• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penguasaan Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) di Perpustakaan B.J Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penguasaan Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) di Perpustakaan B.J Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PERPUSTAKAAN B.J. HABIBIE POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab Dan Humaniora

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

Oleh:

SUCI DHAMAYANTI NIM: 40400114063

ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

(2)
(3)
(4)

Dengan menyebut nama Allah S.W.T yang Maha Prngasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah SWT Tuhan semesta alam atas nikmat ilmu, nikmat iman, nikmat kesehatan, limpahan kasih sayang-Nya dan begitu banyak nikmat yang patut kita syukuri. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabat serta orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat.

Serta bimbingan dari dosen pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Penguasaan Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) di Perpustakaan B.J Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang” Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan pada Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan, doa, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dan tanpa mengurangi rasa hormat dan penghargaan, penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta sedikit tetesan ilmu, sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua Orang Tuaku yang tak pernah lelah dalam mendidik, mangasihi, membiayai, medukung serta mendoakan saya dan adik-adik ku yang selalu menyemangati saya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya untuk kedua orang tuaku.

(5)

Alauddin Makassar, beserta para wakil dekan fakultas Adab dan Humaniora.

5. Andi Ibrahim, S.Ag.,SS.,M.Pd ketua jurusan Ilmu Perpustakaan, dan Himayah, S.Ag.,SS.,MIMS. Sekretaris jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora.

6. Sitti Husaebah Pattah, S.Ag.,S.S.,M.Hum pembimbing I dan Drs. Lamang Ahmad, M.Si pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan bersabar menuntun serta memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Andi Ibrahim, S.Ag.,SS.,M.Pd munaqisy I, dan Himayah, S.Ag.,SS.,MIMS. Munaqisy II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran, nasehat dan motivasi hingga terseleseaikannya perbaikan penulisan skripsi ini.

8. Para Dosen fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar beserta staf fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar yang telah banyak membantu mengarahkan penulis hingga penyelesaian skripsi ini.

9. Kepala Perpustakaan B.J Habibie beserta pustakawan dan pegawai perpustakaan yang telah memberikan izin dan fasilitas kepada penulis untuk mengadakan penelitian

10.Rekan-rekan seperjuangan AP 3/4 dan seluruh rekan mahasiswa jurusan ilmu perpustakaan angkatan 2014 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya, semoga Allah memudahkan segala urusan kita.

(6)

12.Anak-anak kost Tri Putra, Pondok 86 dan Pondok Amanah, yang senantiasa mendukung penulis, dan semua pihak yang tidak dapat ditulis satu per satu oleh penulis yang telah memberikan sumbangsi kepada penulis selama kuliah dan sampai pada penulisan skripsi ini.

Semoga bantuan, pengorbanan dan amal baik semuanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. amin. Akhirnya dengan ikhlas penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempuurnaan skripsi ini.

Samata, 15 Agustus 2018

Suci Dhamayanti 40400114063

(7)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI... vi ABSTRAK ... vii BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang ... 1 b. Rumusan Masalah ... 5

c. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus ... 6

d. Kajian Pustaka ... 7

e. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN TEORETIS a. Klasifikasi Bahan Pustaka ... 12

b. Dewey Decimal Classification (DDC) ... 20

c. Pustakawan ... 24

d. Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 36

e. Integrasi Keislaman ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN a. Jenis Penelitian... 38

b. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

c. Sumber Data... 44

d. Metode Pengumpulan Data ... 46

e. Instrumen Penelitian ... 46

f. Variabel Penelitian ... 48

g. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data... 48

BAB IV PENERAPAN SISTEM KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA BERDASARKAN DDC a. Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) di Perpustakaan B.J. Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang ... 51

b. Standar Kompetensi di Perpustakaan B.J. Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang ... 59

(8)

DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN... 69 RIWAYAT HIDUP

(9)

viii

Classification (DDC) di Perpustakaan B.J Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang Penguasaan Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) di perpustakaan B.J Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana penguasaan sistem klasifikasi DDC oleh pustakawan di Perpustakaan B.J Habibie dan apakah pustakawan di Perpustakaan B.J Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang dalam mengklasifikasi bahan pustaka sesuai dengan Standar Kompeteni Kerja Nasional Indonesia bidang perpustakaan atau belum.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penguasaan sistem klasifikasi DDC oleh pustakawan di perpustakaan B.J Habibie PNUP dan untuk mengetahui apakah pustakawan di Perpustakaan B.J Habibie dalam mengklasifikasi bahan pustaka sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang perpustakaan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari informan dengan menggunakan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan sistem klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) oleh pustakawan di Perpustakaan B.J Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang belum menguasai secara kompleks, mereka hanya mampu memberikan nomor klas secara sederhana saja. Proses dan prinsip yang digunakan sudah sesuai dengan aturan klasifikasi. Dalam pemberian nomor klas terhadap bahan pustaka, pustakawan B.J Habibie melakukan copy cataloging. Perpustakaan B.J Habibie jarang dilakukan pembinaan-pembinaan secara khusus tentang pengolahan bahan pustaka karena terkendala pada dana penyelenggaran untuk perpustakaan. Meskipun jarang dilakukan pembinaan-pembinaan secara khusus, kompetensi yang dimiliki pustakawan sudah meningkat, karena mereka mencari dan menggali informasi secara mandiri dengan bantuan teknologi yang semakin maju dan berkembang seperti sekarang.

