• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA

.

Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh : Bayu Pancoko Adhi

F 100 100 057

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

1

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA

ABSTRAK

Masa remaja adalah peralihan masa perkembangan yang berlangsung sejak usia sekitar 10 atau 11, atau bahkan lebih. Masa ini juga sering disebut sebagai masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif seperti narkoba, kriminal dan kejahatan seks. Tak jarang beberapa remaja yang terjerumus pada perilaku-perilaku negatif. Sehingga banyak remaja yang akhirnya melakukan kenakalan. Banyak faktor yang menyebabkan kenakalan remaja, salah satunya ialah dikarenakan pengaruh dari teman sebaya. Hal ini dikarenakan remaja menyamakan diri dengan teman sebayanya atau koformitas terhadap teman sebayanya agar mereka dapat menjadi bagian dan diterima dalam kelompok tersebut. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk: (1) Untuk mengetahui hubungan antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja pada remaja di Desa Gonilan, Kartasura, Sukoharjo; (2) Untuk mengetahui tingkat konfromitas teman sebaya; (3) Untuk mengetahui tingkat kenakalan remaja; (4) Untuk mengetahui sumbangan efektif konfromitas teman sebaya terhadap kenakalan remaja. Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasional. Adapun sampelnya yakni seluruh populasi yang berjumlah 97 siswa. Pengambilan data menggunakan dua skala berbentuk likert: yaitu skala konformitas yang terdiri dari 29 aitem dengan aitem gugur 1 dan skala kenakalan remaja yang terdiri dari 31 aitem dengan aitem gugur 9. Hasil penelitian diketahui bahwa tingkat konformitas teman sebaya pada remaja di Desa Gonilan, Kartasura, Sukoharjo dengan kedua variabel menggunakan korelasi product moment didapatkan hasil koefisien korelasi (rxy) = -0,082 dan signifikan (p) = 0,666 (p > 0,05). Dengan demikian, tidak ada hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja pada Desa Gonilan, Kartasura, Sukoharjo. Artinya, hipotesis ditolak.

Kata Kunci: Konformitas Teman Sebaya, Kenakalan Remaja ABSTRACT

Adolescence is a transitional period of development which took place sice 10 and 11 years old or even more. This period is also often referred to as time-prene by negative influences such as drugs, crime and sex crimes. Often some of teenager who fall on negative behaviors. So many teenagers end up doing delinquency. Many factors cause juvenile delinquency, one of which is due to influence of peers. This is because teens try to identifies himself with them or conformity so that they can be a part and be accepted in the group. Therefore, this research is done to: (1) to know the relation between peers conformity and Juvenile delinquency adolescents in Gonilan village, Kartasura, Sukoharjo; (2) to know the level of conformity Peers; (3) to know the level of the Juvenile delinquency; (4) to know effective contributiopn of peer conformity to juvenile deliquency.

(6)

2

The approach in this research is kuantitatif correlational. The sample is all of the population which 97 respondents. Retrieving data using two Likert scale: the scale of conformity comprising 29 item and fallen 1, and Juvenile delinquency’s scale consisting of 31 item with 9 item fall.

The result of the correlation between two variables using correlation product moment, correlation (rxy) = -0,082 and significant (p) = 0,666 (p > 0,05) The conclusions shows that there is no correlation between peers conformity with juvenile delinquency adolescents in Gonilan village, Kartasura, Sukoharjo. This means the hypothesis is rejected.

Keyword: Peer Conformity, Juvenile Deliquency Adolescence 1. PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusiadalam beberapa tahapan, salah satunya adalah remaja. Menurut Hurlock (1994) remaja berasal dari istilah adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Pada masa ini ditandai dengan perkembangan yang begitu pesat pada individu yang dapat terlihat dari segi fisik, psikis, dan sosialnya. Seiring dengan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja.

