loss of faith and credibility on how it

works”. Daripenyataan tersebut, dapat dipahami bahwa menurutnya, risiko terbesar menghadapi sistem keuangan

global bukanlah kesalahan tentang kemampuan mencipta keuntungan, tetapi yang lebih penting adalah kehilangan kepercayaan dan kredibilitas tentang bagaimana operasional kerjanya.

(9)

38

pengangkatan DPS harus diperketat melalui proses yang lebih selektif agar terpilih DPS yang mampu mengawasi dan mengawal operasional perbankan syariah sesuai prinsip-prinsip syariah.

Kesimpulan

Dari pemaparan tugas DPS, bahwa di dalam mengawasi sebuah lembaga keuangan syari’ah tersebut perlu juga adanya pelaksanaan yang sesuai prinsip Good Corporate Governance yang selanjutnya disebut GCG bagi sebuah LKS yaitu sesuai dengan pasal 46 PBI No. 11/33/PBI/2009. Konsep tersebut dimaksudkan bahwa DPS secara langsung bertanggungjawab dan berkewajiban untuk melaksanakan tugasnya ke lembaga keuangan syari’ah harus sesuai dengan ketentuan yang telah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI). Bagaimana Dewan Pengawas Syariah secara garis besar melihat dari aspek manajemen dan administrasi harus sesuai dengan prinsip syariah, dan yang paling utama mengesahkan dan mengawasi produk-produk perbankan syariah agar sesuai dengan ketentuan syariah dan undang-undang yang berlaku.

DPS selain mengawasi salah satu lembaga keuangan syari’ah, anggota DPS dapat merangkap jabatan di empat lembaga keuangan syari’ah hal ini sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 11/03/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah. Dalam hal ini menjadikan ketentuan mengenai DPS di bank lebih fleksibel dan yang pasti pelaksanaan di LKS tersebut harus sesuai prinsip syari’ah dan DSN. Di dalam merangkap jabatan, DPS dalam PBI No 11/03 anggota DPS harus mendapat persetujuan dari BI sebelum resmi menjadi anggota DPS suatu lembaga keuangan syariah. Tak hanya berbekal dari rekomendasi Majelis Ulama Indonesia saja. Selain itu syarat lainnya adalah memiliki integritas, komitmen terhadap pengembangan bank dan lulus dalam uji fit and proper test yang ditetapkan oleh BI. Hal ini didasarkan kepada pentingnya anggota DPS yang profesional dan produktif, (bukan sekedar pajangan), maka sangat tepat apabila Bank Indonesia melakukan fit and profer test terhadap calon anggota DPS, karena pentingnya tingkat profesionalnya dan kedalaman ilmu agama yang dimilikinya. Seorang DPS juga harus cerdas dalam ilmu ekonomi perbankan dan meyakini secara ilmiah tentang keharaman bunga bank.Dari pemaparan tersebut peranan DPS sangat penting untuk menjaga kestabilan, keterbukaan dari sebuah lembaga keuangan syari’ah.

(10)

39

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. Zainul,2005, Dasar – Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Alvabet

Basyir. Ahmad Azhar, 2000, Asas-asas Hukum Mu’amalat, Yogyakarta: UIIPress,Edisi Revisi. Griffin W. Ricky, 2004,Manajemen,Jakarta: Erlangga

Hafidhuddin. Didin, Hendri Tanjung, Managemen Syariah dalam Praktik, Jakarta: ctk. Pertama, Gema Insani,

Husnaini, 2001 Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara

Soekanto. Soerjono, 2009, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Pers, Edisi Baru

Sudarsono. Heri, 2007, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Cetakan Keempat, Yogyakarta,Ekonisia

Sula.Muhammad Syakir, 2004, Asuransi Syariah (Life and General), Jakarta: Gema Insani Press Sunandar. Heri, Peran Dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah (Shari’a Supervisory Board) Dalam

Perbankan Syariah Di Indonesia, www.google.com

Sutedi. Adrian, 2011, Pasar Modal Syariah: Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan Prinsip Syariah, Sinar Grafika,Jakarta

Tahir. Hailani Muji, Sanep Ahmad,2009 Aplikasi Fiqh Muamalat dalam Sistem Keuangan syariah, Pusat Penerbitan Universiti (UPENA), Shah Alam.

Referensi

Dokumen terkait

Kesempatan yang diberikan oleh atasan kepada karyawan untuk menyampaikan masalah-masalah pekerjaan yang tidak terpecahkan. Efisiensi saluran

terjadi momen lentur positif, regangan tekan akan terjadi pada bagian atas balok. dan regangan tarik akan terjadi pada bagian bawah

Proses pemadatan beton harus dilakukan dengan baik karena dimensi baja profil siku yang cukup besar dapat mengakibatkan penyebaran agregat yang tidak merata.. Tumpuan

penulisan hukum/skripsi dengan judul: “ Hak Narapidana Wanita yang sedang Hamil serta Hak Anak Sejak dalam Kandungan atas Makanan Bergizi di Lembaga Pemasyarakatan ” sebagai

Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Usaha Rakyat Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP), Medan: Program

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang mengkaji norma-norma yang berlaku.

Keempat perspektif diatas lalu diolah menggunakan metode OMAX. PengaturanOMAX dilakukan pada sebuah matrik objektif atau tabel struktur OMAX dan yang menjadi input

Namun demikian, Humas memiliki posisi yang cukup tinggi dalam. struktur organisasi