(10)

1

A. Latar Belakang

Dalam pikiran seseorang ketika melihat perpustakaan mungkin terlintas bahwa perpustakaan adalah sebuah tempat atau sebuah gedung untuk menyimpan buku atau ruang baca yang dibangun hanya untuk bersantai saja, akan tetapi ketika ingin mengkaji lebih dalam lagi tentang perpustakaan, maka akan banyak sekali informasi dan ilmu pengetahuan yang kita dapatkan. Mengingat adanya kemajuan teknologi dan informasi yang bisa menjadikan perpustakaan sebagai pusat informasi dan menjadi perpustakaan yang lebih maju dan berkualitas dari sebelumnya.

Pada dasarnya perpustakaan merupakan tempat dimana kita bisa mendapatkan informasi untuk menunjang proses belajar, penelitian dan ilmu pengetahuan. Perpustakaan dapat dikatakan berkulitas, apabila perpustakaan itu dapat memenuhi kebutuhan informasi dan bisa memudahkan pengguna perpustakaan dalam menemukan informasi, maka dari itu pustakawan dituntut untuk menguasai semua bidang ilmu terkhususnya pada proses pengolahan bahan pustaka.

Perpustakaan mengolah informasi agar memudahkan pemustaka menemukan informasi yang dibutuhkan. Untuk mengolah informasi tersebut banyak yang harus dilakukan oleh pustakawan, karena di perpustakaan terjadi proses temu kembali informasi. Konsep temu balik informasi mengandung dokumen atau rekaman yang telah diorganisasikan dalam suatu susunan yang

(11)

relevan agar mudah ditemukan kembali, baik oleh pemustaka maupun pustakawan yang ada di perpustakaan.

Dalam dunia perpustakaan pengolahan bahan pustaka dengan sistem klasifikasi merupakan kegiatan penting yang memerlukan pemikiran, karena dalam proses pengklasifikasian, pustakawan harus mampu menganalisis subyek dari bahan pustaka yang akan di olah, kemudian menentukan nomor klas yang sesuai dengan subyek yang telah dianalisis.

Klasifikasi sangat penting dalam dunia perpustakaan, bukan karena klasifikasi merupakan cara untuk mempermudah menemukan informasi, akan tetapi klasifikasi merupakan teknik yang digunakan oleh perpustakaan untuk menunjang ilmu pengetahuan bagi pengguna perpustakaan. Oleh karena itu pustakawan harus menguasai teknik-teknik klasifikasi, guna untuk menunjang pengetahuan dan informasi bagi pemusaka. Selain itu juga dalam proses penyusunan bahan pustaka di rak, pustakawan harus mampu menentukan penomoran bahan pustaka dengan baik dan benar agar pemustaka dapat dengan mudah menemukan kembali informasi yang dibutuhkan.

Sistem klasifikasi dalam sebuah perpustakaan tidak hanya langsung mengelompokkannya ke dalam bahan pustaka yang sejenis, akan tetapi menggunakan pedoman yang menuntun pustakawan dalam mengolah serta mengklasifikasi bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Tingkat pemahaman yang berbeda membuat seorang pustakawan sulit untuk memahami bagaimana proses pengklasifikasian yang sebenarnya. Pemahaman merupakan tingkat kecerdasan yang dimiliki seseorang pemahaman yang mencakup kecerdasan

(12)

inilah yang menjadi kendala bagi pustakawan dalam memahami klasifikasi (Mulyati, 2005 : 4).

Menurut UU No. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 11 ayat 1 tentang standar pengelolaan koleksi perpustakaan, sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 12 ayat 1 dilakukan dengan sistem baku, pengolahan koleksi perpustakaan dilakukan dengan memperhatikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Perpustakaan Nasional RI, 2007 : 12).

Selain bertujuan untuk memudahkan proses penelusuran informasi, klasifikasi juga bertujuan untuk mengoptimalkan sistem temu balik informasi. Seluruh pustakawan dan pemustaka tentu akan mengalami kesulitan dalam melakukan penyusunan kembali ataupun penelusuran jika setiap subyek dari koleksi yang ada tidak diberi identitas yang sesuai.

Perpustakaan merupakan ujung tombak keberhasilah penyebarluasan informasi di perpustakaan. Dalam mengemban tugas tersebut, pustakawan dituntut untuk meningkatkan kinerjanya secara prfesional agar mutu pelayanan perpustakaan menjadi lebih baik dan pemustaka yang dilayani merasa puas.Kompetensi sebagai wujud dari profesionlisme pustakawan diperlukan untuk memenuhi tujuan penerapan kode etik pustakawan dalam rangka pelaksanaan sertifikasi pustakawan yang diselenggarakan oleh perpustakaan Nasional RI. Kompetensi professional ini bertujuan untuk meningkatkan peran aktif pustakawan dalam membawa perubahan dan perkembangan di masa depan (Perpustakaan Nasional RI, 2013).

(13)

Professional pustakawan telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang perpustakaan. Dalam SKKNI tersebut dijelaskan ada 3 kelompok kompetensi, yaitu kompetensi umum, kompetensi inti, dan kompetensi khusus. Ketiga kelompok kompetensi professional tersebut menjadi dasar bagi pustakawan dalam bekerja dilembaganya, baik lembaga pemerintah maupun swasta (Nashihuddin,2015 : 51-52).