Gunarsa (2012) memperinci lebih lanjut bentuk tingkah laku yang dapat digolongkan dalam kedua kelompok ini, kenakalan yang bersifat immoral dan asosial antara lain: berbohong, berpakaian tidak pantas dan melanggar peraturan sekolah, membolos, memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain, bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk sehingga mudah terjerat dalam perkara kriminal, dan lain sebagainya. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum atau biasa disebut dengan istilah kejahatan, diklasifikasikan sesuai dengan berat atau ringannya pelanggaran kejahatan tersebut, misalnya: perjudian, pencurian, penipuan, perbuatan anti sosial yang merugikan milik orang lain, penganiayaan berat, dan lain sebagainya (Gunarsa, 2012).

(7)

3

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diartikan remaja sebagai individu menjadikan perkataan dan perlakuan orang lain sebagai sebuah acuan dalam menilai dirinya sendiri. Fitts (dalamAgustiani 2006) menganggap bahwa diri adalah sebagai suatu obyek sekaligus juga sebagai suatu proses, yang melakukan fungsi persepsi, pengamatan serta penilaian. Pola pikir sosial mengekspresikan sikap pasti individu terhadap nilai-nilai masyarakat. Bagi remaja yang mengalami formasi kepribadian itu berarti rincian khusus nilai masyarakat dalam kesadaran mereka yang diungkapkan kemudian dalam sebuah perilaku .(Olga A,2016).

Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada remaja. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2006). Sedangkan definisi lain mengatakan kenakalan remaja merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh anak-anak atau remaja di bawah usia 18 tahun (Nizar,Muhammad,2015).

Selain itu, pandangan dari lingkungan terdekat yang dapat juga memberi pengaruh terhadap seseorang dalam berperilaku, salah satunya adalah konformitas teman sebaya didalam suatu kelompok pertemanan. Dalam hal ini konformitas teman sebaya berkaitan dengan kecenderungan kenakalan remaja, karena konformitas merupakan salah satu fenomena penting yang dapat menjadi kunci dari perilaku remaja.

Perkembangan yang terjadi secara signifikan pada remaja adalah dari segi emosional. Pada tahap ini perubahan mood yang terjadi cenderung menurun, mampu mengungkapkan emosinya sendiri, dan mulai memahami perasaan orang lain. Perkembangan lain yang terjadi adalah perkembangan sosial, terlihat dari peningkatan kemandirian, serta hubungan dengan teman sebaya yang bertambah erat. Hal ini sering menjadi penyebab terjadinya konformitas pada remaja.

Berdasarkan konsep diatas, keadaan dimana remaja memiliki kebutuhan untuk menyesuaikan dengan teman sebaya mereka dalam suatu kelompok

(8)

4

pertemanan. Dapat dikatakan bahwa remaja tersebut sedang melakukan sebuah perilaku yang disebut dengan konformitas teman sebaya atau peer conformity.

Konformitas yang cukup kuat tidak jarang juga membuat remaja sebagai individu, melakukan sesuatu yang merusak atau melanggar norma sosial. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba meminum alkohol, obat-obatan terlarang atau melakukan perilaku asosial, maka remaja yang memiliki tingkat konformitas tinggi cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan akibatnya bagi diri mereka sendiri. Hal tersebut tidak terlalu mengherankan, alasannya adalah remaja sangat ingin diterima sehingga akan melakukan apapun sesuai penilaian dan persetujuan dari kelompok teman sebaya agar diterima dan diakui keberadaannya dalam kelompok, termasuk melakukan perbuatan atau tingkah laku yang bersifat pelanggaran hukum yang berlaku dan pelanggaran nilai-nilai moral. Dalam hal ini perbuatan yang dimaksud pelanggaran hukum dan nilai-nilai moral disebut juga kenakalan remaja (Gunarsa, 2012).

