• Tidak ada hasil yang ditemukan

Application of Empty Fruit Bunch Oil Palm Compost on Cucumber (Cucumis sativa) at Merangin District, Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Application of Empty Fruit Bunch Oil Palm Compost on Cucumber (Cucumis sativa) at Merangin District, Jambi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Aplikasi Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit pada Tanaman Timun (Cucumis sativa) di Kabupaten Merangin, Jambi

Rima Purnamayani, Purnama, H., Edi, Syafri Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi

Jalan Samarinda Paal V, Kotabaru, Jambi Telp. 0741-7053525, Fax : 0741-40413

Email : rimacahyo@yahoo.com, bptp_jambi@yahoo.com Abstrak

Salah satu prinsip pertanian organik adalah meningkatkan kesuburan tanah dengan memanfaatkan pupuk organik dan atau pupuk hayati. Permintaan pupuk kompos sebagai salah satu bentuk hara organik bagi tanaman dewasa ini semakin meningkat. Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup besar, yaitu sekitar 6 juta ton/tahun dengan kapasitas pabrik 60 ton/jam, namun pemanfaatannya masih terbatas. Aplikasi pupuk organik pada sayuran dapat meningkatkan kesuburan tanah yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Tujuan pengkajian ini adalah memberikan informasi mengenai teknologi pembuatan kompos dari TKKS dan aplikasinya terhadap produksi tanaman timun (Cucumis sativa) serta kemampuannya sebagai substitusi pupuk kalium. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor yaitu faktor pupuk organik , terdiri dari : Pupuk kandang 5 t/ha, Kompos TKKS 5 t/ha dan Pupuk kandang 2,5 t/ha + Kompos TKKS 2,5 t/ha, serta faktor taraf KCL yaitu Tanpa KCl, KCl dosis rendah (400 kg/ha), KCl dosis sedang (600 kg/ha) dan KCl dosis tinggi (800 kg/ha). Parameter yang diamati adalah jumlah buah, berat buah, panjang buah dan diameter buah. Kompos hasil dekomposisi TKKS selama 2,5 bulan menghasilkan kompos dengan kandungan hara sebagai berikut : 18,60% C-organik; 0,22% N-total; 1,2% P2O5; 2,05% K2O; 2,39% CaO; 0,54% MgO dan pH 8,4. Perlakuan pupuk organik, taraf KCl dan kombinasi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap produksi timun, Hal ini berarti kompos TKKS mampu menggantikan pupuk kandang sebagai pupuk organik dalam usahatani timun di Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin.

Kata kunci : tandan kosong, kelapa sawit, kompos, timun

Application of Empty Fruit Bunch Oil Palm Compost on Cucumber (Cucumis sativa)

at Merangin District, Jambi

Rima Purnamayani, Purnama, H., Edi, Syafri

Jambi Assessment Institute for Agricultural Technology (AIAT) Samarinda St. Paal V, Kotabaru, Jambi

Telp. 0741-7053525, Fax : 0741-40413

Email : rimacahyo@yahoo.com, bptp_jambi@yahoo.com

One of the principles of organic agriculture is to increase soil fertility by using organic fertilizer or biofertilizer. The demand of compost as a form of organic nutrients for plants is incresing today. Empty Fruit Bunch Oil Palm (EFB) is a solid waste about 6 million tones at factory with capacity 60 ton/hour, but its use is still limited. Application of organic fertilizers on vegetables can improve soil fertility, which can increase plant growth and production. The purpose of this paper is to inform composting technology of EFB and its application to cucumber

(2)

(Cucumis sativa, as well as

its ability as a substitution of potassium

fertilizer. The research design used is factorial randomized block design with two factors, i.e organic fertilizer, consist of: Manure 5 t / ha, EFB Compost 5 t / ha and manure 2.5 t / ha + EFB compost 2.5 t / ha , and KCl level that consist of : Without KCl, low dosage KCl (400 kg/ha), medium dosage KCl (600 kg/ha) and high dosage KCl (800kg/ha). Parameters measured were number of fruits, fruit weight, fruit length and fruit diameter. EFB compost for 2.5 months produced compost with nutrient content as follows: 18,60% C-organik; 0,22% N-total; 1,2% P2O5; 2,05% K2O; 2,39% CaO; 0,54% MgO dan pH 8,4. The results showed organic fertilizer, level of KCl and the combination did not significantly affect the cucumber production. I’t’s means TKKS compost can substitute manure as organic fertilizer in cucumber cultivation at Sinar Gading Village, Merangin District.