Dengan adanya peraturan dan SKKNI tersebut pustakawan dituntut untuk bekerja dengan baik berdasarkan aturan-aturan yang ditentukan tidak lepas dari sistem klasifikasi, pustakawan harus menguasai sistem klasifikasi karena kegiatan tesebut sangat penting bagi perpustakaan. Pengklasifikasian bahan pustaka bukanlah pekerjaan yang mudah, akan tetapi kegiatan ini menuntut keahlian dari pustakawan itu sendiri. Melihat perpustakaan sangat penting bagi jenjang pendidikan terutama pada perpustakaan perguruan tinggi.

Karena di Perpustakaan B.J Habibie sudah menerapkan sistem klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC), dari sinilah peneliti tertarik untuk meneliti tentang, bagaimana bentuk pembinaan di Perpustakaan B.J Habibie dalam meningkatkan kompetensi pustakawan, terkhususnya di bidang pengolahan bahan pustaka dan bagaimana penguasaan sistem klasifikasi DDC di Perpustakaan B.J Habibie.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disusun maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

(14)

1. Bagaimana penguasaan sistem klasifikasi DDC oleh pustakawan di Perpustakaan B.J Habibie ?

2. Apakah pustakawan di Perpustakaan B.J Habibie dalam mengklasifikasi bahan pustaka sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang perpustakaan.

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini merupakan batasan penulis agar jelas ruang lingkup yang akan diteliti. Berdasarkan judul penelitian ini yakni penguasaan sistem klasifikasi Dewe Decimal Classification (DDC) maka penulis memfokuskan penelitian ini yakni, pertama penguasaan sistem klasifikasi, kedua sistem klasifikasi DDC.

2. Deskripsi Fokus

Deskripsi fokus mempunyai tujuan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap penelitian, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman atau kekeliruan pemikiran pembaca.

a. Penguasaan menurut KBBI adalah pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan kepandaian dan sebagainya, dalam artian pemahaman bukan saja mengetahui yang sifatnya mengingat, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain atau dengan kata-kata sendiri sehingga mudah dipahami dan dimengerti dengan tidak mengubah makna aslinya (Depdikbud, 1991 : 213).

(15)

b. Klasifikasi adalah proses membagi objek atau konsep logika ke dalam klas-klas hirarki, sub-sub klas berdasarkan kesamaan yang dimiliki bahan pustaka secara umum dan yang membedakannya untuk menyusun semua subyek yang mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan ke dalam suatu susunan yang sistematis (Habsyi, 2012 : 40).

c. Dewey Decimal Classification (DDC) merupakan bagan klasifikasi hirarki yang menganut prinsip desimal dalam membagi cabang ilmu pengetahuan (Miswan, 2003 : 7).

Berdasarkan beberapa uraian di atas maka peneliti berpendapat bahwa kompetensi adalah keahlian yang dimiliki oleh seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya.Sedangkan sistem klasifikasi DDC adalah pengelompokkan bahan pustaka yang menganut sistem desimal. D. Kajian pustaka.

1. Pengantar Tajuk Subyek dan Klasifikasi. Buku ini membahas tentang klasifikasi dalam sistem temu balik informasi dan skema klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) (Habsyi, 2011 : 47).

2. Pengantar klKasifikasi Persepuluhan Dewey. Buku ini membahas tentang pengertian klasifikasi dan bagaimana menggunakan DDC. Untuk dapat memakai DDC dengan baik, diperlukan ketelitian dan latihan (Hamakonda, 1982 : 7).

3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2012. Buku ini membahas tentang penetapan rancangan

(16)

standar kompetensi kerja nasional Indonesia sektor jasa kemasyarakatan, social budaya, hiburan dan perorangan lainnya bidang perpustakaan menjadi standar kompetensi kerja nasional Indonesia (Perpustakaan RI, 2012).

4. Penerapan Dewey Decimal Classification (DDC) di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Makassar. Skripsi ini membahas tentang pengolahan bahan pustaka menggunakan DDC. Tingkat pemahaman yang berbeda membuat seorang pustakawan sulit untuk memahami bagaiman proses pengklasifikasian yang sebenarnya (Mulyati, 2005 :4). 5. Mencermati Nomor-nomor Opsional (Optional Number) dalam Sistem

Klasifikasi Persepuluhan Dewey Edisi 23 (DDC Edition 23) Observing Optional Number in DDC 23. Jurnal ini membahas tentang notasi yang ada pada DDC dan membahas tentang proses klasifikasi bahan pustaka yang bertujuan untuk mempermudah penempatan dan temu kembali bahan pustaka di perpustkaan (Rotmianto, 2015 : 2).

6. Kompetensi Yang Harus Dimiliki Seorang Pustakawan (Pengelola Perpustakaan). Jurnal yang membahas tentang professional pustakawan dalam standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) (Nashihuddin, 2015 : 51-52).

E. Tujuan dan kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengemukakan tujuan peneltian sebagai berikut:

(17)

a) Untuk mengetahui penguasaan sistem klasifikasi DDC oleh pustakawan di Perpustakaan B.J Habibie.

b) Untuk mengetahui apakah pustakawan di Perpustakaan B.J Habibie dalam mengklasifikasi bahan pustaka sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang perpustakaan.