Myers (2008) mengatakan konformitas adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari tekanan yang nyata atau imajinasi dari kelompok. Hurlock (1994) menjelaskan bahwa kebutuhan untuk diterima dalam kelompok sebaya menyebabkan remaja dapat melakukan perubahan dalam sikap dan perilaku sesuai dengan perilaku anggota kelompok teman sebaya. Hubungan teman sebaya dengan konformitas teman sebaya dapat diteliti dalam hal sejauh mana remaja merasa nyaman di dalam suatu kelompok, dan juga seberapa besar seseorang disukai atau diterima oleh teman sebaya (Grinman, 2002). Pendapat ini sekaligus menjelaskan mengapa kebanyakan remaja lebih suka menerima pengaruh sosial dari teman sebaya atau orang yang mereka senangi dan kagumi (Handayani, 2000).

2. METODE PENELITIAN

Variabel dari penelitian ini adalah konfromitas teman sebaya sebagai variabel bebas dan kenakalan remaja sebagai variabel tergantung.populasi pada penelitian ini adalah remaja Desa gonilan. Populasi Menurut Azwar (2010) merupakan subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Jadi

(9)

5

populasi merupakan kelompok individu yang berdasarkan karakteristik tertentu yang kemudian ditarik peneliti ketika melakukan sebuah penelitian yang kemudian dapat ditarik kesimpulannya.

Sample menurut Azwar (2010) adalah sebagian dari populasi dan karakteristik yang dimiliki oeh populasi tersebut. Pengambilan sampel harus memperhatikan ciri – ciri atau sifat – sifat populasi agar sampel bisa merupakan gambaran dari populasi yang sesungguhnya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, yaitu pengambilan sample berdasarkan ciri – ciri yang telah ditentukan. Karakter dari sampel antara lain :a) Remaja umur 21-23tahun,b) Remaja yang berdomisili di daerah gonilan.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian ini adalah angket yang terdiri dari skala Kenakalan Remaja dan skala Konformitas teman sebaya. Dalam pengisian skala ini, respoden hanya menjawab pertanyaan atau pernyataan dengan cara memberi tanda tertentu pada alternative jawaban yang telah disediakan.Adapun untuk memperoleh data dalam penelitian ini menggunakan dua skala yaitu kenakalan remaja dan konformitas teman sebaya. Kedua skala ini mempunyai pilihan jawaban yaitu : sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Pernyataan pada skala kenalakan remaja dan skala Konformitas teman sebaya hanya terdiri dari pertayaan favorable dan unfavorable

Validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) yang dapat menentukan sejauhmana isi alat ukur tersebut dapat mewakili semua aspek yang dianggap aspek kerangka konsep dan didasari pada pengujian relevansi isi pernyataan yang disusun berdasarkan kisi-kisi yang tepat atau professional judgement (Azwar, 2013). Pengujian validitas skala Kenakalan Remaja dan Sakala Konfromitas Teman Sebaya pengguna path pada remaja dapat dengan menggunakan rumus formula Aiken’s V (Azwar, 2014).

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang dimiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Ide pokok yang terkandung dalam

(10)

6

konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuraan dapat dipercaya, yaitu apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek dalam diri subjek yang diukur belum berubah (Azwar, 2014). Reliabilitas dalam penelitian ini diukur menggunakan formula Alpha Cronbach yang diolah menggunakan program aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solution)20..0 for windows.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif sehingga metode analisis data menggunakan metode statistik. Menurut Hadi (2001) statistik memiliki ciri-ciri sebjagai berikut : 1) Selalu bekerja dengan angka-angka, artinya angka tersebut menunjukkan jumlah atau frekuensi; 2) Bersifat objektif, sehingga unsur-unsur subjektif dapat dihindari, dalam arti statistik sebagai alat penilaian kenyataan tidak dapat berbicara lain selain apa adanya; 3) Bersifat universal, yaitu dapat diterapkan dalam semua bidang penelitian.

