• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan Desa Pakraman Dalam Pemberdayaan Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Kebijakan Desa Pakraman Dalam Pemberdayaan Masyarakat"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Locus Majalah Ilmiah FISIP Vol 9 No. 1 – Pebruari 2018 | 1 Implementasi Kebijakan Desa Pakraman

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Oleh: I Gede Dana Yasa1 dan Gede Sandiasa2

Abstraksi

Pembangunan menuju perubahan lebih baik, diperlukan semangat kerjasama yang cukup dan intensif, antar lembaga-lembaga yang mempunyai kewajiban dalam memperhatikan serta mengimplementasikan perencanaan pembangunan di desa. Desa pakraman merupakan lembaga yang sangat anktif dalam pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Peneliti ingin mengetahui bagaimana proses dan kendala-kendala implementasi kebijakan Desa pakraman dalam melaksanakan program pemberdayaan terhadap masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif, informan ditentukan melalui teknik purposive sampling sedangkan metode penumpulan data menggunakan teknik wawancara, melalui studi dokumentasi, dan observasi. Lokasi penelitian di Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng.

Hasil temuan bahwa proses implementasi kebijakan Desa pakraman dalam pemberdayaan masyarakat yaitu dengan menyusun tujuan atau sasaran kebijakan yang akan dicapai, melalui kebijakan desa pakaraman. Implementasi program pemberdayaan masyarakat dijalankan merupakan suatu usaha bersama yang menitikberatkan kepada apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, membina jalinan komunikasi yang baik merupakan awal pendekatan guna melakukan sosialisasi kebijakan pemberdayaan yang dilaksanakan bersama masyarakat. Proses implementasi melalui program pemberdayaan pemangku dan sarati banten dengan tujuan peningkatan pemahaman terhadap sastra-sastra agama dengan tetap menjaga kedudukan seseorang pinandita dan sarati banten sebagai perangkat kesucian desa, dalam usaha memberikan pemahaman terhadap krama desa (masyarakat), program perberdayaan anak dan remaja di Desa Jagaraga dari proses implementasi yang dilakukan bertujuan memberikan tambahan pengetahuan diluar daripada pengetahuan yang didapat secara formal.

Kendala-kendala implementasi kebijakan desa pakraman dalam pemberdayaan masyarakat adalah kondisi penduduk yang beraneka ragam dan sulitnya menerima perubahan-perubahan serta peralihan kepemimpinan Desa pakraman, sarana prasarana yang dipergunakan belum memadai dan kurang memanfaatkan sarana teknologi yang tersedia, masih rendahnya partisipasi penduduk karena penduduk memiliki kecenderungan untuk tidak tertarik dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dan lebih banyak bekerja/melakukan aktivitas lain serta memiliki kebiasaan menyerahkan semua urusan kepada prajuru desa. Kata kunci: Implementasi kebijakan, Pemberdayaan, Desa pakraman.

1

(2)

Locus Majalah Ilmiah FISIP Vol 9 No. 1 – Pebruari 2018 | 2 1. Pendahuluan

Desa pakraman zaman dulu, berbeda dengan keadaan desa pakraman zaman saat ini yang lebih kompleks. Unsur desa pakraman masih tetap (parahyangan, pawongan dan palemahan), “Desa pekraman memiliki kedaulatan prahyangan (peribadatan), pawongan (penduduk dan kemasyarakatan), dan palemahan (wilayah)” (dalam Agustana, Rideng dan Sandiasa, 2012: 59), tetapi substansinya beda, terutama yang menyangkut pawongan (penduduk), yaitu dapat melayani masyarakat dengan baik sebagai warga desa “to prosper and provide the best service for the community as a citizen's” (Sandiasa, 2015: 139). Keadaan penduduk desa tidak lagi sederhana (homogen, melainkan relatif lebih beragam (heterogen). Terdiri atas krama desa (anggota desa pakraman yang terdiri atas orang-orang yang beragam Hindu), krama tamiu (orang-orang yang beragama Hindu tetapi bukan anggota desa pakraman), dan tamiu (orang-orang non-Hindu dan sudah pasti bukan anggota desa pakraman). Desa pakraman saat ini selain mengurus persoalan krama desa dalam kaitan dengan parahyangan, pawongan dan palemahan (sesuai dengan keyakinan Hindu), juga harus berurusan dengan partai politik, penguasa, pengusaha, LSM, peneliti (dalam negeri dan luar negeri), maklar tanah, biro jasa, notaris, pengacara, pedagang asongan, mahasiswa, dan lain-lain. Oleh karena urusannya lebih banyak dan kompleks, maka masalah yang dihadapi desa pakraman dan prajuru zaman sekarang menjadi lebih kompleks pula, baik masalah internal maupun masalah eksternal desa pakraman