2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kegunaan penelitian ini adalah:

a) Untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang ilmu perpustakaan khususnya pada sistm klasifikasi DDC.

b) Agar pustakawan dapat meningkatkan kompetensinya sehingga menjadi pustakawan yang berkualitas.

c) Agar pustakawan lebih teliti dalam memberikan nomor klas terhadap bahan pustaka, sehingga memudahkan pengguna perpustakaan dalam menemukan kembali informasi yang dibutuhkan.

(18)

12 A. Klasifikasi

1. Pengertian klasifikasi

Menurut istilah klasifikasi adalah proses membagi objek atau konsep secara logika ke dalam klas-klas hirarki, subklas, dan sub-subklas berdasarkan kesamaan yang mereka miliki secara umum dan yang membedakannya. Klasifikasi secara umum juga diartikan sebagai sebuah kegiatan penataan pengetahuan secara universal ke dalam beberapa susunan sistematis (Habsyi, 2012 : 40).

Klasifikasi adalah proses pengelompokkan, artinya mengumpulkan benda/entitas yang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat dikatakan bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata urutan sistematis (Sulistyo-Basuki, 1991).

Klasifikasi adalah pengelompokkan yang sistematis dari pada sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama (Hamakonda, 2015).

Dari penjelasan di atas maka peneliti berpendapat bahwa klasifikasi adalah penyusunan suatu bahan pustaka dalam susunan yang logis sesuai dengan tingkat kesamaannya.Pengelompokkan bahan pustaka yang bertujuan sebagai sistem temu kembali informasi yang memudahkan pemustaka dalam mencari informasi.Selain itu juga, klasifikasi bertujuan untuk memudahkan

(19)

pustakawan dalam melakukan penyusunan kembali bahan pustaka di perpustakaan.

Pengelolaan informasi merupakan proses yang sangat penting dalam konteks ilmu perpustakaan. Terdapat banyak hal yang dikerjakan dalam pengorganisasian informasi sehingga bisa dilayankan kepada pemustaka. Proses pengorganisasian informasi diawali dengan penyeleksian, analisis isi dari koleksi dan penentuan hasil representasi analisi yang telah dilakukan. Hal yang sangat perlu diperhatikan dalam pengorganisasian informasi itu sendiri

yaitu pengetahuan classifier itu sendiri, dimana mereka tersebut memiliki

latar belakang Ilmu Perpustakaan dan sudah seharusnya mereka mengetahui seluk beluk dari perpustaan itu sendiri. Oleh karena itu apa yang dihasilkan dari temu kembali informasi tersebut menjadi indikator gagal atau berhasilnya suatu pengorganisasian informasi dalam lingkup perpustakaan (Rahmah, 2012 : 2-3).

Adapun bagan pengorganisasian informasi menurut Lancaster secara sederhana adalah sebagai berikut:

Penyerahan (Penelusuran) Sumber: Donyprism.wordpress Bahan pustaka Analisis Susunan koleksi Sistem katalog Temu kembali Pemakai

(20)

Sedangkan bagan pengorganisasian informasi menurut lancester secara lebih rinci yaitu: Pengatalogan & Pengindeksan Persiapan strategi penelusuran Sumber: Donyprism.wordpress Semua dokumen

dan objek digital

Dokumen terpilih

Analisis konseptual

penerjemahan

Data base, metadata wakil dokumen yang memungkinkan pada tempat penyimpanan dokumen dan obyek

penerjemahan Analisis konseptual Permintaan Bahasa index, misalnya skema klasifikasi, tesaurus, tajuk subyek Koleksi dokumen

dan bahan digital yang terdapat di luar perpustakaan Koleksi dokumen dan objek digital Pemakai

(21)

Berdasarkan bagan di atas maka dapat dijelaskan bahwa proses pengorganisasian dapat dimulai dari semua dokumen dan objek digital, kemudian ketika dokumen telah dipilih maka proses selanjutnya yaitu pada proses pengatalogan dan pengindeksan. Dalam proses pengatalogan dan pengindeksan dilakukan analisis konseptual terhadap bahan pustaka yang dipilih, kemudian dilakukan penerjemahan pada bahan pustaka melalui Bahasa indeks, dengan menggunakan skema klasifikasi, tesaurus atau tajuk subyek, setelah dilakukan proses terjemahan, maka proses selanjutnya dokumen yang telah diproses di input ke dalam data base atau metadata, kemudian dilakukan proses penjajaran. Setelah semua proses dilakukan, maka pemustaka diberikan kebebasan untuk mencari dokumen sesuai dengan yang mereka inginkan, apakan mereka langsung mencari dokumen di rak atau di database itu sendiri.

Sesuai dengan bagan di atas maka peneliti berpendapat bahwa pencarian diawali dengan adanya kebutuhan informasi pada pemustaka, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis pertanyaan yang merupakan representasi dari kebutuhan informasi untuk mendapatkan pernyataan-pernyataan pencarian informasi yang sesuai. Kemudian pertanyaan tersebut disatukan dengan informasi yang telah terorganisasi dengan suatu fungsi penyesuaian yang telah ditentukan, sehingga dapat ditemukan dokumen atau sekempuluan dokumen yang dibutuhkan.

