• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PARTICIPATORY GOVERNANCE DALAM MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN SANROBONE KABUPATEN TAKALAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PARTICIPATORY GOVERNANCE DALAM MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN SANROBONE KABUPATEN TAKALAR"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PARTICIPATORY GOVERNANCE DALAM MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN SANROBONE

KABUPATEN TAKALAR

Oleh:

NURISNENI

Nomor Induk Mahasiswa : 105610551815

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

PARTICIPATORY GOVERNANCE DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI DI KELURAHAN MANGGALA

KOTA MAKASSAR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (ADN)

Disusun dan Diajukan Oleh:

NURISNENI

Nomor Induk Mahasiswa : 105610551815

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Mahasiswa : Nurisneni Nomor Induk Mahasiswa : 105610551815

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar skripsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar akademik dan pemberian sanksi lainnya sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Juni 2020

Yang Menyatakan,

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Participatory Governance Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam lembar ini penulis hendak menyampaikan terimah kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua saya, ayahanda Syarifuddin dan ibunda Syamsinah atas segala kasih sayang, cinta, pengorbanan serta do’a yang tulus dan ikhlas yang senantiasa beliau panjatkan kepada Allah SWT sehingga menjadi pelita terang dan semangat yang luar biasa bagi penulis dalam menggapai cita-cita.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. H. Ansyari Mone, M.Pd selaku Pembimbing I dan Bapak Nasrul Haq, S.Sos.,MPA selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. 4. Ibu Nurbiah Tahir, S. Sos, M. AP selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrai

Negara.

(7)

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Camat beserta Staff Kecamatan Sanrobone yang telah memberikan segala informasi yang berkaitan tentang penelitian penulis dan telah menerima penulis dengan baik untuk melakukan penelitian.

7. Para sahabat Norma Yanti, Misrawati, Misrah, Winda Sari, Suharni, Anriani. yang selalu senantiasa memberikan inspirasi, motivasi dan tawa dalam mendorong penyusunan skripsi.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, Juni 2020

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 9 C. Tujuan Penelitian ... 9 D. Kegunaan Penelitian... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Pengertian Partisipasi ... 13

C. Governance ... ... 16

D. Konsep Participatory governance ... 18

E. Musyawarah perencanaan pembangunan (MUSRENBANG)... 20

F. Kerangka Pikir ... ... .. 22

G. Fokus Penelitian... ... .. 23

(9)

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 27

B. Jenis dan Tipe Penelitian... .. 27

C. Sumber Data ... 28

D. Informan... .. 28

E. Teknik Pengumpulan Data... .. 29

F. Teknik Analisis Data... 30

G. Teknik Pengabsahan Data... ... 31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian... .. 33

B. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan ... . 33

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran... .. 76

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Reformasi pemerintahan di Indonesia telah mengubah pergeseran paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan yaitu dari paradigma sentralistis ke desentralisasi yang di tandai dengan otonomi daerah atau penyerahan urusan pemerintah pusat kepada pemerinta h daerah yang bersifat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan masih minim karena masyarakat kurang memahami peran yang dimiliki dalam program pembangunan sehingga pelaksanaan pembangunan desa selama ini cenderung masih di dominasi oleh hasil kerja dari pemerintah semata. Padahal dalam Undang-Undang Desa Nomor 6 tahun 2014 telah memperkuat masyarakat sebagai subjek pembangunan. Dalam proses pembangunan, masyarakat seharusnya terlibat karena salah satu indikator penentu keberhasilan program yaitu adanya partisipasi masyarakat.

Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Azhar (2015:63) bahwa proses pembangunan yang ada merupakan hasil usaha dari pemerintah semata sebagai kewajiban dalam penyediaan fasilitas yang dibutuhkan publik, akan tetapi hal tersebut diperlukan adanya dukungan dan partisipasi masyarakat operasional dalam sistem birokrasi pemerintahan. Pemberian otonomi tersebut di maksudkan untuk menumbuhkembangkan daerah pada berbagai bidang, demi terwujudnya efisiensi dan efektivitas dalam memberikan pelayanan, terwujudnya kemandirian pada daerah, meningkatkan kemampuan daerah dalam bersaing menuju proses

(11)

pertumbuhan dan pemberdayaan masyarakat (empowering).

Kecamatan Sanrobone merupakan salah satu kecamatan dari Sembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Takalar. Pada tahun 2007 tanggal 27 april terbentuklah Kecamatan Sanrobone dari hasil pemekaran Kecamatan Mappakasunggu, dari kesembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Takalar membawahi sejumlah 82 Desa/Kelurahan, dengan jumlah penduduk 252,275 jiwa. Luas Wilayah Kecamatan Sanrobone sekitar 29,36 Km2 atau sebesar 5,18 persen dari total luas Kabupaten Takalar yang terdiri dari 6 Desa. Desa yang wilahnya paling luas adalah Desa Banyuanyara yaitu 27.01 km2,. Sedangkan Desa yang wilayahhnya paling kecil adalah Desa Ujung Baji yaitu 11,27 km2 .

Partisipasi pemerintah juga menjadi hal yang tidak sesuai dengan harapan yang terjadi di Kecamatan Sanrobone, realita yang terjadi bahwa pemerintah kurang aktif terjun langsung untuk memberikan pemahaman kepada setiap masyarakat mengenai hak dan peran yang di miliki dalam proses pembangunan agar masyarakat memiliki kemauan dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar.

Hal demikian dapat dilihat dari kurangnya masyarakat yang berpartisipasi lansung dalam musyawarah perencanaan pembangunan, Berkurangnya peranan pemerintah pusat dan provinsi di era otonomi daerah, sebagaimana otonomi luas berada di daerah kabupaten atau kota telah menjadikan daerah kabupaten dan kota memiliki peran yang cukup besar untuk menata proses pembangunan sesuai kehendak masyarakat, melalui partisipasi dari bawah (bottom-up strategy participation) sebagaimana program-program kegiatan

(12)

pemerintahan dan pembinaan kemasyarakatan lebih menitikberatkan kepada keterlibatan masyarakat local untuk berpartisipasi dalam merumuskan kebutuhan- kebutuhannya. Hal ini di terapkan dapat bermanfaat untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan sosial, menciptakan rasa memiliki pemerintahan, menjamin keterbukaan, akuntabilitas, dan sebagai mobilisasi dana.

Selanjutnya masih ada masyarakat yang kurang aktif dalam kegiatan partisipasi tidak langsung, disini masyarakat cenderung kurang memberikan apresiasi, ide-ide, dan gagasan sehingga proses musrenbang tidak berjalan secara optimal. Penyampaian ide dan gagasan tidak akan pernah menghadapi kegagalan dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat, hanya karena kurangnya aspek komunikasi dalam penerapannya. Penyampaian ide memegang posisi kunci dalam menyukseskan setiap program di Kecamatan Sanrobone.

Keterlibatan masyarakat dalam penyampaian gagasan maupun saran dari masyarakat, dalam kegiatan Musrenbang di Kecamatan Sanrobone dapat melancarkan kegiatan serta memberikan solusi dalam kegiatan tersebut. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik maka masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan diberikan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide atau solusi yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan pembangunan serta dapat meningkatkan kerjasama antara sesama.

Bentuk dari desentralisasi tersebut adalah salah satunya melalui kebijakan perencanaan yang merupakan langkah awal proses pembangunan. Proses desentralisasi akan menciptakan masyarakat demokratis, lebih terbuka, dan lebih partisipatif dan inisiatif, yang merupakan tuntutan dari globalisasi yang

(13)

begitu cepat untuk merubah pemikiran dan perilaku saat ini dengan inovasi teknologi informasi. Dengan demikian, implementasi otonomi daerah dan desentralisasi saat ini, tidak berhenti hanya pada penyerahan kewenaangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah melainkan pemerintah daerah ikut juga menyerahkan kewenangannya kepada masyarakat lewat berbagai tahapan.