Keywords : empty fruit bunch, oil palm, compost, cucumber

PENDAHULUAN

Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Potensi limbah tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tidak sedikit, salah satunya adalah dapat dimanfaatkan sebagai unsur hara yang mampu menggantikan pupuk buatan. Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup besar, yaitu sekitar 6 juta ton, namun pemanfaatannya masih terbatas. Limbah tersebut selama ini dibakar dan sebagian ditebarkan di lapangan sebagai mulsa (Ditjen PPHP, 2006).

Saat ini TKKS berpotensi sebagai pupuk kompos, pulp dan kertas, karbon dan media tumbuh. Selama ini TKKS dibiarkan melapuk di lahan kebun sawit. Perlakuan TKKS yang diaplikasikan di perkebunan, selain menambah unsur hara juga akan meningkatkan kandungan bahan organik tanah, sehingga struktur tanah semakin mantap dan kemampuan tanah menahan air akan bertambah baik. Disamping itu pemberian TKKS juga untuk mencegah pencucian hara (Lasmayadi, 2008).

Pada saat ini, kelangkaan dan mahalnya harga pupuk terutama pupuk Kalium menjadi masalah bagi petani dan perkebunan-perkebunan besar. Selain itu, permintaan pupuk kompos sebagai salah satu bentuk hara organik bagi tanaman telah semakin meningkat dewasa ini. Model pertanian organik pun telah semakin diminati oleh pelaku agribisnis dewasa ini. Pengolahan TKKS menjadi pupuk organik K menjadi salah satu alternatif pemanfaatan limbah TKKS yang menumpuk sebagai suplai unsur hara organik bagi tanaman.

Persentase TKKS terhadap Tandan Buah Segar (TBS) sekitar 20% dan tiap ton TKKS mengandung unsur hara 1,5% N, 0,5% P,7,3% K dan 0,9% Mg. Berdasarkan kandungan unsur hara tankos yang dijelaskan diatas, berarti setiap ton TKKS memiliki kandungan N, P, K dan Mg berturut-turut setara dengan 3 kg Urea, 0.6 kg CIRP, 12 kg MOP dan 2 kg kieserit (Ditjend PPHP, 2006). Sementara menurut kajian Teja (1991), kandungan unsur hara yang terdapat

(3)

dalam TKKS adalah 2,13% K; 0,18% Ca, 0,17% Mg, 0,59% Fe dan 0,50% Na. Kandungan K yang cukup tinggi pada TKKS ini berpotensi untuk mensubstitusi Kalium dari pupuk anorganik yang sulit diperoleh dan mahal harganya.

Pemakaian pupuk organik untuk pertanian memberikan keuntungan-keuntungan ekologis maupun ekonomis. Bahan organik dalam pupuk berperan penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah sehingga dapat menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah, serta mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik/kimia. Struktur dan kesuburan tanah dapat diperbaiki dengan penggunaan pupuk kompos. (Sulistyawati dan Nugraha, 2011). Aplikasi pupuk organik pada sayuran dapat meningkatkan kesuburan tanah yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman sayuran. Hal ini karena pupuk organik bukan hanya memperbaiki tanah dari segi kimia saja, akan tetapi juga memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah. Tanaman sayuran yang dikelola secara organik memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi

.