(22)

2. Kenapa klasifikasi penting ?

Klasifikasi di pepustakaan merupakan bagian penting yang harus dikuasai oleh pustakawan. Karena klasifikasi merupakan teknik yang dibuat untuk memudahkan dan mempercepat pemustaka dalam melakukan proses penelusuran informasi yang dibutuhkan. Dalam mengklasifikasi bahan pustaka, pustakawan dituntut untuk menguasai analisis subyek, agar dalam proses pengklasifikasian menjadi lebih mudah dan pustakawan bisa menguasai teknik-teknik klasifikasi yang telah ditentukan.

Sebelum melakukan klasifikasi seorang pustakawan harus melalui proses kegiatan yang disebut analisis subyek. Kegiatan analisis subyek ini merupakan kegiatan yang sangat penting dan memerlukan kemampuan intelektual, karena dikegiatan inilah ditentukan pada subyek apa bahan pustaka ditempatkan. Oleh karena itu analisis ini harus dikerjakan secara akurat dan konsisten agar proses klasifikasi dan pemberian nomor klas berjalan dengan baik dan benar.

Dalam menetukan isi bahan pustaka, pustakawan harus mengetahui seluk beluk bahan pustaka itu.Setidaknya seorang pustakawan harus mengetahui hal itu secara umum.Dalam aktifitasnya, pustakawan berurusan

dengan dunia pengetahuan (universe of knowledge).Meskipun demikian,

seorang pustakawan tidak harus seorang pakar (expert)atau ahli dalam bidang

suatu bidang pengetahuan. Namun, yang perlu dimiliki oleh seorang pustakawan adalah pengetahuan mengenai sifat, struktur dan hubungan yang terdapat di antara bidang-bidang pengetahuan (Miswan, 2003 : 4).

(23)

Dari penjelasan-penjelasan di atas maka peneliti berpendapat bahwa klasifikasi sangat penting dalam dunia perpustakaan, bukan karena klasifikasi merupakan cara untuk mempermudah menemukan informasi di perpustakaan, akan tetapi klasifikasi merupakan teknik yang digunakan oleh perpustakaan untuk menunjang ilmu pengetahuan bagi pemustaka. Oleh karena itu pustakawan dituntut untuk menguasai teknik-teknik klasifikiasi yang sudah ditentukan guna untuk menunjang pengetahuan dan informasi bagi pemustaka. Selain itu juga pustakawan dituntut untuk menguasai klasifikasi dikarenakan, dalam proses penyusunan bahan pustaka di rak pustakawan harus mampu menentukan penomoran bahan pustaka dengan baik dan benar agar dalam menyusun kembali bahan pustaka di perpustakaan tertata rapihdan pemustaka dapat dengan mudah menemukan kembali informasi yang dibutuhkan.

3. Prinsip-prinsip dalam klasifikasi bahan pustaka

Mengklasifikasi dan menentukan tajuk subyek, keduanya merupakan sebuah proses intelektual yaitu, menentukan isi subyek dan mengidentifikasi konsep-konsep penting dalam sebuah karya yang sudah diolah. Proses ini disebut juga dengan pengatalogan subyek. Klasifikasi perpustakaan umumnya diguanakan sebagai alat pengrakkan atau penyusunan dan penempatan koleksi berdasarkan subyek atau disiplin ilmu. Sedangkan subyek berfungsi sebagai titik temu dalam penelusuran informasi melalui katalog (Habsyi, 2012 : 42-43).

(24)

Beberapa prinsip dalam melakukan klasifikasi bahan pustaka secara umum dalam melakukan klasifikasi bahan pustaka secara umum menurut Chan (2006 : 263-264) adalah:

a. Pertimbangkan keterpakaian

Ketika sebuah karya dapat diklaskan dalam lebih dari dua nomor dalam sebuah skema, perlu dipertimbangkan mana yang paling berguna bagi pemustaka.

b. Menemukan nomor klasifikasi berdasarkan pertimbangan subyek utama.

Ketika skema klasifikasi memperbolehkan beberapa alternative, klaskan dokumen berdasarkan subyek, kemudian berdasarkan bentuk, kecuali dalam kesusastraan, di mana bahasa dan bentuk sastra merupakan hal yang paling utama.

c. Gunakan nomor paling spesifik.

Klaskan sebuah karya dalam nomor yang paling spesifik, mungkin nomor yang dipilih bukan nomor yang tepat untuk subyek yang diolah.Meskipun demikian ketika tidak ada nomor yang spesifik diatasnya tergantung pada skema klasifikasi hanya dari indeks semata.

d. Jangan mengklasifikasi hanya dari indeks semata

Indeks yang terdapat pada setiap skema klasifikasi memberikan bantuan dalam menemukan nomor-nomor klas tertentu.Meskipun demikian, nomor yang paling dipilih harus diperiksadalam bagan untuk manjamin bahwa itu adalah subyek dari karya yang diklasifikasi telah ditempatkan betul-betul

(25)

dalam seluruh struktur dalam bagan membatasi atau menguraikan penggunaan nomor telah diteliti.