Pembangunan daerah merupakan proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu polakemitraan daerah dengan sektor swasta. Maka untuk tercapainya keberhasilan pembangunan, segala aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan harus melibatkan masyarakat, karena merekalah yang mengetahui permasalahan dan kebutuhan dalam rangka membangun wilayahnya sebab merekalah yang nantinya akan memanfaatkan dan menilai berhasil atau tidaknya pembangunan di wilayah mereka.

Realitas yang ada menunjukkan bahwa kutub perencanaan teknoratis dan perencanaan politis masih mendomisili alokasi anggaran pembangunan daerah. Sementara di lain pihak, hasil-hasil perencanaan partisipatif yang merupakan representasi aspirasi masyarakat masih kurang mendapat tempat dalam pembagian alokasi anggaran pembangunan. Ketimpangan tersebut tidak hanya memunculkan persoalan manajerial perencanaan saja, tetapi lebih jauh dari itu, telah muncul anggapan bahwa pengalokasian anggaran pembangunan daerah.

Model perencanaan yang dinilai cocok dalam kondisi pembangunan saat ini adalah model perencanaan pembangunan partisipatif (participation planning model). Model perencanaan melibatkan sebanyak mungkin unsur masyarakat

(14)

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan serta tindak lanjut dari pemeliharaannya. Tetapi harus mendapat pengarahan, bimbingan dan bantuan serta pengawasan dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

Pemerintah daerah yaitu penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip negara kesatuan republik Indonesia sebagaimana yang di maksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. (UU No. 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah, pasal 1). Pelaksanaan otonomi daerah akan sangat bergantung pada kesiapan pemerintah daerah dalam menata sistem pemerintahannya agar pembangunan berjalan dengan efektif, efisien, transparansi, dan akuntabel serta mendapat partisipasi dari masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Peranan masyarakat sangat penting karena dalam perencanaan pembangunan, masyarakatlah yang mengetahui permasalahan yang di hadapi dan kebutuhan yang mereka kehendaki, sehingga keikutsertaan dan peran aktif masyarakat dapat mengakomodasi kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Arah pembangunan yang terencana dengan baik dan dinamis sangat di pengaruhi adanya peran serta masyarakat maupun unsur-unsur dalam masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan.

UUD 1945 pasal 23 ayat 1 menyebutkan bahwa masyarakat berhak dan ikut serta dalam penyusunan dan pengambilan penyusunan anggaran. Artinya

(15)

masyarakat tidak hanya ikut terlibat dalam perencanaan tetapi juga terlibat dalam penganggaran sebagai wujud keterbukaan yang telah di bangun oleh pemerintah. Proses keterlibatan masyarakat dalam UU no 25 tahun 2004 di sebut dengan musyawarah perencanaan pembangunan (musrembang).

Secara prosedur mekanisme perencanaan yang di laksanakan sesuai mekanisme yang berlaku, tetapi masih di temukan banyaknya program-program perencanaan pembangunan yang belum menyentuh kebutuhan riil masyarakat khususnya masyarakat lokal, sehingga sebagian besar masyarakat hanya berdiam diri dan apatis dengan program-program pembangunan. Sebagian banyak masyarakat cenderung hanya mempercayakan hasil-hasil perencanaan itu kepada pemerintah desa dan kecamatan karena mereka menganggap bahwa pertemuan itu hanyalah bersifat seremonial belaka, karena perencanaan yang dihasilkan berbeda dengan apa yang di harapkan oleh masyarakat. Fenomena ini relevan dengan hasil penelitian Akhmad (2016), bahwa proses perencanaan pembangunan sangat “powerfull” mulai dari perencanaan hingga penentuan anggaran, dengan kata lain proses perencanaan pembangunan di laksanakan secara top down. Top down karena semua dokumen perencanaan berasal dari pusat.

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan masih minim karena masyarakat kurang memahami peran yang dimiliki dalam program pembangunan sehingga pelaksanaan pembangunan desa selama ini cenderung masih di dominasi oleh hasil kerja dari pemerintah semata. Padahal dalam Undang-Undang Desa Nomor 6 tahun 2014 telah memperkuat masyarakat sebagai subjek pembangunan. Dalam proses pembangunan, masyarakat seharusnya

(16)

terlibat karena salah satu indikator penentu keberhasilan program yaitu adanya partisipasi masyarakat. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Azhar (2015:63) bahwa proses pembangunan yang ada merupakan hasil usaha dari pemerintah semata sebagai kewajiban dalam penyediaan fasilitas yang dibutuhkan publik, akan tetapi hal tersebut diperlukan adanya dukungan dan partisipasi masyarakat.

Pelaksanaan kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (musrembang ) sebagaimana yang telah diamanatkan pada undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional juga telah dilaksanakan di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar, melalui forum tersebut masyarakat diberi kesempatan untuk ikut serta dalam memberikan aspirasi atau usulan kepada pemerintah mengenai konsep perencanaan pembangunan yang akan dilakukan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan menunjukan adanya beberapa permasalahan mengenai partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Kecamatan Sanrobone seperti kurangnya kesempatan yang diperoleh masyarakat untuk ikut serta dalam proses perumusan perencanaan pembangunan di Kecamatan. Rendahnya partisipasi masyarakat di karenakan kurangnya ruang masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan begitu perlu adanya forum yang di peruntukkan bagi masyarakat yaitu forum musyawarah perencanaan pembangunan, di mana masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya dalam rangka merencanakan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhn masyarakat. Berdasarkan diskripsi di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Participatory Governance dalam

(17)

Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar”

B.Rumusan Masalah

Berdasarka uraian latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlibatan participatory governance dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (musrembang) di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar?

2. Bagaimana tingkat participatory governance dalam Musyawarah Perencanaan pembangunan (musrembang) di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar? C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keterlibatan participatory governance dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (musrembang) di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar.

2. Untuk mengetahui tingkat participatory governance dalam Musyawarah Perencanaan pembangunan (musrembang) di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar.

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi serta dapat menjadi sebuah karya yang dapat di jadikan sebagai referensi dalam memperkaya keilmuan administrasi negara yang berkaitan dengan participatory governance dalam musyawarah perencanaan pembangunan.

(18)

2. Secara praktis

Secara praktis penelitian ini dapat menjadi sebuah dokumen mengenai participatory governance dalam musyawarah perencanaan pembangunan yang nantinya akan menjadi sebuah masukan bagi pemerintah maupun masyarakat, yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan referensi dalam meningkatkan partisipasi pemerintah sesuai dengan aturan yang telah di tetapkan dari berbagi pihak yang terkait.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian dari fathurrahman fadil (2003) dengan judul “Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Kelurahan Kotabaru Tengah”

Hasil dari penelitian ini adalah, pertama, pelaksanaan musrenbangkel telah sesuai dengan pedoman dan sasaran yang ditetapkan dimana dalam pelaksanaanya terbuka ruang partisipasi masyarakat dalam memberikan usulan perencanaan pembangunan di kelurahan melalui aktoraktor masyarakat. Kedua, Bentuk partisipasi masyarakat dalam Musrenbangkel Kotabaru Tengah dari segi kehadiran peserta sudah representatif. Ketiga, peran pemerintah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Kotabaru dalam pelaksanan Musrenbangkel memiliki peran sebagai regulator untuk melahirkan kebijakan-kebijakan dan mekanisme-mekanisme perencanaan yang tepat untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat serta untuk menciptakan ruang partisipasi.