Tanaman mentimun (Cucumis sativus L.), salah satu tanaman sayuran penghasil buah yang banyak dibudidayakan petani di Kabupaten Merangin. Dipilihnya tanaman ini karena permintaan yang cendrung meningkat, harga relatif cukup stabil, teknologi budidaya yang relatif lebih mudah dan kurangnya serangan hama dan penyakit bila dibandingkan dengan tanaman sayuran lain seperti cabai dan tomat. Kebutuhan akan buah mentimun cenderung terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, peningkatan taraf hidup, tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya nilai gizi (Cahyono, 2003; Edi dan Julistia, 2010). Tujuan pengkajian ini adalah memberikan informasi mengenai teknologi pembuatan kompos dari TKKS dan aplikasinya terhadap produksi tanaman timun (Cucumis sativa) serta kemampuannya sebagai substitusi pupuk kalium

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sinar Gading Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin dari bulan Maret sampai dengan Agustus 2012.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pengkajian ini adalah : tandan kosong kelapa sawit (TKKS), limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS), terpal, dolomite, karung, pupuk kandang, pupuk ZA, SP-35, KCl, insektisida dan fungsida. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah mesin pencacah, parang, cangkul, ajir dan tali.

Prosedur pelaksanaan :

a. Dekomposisi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

a. Pencacahan, bertujuan untuk memperkecil ukuran TKKS dan menambah luas permukaan area TKKS.

(4)

b. Paling bawah disusun TKKS sebanyak, kemudian disiram dengan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS), lalu ditambahkan dengan pupuk kandang dan ditaburi dolomit (perbandingannya 100 : 10 : 30 : 5)

c. Inkubasi : tumpukan tankos ditutup dengan menggunakan terpal yang cukup tebal dan kuat serta tahan UV. Tutup terpal berfungsi untuk menjaga kelembaban dan suhu agar optimal untuk proses dekomposisi tankos. Proses dekomposisi akan dilakukan selama 2,5 bulan, dengan pembalikan dilakukan setiap 2 minggu sekali untuk

d. Pemanenan kompos : kompos yang sudah matang segera dipanen dan diangkut ke lokasi pengemasan. Ciri-ciri kompos yang sudah matang yaitu : warna menjadi coklat kehitaman, suhu sudah turun mendekati suhu awal proses pengomposan dan jika diremas TKKS mudah putus serat-seratnya.

b. Aplikasi kompos TKKS pada tanaman timun

a. Persiapan lahan, Lahan terlebih dahulu diolah dengan cangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur, setelah itu dibuat bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 100 cm, tinggi 30 cm dan panjang 24 m. Jarak antar bedengan + 30 cm.

b. Aplikasi perlakuan/Pemupukan. Satu hari sebelum tanam diapllikasikan pemupukan sesuai perlakuan (kompos TKKS dan pupuk kandang)

c. Penanaman. Benih tanaman timun langsung ditanam pada lahan, dengan jarak tanam 50x80 cm. Saat penanaman dilakukan pemberian pupuk dasar anorganik ZA 1380 gram/petak, TSP sebanyak 960 gram, dan pupuk KCl sesuai perlakuan (K1 = 960 gram/petak; K2 = 1440 gram/petak; K3 = 1920 gram/petak). Pupuk diberikan pada saat tanam dan setiap 10 hari dengan dosis seperlima takaran.

d. Pemeliharaan, Pada musim kemarau atau di lahan kurang air perlu penyiraman tanaman. Penyiraman ini dilakukan dari awal sampai panen. Penyiangan dilakukan 2 kali atau disesuaikan dengan kondisi gulma, bila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan.

e. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada OPT yang menyerang. Bila harus menggunakan pestisida, digunakan pestisida nabati atau yang relatif aman sesuai rekomendasi. Pencegahan secara nabati juga dilakukan sebagai tindakan preventif. f. Panen.

Panen pertama timun dapat dilakukan setelah tanaman berumur 45-85 hari. Masa panen dapat berlangsung 1-1,5 bulan. Panen dilakukan setiap hari, dengan cara dipetik, umumnya diperoleh 1-2 buah/tanaman setiap kali petik.