4. Langkah-langkah dalam mengklasifikasi bahan pustaka

Untuk mengetahui suatu subyek bahan pustaka dapat dilakukan analisis subyek. Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis subyek yang di kutip pada workshop yang di tulis oleh (Miswan, 2003 :7-8) adalah:

a. Melalui judul, seringkali dengan melihat, mempelajari dan memahami

judulnya saja suatu bahan pustaka sudah dapatt ditentukan subyeknya.

b. Melalui daftar isi, apabila melalui judul belum dapat diketahui

subyeknya, maka adakalanya dengan melihat daftar isi subyek bahan pustaka tersebut dapat diketahui.

c. Malalui daftar bahan pustaka atau bibliografi yang digunakan

pengarang untuk menyusun karya tersebut.

d. Dengan membaca kata pengantar atau pendahuluan. Kadang-kadang

di dalam pengantar atau pendahuluan, pengarang menyebutkan inti atau topik yang akan dibahas dan ruang lingkupnya.

e. Apabila melalui langkah-langkah di atas msih belum dapat membantu

menetapkan subyek bahan pustaka, maka hendaklah dengan membaca sebagian atau keseluruhan dari buku dan sebagainya.

f. Menggunakan sumber lain seperti bibliografi, katalog, kamus,

(26)

g. Seandinya setelah melalui cara-cara di atas masih belum juga dapat membantu menentukan subyek bahan pustaka, hendaknya menanyakan kepada orang yang ahli di bidang subyek tertentu.

B. Dewey Decimal Classification (DDC)

DDC merupakan bagan klasifikasi sistem hirarki yang menganut prinsip desimal dalam membagi cabang ilmu pengetahuan.DDC membagi semua ilmu

pengetahuan ke dalam 10 klas utama (main class) yang diberi notasi berupa angka

Arab 000-999. Setiap klas utama dibagi secara desimal menjadi 10 subklas (division) (Miswan, 2003 : 7).

1. Prinsip dasar klasifikasi Dewey

Penyusunan sistem klasifikasi persepuluhan Dewey yang dituangkan dalam satu bagan yang sistematis dan teratur didasarkan pada beberapa prinsip dasar, sebagaimana yang tertuang dalam buku yang ditulis oleh (Hamakonda, 2015 : 3-6) sebagai berikut:

a. Prinsip dasar desimal

1) Klasifikasi persepuluhan Dewey pertama-tama membagi ilmu

pengetahuan ke dalam sepuluh kelas utama. Kemudian dibagi lagi ke dalam sepuluh divisi dan selanjutnya masing-masing divisi dibagi ke dalam 10 seksi, sehingga dengan demkian DDC terdiri dari 10 kelas utama, 100 divisi dan 100 seksi.

2) Klas utama (main class)

Sepuluh klas utama tersebut biasanya dinamakan ringkasan pertama dan terdiri dari:

(27)

000 Karya umum 100 Filsafat 200 Agama 300 Ilmu-ilmu sosial 400 Bahasa 500 Ilmu-ilmu murni 600 Ilmu-ilmu terapan 700 Kesenian dan olaharaga 800 Kesusastraan

900 Sejarah dan geografi

b. Divisi

Setiap klas utama dibagi menjadi 10 bagian yang disebut divisi yang masing-masing diberi nomor urut 0 sampai 9, sehingga kita peroleh 100 divisi, yang biasanya disebut ringkasan ke dua. Notasinya terdiri dari tiga bilangan di mana nomor divisi menempati posisi ke dua. Missal, kelas utama teknlogi (600) terdiri dari divisi –divisi sebagai berikut:

600 Teknologi

610 Ilmu kedokteran

620 Ilmu teknik

c. Seksi

Setiap divisi dibagi dalam 10 bagian yang disebut seksi, yang juga diberi nomor urut 0 sampai 9, sehingga kita mendapat seribu seksi yang biasanya disebut dengan ringkasan ke tiga. Notasinya pun terdiri dari tiga

(28)

bilangan dan nomor seksi. Divisi 610 atau ilmu kedokteran dibagi menjadi seksi:

610 Ilmu kedokteran

611 Anatomi manusia

612 Fisiologi manusia

d. Pembagian lebih lanjut

Sistem klasifikasi Dewey memungkinkan pembagian yang lebih lanjut atau dasar kelipatan sepuluh dengan menempatkan titik desimal sesudah bilangan ke tiga dari pada notasi, dan menambahkan bilangan lain sebanyak yang diperlukan sesudah titik desimal tersebut. Dengan demikian notasi sub seksi adalah empat bilangan dan sub-sub seksi adalah 5 bilangan dan seterusnya. Seksi fisiologi manusia (612) sebagai berikut:

612 Fisiologi manusia

612.1 Darah dan peredaran darah

612.2 Pernapasan

612.3 Makanan dan metabolisme

2. Sistematika klasifikasi Dewey

Salah satu hal penting yang harus diketahui dalam mengklasifikasi bahan pustaka adalah mengetahui dengan baik pedoman kladifikasi yang digunakan.Salah satunya adalah sistematika dari sebuah skema klasifikasi. Skema klasifikasi Dewey secara sistematis sejak edisi 20 hingga edisi terbaru (edisi 23) terdiri dari 4 volume (Habsyi, 2012 : 142-143) dengan susunan sebagai berikut:

(29)

a. Volume satu

1) Fitur baru dalam edisi 23 penjelasan singkat dari fitur khusus serta

perubahan dalam DDC 23

2) Pendahuluan, deskripsi tentang DDC dan bagaimana

menggunakannya.

3) Glossary, definisi singkat tentang istilah yang digunakan dalam DDC

4) Indeks dari pendahuluan sampai glossary

5) Manual: panduan DDC yang dibuat utamanya untuk diskusi

mendalam tentang permasalahan penerapan dalam DDC. Informasi dalam manual disusun berdasarkan nomor-nomor dalam table dan bagan.