2. Penelitian dari Fikri Azhar (2015) dengan judul ”Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan Pemban gunan (MUSRENBANG) di Kelurahan Pegirian Kecamatan Semampir Kota Surabaya”

Hasil penelitian ini adalah Pada proses pembahasan usulan masyarakat tidak terlalu dilibatkan. Masyarakat tidak mengetahui usulan yang mana menjadi usulan prioritas. Masyarakat tidak memliliki ruang penuh untuk dapat menentukan usulan prioritas tersebut .Partisipasi masyarakat dalam program e-musrenbang di

(20)

Kelurahan Pegirian belum berjalan dengan baik. Masyarakat masih menggunakan yang manual, memberikanusulan melalui form yang telah diberikan pihak kelurahan .Bentuk partisipasi masyarakat berbentuk partisipasi buah pikiran. Menyumbangkan ide atau gagasan dalam musrenbang Kelurahan Pegirian, baik dalam forum formal maupun non formal .Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam musrenbang Kelurahan Pegirian yaitu belum siapnya masyarakat dikarenakan kesibukan dan kurangnya sarana prasarana dalam mengakses usulan melalui website7.Derajat partisipasi berada pada tingkatan informasi yaitu hanya diberi tahu tentang musrenbang kelurahan, lalu didengar dan ditampung usulan masyarakat yang dibawa oleh perwakilan masyarakat. 3. Penelitian dari Alexander Buditjahjono Gedeona (2014) dengan judul

“Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan Larantuka Kabupaten Flores Timur”

Hasil penelitian ini adalah partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan Kecamatan Larantuka secara umum belum optimal, dimana bentuk partisipasi berupa, pemberian ide serta gagasan dan bantuan tenaga secara langsung masih rendah, kurangnya penyampaian ide dan gagasan dari masyarakat dikarenakan terbatasnya forum dalam menampung usulan masyarakat, cara pemberian usulan partisipasi masyarakat untuk mengumpulkan informasi serta usulan kepada forum musrenbang masih rendah dan Partisipasi masyarakat dalam mengajukan usulan program pembangunan tertulis dalam bentuk proposal masih rendah.

(21)

B. Pengertian Partisipasi

Partisipasi menurut Mappamiring, (2011) adalah proses tumbuhnya kesadaran terhadap kesalinghubungan di antara stakeholders yang berbeda dalam masyarakat, yaitu antara kelompok-kelompok sosial dan komunitas dengan mengambil kebijakan dan lembaga-lembaga jasa lain. Secara sederhana partisipasi dapat di maknai sebagai “the act of taking part or sharing in something.

Akhmad Sukardi, (2009) partisipasi mempunyai makna yang luas, menganalisis partisipasi harus sesuai dengan konteks dimana partisipasi itu di hubungkan dan pada tingkatan mana partisipasi akan di analisis. Yang termasuk aspek partisipasi adalah bidang dan tsahapan partisipasi warga, seperti bidang perencanaan, penganggaran atau pada tahap monitoring dan evaluasi atau bahkan pada semua tahapan tersebut. Yang dimaksudkan darajat partisipasi adalah kualitas atau bobot partisipasi pada masing-masing tahapan proses. Sedangkan tingkatan partisipasi adalah ruang lingkup partisipasi itu berlangsung apakah di tingkat lokal, provinsi, nasioanal atau global.

Menurut Sundariningrum dalam sugiyah (2001:38) mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan keterlibatannya, yaitu:

1. Partisipasi langsung

Partisipasi ini terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orng mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

(22)

2. Partisipasi tidak langsung

Partisipasi ini terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya. Perencanaan pembangunan partisipatif menurut Hanif Nurcholis, (2008) adalah suatu model perencanaan pembangunan yang mengikutsertakan masyarakat. Masyarakat aktif melibatkan diri dalam melakukan identifikasi masalah, perumusan masalah, pencarian alternatif pemecahan masalah, penyusunan agenda pemecahan, terlibat dalam proses penggodongan (konversi), ikut memantau implementasi, dan ikut aktif melakukan evaluasi.

Ndraha dalam Arifin, (2007:31) mengatakan bahwa indikator pokok yang dapat dipakai dalam mengukur tingkat partisipasi yaitu:

1. Aktivitas hanya sebagai kehadiran saja.

2. Kesediaan memberikan kontribusi yang berwujud pemberian ide, gagasan, dan kritikan.

3. Kesediaan untuk ikut bertanggungjawab atas segala aktivitas pembangunan. Menurut Susain dalam Muhammad ikhsan, (2014) manfaat partisipasi adalah :

1. Lebih mengemukakan di perolehnya keputusan yang benar.

2. Dapat di gunakan kemampuan berfikir kreatif dari para anggotanya

3. Dapat mengendalikan nilai martabat manusia, motivasi serta membangun kepentingan bersama.

4. Lebih mendorong untuk bertanggungjawab 5. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan

(23)

Akhmad Sukardi, (2009):

1. Proses pendemokratisasian wewenang politik dan ekonomi dimana warga Negara dan wakil-wakil warga negara, termasuk masyarakat miskin, ikut serta sebagai pelaku aktif dalam penganbilan keputusan pembangunan. Warga negara di mengerti bukan sekedar pengguna atau user atau konsumen belaka, akan tetapi warga Negara yang memiliki hak sosial dan politik secara penuh. 2. Partisipasi bukanlah privatisasi, oleh karna privatisasi menyerahkan semua

urusan, termasuk yang menyangkut hidup orang banyak, seperti ait dan kesehatan, kepada mekanisme pasar yang tidak memiliki punya public interest. Menurut Angel dalam Muhammad Ikhsan, (2014) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat di pengaruhi oleh banyak faktor. Fakktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpastisipasi yaitu :

1. Usia

Faktor usia merupakan faktor utama yang mempengaruhi sikap seseorang dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi dari kelompok usia lainnya.

2. Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang utama adalah m mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan

(24)

adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perepuan semakin baik 3. Pendidikan

Pendidikan dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidiksn dianggap dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap lingkungan.

4. Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang diperolehnya pekrjaan dan penghasilan yang bai dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatyan masyarakat partisipasi menurut Isbandi, (2007) yaitu keikut sertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalh dan potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan penganbilan keputusan tentang alternative solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

C.Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme, praktik dan tata cara pemerintahan dan warga yang mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-masalah publik. Dalam governance, pemerintahan yang menjadi salah satu aktor dan tidak selalu menjadi aktor yang paling menentukan. Implikasinya peran pemerintah sebagai pembangunan maupun penyedia jasa pelayanan dan infrastruktur akan bergeser menjadi badan pendorong terciptanya lingkunagn yang mampu memfasilitasi pihak lain dikomunitas dan sektor swasta untuk ikut

(25)

aktif melakukan upaya tersebut. Governance sebagai sebuah paradigma dapat terwujud bila dibangun diatas kepercayaan pada tiga pilar pendukungnya dan dapat berfungsi secara baik yaitu negara, sektor swasta, dan masyarakat, Negara dengan birokrasi pemerintahannya dituntut untuk melaksanakan pelayanan public yang baik. Sektor swasta sebagai pengelola sumber daya diluar negara dan birokrasi pemerintahan harus memberi kontribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya tersebut. Penerapan cita tata kelola pemerintah mensyaratkan keterlibatan masyarakat dan organisasinya sebagai kekuatan pengembang negara. Tata kelola pemerintah dapat terwujud apabila didukung dengan prinsip yang dapat mengembangkan kepercayaan berupa partisipasi, penegakan hukum, transparansi, responsif, kesetaraan dan keadilan, dan akuntabilitas (Juanda Nawawi,2012).

Governance menurut Pandji Santoso, (2012) merupakan paradigma baru dalam tatanan pengelolaan pemerintahan. Ada 3 pilar governance yaitu : pemerintahan, sektor swasta, dan masyarakat. Sementara itu paradigma kelolaan pemerintah yang sebelumnya berkembang adalah governance sebagai satu-satunya penyelenggaraan pemerintahan.