Menjawab tantangan persoalan masa kini tidak cukup dengan mengandalkan semangat, teori-teori yang berlebihan tetapi seyogyanya mempunyai kemampuan sumber daya manusia “more human resource development and community empowerment activities”(Boudioni, et all, 2017), yang cukup dengan pengalaman implementasi kebijakan yang nyata di lapangan serta didukung oleh sumber daya alam atau sumber daya lingkungan dan sumber daya manusia yang memadai.

Dengan perkembangan pemikiran masyarakat akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan sistem nilai sosial budaya, politik, daya saing ketat, dan ekonomi yang fluktuasinya tidak menentu bahkan masyarakat

(3)

Locus Majalah Ilmiah FISIP Vol 9 No. 1 – Pebruari 2018 | 3 cukup dibingungkan oleh keadaan tersebut. Dalam kondisi demikian orang-orang yang diberikan kewenangan duduk sebagai pemimpin senantiasa merubah pola pikirannya agar program pemberdayaan yang dituangkan dalam suatu kebijakan harus lebih banyak menguntungkan masyarakat sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhannya.

2. Metode Penelitian

Penelitian deskriptif kualitatif digunakan dalam mengkaji permasalahan penelitian. Untuk mendapatkan informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling, informan ditentukan dan ditetapkan secara sengaja oleh peneliti yang memahami permasalahan. Sumber data utama adalah hasil wawancara langsung dengan informan, dan didukung dengan observasi dan dokumentasi yang ada ditempat lokasi penelitian. Berkaitan dengan rumusan masalah dan fokus penelitian yang diteliti oleh peneliti untuk memudahkan suatu pemahaman, peneliti memberikan beberapa batasan, pada proses implementasi kebijakan yang diteliti: (1) menyusun tujuan atau sasaran kebijakan yang akan dicapai, (2) mengadakan aktivitas atau keinginan pencapaiannya. Sedangkan mengenai kendala-kendala implementasi kebijakan yang diteliti: (1) kondisi masyarakat dan sumber daya yang digunakan, (2) fasilitas atau peralatan dan teknologi, (3) respek dan dukungan anggota masyarakat (publik).

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, lokasi tersebut dipilih dengan alasan sepanjang pengamatan peneliti belum pernah ada yang meneliti sebelumnya dan kepemimpinan pada lembaga Desa pakraman tersebut mendukung. Dalam menganalisis data peneliti mempergunakan metode analisis data model interaktif Milles dan Huberman dengan mengkombinasikannya dengan model menurut teorinya Moleong.

3. Kajian Pustaka

(4)

Locus Majalah Ilmiah FISIP Vol 9 No. 1 – Pebruari 2018 | 4 Hakekat dari implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang terencana dan bertahap yang dilakukan oleh instansi pelaksana dengan didasarkan pada kebijakan yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Mazmanian dan Sabatier dalam bukunya Implementation and public policy yang diterbitkan pada tahun 1983 mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai:

“pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan-keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang akan diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya” (Mazmanian dan Sabatier dalam Agustino: 2006:153)

3.2. Pemberdayaan

Dalam memberikan pemahaman awal tentang pemberdayaan di bawah ini dikemukakan berbagai pendapat dari para ahli dan pakar seperti berikut. Menurut Ony dan Pranarka (dalam Nawawi, 2006:141) menyebutkan bahwa konsep pemberdayaan pada awalnya merupakan gagasan yang menempatkan manusia sebagai subyek di dunianya, karena itu wajar apabila konsep ini merupakan kecenderungan ganda, yaitu:

(1) Kecenderungan primer, pemberdayaan menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat, organisasi atau individu agar menjadi lebih berdaya.

(2) Kecenderungan skunder, menekankan pada proses menstimulasi mendorong dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya.

Sedangkan menurut Suharto (2005:67), pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan masyarakat dapat dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang disingkat menjadi 5P, yaitu:

(1) Pemungkinan; menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu

(5)

Locus Majalah Ilmiah FISIP Vol 9 No. 1 – Pebruari 2018 | 5 membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat.