6) Tabel-tabel pembantu

Tabel 1 Subdivisi Standar

Tabel 2 Daerah Geografis, periode sejarah dan biografi

Tabel 3A Subdivisi untuk karya oleh pengarang tunggal

Tabel 3B Subdivisi untuk karya labih dari satu pengarang

Tabel 3C Notasi yang ditambahkan jika ada diperintahkan

dalam tabel 3B, 700.4, 808-809

Tabel 4 Subdivisi bahasa

Tabel 5 Etnik dan kelompok Bangsa

Tabel 6 Bahasa

b. Volume dua memuat ringkasan DDC tiga level utama DDC dan bagan

(30)

c. Volume tiga memuat bagan susunan pengetahuan dari kelas 600-999

d. Volume empat memuat indeks relative, daftar tajuk subyek yang disusun

secara berabjad dengan notasi yang merujuk pada notasi yang ada pada buku volume satu, dua dan tiga.

3. Penggunaan sistem klasifikasi DDC

Penggunaan sistem klasifikasi sangat penting untuk pustakawan.Karena pustakawan harus menguasai sistem klasifikasi, baik yang bersifat manual mapun yang bersifat elektronik.Dalam melakukan pengklasifikasian, pustakawan harus merujuk pada tajuk subyek yang telah ditentukan. Apabila proses klasifikasi tidak sesuai dengan aturan, maka proses pengklasifikasian atau penggunaan sistem klasifikasi dikatakan gagal dan tidak akan sesuai dengan nomor klas yang berlaku dalam sistem klasifikasi yang digunakan.

C. Pustakawan

1. Pengertian pustakawan

Pustakawan merupakan seseorang yang bekerja di perpustakaan dan membantu orang menemukan buku, majalah dan informasi lainnya. Pada tahun 2000-an pustakawan juga mulai membantu orang menemukan informasi dengan menggunakan komputer, basis data elektronik dan peralatan pencarian di internet. Menurut kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia, dikatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan tugas perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada pemustaka sesuai dengan lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan. pustakawan adalah tenaga

(31)

profesional dan fungsional dibidang perpustakaan ahli perpustakaan atau tenaga profesional di bidang perpustakaan dan bekerja di perpustakaan (Siregar, 2015 : 211-212).

Undang-undang perpustakaan No. 43 tahun 2007, disebutkan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh malalui pendidikan dan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan (Perpustakaan Nasional RI, 2007 : 4).

Keputusan Menpan No. 132/KEP/M.PAN/12/2002dalam pasal 3 menyatakan bahwa pustakawan adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana penyelenggara tugas utama kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi pada instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya.Pustakawan dalam pengertian ini terdiri dari pustakawan tingkat terampil dan pustakawan tingkat ahli. Pustakawan tingkat terampil adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama serendah-rendahnya Diploma II perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau sarjana bidang lain yang disetarakan. Pustakawan tingkat ahli adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya sarjana perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau sarjana bidang lain yang disetarakan (Suharti AD, 2009 : 7).

Dari beberapa penjelasan tentang pustakawan yang telah diuaraikan maka peneliti berpendapat bahwa pustakawan adalah seseorang yang bekerja

(32)

di perpustakaan yang memiliki kompetensi di bidang ilmu perpustakaan yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan kepustakawanan.

2. Kompetensi pustakawan

Suatu Perusahaan/Instansi tentu mengharapkan pegawainya bekerja secara produktif, dengan pengaturan sumber daya manusia secara profesional.Salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktifitas pegawai yaitu kinerja pegawai.Kinerja sorang pegawai merupakan hal yang bersifat individual, karena pegawai memilki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengerjakan tugasnya.Kinerja pegawai yang yang baik menentukan pencapaian produktifitas perusahaan/instansi. Kinerja pegawai merupakan hal yang sangat penting dan sebagai tantangan tersendiri untuk instansi dalam

mengelola sumber daya manusia, krena keberhasilan suatu

perusahaan/instansi tergntung pada sumber daya manusia yang berkualitas (Djuwarto, 2017 : 84).

Pada umumnya organisasi percaya bahwa untuk mencapai keunggulan bersaing harus mengusahakan tercapainya kinerja individual yang optimal, karena pada dasarnya kinerja individu dapat mempengaruhi kinerja timpada akhirnya akan dapat mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan. Kinerja pegawai yang meningkat akan turut mempengaruhi meningkatkan prestasi organisasi tempat pegawai yang bersangkutan bekerja sehingga tujuan organisasi yang telah ditentukan dapat dicapai (Makawi, 2015 : 17).

Keahlian merupakan landasan aktifitas yang tidak banyak orang dapat melakukannya dengan menghasilkan tanggung jawab yang besar dalam

(33)

pekerjaanya, pustakawan harus memiliki keahlian yang bisa mendukung dalam pekerjaan yang dilakukan di perpustakaan, dengan keahlian pustakawan mampu mengemban tugas yang diberikan dan mampu menguasai seluruh sistem yang ada di perpustakaan. Terutama dan yang paling utama pustakawan harus mampu mengolah dan mengelola perpustakaan agar pemustaka bisa menikmati perpustakaan dengan jasa layanan yang baik dan memuaskan.