(5)

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor yaitu faktor pupuk organik , terdiri dari : Pupuk kandang 5 t/ha, Kompos TKKS 5 t/ha dan Pupuk kandang 2,5 t/ha + Kompos TKKS 2,5 t/ha, serta faktor taraf KCL yaitu Tanpa KCl, KCl dosis rendah (400 kg/ha), KCl dosis sedang (600 kg/ha) dan KCl dosis tinggi (800 kg/ha). Perlakuan diulang sebanyak 3 kali sebagai kelompok.

Parameter yang diamati adalah umur berbunga, umur panen, jumlah buah, panjang buah dan diameter buah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan salah satu limbah pabrik pengolahan kepala sawit yang banyak dihasilkan setiap hari. TKKS merupakan bahan organik yang mengandung unsur hara utama N, P, K dan Mg. Agar limbah ini menjadi bermanfaat, maka dilakukan pengolahan limbah tersebut menjadi pupuk organik sehingga dapat diaplikasikan pada lahan pertanian.Selain diperkirakan mampu memperbaiki sifat fisik tanah, kompos TKKS diperkirakan mampu meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga pupuk yang digunakan untuk dapat dikurangi. Dekomposisi TKKS memakan waktu yang cukup lama karena kandungan ligninnya yang tinggi (22,60%), jika dibandingkan dengan kandungan lignin jerami (6,55%) (Nuryanto, 2000; Ekawati, 2003). Untuk mempercepat dekomposisi TKKS perlu ditambahkan activator. Hasil pengkajian Purnamayani, et al. (2010), pemberian berbagai dekomposer tidak berbeda nyata dengan penambahan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS). Oleh karena itu dekomposisi TKKS pada kegiatan ini ditambahkan LCPKS sebagai aktivator dekomposisi.

Proses pengomposan berjalan dengan baik ditandai dengan terjadinya kenaikan suhu sampai rata-rata mencapai 55° C selama tiga minggu pertama. Hal ini berarti dekomposer mulai aktif dalam mendekomposisikan TKKS. Selanjutnya suhu berangsur turun sejalan dengan penurunan jumlah makanan dan penurunan aktivitas mikroba. Pemanenan kompos dilaksanakan pada suhu berkisar 35-37oC.

Hasil dekomposisi TKKS berupa kompos TKKS mengandung unsur hara Kalium yang tertinggi dibandingkan unsur hara lain (Tabel 1). Unsur hara yang terkandung dalam kompos TKKS cukup tinggi terutama kandungan Kalium (K) dan Ca (kalsium). Kandungan K yang tinggi karena TKKS mengandung unsur K yang banyak sehingga pada saat dekomposisi dilepaskanlah hara K sehingga K menjadi tersedia (K-tersedia). Kandungan Ca yang tinggi diperoleh dari penambahan dolomite dalam pembuatan kompos. Kandungan P juga cukup baik, hanya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pupuk asal kotoran ayam (1,87%) (Suriadikarta dan Setyorini, 2005).

(6)

Tabel 1. Kandungan unsur hara kompos TKKS No Uraian Kompos TKKS 1. C-organik (%) 18,60 2. N-total (%) 0,22 3. P2O5(%) 1,20 4. K2O (%) 2,05 5. CaO (%) 2,39 6. MgO (%) 0,54

Sumber : Hasil analisis Laboratorium Terpadu Balai Penelitian Lingkungan Pertanian

Kompos TKKS ini dapat diaplikasikan pada berbagai tanaman sebagai pupuk organik,, baik secara tunggal maupun dengan kombinasi dengan pupuk anorganik dan pupuk organik lainnya. Kandungan K yang cukup tinggi sangat bermanfaat untuk tanaman buah dan tanaman sayuran buah.

B. Aplikasi Kompos TKKS pada Tanaman Timun

Kondisi tanah menunjukkan bahwa lokasi kegiatan memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah (Tabel 2). Lokasi kegiatan merupakan lahan kering yang intensif ditanami tanaman sayuran seperti timun, gambas dan cabe sepanjang tahun. Setiap musim tanam sangat jarang dilakukan pengolahan tanah/dicangkul tetapi penambahan pupuk kandang serta pupuk majemuk sangat intensif.. Setiap ada serangan hama dan penyakit langsung ditanggulangi dengan pestisida kimia dosis tinggi. Kandungan bahan organik tanah sangat tinggi karena penambahan pupuk kandang yang intensif. Akan tetapi kandungan unsur hara lainnya seperti N, P, Ca, Mg tergolong rendah. Hal ini diduga akibat pencucian ke lahan dengan topografi yang lebih rendah.