Berdasarkan hipotesis dan tujuan penelitian, maka teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis korelasi product moment, karena dalam penelitian ini hanya ada dua variabel yang terlibat menggunakan bantuan komputer program SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows Program versi 19 .0, dengan rumus Korelasi Pearson Product Moment.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Populasi dalam penelitian dalam penelitian ini dalah remaja didaerah Gonilan, kartasura, sukoharjo dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Dari populasi 97 remaja dengan menggunakan sampel 30 orang. penelitian ini menggunakan Purposive Sampling, yaitu pengambilan sample berdasarkan ciri – ciri yang telah ditentukan. Karakter dari sampel antara lain :

a. Remaja umur 21-23 tahun

b. Remaja yang berdomisili di daerah gonilan

Hasil penilaian professioanal exper judgement kemudian di analisis menggunakan formula Aiken’s V untuk menghitung content-validity coefficient dengan batas nilai valid 0,7. Aitem yang menunjukkan hasil

(11)

7

validitas dibawah 0,7 (< 0,7) gugur untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian. Aitem yang memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 0,7 (≥ 0,7) maka valid untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian. Hasil uji validasi skala harga diri setelah dilakukan professional exper judgement menunjukkan bahwa koefisien validitas aiken bergerak dari 0,75 sampai 0,91.

Hasil penilaian professioanal exper judgement kemudian di analisis menggunakan formula Aiken’s V untuk menghitung content-validity coefficient dengan batas nilai valid 0,7. Aitem yang menunjukkan hasil validitas dibawah 0,7 (< 0,7) gugur untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian. Aitem yang memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 0,7 (≥ 0,7) maka valid digunakan sebagai alat ukur penelitian. Hasil uji validasi skala narsis pengguna path setelah dilakukan professional exper judgement menunjukkan bahwa koefisien validitas aiken bergerak dari 0,6 sampai 0,91 Skala disusun dalam dua jenis aitem, yaitu yang mendukung pertanyaan atau favorable dan aitem yang tidak mendukung pertanyaan atau unfavorable.

Perhitungan reabilitas skala kenakalan remaja dan konfromitas teman sebaya menggunakan perhitungan bantuan computer program statistical

product and servis solution (SPSS) versi 19,0. Uji reliabilitas menggunakan

rumus Cronbach Alpha dan di peroleh nilai reliabilitas untuk skala kenakalan remaja sebesar 0,921 dan untuk skala konfromitas teman sebaya sebesar 0,896 Hasil penelitian menunjukkan tingkat kenakalan remaja tergolong rendah, di tunjukkan mean empirik lebih kecil dari mean hipotetik yakni 61,73 ≤ 77,5 Hasil penelitian menunjukkan tingkat konformitas tergolong sangat tinggi , di tunjukkan mean empirik lebih besar dari mean hipotetik yakni 100,85≥72.5

Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment menujukkan koefisien korelasi sebesar rxy = -0.082 dengan p= 0,666 (p > 0,01). Hal tersebut menujukan bahfwa hipotesis hubungan konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja tidak dapat diterima.

Hal ini sesuai dengan faktor-faktor yang mempengari kenakalan remaja menurut santrokk, (1996) lebih rinci sebagai berikut : a) identitas. b) kontrol diri. c) usia. d) jenis kelamin. e) harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai

(12)

8

sekolah. f) proses keluarga. g) pengaruh teman sebaya. h) kelas sosial ekonomi. i) kualitas lingkungan sekitar.

Rerata Empirik variabel kenakalan remaja sebesar 61,73 dan rerata Hipotetik sebesar 77,5 jadi rerata Empirik <rerata Hipotetik yang berarti pada umumnya remaja Desa Gonilan memiliki kenakalan remaja yang tergolong rendah.