(2) Penguatan; memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuhkembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian. (3) Perlindungan; melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah

agar tidak tertindas oleh kelompok yang kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang antara yang kuat dan yang lemah dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

(4) Penyokongan; memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

(5) Pemeliharaan; memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha (Suharto, 2005:67).

3.3.Desa pakraman

Sebagai sebuah desa yang mencerminkan kehidupan adat dan religius, desa pakraman memiliki landasan filosofi dan religius yakni Tri Hita Karana yang bersumber ajaran Agama Hindu. Sedangkan sebagai landasan yuridis formal dapat dilihat dalam Bab VI UUD 1945 tentang Pemerintah Daerah pasal 18 B ayat 2 disebutkan bahwa:

“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”

Desa pakraman pada prinsipnya merupakan warisan organisasi kepemerintahan masyarakat lokal yang dipelihara secara turun temurun yang tetap diakui dan diperjuangkan oleh pemimpin dan masyarakat Desa Adat agar dapat berfungsi mengembangkan kesejahteraan dan identitas sosial budaya lokal. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

(6)

Locus Majalah Ilmiah FISIP Vol 9 No. 1 – Pebruari 2018 | 6 1) Proses Implementasi Kebijakan Desa pakraman dalam pemberdayaan

masyarakat:

(a) Menyusun tujuan atau sasaran kebijakan yang akan dicapai.

Kebijakan Desa pakraman dalam pemberdayaan masyarakat ini dibuat atas dasar kepentingan bersama oleh, dari, dan untuk masyarakat melalui musyawarah mufakat antara prajuru desa dengan krama desa (masyarakat anggota desa pakraman) dengan memanfaatkan segala potensi desa yang ada, sesuai kebutuhan daripada masyarakat “to meet the real needs of their communities, and to be able to complete with other areas” (Sandiasa, 2016: 3), serta selanjutnya dituangkan dalam sebuah keputusan desa untuk dilaksanakan sesuai dengan tujuan-tujuan yang diharapkan atau yang ingin dicapainya dengan tidak bertentangan dengan awig-awig desa pakraman.

Kebijakan ini dibuat melalui program pemberdayaan bertujuan agar terciptanya dan terjalinnya suatu hubungan yang baik antara prajuru desa dengan krama desa (masyarakat) dalam usaha bagaimana meningkatkan eksistensi serta keberadaan desa pakraman dapat dipertahankan dengan peningkatan mutu pelayanan yang lebih baik dari sebelumnya dengan memanfaatkan segala potensi yang ada baik sumber daya manusia, yang dituangkan dalam penjabaran falsafah Tri Hita Karana.

(b) Mengadakan aktivitas atau keinginan pencapaian yang diejawantahkan dalam proses implementasi

Implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis, di mana pelaksana melaksanakan aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.

(7)

Locus Majalah Ilmiah FISIP Vol 9 No. 1 – Pebruari 2018 | 7 desa pakraman Jagaraga yang telah melakukan terobosan yang begitu bermanfaat bagi peningkatan kualitas para pemangku dan sarati banten dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat sebagai perangkat kesucian desa dalam usaha memberikan pemahaman terhadap krama desa (masyarakat) untuk melestarikan adat istiadat dan agama serta penyelenggaraan upacara upakara keagamaan di desa pakraman. Begitu juga kebijakan yang dibuat untuk anak, remaja dan generasi muda yaitu peningkatan pengetahuan adat, budaya dan seni memberikan pendidikan non formal melalui program dan kegiatan Pasraman.

2) Kendala-kendala implementasi kebijakan Desa pakraman dalam pemberdayaan masyarakat:

(a)Kondisi masyarakat dan sumber daya yang digunakan.

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara politik.

(b)Fasilitas atau peralatan dan teknologi.

Fasilitas atau peralatan dan teknologi merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan, implementor mungkin memiliki sumber daya manusia yang digunakan mencukupi, mengerti apa yang dilakukan dan memiliki wewenang, akan tetapi tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, maka implementasi kebijakan tidak akan berhasil.

(c)Respek dan dukungan anggota masyarakat (publik).