Unsur-unsur dalam pemerintahan (governance stakeholder) dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori menurut Sedermayanti, (2012) yaitu:

1. Negara atau pemerintahan : konsepsi pemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta, dan kelembagaan masyarakat madani.

(26)

2. Sektor swasta : pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi dalam sistem pasar, seperti: industri pengolahan perdagangan, perbankan, dan koperasi, termasuk kegiatan sektor informal.

3. Masyarakat madani : kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya berada diantara atau ditengah antara pemerintah dan perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik da n ekonomi.

Pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa meskipun konsep governance masih mengacu pada aspek kekuasaan, tetapi spektrumnya sudah berkembang sedemikian rupa sehingga tidak lagi terpusat pada tangan pemerintah semata, tetapi bergeser dan terdistribusi secara merata pada stakeholder dalam konsep masyarakat madani, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat (Akhmad Sukardi, 2009)

D. Konsep Participatory Governance

Participatory governance menurut Muluk (2005:58) mengungkapkan

bahwa peran pemerintah adalah melindungi setiap masyarakat dari ketidakadilan atau tekanan dari anggota-anggota masyarakat lainnya serta bertugas menegakkan administrasi keadilan secara pasti. Selanjutnya Musgrave dan Musgrave (1991) dalam Muluk (2005:58) mengungkapkan bahwa peran pemerintah berkembang menjadi fungsi alokasi yang menunjukkan peran pemerintah untuk mengatasi kegagalan mekanisme pasar dengan menyediakan public goods atau mengalokasikan seluruh sumber daya yang ada agar dapat di pergunakan baik sebagai private maupun public goods dan menentukan komposisi dari public

(27)

goods.

Fung dan Wright (Nasarani, 2014:8) menyatakan bahwa Pemerintahan partisipatif merupakan pemberdayaan kumpulan orang untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang masuk akal melalui musyawarah dan diskusi. Pemberdayaan pemerintahan partisipatif memiliki nilai-nilai konseptual yang meliputi partisipasi, musyawarah dan kelayakan. Prinsip pemerintahan partisipatif yaitu sebagai berikut:

1. Orientasi Praktis

Ciri khas pemerintahan partisipasi adalah bahwa semua mengembangkan struktur pemerintahan di arahkan untuk memecahkan masalah-masalah publik. 2. Partisipasi Bottom-up

Partisipasi yang menjaring usulan atau aspirasi dari warga biasa untuk menerapkan pengetahuan, kecerdasan, dan minat untuk perumusan solusi. 3. Generasi Solusi Permusyawaratan

Musyawarah adalah nilai khas ketiga di berdayakan partisipatif pemerintahan. Pengambilan keputusan saat musyawarah, para peserta mendengarkan dan mempertimbangkan alternatif pilihan.

Pandangan Fung dan Wright (Nasarani, 2014:8) tentang pemerintahan partisipatif (participatory governance) menunjukkan bahwa adanya pemberian ruang bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan melalui musyawarah.

Pemerintah partisipatif adalah penyelenggaraan pastisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Tujuan dari pemerintah partisipatif adalah

(28)

untuk memperoleh informasi yang akurat dari masyarakat guna mewujudkan pembangunan daerah yang tepat.

E.Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrembang)

Musyawarah menurut bahasa berarti berunding dan berembuk, sedangkan pengertian musyawarah menurut istilah adalah perundingan bersama antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan keputusan yang terbaik. Musyawarah adalah pengambilan keputusan bersama yang telah di sepakati dalam memecahkan suatu masalah (Ricky,2015)

Kata musyawarah berasal dari bahasa Arab yang menggambarkan bagaimana warga saling berdiskusi memecahkan masalah, konflik dan juga problem di masyarakat. Kata Musrembang identik dengan diskusi di masyarakat tentang kebutuhan pembangunan daerah. Musrembang adalah mekanisme perencanaan sebuah institusi perencana yang ada di daerah dan sebagai mekanisme untuk mempertemukan usulan atau kebutuhan masyarakat (Bottom Up Planning) dengan apa yang akan di program pemerintah (Top Down Planning) Iskandar, 2010.

Pelaksanaan Musrembang yang berjenjang mulai dari tingkat desa atau kelurahan, kecamatan,kabupaten atau kota, provinsi, hingga di bawa ketingkat nasional merupakan kesempatan emas bagi masyarakat untuk dapat terlibat dalam perencanaan pembangunan. Akan tetapi dalam penyelenggaraannya kerap kurang memperhatikan aspek partisipasi secara luas, dan masih terbatas pada seremonial dan cara rutin belaka. Peran lembaga daerah dalam hal ini pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk meningkatkan partisipasi

(29)

masyarakat khususnya dalam forum Musrembang mutlak di perlakukan sebagai salah satu usaha menuju pemerintahan daerah yang lebih baik (Wahyu Ishardino Satries, 2010.

Kegiatan Musrembang tidak hanya menjadi wadah bagi penyusunan rencana kegiatan akan dilaksanakan. Musrembang harus dipandang sebagai saluran resmi yang di persiapkan untuk menganalisasi aspirasi masyarakat dalam rangka memperoleh akses yang memadai dalam kebijakan penganggaran pembangunan. Musrembang hendaknya dipandang sebagai wadah yang dipersiapkan untuk melakukan upaya harmonisasi dan singkronisasi berbagai kutub perencanaan tersebut, sehingga aspirasi masyarakat dapat turut mewarnai hasil perencanaan teknoratis dan perencanaan politis. Musrembang adalah forum public perencanaan (program) yang diselenggarakan oleh lembaga public yaitu pemerintah desa bekerja sama dengan warga dan para pemangku kepentingan penyelenggaraan musrembang merupakan salah satu tugas pemerintah desa untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan (Nanda, 2014).

Musyawarah perencanaan pembangunan (musrembang) merupakan mekanisme perencanaan pembangunan di daerah yang melibatkan partisipasi dari masyarakat. Penyelenggaraan Musrembang merupakan salah satu tugas pemerintah daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan. Pembanguna tidak akan bergerak maju apabila salah satu saja dari tiga komponen tata pemerintahan (pemerintah, masyarakat,swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu, musrembang juga merupakan forum

(30)

pendidikan bagi warga agar menjadi bagian aktif dari tata pemerintahan dan pembangunan (Fadilla Nuari, 2012).

Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrembang) diselenggarakan secara berjenjang mulai dari tingkat kelurahan atau desa, kecamatan atau kota, hingga tingkat provinsi dan pusat atau nasional. Adapun alur proses kegiatan musrembang yaitu tahapan persiapan,tahapan pra musrembang, dan tahapan pelaksanaan sehingga sampai menetapkan waktu dan tempat (Ricky,2015). F. Kerangka Pikir

Kebijakan perencanaan pembangunan di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar adalah partisipatif dengan melibatkan komponen lapisan masyarakat di dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan dengan tetap memperlihatkan tata nilai, budaya dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat juga merupakan salah satu fungsi bottom up strategy dalam proses perencanaan pembangunan. Sehingga tercipta relevansi yang memadai antara harapan dan kebutuhan masyarakat dengan hasil perencanaan pembangunan yang menjadi tujuan bersama antara masyarakat dan pemerintah. Untuk mencapai tujuan perencanaan tersebut maka di perlukan dua indikator dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa antara lain: keterlibatan dan tingkat partisipasi.