Tabel 2. Karakteristik kesuburan lahan lokasi kegiatan di Desa Sinar Gading Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin

Jenis Analisa Nilai Kriteria*)

pH : H2O 5,82 Agak masam

KCl 4,68 -

Nitrogen total (%) 0,07 Sangat rendah

C-organik (%) 4,95 Tinggi

P tersedia (ppm) 2,10 Sangat rendah

K-tersedia (mg/100g) 17,45

Kapasitas Tukar Kation (cmol.kg-1) 16,93 Rendah

Ca (cmol.kg-1) 1,55 Sangat rendah

Mg (cmol.kg-1) 0,88 Rendah

Na (cmol.kg-1) 0,83 Tinggi

K (cmol.kg-1) 0,21 Rendah

*) Berdasarkan Pusat Penelitian Tanah (1983)

Umur berbunga tanaman timun untuk semua perlakuan sama yaitu 28 hari demikian pula dengan umur panen berkisar 42-43 hari. Hasil analisis kovarians pengaruh perlakuan berbeda tidak nyata terhadap berat, jumlah, lingkar batang dan panjang batang tanaman timun.

(7)

Demikian pula dengan interaksi antara perlakuan pupuk organik dan dosis KCl juga menunjukkan berbeda tidak nyata. Perlakuan pupuk organik pupuk kandang, TKKS dan kombinasi keduanya terhadap berat, jumlah, lingkar dan panjang buah tanaman timun disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Analisis data pengaruh pupuk organik terhadap berat, jumlah, lingkar dan panjang buah timun Perlakuan Berat buah/tanaman (gram) Jumlah Buah/tanaman Lingkar Buah/tanaman (cm) Panjang Batang/tanaman (cm)

Pupuk kandang 5 ton/ha 1821,1 a 2,43 a 15,05 a 21,30 a

Kompos TKKS 5 ton/ha 1334,0 a 1,88 a 14,83 a 20,05 a

Pupuk kandang 2,5 ton/ha + TKKS 2,5 ton/ha

1505,6 a 2,16 a 13,90 a 19,74 a

Pemberian kompos TKKS sebanyak 5 ton/ha berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter produksi tanaman timun. Hal ini berarti kompos TKKS mampu menggantikan pupuk kandang sebagai pupuk organik dalam usahatani timun di Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin. Selama ini petani memperoleh pupuk kandang dari luar Jambi dengan harga yang lebih tinggi, sedangkan TKKS mudah diperoleh karena pabrik di lokasi kegiatan memberikan TKKS 30% untuk petani sekitarnya.

Kompos TKKS dapat menggantikan pupuk kandang karena kandungan unsur haranya yang cukup tinggi terutama C-organik, K dan Ca. Kandungan C-organik (bahan organik) yang tinggi dapat memperbaiki sifat kimia dan fisika tanah. salah satu sifat kimia tanah yang dipengaruhi oleh kandungan C-organik adalah kapasitas tukar kation (KTK). KTK tanah sebelum perlakuan tergolong rendah, artinya kemampuan tanah untuk mempertukarkan kation sangat terbatas, karena kandungan kationnya pun rendah. Dengan adanya penambahan kompos TKKS yang kandungan C-organiknya tinggi, maka KTK dapat meningkat sehingga kemampuan tanah dalam mempertukarkan kation pun meningkat. Oleh karena itu, akan banyak kation yang terjerap dalam kompleks jerapan sehingga dengan mudah dapat diabsorbsi tanaman. Perbaikan sifat fisika tanah melalui pemberian kompos TKKS adalah melalui perbaikan struktur tanah yang menjadi lebih gembur dan meningkatnya kemampuan tanah menahan air.