Partisipasi merupakan komponen penting dalam menumbuh kembangkan kemandirian dan proses pemberdayaan. Rakyat adalah komponen utama yang harus dilibatkan dalam setiap proses pemberdayaan masyarakat. Kebutuhan, kepentingan dan harapan rakyat menjadi arah setiap kebijakan. 5. Kesimpulan

(8)

Locus Majalah Ilmiah FISIP Vol 9 No. 1 – Pebruari 2018 | 8 Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ini, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai implementasi kebijakan desa pakraman Jagaraga dalam pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:

1) Proses implementasi kebijakan Desa pakraman dalam pemberdayaan masyarakat:

a. Menyusun tujuan atau sasaran kebijakan yang akan dicapai dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Program pemberdayaan masyarakat yang dijalankan merupakan suatu usaha bersama dengan menitikberatkan pada kebutuhan masyarakat.

(2) Membina jalinan komunikasi yang baik merupakan awal pendekatan sosialisasi kebijakan pemberdayaan desa pakraman yang dilaksanakan bersama masyarakat.

b. Mengadakan aktivitas atau keinginan pencapaian yang diejawantahkan dalam proses implementasi:

(1) Program pemberdayaan pemangku dan sarati banten dengan tujuan peningkatan pemahaman terhadap sastra-sastra agama dan menjaga kedudukan seseorang pinandita atau pemangku serta sarati banten sebagai perangkat kesucian desa, dalam usaha memberikan pemahaman terhadap krama desa (masyarakat).

(2) Program perberdayaan anak dan remaja di Desa Jagaraga dari proses implementasi yang dilakukan bertujuan memberikan tambahan pengetahuan diluar daripada pengetahuan yang didapat secara formal.

(3) Pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial dengan sentuhan konsep modernitas, kondisi stabilitas aman dan nyaman, tetap bisa eksis dalam persaingan yang ketat, akibat maju dan lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(9)

Locus Majalah Ilmiah FISIP Vol 9 No. 1 – Pebruari 2018 | 9 2) Kendala-kendala implementasi kebijakan Desa pakraman Jagaraga

dalam pemberdayaan masyarakat:

(1) Kondisi penduduk yang beraneka ragam dan sulitnya menerima perubahan-perubahan serta peralihan kepemimpinan menjadi kendala Kelian desa pakraman dalam pemberdayaan masyarakat.

(2) Fasilitas atau peralatan yang dipergunakan belum memadai dan kurang dapat memanfaatkan sarana teknologi yang tersedia.

(3) Partisipasi penduduk merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh Kelian Desa pakraman. Karena penduduk cenderung tidak tertarik dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dan lebih banyak bekerja atau melakukan aktivitas lain serta menyerahkan semua urusan desa pakraman kepada prajuru desa.

Daftar Pustaka

Agustana, Putu, Wayan Rideng & Gede Sandiasa, 2012. “Administrasi Terpadu Desa Dinas-Desa Pekraman”, dalam Jurnal Ngayah, Vol. 3, Issue 4, P. 58-63, 2012 Fakultas Hukum Universitas Panji Sakti

Agustino, Leo. 2006. Analisis Kebijakan Publik, Jakarta: Rineka Cipta Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta

Albab, ulul, Tanpa Tahun, Materi Kuliah Kebijakan Publik, [email protected]

Ardana, I Gusti Gede, 2007. Pemberdayaan Kearifan Lokal Masyarakat Bali

Dalam Menghadapi Budaya Global. Pustaka Tarukan Agung Fakultas

Sastra Universutas Udayana, Denpasar

Atmadja, Bawa IN, 2010. Ajeg Bali Gerakan, Identitas Kultural dan Globalisasi. LKiS, Yogyakarta

Bastian, Indra, 2002. Privatisasi di Indonesia : Teori dan Implementasi. Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Salemba Empat

Biro Hukum Setd Provinsi Bali, 2001. Pedoman Penyusunan awig-awig dan Keputusan Desa Adat

(10)

Locus Majalah Ilmiah FISIP Vol 9 No. 1 – Pebruari 2018 | 10 Boudioni, Markella, Susan McLaren, & Graham Lister, 2017. “The Role of Citizenship, Culture and Voluntary Community Organisations towards Patient Empowerment in England and Greece”. In International Journal of Caring science January-April Vol. 10/Issue 1/ page 30-312. www.internationaljournalofcaringscience.org

Desa pakraman (Sejarah, Eksistensi dan Strategi Pemberdayaan) 2002. Denpasar : Yayasan Tri Hita Karana Bali