(31)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir G. Fokus Penelitian

fokus penelitian participatory governance dalam Musyawaah Perencanaan Pembangunan (musrembang) di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar adalah:

a. Keterlibatan Partisipasi 1. Partisipasi Langsung

2. Partisispasi Tidak Langsung b. Tingkat Partisipasi

1. Kehadiran 2. Penyampaian ide

3. Kesediaan bertanggung jawab Keterlibatan Partisipasi - Partisipasi Langsung - Partisispasi Tidak Langsung Tingkat Partisipasi - Kehadiran - Penyampaian Ide - Kesediaan Bertanggung Jawab Good Participatory Governance

participatory governance dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(32)

H. Deskripsi Fokus Penelitian

Untuk dapat menyelenggarakan participatory governance yang sesuai dengan participatory governance dalam Musrembang, maka partisipasi dapat di ukur dengan indikator-indikatornya yaitu:

a. Keterlibatan Partsispasi 1) Partisipasi langsung

Partisipasi ini terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orng mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya

2) Partisipasi tidak langsung

Partisipasi ini terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya. Partisipasi tidak langsung berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan.

b. Tingkat Partsipasi

1. Kehadiran adalah keterlibatan masyarakat secara langsung yang dapat di jumpai dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan Musrembang di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar.

a. Kehadiran masyarakat sangat di butuhkan karena dalam kehadiran dan keikutsertaan aktif masyarakat pada saat Musrembang merepakan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan.

(33)

pemerintah setempat karena pembangunan yang akan di laksanakan bukan hanya bagian dari proyek pemerintah tetapi adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan dan pihak-pihak terkait.

c. Kehadiran masyarakat di butuhkan untuk berpartisipasi di semua tahap-tahap pembangunan khususnya di mulai dari perencanaan untuk menentukan apa yang menjadi prioritas utama perencanaan pembangunan nantinya.

2. Penyampaian ide adalah keterlibatan masyarakat dalam penyampaian gagasan maupun saran dari masyarakat, dalam kegiatan Musrembang di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar.

a. Masyarakat perlu memberikan ide atau sarannya untuk kelancaran dalam kegiatan Musrembang

b. Masyarakat harus banyak memberikan usulan untuk kegiatan Musrembang karena banyak masyarakat yang mengeluh tentang pembangunan maka dari itu perlu keaktifan masyarakat dalam mengoreksi perencanaan pembangunan yang belum berjalan sesuai dengan harapan.

c. Musyawarah pembangunan di Kecamatan Sanrobone masyarakat selalu di libatkan apalagi setiap tahun ada kebijakan dari pemerintah daerah untuk menampung aspirasi masyarakat terkait pembangunan, hal ini di namakan dengan sistem jemput bola Musrembang masyarakat yang memberikan secara langsung ide-ide atau pemikiran mereka.

(34)

3. Kesediaan bertanggung jawab adalah keterlibatan masyarakat serta kesediaannya untuk ikut bertanggung jawab atas segala usaha mengambil bagian dalam segala aktifitas pembangunan di Kecamatan Sanrobone. a. Masyarakat bersedia bertanggung jawab dan ikut serta dalam

terselenggaranya kegiatan Musrembang tersebut.

b. Masyarakat harus terlibat serta kesediaannya untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan mulai sejak perencanaan, pelaksanaan dan evalusi pembangunan.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah 2 bulan. yang dilaksanakan mulai tanggal 7 Maret sampai 7 Mei 2020. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar. Peneliti memilih tempat penelitian tersebut dengan alasan karena Kecamatan Sanrobone merupakan salah satu unsur birokrasi pemerintah yang secara fungsional dan bertanggung jawab dalam musyawarah perencanaan pembangunan di Kabupaten Takalar.

B.Jenis Dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dimana data diperoleh dari proses observasi, wawancara dengan seluruh informan yang telah ditentukan, dan hasil dari dokumentasi atau pengumpulan arsip dan gambar. Setelah seluruh data diperoleh tahap selanjutnya peneliti mendeskripsikan secara utuh dan mendalami data yang didapatkan berupa fakta atau keterangan- keterangan dan kelemahan atau kekurangan dari objek yang diteliti tentang participatory governance dalam musyawarah perencanaan pembangunan di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar.

(36)

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif dimana dalam memperoleh data dan informasi menggunakan landasan teori sebagai pemandu yang merupakan bahan pembahasan dari penelitian agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dan keadaan lokasi penelitian tersebut.

C. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penulisan ini adalah data primer (wawancara) dan data sekunder (dokumen – dokumen).

1. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung pada sumber data yaitu dari informan yang bersangkutan dengan cara wawancara dan observasi secara langsung pada informan.

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku – buku, dokumen – dokumen, tulisan – tulisan ilmiah dari berbagai media, dan arsip – arsip resmi yang dapat mendukung kelengkapan data primer.

D. Informan

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelit ian. Penentuan informan didalam penelitian ini sebagai narasumber untuk diwawancarai secara mendalam yang dilakukan dengan cara peneliti akan memilih dan menetukan informan yang memiliki pengetahuan dan informasi mengenai permasalahan yang hendak diteliti yaitu :

(37)

Tabel 1.1 Identitas Informan

No Nama Inisial Keterangan

1. Syachrir, SH, MM SR 1 orang 2. Suaib, S.Sos SB 1 orang 3. Muhammad Danial MD 1 orang

4. Haruna HA 1 orang

5. Muhammad Rusli MR 1 orang

JUMLAH 5 orang

Sumber : Data Informan Penelitian (2020) E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian,karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperoleh. Teknik pengumpulan data yang diperoleh dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi adalah pengamatan secara langsung dilokasi penelitian guna

memperoleh keterangan data yang pasti serta tepat dalam mengenai hal-hal yang diteliti terkait dengan participatory governance dalam musyawarah perencanaan pembangunan di Kecamatan Sanrobone.

2. Wawancara Mendalam adalah suatu cara untuk mendapatkan dan mengumpulkan data melalui tanya dengan informan yang mengetahui banyak hal tentang objek dan masalah peneliti. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh secara jelas dan konkret tentang participatory governance dalam musyawarah perencanaan pembangunan di Kecamatan Sanrobone.

(38)

3. Dokumentasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk menyediakan dokumen – dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber – sumber informasi baik berupa karangan, memo, pengumuman, atau aturan instansi pemerintahan. Tujuan digunakan metode ini untuk mengumpulkan data – data dari pegawai tentang participatory governance dalam musyawarah perencanaan pembangunan di Kecamatan Sanrobone.

F.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah langkah selanjutnya untuk mengelola data dimana data yang diperoleh, dikerjakan, dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan persolan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Dalam melakukan analisis data terdapat beberapa tahapan – tahapan yang harus: dilakukan yaitu :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data adalah bentuk analisis data yang menajamkan, menggolongkan, memusatkan, melepaskan yang tidak dibutuhkan dalam mengelompokkan data yang akan diambil dari berbagai kesimpulan yang ada.

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dan dalam penyajian data tentunya memerlukan berbagai pertimbangan yang telah dianalisis dengan baik.

(39)

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan yang masih bersifat sementara, dan berubah bila tidak ditemukan bukti – bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila data kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti – bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

G. Teknik Pengabsahan Data

Dalam pengabsahan data dari peneliti ini adalah tringulasi. Menurut William Wiersema, tringulasi dalam penelitian ini dapat memaknai menjadi suatu proses pemeriksaan data yang sumber dari berbagai informasi yang dikumpulkan melalui berbagai cara dan juga berbagai data yang dilalui. Triangulasi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilaksanakan dengan cara memeriksa data yang didapatkan dari sebagian sumber. Terkait dengan hal ini peneliti mengadakan pengumpulan dan pengujian data dimana data / dokumen didapat dengan melewati berbagai hasil pengamatan, wawancara, dan dokumen – dokumen yang ada. Kemudian peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada. 2. Triangulasi Teknik

(40)

tersebut berasal dari sumber yang serupa dengan cara berbeda. Dalam hal ini data yang didapatkan melalui wawancara, kemudian dilihat dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan beberapa jumlah, dengan kata lain seperti gaya percobaan kreadibilitas data tersebut menciptakan sebuah informasi yang berbeda, untuk menyakinkan data yang mana merupakan data yang benar maupun bisa jadi seluruhnya benar dikatakan terlihat faktor yang berbeda– beda.