Pengkayaan unsur Ca melalui dolomit dapat menyebabkan peningkatan pH tanah, sehingga tanah tidak perlu dikapur lagi. Dengan meningkatnya pH tanah, maka KTK tanah pun dapat meningkat sehingga memberikan pengaruh yang sama dengan C-organik di atas.

Unsur K memang ditemukan dalam jumlah banyak di dalam tanah, tetapi hanya sebagian kecil yang digunakan oleh tanaman. Selain itu K merupakan unsur yang mobil yang mudah tercuci oleh air (leaching). Kandungan unsur K yang tinggi dalam kompos TKKS dapat

(8)

membantu meningkatkan daya tahan terhadap kekeringan dan penyakit. Unsur K dalam kompos TKKS tidak mudah tercuci karena dijerap dalam koloid humus TKKS tersebut. Oleh karena itu akan tetap tersedia sampai panen karena dipertukarkan sedikit demi sedikit (slow release).

Dari hasil analisis data diperoleh bahwa pada perlakuan kompos TKKS dan kombinasinya terhadap substitusi Kalium berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah, berat, lingkar dan diameter buah tanaman timun (Tabel 4). Semakin meningkat takaran KCl maka berat buah/tanaman semakin meningkat kecuali pada KCl dosis rendah (400 kg/ha). Hal ini diduga karena adanya kalium yang tercuci. Kompos TKKS mampu mensubstitusi KCl karena K yang terkandung di dalamnya cukup untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman timun, serta tidak langsung dilepaskan sehingga tidak mudah tercuci. K dalam kompos TKKS bersifat slow release karena TKKS terus mengalami dekomposisi yang melepaskan K sejalan dengan proses dekomposisinya. Sedangkan K dalam pupuk anorganik memang mudah tersedia, tetapi mudah tercuci karena sifat unsur hara K yang mobile.

Tabel 4. Analisis data pengaruh kompos TKKS dan takaran pupuk KCl terhadap berat, jumlah, lingkar dan panjang buah timun

Perlakuan kompos TKKS + taraf KCL Berat buah/tanaman (gram) Jumlah Buah/tanaman Lingkar Buah/tanaman (cm) Panjang Batang/tanaman (cm) Tanpa KCl 1342,87 a 1,56 a 19,99 a 14,93 a KCl dosis rendah (400 kg/ha) 1257,93 a 1,80 a 19,99 a 14,67 a KCl dosis sedang (600 kg/ha) 1352,13 a 2,02 a 20,34 a 15,00 a KCl dosis tinggi (800 kg/ha) 1383,10 a 2,13 a 19,87 a 14,74 a

Gambar 1 menyajikan produksi timun semua perlakuan. Dari Gambar 1 terlihat bahwa perlakuan penambahan pupuk kandang menghasilkan produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan penambahan TKKS dan kombinasi keduanya. Diduga hal ini karena pupuk kandang sudah terdekomposisi sempurna sehingga menghasilkan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Sedangkan TKKS masih ada bagian yang belum terdekomposisi sempurna, sehingga unsur hara belum banyak yang dapat diserap oleh tanaman. Selain itu diduga juga dosis TKKS yang diberikan (5 ton/ha) belum optimal. Kandungan hara pupuk kandang diduga lebih tinggi dibandingkan TKKS. Untuk perlakuan kombinasi pupuk kandang dan TKKS rata-rata lebih tinggi dibandingkan perlakuan TKKS. Kombinasi antara pupuk kandang dan TKKS ini diharapkan dapat menghasilkan produksi yang lebih baik, karena dengan belum terdekomposisinya TKKS secara sempurna, dapat dibantu dengan adanya pupuk

(9)

kandang sebagai sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme perombak bahan organik.