Rerata empirik variabel konfromitas teman sebaya sebesar100,83 dan rerata hipotetik sebasar 72,5. Jadi terata empirik > rerata hipotetik, yang berarti pada umumnya remaja di Desa Gonilan mempunyai konfromitas yang tergolong tinggi

Jansen (Sarwono, 2002) membagi kenakalan remaja menjadi 4 (empat) bentuk, yaitu; a) kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain; b) kenakalan yang menimbulkan korban materi; c) kenakalan social yang tidak menimbulkn korban dipihak orang lain; d) kenakalanyang melawan status.

Konformitas pada remaja tentunya tidak terjadi begitu saja, ada faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hal tersebut. Salah satu faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi konformitas adalah kepercayaan diri. Menurut Lauster (dalam Ghufron dan Risnawita, 2010) kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab. Jika seorang remaja melakukan konformitas dan bertindak sesuai dengan kelompok bukan atas kehendaknya sendiri, maka dapat diasumsikan remaja tersebut memiliki masalah kurang percaya diri.

Konformitas terhadap teman sebaya mempunyai efek yang kuat terhadap tingkahlaku remaja. Tekanan untuk melakukan konformitas bermula dari adanya aturanaturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang memaksa individu untuk bertingkah-laku yang seharusnya atau semestinya (Baron dan Byrne, 2005). Hal ini juga menyebabkan remaja akan menyepakati serta menyesuaikan pendapatnya sendiri dengan pendapat yang dianut oleh mayoritas anggota kelompok.

(13)

9

Meskipun norma-norma kelompok bukan merupakan norma yang buruk, namun dapat membahayakan pembentukan identitas diri remaja karena dalam hal ini remaja akan lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok daripada mengembangkan pola norma sendiri.

Konfornitas dipengaruhi oleh beberapa aspek, Taylor, dkk (2004) membagi aspek konformitas daintaranya; a) Kepercayaan, semakin besar keyakian individu pada informasi yang benar dari orang lain semakin meningkat ketepatan informasi yang memilih conform terhadap orang lain; b) Kesepakatan, sesuatu yang sudah menjadi keputusan bersama menjadikan kekuatan sosial yang mampu menimbulkan konformitas; c) Ketaatan, respon yang timbul sebagai akibat dari kesetiaan atau ketertundukan individu atas otoritas tertentu, sehingga otoritas dapat membuat orang menjadi conform terhadap hal-hal yang disampaikan.

4. PENUTUP

4.1.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini yaitu:

a) Tidak ada hubungan yang sangat signifikasi antara konfromitas teman sebaya dengan kenakalan remaja. Hal ini ditunjukkan oleh p = -0,082 dengan p = 0,666 atau p ≥ 0,05. Hal ini menunjukkan Semakin tinggi tingkat konfromitas teman sebaya maka semakin rendah tingkat kenakalan remaja. b) Berdasarkan hasil penelitian di ketahui kenakalan remaja pada subjek

penelitian tergolong rendah.

c) Berdasarkan hasil penelitian di ketahui konfromitas teman sebaya pada subjek tergolong sangat tinggi.

4.2.SARAN

Berdasarkan penelitian dan kesimpula maka penulis memberikan saran-saran kepada :

a) Bagi pemerintah desa Gonilan

Diharapkan adanya tindakan-tindakan bagi pemerintah Desa Gonilan untuk mengawasi tindakan remaja agar tidak terlerumus dan agar dapat

(14)

10

mempertahankan tingkat kenakalan remaja yang rendah dengan cara memberikan penyuluhan tentang dampak dan bahaya kenakalan remaja dan memberikan pelatihan kepada para remaja agar para remaja dapat menyalurkan kemampuannya dan mempunyai ketrampilan.

b) Bagi Remaja

Untuk para remaja agar menanamkan nilai-nilai moral, pendidikan dan nilai religius pada diri remaja.

c) Penelitian selanjutnya

Dalam penelitian selanjutnya diharapkan subyek penelitian dapat mengisi data angket sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Hal ini diharapkan penentuan kategori pada aspek konformitas teman sebaya terhadap kenakalan remaja diperoleh data korelasi yang signifikan dan valid untuk dilakukan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan : Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuain Diri pada Remaja. Bandung: PT. Refika Aditama.