Dharmayuda, I Made Suasthawa, 2001. Desa Adat Kesatuan Masyarakat Hukum

Adat di Propinsi Bali. Upada Sastra, Denpasar

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gajah Mada University Perss

Gardner, K & Lewis, D, 2005. Antropologi Pembangunan dan Tantangan

Pascamodern, Terjemahan Yosef M. Florisan, Ledalero, Maumere

Gempur Santoso. 2007. Rancangan Metodelogi, Pustaka Setia, Bandung

Hadari Nanawi. 1985. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta

Hikmat, 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Humaniora Utama Press : Bandung

Irwan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk ilmu-ilmu sosial, Jakarta: DIA FISIP Universitas Indonesia.

Koentjoroningrat, 2002. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia Pustaka Utama, Yogjakarta

Lester dan Stewart. 2008. Pendekatan Kebijakan, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Narbuko, Cholid dan H. Abu Ahcmadi. 2009. Metodologi Peneletian, Jakarta : PT Bumi Aksara

Nawawi, Ismail. 2006. Pembangunan dan Problema Masyarakat (Kajian Konsep,

Model, Teori Dari Aspek Ekonomi dan Sosiologi), CV. Putra Nusantara, Surabaya

Nogroho, Riant D. 2004. Kebijakan Publik (Formulasi, Implementasi dan Evaluasi), PT Elex Media Komputindo, Jakarta

(11)

Locus Majalah Ilmiah FISIP Vol 9 No. 1 – Pebruari 2018 | 11 Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Perubahan Kedua Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Desa pakraman dan Lembaga Adat

Sandiasa, Gede, 2016. “Inter-regional Cooperation of “Sarbagita” Strengthens the Regional Position in the Era of Autonomy Dimensions of Administration Reform and Governance”. In https://scholar.google.co.id/citations?user= XgsKv8QAAAAJ&hl=en&authuser=1&scioq=gede+sandiasa#d=gs_md_cit Sandiasa, Gede, Bambang Supriyono, Mardiono & Sarwono, 2015. “The Implementation Study of Irrigation System Policy Based on Local Wisdom at Buleleng, Bali, Indonesia” in International Journal of Applied Sociology, Vol 1, Issue 3, P. 139-143, Scientific & Academic Publishing, 2015.

Siagian, Sondang P, 2005. Administrasi Pembangunan (Konsep, Dimensi dan Strateginya), PT Bumi Aksara, Jakarta

Singarimbum, Masri, 2008. Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D : Alpabeta, Bandung

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Refika Aditama, Bandung

Surpa. 2004, Eksistensi Desa Adat dan Desa Dinas di Bali, Denpasar: PT Offset BP Denpasar

Surpha, I Wayan, 2002. Seputar Desa pakraman dan Adat Bali, PT Offset BP, Denpasar

Undang-undang nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik, Media Pressindo, Yogyakarta

Wiratmaja, I Nyoman. 2003. Perkembangan Desa pakraman Dalam Menghadapi Era Kesejagatan. Bali Dwipa, Denpasar

Yuda Triguna, IB Gde. 2003. Masyarakat Sipil Dalam Tradisi Desa pakraman Untuk Masa Depan Masyarakat di Bal

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Implementasi kebijakan program bedah rumah (Studi Penelitian tentang bedah rumah oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Kedawung Kecamatan Kuripan

Program pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pemberian alokasi dana desa Desa Beji tahun 2008 sasarannya adalah pada pemberdayaan, penguatan dan, peningkatan serta partisipasi

Pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,

Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Benua Baru Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur. 1) Penghambat

Penulis menemukan temuan penting mengenai strategi pemberdayaan Masyarakat Desa yang dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bungo melalui program Gerakan Dusun

Efektivitas dari pelaksanaan kebijakan pemberdayaan masyarakat oleh Badan Usaha Milik Desa BUMDes di Desa Lintong Nihuta Kecamatan Tampahan Kabupaten Toba hingga saat ini dapat

Di dalam pemberdayaan masyarakat desa tersebut terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan menurut Riant Nugroho, 2011;20 mengemukakan, pemberdayaan masyarakat harus dilakukan Desa

Hasil dari penelitian dengan penerima bantuan dana desa, maka dapat diuraikan implementasi dana desa dalam pemberdayaan masyarakat melalui usaha ikan lele di Desa Lubuk Gilang Kecamatan