Gambar 1. Produksi timun (ton/ha)

KESIMPULAN

1. Kompos hasil dekomposisi TKKS selama 2,5 bulan menghasilkan kompos dengan kandungan hara sebagai berikut : 18,60% C-organik; 0,22% N-total; 1,2% P2O5; 2,05% K2O; 2,39% CaO; 0,54% MgO dan pH 8,4

2. Pemberian kompos TKKS sebanyak 5 ton/ha berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter produksi tanaman timun. Hal ini berarti kompos TKKS mampu menggantikan pupuk kandang sebagai pupuk organik dalam usahatani timun di Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin.

3. Perlakuan taraf KCl dengan perlakuan aplikasi kompos TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap produksi tanaman timun. Berarti kompos TKKS mampu mensubstitutsi pupuk kalium dalam usahatani timun di Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin.

SARAN

TKKS perlau diujicobakan pada berbagai tanaman sayuran dan palawija lainnya untuk memperoleh rekomendasi teknologi aplikasi yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2003. Timun. Aneka Ilmu. Semarang.

Edi. S., dan Julistia Bobihoe. 2010. Budidaya tanaman sayuran. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.

Ditjen PPHP. 2006. Pedoman Pengolahan Limbah Industri Kelapa Sawit. Subdit Pengelolaan Lingkungan. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian.

0,00 10,00 20,00 30,00 PKO PK1 PK2 PK3 TK0 TK1 TK2 TK3 KK0 KK1 KK2 KK3

Pr

o

d

u

ksi

(

to

n

/h

a)

(10)

Ekawati, 2003. repository.unand.ac.id. Diakses tanggal 31 Oktober 2012.

Lasmayadi, Edy. 2008. Tankos sebagai Alternatif Pemenuhan Kebutuhan Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit.

Suriadikarta, D.A dan D. Setyorini. 2006. Baku Mutu Pupuk Organik. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Nuryanto, Eka(2000), Isolasi dan Degradasi Lignin dari lindi hitam pulp tandan kosong sawit secara kimia, tesis magister kimia. ITB Press.Bandung.

Purnamayani. R., J. Hendri, E. Salvia dan D.S.Gusfarina. Laporan Akhir Pengkajian Efektivitas Dekomposer dalam Dekomposisi Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Pupuk Organik. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jambi.

Gambar

Tabel 2.  Karakteristik kesuburan lahan lokasi kegiatan di Desa Sinar Gading Kecamatan Tabir     Selatan Kabupaten Merangin
Tabel 3.  Analisis data pengaruh pupuk organik terhadap berat, jumlah, lingkar dan panjang     buah timun    Perlakuan  Berat  buah/tanaman  (gram)  Jumlah  Buah/tanaman  Lingkar  Buah/tanaman (cm)  Panjang  Batang/tanaman (cm)
Tabel 4.  Analisis data pengaruh kompos TKKS dan takaran pupuk KCl terhadap berat, jumlah,                                   lingkar dan panjang  buah timun
Gambar 1.  Produksi timun (ton/ha)

Referensi

Dokumen terkait

Desa Kesilir merupakan desa yang terkenal akan surganya Buah Naga yang terletak di Kecamatan Siliragung Kabupaten Banyuwangi. Desa ini memiliki 3 dusun yaitu Dusun

Akson sering disebut juga neurit. Bagian ini merupakan tonjolan sitoplasma yang panjang dan berfungsi untuk meneruskan impuls saraf yang berupa informasi berita

Dalam menumbuhkan rasa loyalitas nasabah terhadap jasa pada Bank Mandiri Syariah, pihak bank harus menanamkan rasa empati kepada para calon nasabah dari berbagai macam kalangan

Hasil pengukuran feritin yang didapat dari penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di India pada tahun 2013 yang menunjukkan sebanyak 87,4% pasien talasemia beta

Dengan pemberian sumber auksin seperti natrium-nitrofenol pada konsentrasi yang tepat akan lebih memacu proses biokimia dan fisiologis cadangan makanan yang memi- liki

Selain itu, jumlah CMC- Na yang tidak terlalu besar dalam formula dengan perbandingan 30:70 menjadikan formula dengan perbandingan ini tidak mempunyai viskositas yang

2014.„Pengaruh Macam Dan Kombinasi Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana B.).‟ Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,