3. Triangulasi Waktu

Tidak hanya sumber atau teknik tetapi sering mempengaruhi kreadibilitas data adalah triangulasi waktu. Dimana data yang dihasilkan oleh narasumber bermacam dan berbeda pula serta dikumpulkan dengan cara mewawancarai narasumber di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan informasi yang akurat agar informasi tersebut semakin menyakinkan. Agar pada saat pengetasan kreadibilitas dapat menggunakan metode wawancara. Observasi atau teknik lainnya sesuai dengan kondisi dan waktu yang berbeda-beda.

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Profil Kecamatan Sanrobone

Kecamatan Sanrobone merupakan salah satu kecamatan dari Sembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Takalar. Pada tahun 2007 tanggal 27 april terbentuklah Kecamatan Sanrobone dari hasil pemekaran Kecamatan Mappakasunggu, dari kesembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Takalar membawahi sejumlah 82 Desa/Kelurahan, dengan jumlah penduduk 252,275 jiwa. Semenjak di bentuknya Kecamatan Sanrobone di Kabupaten Takalar pergantian camat sudah di lakukan sebanyak 8 (delapan) kali yaitu :

a. Tahun 2007-2009 : Zainal Arif b. Tahun 2009-2011 : Djohor Dg. Maro c. Tahun 2011-2012 : Zainal Arif d. Tahun 2012-2014 : Andi Herni e. Tahun 2014-2016 : Muhammad Tahir f. Tahun 2017-2019 : Syafaruddin g. Tahun 2019-2020 : Syachrir

Latar belakang Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) di Kecamatan Sanrobone bertujuan untuk membahas dan meyepakati hasil-hasil Musrenbang dari tingkat desa/kelurahan yang akan menjadi kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan yang bersangkutan, membahas dan menetapkan kegiatan prioritas pembangunan di

(42)

tingkat kecamatan yang belum tercakup dalam perioritas pembangunan desa/kelurahan.

2. Gambaran Umum Kecamatan Sanrobone

Luas Wilayah Kecamatan Sanrobone sekitar 29,36 Km2 atau sebesar 5,18 persen dari total luas Kabupaten Takalar yang terdiri dari 6 Desa. Desa yang wilahnya paling luas adalah Desa Banyuanyara yaitu 27.01 km2,. Sedangkan Desa yang wilayahhnya paling kecil adalah Desa Ujung Baji yaitu 11,27 km2 .

Sanrobone sebagai salah satu kecamatan yang terletak disebelah utara dan berjarak kurang lebih 12 km2 dari ibu kota Kabupaten Takalar. Ibu Kota Kecamatan Sanrobone terletak di Desa Sanrobone yang sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Galesong Selatan, Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Mappakasunggu, Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa, dan Sebelah barat berbatasan dengan selat Makassar. Kecamatan Sanrobone terletak di Kabupate Takalar, yang dapat dengan mudah diakses menggunakan sarana angkutan umum, dengan Kode Pos 92231. Wilayah Kecamatan Sanrobone memiliki batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Paddingin b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Banyuanyara c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Laguruda

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Desa Sanrobone.

Jumlah Penduduk di Kecamatan Sanrobone adalah 14.973 Jiwa. Dengan Jumlah Penduduk Wilayah Kecamatan Sanrobne adalah :

(43)

1. Desa Sanrobone : 2623 Jiwa 2. Desa Laguruda : 1672 Jiwa 3. Desa Banyuanyara : 3256 Jiwa 4. Desa Paddingin : 2434 Jiwa 5. Desa Ujung Baji : 2600 Jiwa 6. Desa Tonasa : 2788 Jiwa 3. Visi dan Misi Kecamatan Sanrobone

a. Visi

Berdasarkan potensi yang dimiliki, permasalahan serta berbagai keterbatasan yang dihadapi Kecamatan Sanrobone, maka ditetapkan visi Pembangunan Kecamatan Sanrobone yaitu “Terciptanya Pelayanan Prima Dalam Penyelengaraan Pemerintahan, Pembangunan, Dan Pemberdayaan Masyarakat Menunju Masyarakat Yang Sejahtera ”.

1) Pelayanan prima, pelayanan prima merupakan terjemahan istilah “excellent service” berarti pelayanan terbaik atau sangat baik. Disebut sangat baik atau terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki instansi pemberi pelayanan. Hakekat pelayanan public adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan peruwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.

2) Pembangunan, suatu proses perubahan kea rah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Akan mengoptimalkan program desa siaga untuk menekan melaksanakan pelayanan prima, handal dan propesional sehingga mampu menjalankan pemerintahan sesuai dengan prinsip tata

(44)

pemerintahan yang baik. Visi ini akan di laksanakan melalui reformasi birokrasi meliputi program prima dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat yang sejahtera. Peningkatan kualitas pelayan public, selanjutnya mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur dengan membangun sinergi yang kuat dengan pemerintah pusat dan provensi.

3) Pemberdayaan masyarakat, upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau penguatan (strengthening) kepada masyarakat. Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai kemampuan individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan sehingga bertujuan untuk menemukan alternative-alternatif baru dalam membangun masyarakat.

b. Misi

Berdasarkan visi pembangunan kecamatan tersebut ditetapkan misi pembangunan Kecamatan Sanrobone sebagai berikut:

1) Meningkatkan kualitas pelayanan publik.

2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perkantoran. 3) Pemberdayaan masyarakat dalam rangka menunjang pembangunan.

4) Memberdayakan potensi kecamatan dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah.

4. Keadaan Kependudukan

Berikut data keadaan penduduk Kecamatan Sanrobone berdasarkan jumlah penduduk dan laju penduduk., jumlah penduduk dan rasio jenis kelamin,

(45)

dan jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, pendidikan, dan kesehatan.

a. Jumlah Penduduk dan laju penduduk

Jumlah Penduduk merupakan perhitungan caca penduduk perorangan dalam suat wilayah melalui sensus. Sementara Laju penduduk yaitu dimana angka yang menunjukkan tingkat pertambahan penduduk pertahun dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan jumlah penduduk dan laju penduduk sebagai berikut :

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk dan Laju Penduduk

Desa/Kelurahan Village

Jumlah Penduduk ( Jiwa) Population (people)

Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun (%) 2010 2017 2018 2010-2018 2017-2018 Laguruda 1434 1499 1505 0,61 0,40 Sanrobone 2604 2706 2715 0,52 0,33 Banyuanyara 2809 2883 2888 0,35 0,17 Paddinging 1740 1897 1916 1,21 1,00 Ujungbaji 2107 2203 2214 0,62 0,50 Tonasa 2626 2860 2892 1,21 1,12 SANROBONE 13320 14048 14130 0,34 0,58

Sumber : Proyeksi Penduduk Kabupaten Takalar

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui jumlah penduduk yang paling banyak adalah desa banyuanyara yaitu pada tahun 2010 jumlah penduduknya yaitu 2809 dan pada tahun 2017 jumlah penduduknya 2883, dan pada tahun 2018 jumlah penduduknya bertambah lagi yaitu 2888. Sedangkan laju pertumbuhan

(46)

penduduk pada tahun 2010-2018 yaitu 0,35 dan pada tahun 2017-2018 0,17. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah desa laguruda yaitu pada tahun 2010 sebanyak 1434 dan tahun 2017 sebanyak 1499 dan tahun 2018 sebanyak 1505. Sedangkan laju pertumbuhan pada tahun 2010-2018 yaitu 0,61 dan 2017-2018 yaitu 0,40.

b. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin

Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan antara jumlah penduduk pria dan jumlah penduduk wanita pada suatu daerah dan pada waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk pria per 100 wanita. Rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan perencaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan seara adil. Berdasarkan Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin, sebagai berikut.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin

Desa/Kelurahan Village

Jenis Kelamin (Jiwa)

Rasio Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah

Lagaruda 701 804 1505 0, 87 Sanrobone 1347 1368 2715 0,98 Banyuanyara 1352 1536 2888 0,88 Paddinging 915 1001 1916 0,91 Ujung Baji 1 016 1198 2214 0,85 Tonasa 1337 1555 2892 0,86 SANROBONE 6228 7462 14130 0,89

(47)

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah laki-laki yang paling banyak terdpat di desabanyuanyara yaitu sebanyak 1352 sedangkan perempuan adalah 1356 jumlah keseluruhan 2888 dengan rasio jenis kelamin 0,88. Adapun jumlah laki-laki yang paling sedikit terdapat di desa laguruda yakni 701dan perempuan 804 dengan jumlah keseluruhn 1505 dengan rasio 0,87.

c. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kelompok Umur adalah kelompok orang berdasarkan umur. Dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kelomok Umur Jenis Kelamin (jiwa)

Laki-laki Perempuan Jumlah

0 – 4 613 605 1218 5 – 9 627 625 1252 10 – 14 645 565 1210 15 – 19 674 620 1294 20 – 24 622 544 1166 25 – 29 502 570 1072 30 – 34 466 523 989 35 – 39 417 532 940 40 – 44 436 578 1014 45 – 49 434 544 978 50 – 54 365 470 835 55- 59 277 364 641 60 – 64 228 297 525 65 + 362 634 996 Jumlah 6669 7462 14131

Sumber : Proyeksi Penduduk Kabupaten Takalar

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin laki-laki yang paling banyak yaitu 647 dengan umur 15-19 dan perempuan yang paling banyak yaitu 634 dengan

(48)

umur 65+ ( keatas). Sedangkan laki-laki yang paling sedikidengan umur 60-64 dan perempuan dan perempuan 297.

d. Pendidikan

Salah satu faktor untuk kemajuan pendidikan adalah melalui penyediaan sarana dan prasarana yakni adanya penngkatan jumlah sekolah dan jumlah pengajar. Jumlah sekolah dasar (SD) sederajat sebanyak 15 sekolah, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sederajat sebanyak 3 sekolah, dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) sederajat sebanyak 2 sekolah. Jumlah murid SD sederajat yang menikmati pendidikan di sekolah di tahun 2018. Di kecamatan sanrobone sebanyak 1.598 murid. Jumlah siswa SLTP sebanyak 715 siswa, dan jumlah siswa 906 siswa. Pada jenjang pendidikan di kecamatan Sanrobone, seorang guru rata-rata mengajar 12 murid, jenjang pendidikan SLTP, seorang guru rata-rata mengajar 12 siswa. Sedang pada jenjang pendidikan SLTA, seorang guru rata-rata mengajar 12 siswa.

e. Kesehatan

Dari 6 desa/kelurahan yang ada di kecamatan sanrobone, yang memiliki sarana kesehatan puskesmas hanya desa sanrobone dan yang lainnya hanya posyandu, pustu dan poskesdes dilihat dari tenaga kesehatan, jumlah perawat dari 5 orang ditahun 2017 sudah ada perubahan di tahun 2018 yaitu menjadi 13.

Dari jumlah pasangan usia subur (PUS) dikecaatan sanrobone sebanyak 2621 orang . Sedangkan yang sudah mengikuti program Keluarga Berencana (KB) sebanyak 1762 sedangkan yang belum ber KB sebanyak 859 orang.

(49)

Adapun desa yang paling banyak peserta KBnya adalah desa banyuanyara sebanyak 358 orang. Diikuti desa ujung baji sebanyak 346 orang, sedangkan desa yang paling sedikit adalah desa lagruda sebanyak 209 orang. (Sumber : Kecamatan Mappakasunggu Dalam Angka 2019)

5. Proses Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Proses pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa/Kelurahan, kemudian dilanjutkan dalam forum Musrenbang Kecamatan, dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten.

1. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa/Kelurahan

Musrenbang Desa/Kelurahan merupakan forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan oleh stakeholders. Desa/Kelurahan untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran berikutnya.

a. Tahapan persiapan Kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa/Kelurahan :

 Menyusun jadwal dan agenda Musrenbang Desa/Kelurahan.

 Memfasilitasi dan memantau pelaksanaan musyawarah dusun/RW, kelompok-kelompok masyarakat yang kurang mampu dan kelompok wanita.

 Mengumumkan secara terbuka jadwal, agenda dan tempat Musrenbang DesaKelurahan.

(50)

 Membantu para delegasi Desa/Kelurahan dalam menjalankan tugasnya di Musrenbang.

 Menyusun dokumen rencana kerja pembangunan Desa/Kelurahan.

 Merangkum berita acara hasil Musrenbang Desa/Kelurahan yang sekurang-kurangnya memuat prioritas kegiatan yang disepakati, dan daftar nama delegasi yang akan mengikuti Musrenbang Kecamatan.

 Menyebarluaskan dokumen rencana kerja pembangunan Desa/Kelurahan.

2. Tahapan pelaksanaan dengan agenda sebagai berikut :

 Pendaftaran peserta yang hadir dalam kegiatan Musrenbang Desa/Kelurahan.

 Pemaparan Camat atas prioritas kegiatan pembangunan di kecamatan yang bersangkutan.

 Pemaparan Camat atas hasil evaluasi pembangunan tahun sebelumnya, dengan memuat jumlah usulan y

 ang dihasilkan pada forum sejenis di tahun sebelumnya.

 Pemaparan Kepala Desa/Lurah atas prioritas program/kegiatan untuk tahun berikutnya. Pemaparan ini bersumber dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa/Kelurahan oleh Kepala Desa/Lurah.

 Penjelasan Kepala Desa tentang informasi tentang perkiraan jumlah Alokasi dana Desa.

(51)

 Pemaparan masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat Desa/Kelurahan oleh beberapa perwakilan dari masyarakat, misalnya: ketua kelompok tani, komite sekolah, kepala dusun, P3A dan lain-lain.

 Pemisahan kegiatan berdasarkan : a) kegiatan yang akan diselesaikan sendiri di tingkat Desa/Kelurahan, dan b) kegiatan yang menjadi tanggung jawab yang akan dibahas dalam Musrenbang Kecamatan.

 Perumusan para peserta tentang prioritas untuk menyeleksi usulan kegiatan sebagai cara mengatasi masalah oleh peserta.

 Penetapan prioritas kegiatan pembangunan tahun yang akan datang.

 Penetapan daftar nama 3-5 orang (masyarakat) delegasi dari peserta Musrenbang Desa/Kelurahan untuk Menghadiri Musrenbang Kecamatan. 2. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan kecamatan forum musyawarah yang dilakukan stakeholder kecamatan untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari desa/kelurahan serta menyepakati lintas desa/kelurahan dikecamatan tersebut sebagai dasar penyusunan sebagai rencana kerja SKPD kabupaten pada tahun berikutnya.

1. Tahap persiapan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan :

 Mengkompilasi prioritas kegiatan pembangunan yang menjadi tanggungjawab SKPD dari masing-masing desa/kelurahan berdasarkan masing-masing fungsi SKPD.

(52)

 Menyusun jadwal dan agenda musrenbang Kecamatan.

 Mengumumkan secara terbuka tentang jadwal, agenda, dan tempat Musrenbang Kecamatan minimal 7 hari sebelum kegiatan dilakukan, agar peserta bisa menyiapkan diri dan segera melakukan pendaftaran dan atau diundang.

 Membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta Musrenbang Kecamatan, baik wakil dari desa/Kelurahan maupun dari kelompok-kelompok masyarakat.

 Menyiapkan peralatan dan bahan/materi serta notulen untuk musrenbang kecamatan.

2. Tahap pelaksanaan dengan agenda sebagai berikut :

 Pendaftaran peserta Musrenbang Kecamatan.

 Pemaparan camat mengenai prioritas masalah kecamatan, seperti kemiskinan, pendidikan, kesehatan, prasarana dan pengangguran.

 Pemaparan mengenai Rancangan Kerja SKPD di tingkat kecamatan yang bersangkutan beserta strategi, besaran plafon dana oleh kepala-kepala cabang SKPD atau pejabat SKPD dari Kabupaten.

 Pemaparan masalah dan prioritas kegiatan dari masing-masing desa/kelurahan menurut fungsi/SKPD menurut tim penyelenggara Musrenbang Kecamatan.

(53)

 Verifikasi oleh delegasi desa/kelurahan untuk memastikan semua prioritas kegiatan yang diusulkan oleh desa/kelurahannya sudah tercantum menurut masing-masing SKPD.

 Pembagian peserta musrenbang kedalam kelompok pembahasan berdasarkan jumlah fungsi/SKPD atau Gabungan SKPD yang tercantum.

 Kesepakatan prioritas pembangunan kecamatan yang dianggap perlu oleh peserta musrenbang kecamatan namun belum diusulkan oleh desa/kelurahan (kegiatan lintas desa/kelurahan yang belum diusulkan desa/kelurahan)

 Kesepakatan kriteria untuk menentukan prioritas kegiatan pembangunan kecamatan untuk masing-masing fungsi/SKPD atau Gabungan SKPD.

 Kesepakatan prioritas kegiatan pembangunan kecamatan berdasarkan masing-masing fungsi/SKPD.

 Pemaparan prioritas pembangunan kecamatan dari tiap-tiap kelompok fungsi/SKPD atau Gabungan SKPD di hadapan seluruh peserta Musrenbang Kecamatan.

 Penetapan daftar nama delegasi kecamatan 3-5 orang (masyaratkat) untuk mengikuti forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten. Dalam komposisi delegasi tersebut terdapat perwakilan perempuan.

3. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten

Musrenbang RKPD Kabupaten adalah musyawarah stakeholder Kabupaten untuk mematangkan rancangan RKPD Kabupaten. Berdasarkan Renja-SKPD

(54)

hasil forum SKPD dengan cara meninjau keserasian antara rancangan Renja-SKPD, yang hasilnya digunakan untuk pemutakhiran Rancangan RKPD. Pelaksanaan Musrenbang Kabupaten memperhatikan hasil pembahasan forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, kinerja pembangunan tahunan berjalan dan masukan dari para peserta. 1. Tahapan persiapan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten :

Kepala Bappeda menetapkan Tim Penyelenggara Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD sesuai dengan jumlah dan formasi yang telah ditetapkan dan terdiri dari unsur SKPD dan Bappeda. Berikut ini tugas dari Tim Penyelenggara SKPD:

 Menggabungkan daftar prioritas kegiatan pembangunan dari setiap kecamatan.

 Mengkompilasi daftar prioritas kegiatan pembangunan yang berasal dari Rancangan Renja-SKPD.

 Mengidentifikasi prioritas kegiatan pembangunan dari tip kecamatan yang sesuai dengan prioritas kegiatan pembangunan yang berasal dari Renja-SKPD demikian pula dengan kegiatan yang tidak sesuai.

 Memperkirakan biaya tiap prioritas kegiatan.

 Menyusun rincian agenda pembahasan Forum SKPD berdasarkan keputusan Kepala Bappeda.

(55)

 Mengumumkan secara terbuka jadwal, agenda pembahasan, dan tempat penyelenggaraan forum SKPD selambat-lambatnya 7 hari sebelum pelaksanaan.

 Membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta Forum SKPD yang berasal dari delegasi Kecamatan maupun dari kelompok-kelompok masyarakat yang bekerja dalam bidang yang terkait dengan fungsi SKPD tersebut dalam skala kabupaten.

 Mempersiapan bahan/materi dan peralatan serta notulen untuk forum SKPD.

2. Tahapan pelaksanaan, dengan agenda sebagai berikut:

 Pendaftaran peserta Forum SKPD oleh masing-masing tim penyelenggara forum SKPD.

 Pemaparan dan pembahasan prioritas kegiatan pembangunan menurut Rencana Renja-SKPD oleh kepala SKPD.

 Pemaparan prioritas kegiatan pembangunan yang dihasilkan oleh Musrenbang Kecamatan oleh tim penyelenggara Forum SKPD.

 Verifikasi prioritas kegiatan berbagai kecamatan oleh para delegasi kecamatan untuk memastikan prioritas kegiatan dari kecamatan telah tercantum.

 Pemaparan prioritas kegiatan dan plafon/pagu dana indikatif SKPD yang bersumber dari prioritas pembangunan daerah/Rancangan RKPD

(56)

Kabupaten, Provinsi, dan Kementrian/Lembaga Negara oleh Kepala SKPD.

 Merumuskan kriteria untuk menyeleksi prioritas kegiatan pembangunan baik yang berasal dari kecamatan maupun dari Rancangan Renja-SKPD.

 Menetapkan prioritas kegiatan pembangunan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga plafon/pagu dan Renja-SKPD baik yang bersumber dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, maupun APBN dapat dibelanjakan secara optimal (kerangka anggaran).

 Menyusun rekomendasi untuk kerangka regulasi SKPD.

 Menetapkan delegasi masyarakat dari forum SKPD yang berasal dari organisasi kelompok-kelompok masyararakat skala kabupaten untuk Mengikuti Musrenbang tahunan Kabupaten (1-3 orang untuk setiap forum SKPD). Dalam komposisi delegasi tersebut terdapat perwakilan perempuan.

6. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Pemerintahan Kecamatan Sanrobone

Kecamatan Sanrobone mempunyai tugas melaksankan sebagian kewenagngan pemerintah kabupaten di wilayah kerjanya yang mencakup bidang pemerintahan, ekonomi, dan pembangunan. Kesejahtteraan rakyat dan pembinaan kehidupan masyarakat serta urusan pelayanan umum lainnya yang diserahkan Bupati.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Tabel 1.1  Identitas Informan
Gambar 1. Wawancara dengan Camat Sanrobone
Gambar 4. Wawancara dengan Tokoh Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

ASTRA DAIHATSU Makassar yang dapat memberikan informasi penting untuk konsumen dengan sistem pencarian data unit serta di lengkapi dengan search stock (Pencarian jumlah

Turbin gas adalah topik yang dianalisa pada tugas akhir ini dan analisa dilakukan pada performa turbin gas sebelum dan setelah dilakukannya Overhaul combustion inspection.

Hasil penelitian setelah dilakukan perancangan ulang alat parut kelapa sistem engkol menunjukkan bahwa rancangan alat parut kelapa sistem engkol yang berbasis

Dalam analisis rangkaian kita akan selalu berkenaan dengan peralihan energi yang timbul sebagai akibat terdapatnya tegangan atau beda potensial listrik dan arus

Penambahan garam Lithium Perklorat (LiClO 4 ) dilakukan guna meningkatkan nilai konduktivitas ionik bahan. Hasil pengukuran konduktivas ionik membran dengan variasi

Kunci yang besar akan secara kriptologi aman untuk waktu yang lebih lama, kalau yang ingin dienkripsikan adalah data yang harus terjaga selama beberapa tahun maka ukuran kunci

Dengan demikian dari paradigma the new public service yang dipaparkan diatas, penulis berpendapat bahwa semua ini menekankan pada partisipasi warga negara dalam

[r]