Amado, C.A.F., Sergio P. Santos, dan Pedro M. Marques. 2012. Integrating the Data Envelopment Analysis and the Balanced Scorecard approaches for enhanced performance assessment. The International Journal of Management Science, Volume 40 : 390-403.

Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2014). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Basri, Hasan. 1996. Remaja Berkualitas. Yogyakarta, Pustaka Pelajaran.

Chang, J. & Lee, T.N. 2005. The Influence of Parents, Peer Delinquency, and School Attitudes on Academic Achievement in Chinese, Cambodian,

(15)

11

Laotian or Mien , and Vietnamese Youth. Journal of Crime & Delinquency, 51, 238-264. University of California.

Gunarsa, Yulia Singgih D. & Singgih D Gunarsa. 2012. Psikologi Untuk Keluarga.Jakarta ; Penerbit Libri.

Handayani, 2000. Efektifitas Pelatihan Pengenalan terhadap Peningkatan Penerimaan Diri Pada Remaja. Insan, Vol 2, No l, edisi Nopember. Hurlock, E. B. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Kartini Kartono. 2010. Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT. Rajawali grafindo Persada.

Kartono, Kartini. 2006. Peran Keluarga Memandu Anak. Jakarta: CV. Rajawali. Kartini Kartono. 2003. Pemimpin Dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.

Myers, David G. 2008. Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika. (edisi 10, buku 2)

Mariana Grinman. 2002. Belonging, Conformity And Social Status In Early Adolescence. The University Of British Columbia.

Marlina. 2009. Peradilan Pidana Anak di Indonesia Pengembangan Konsep Diversi. Bandung: Refika Aditama.

Monks. 2004. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Myers,David G. 2005. Sosial Psychology:8th edition. New York: Mc Graw Hill Looker, Terry & Gregson, Olga. 2005. Managing Stress: Mengatasi Stres Secara

Mandiri. Yogyakarta : Baca.

(16)

12

Sarwono. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius. Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak.Edisi 11.Jakarta: Erlangga Santrock. 1996. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sears, David O., Freedman, Jonathan L., dan Peplau, L. Anne., 2009. Social Psychology. Fifth edition. (Terj. Michael Adryanto). Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Susilowati U. 2010. Interaksi Teman Sebaya dan Aktivitas pada Remaja dengan Perbedaan Latar Belakang Pendidikan Pra Sekolah. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Taylor E, Shelley, Dkk. 2004.Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas, Jakarta: Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kontrak, guru dapat memberi konsekuensi pada individu, tapi juga bisa memberi penghargaan kepada kelas saat perilaku membaik atau siswa membuat pilihan yang

Hasil analisis menggunakan Structural Equation Models (SEM) menyimpulkan bahwa Experiential Marketing yang dilakukan oleh Rafhely Futsal memiliki pengaruh yang signifikan

Penerapan kebijakan keamanan AS (NSS-2002) dengan menyerang Irak adalah salah satu bentuk langkah konkrit dari Presiden Bush untuk menggulingkan rezim Saddam Husein yang

Untuk melakukan analisis ters ebut, dibuat model dari lantai produksi tahun 2007 dengan menggunakan sofware promodel 2006 student version untuk

Dalam penelitian ini, untuk meminimalisir kerusakan yang terjadi pada sistem struktur rangka pemikul momen, maka dilakukan perlindungan terhadap struktur berupa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan usahatani kentang industri varietas Atlantik yang dilakukan petani di Desa Cigedug pada pola kemitraan dan

Oleh karena itu, test Bahasa Inggris ini selain diharapkan dapat membantu para pengajar di CEC untuk memahami kemampuan anak dalam mengerjakan soal-soal bahasa inggris, juga

Luka kaki diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien diabetik yang.. melibatkan gangguan pada saraf periferal