Seorang pustakawan tidak hanya menguasai satu keahlian, tetapi seorang pustakawan harus mampu menguasai seluruh bidang ilmu. Perlu dipikirkan oleh seorang pustakawan dan memotivasi antara lain bagaimana melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan ketentuan aturan fungsionalnya dan bagaimana upayanya dalam memberikan jasa informasi kepada pemustaka, agar mudah dipahami oleh pemustaka, sehingga mudah pula diterapkan bagaimana merakit informasi itu menjadi lebih baru dan akurat.

Berkembang atau tidaknya suatu perpustakaan sangat ditentukan oleh pustakawan di dalamnya, oleh karena itu seorang pustakawan harus mampu menunjukan keahliannya diberbagai bidang , baik dalam bidang teknisi maupun bidang ilmu pengetahuan. Pustakawan juga harus mampu berfungsi ganda, banyak perpustakaan yang memiliki gedung bertingkat dengan koleksi yang banyak akan tetapi tidak ada pemustakanya.

Kompetensi adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang dilandasi atas pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sumber

(34)

daya manusia merupakan salah satu unsur paling penting dalam menghadapi persaingan kerja diera globalisasi. Sumber daya manusia yang tidak berkualitas akan tersingkir dan digantikan oleh sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Oleh karena itu kompetensi sangat penting bagi pegawai yang mempunyai keahlian agar bisa menjadi peagawai yang berkualitas (Usman, 2015 : 2).

Membangun kompetensi dalam spesialis profesi pustakawan misalnya dalam bidang pengolahan bahan pustaka terkhusus pada proses analisis subyek atau pengatalogan subyek akan mengembangkan kompetensi inti dan ini jelas akan memiliki kontribusi yang sangat signifikan dalam peningkatan citra perpustakaan terutama dalam memberikan kemudahan, kecepatan serta ketepatan dalam penyediaan layanan. Jadi dalam peran baru ini pustakawan spesialis yang akan menjadi penyangga perpustakaan dalam mengembangkan profesionalitas kepustakawanan (Nugrohoadhi, 2013 : 109).

Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan kriteria unjuk kerja yang dipersyaratkan. Tujuan dari standar kompetensi pustakawan sebagaimana yang dikutip dalam (Siregar, 2015 : 215-218) sebagai berikut:

a. Untuk memberikan jaminan kepada masyarakat, pengelola dan Pembina

perpustakaan bahwa pustakawan benar-benar telah mendapatkan kualifikasi yang telah ditentukan, sehingga mereka dapat bekerja sebagai

(35)

pustakawan yang bertugas memberikan layanan optimal kepada masyarakat dibidang layanan bahan pustaka dan informasi.

b. Untuk memberikan jaminan kepada pustakawan bahwa mereka dalam

menjalankan tugas dan tanggung jawab profesinya telah dijamin oleh Pembina pengelola perpustakaan.

c. Untuk memberikan jaminan kepada pustakawan bahwa Pembina atau

pengelola perpustakaan menjamin kebutuhan hidupnya yang bersifat primer dan esensial baik jasmani maupun rohani.

Dari berbagai pendapat dan penjelasan yang dikemukakan di atas maka peneliti berpendapat bahwa seorang pustakawan harus memiliki keahlian atau kompetensi agar menjadi seorang pustakawan yang berkualitas yang bisa mengelola perpustakaan dengan baik dan bisa memberi manfaat bagi pemustaka. Dalam proses temu balik informasi, seorang pustakawan harus mampu menguasai sistem klasifikasi yang sudah ditentukan oleh perpustakaan tersebut. Karena jika seorang pustakawan tidak menguasai sistem klasifikasi maka sistem temu kembali informasi di perpustakaan tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu standar kompetensi bagi pustakawan sangat penting, karena dengan adanya standar kompetensi tersebut, pustakawan akan mampu menguasai seluruh kegiatan dalam bidang apapun, dan bisa mengerjakan tanggung jawabnya sesuai dengan yang diperintahkan.

(36)

3. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

Organisasi di dalam dunia bisnis mempunyai tujuan utama untuk memperoleh keuntungan.Menciptakan visi dan misi organisasi atau instansi adalah langkah awal yang dilakukan agar tujuan utama tersebut dapat tercapai.Pengelolaan yang baik dan sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan organisasi demi tercapainya tujuan utama organisasi tersebut. Sikap dan perilaku pegawai yang menguntungkan atau merugikan perusahaan dapat terlihat dari tinggi rendahnya kualitas kinerja karyawan di perusahaan (Indrawati, 2011 : 206).

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam sistem perdagangan bebas antara Negara-negara ASEAN. MEA diharapkan dapat mewujudkan tercapainya suatu kawasan stabil, makmur, berdaya saing tinggi depan dengan pertumbuhan ekonomi yang berimbang serta berkurangnya kemiskinan dan kesenjangan social ekonomi (Susilo, 2010 : 70).

Di sisi kesiapan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menurut Asian

Productivity Organization (APO) menunjukkan, dari setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia hanya ada sekitar 4.3% yang terampil, sedangkan Filipina

8.3%, Malaysia 32.6%, dan Singapura 34.7%. data Human Development

Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dengan

merujuk pada Uniteds Nations Development Programme (UNDP) juga

menunjukkan pada kondisi yang memprihatinkan dan tertinggal dengan Negara Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand dan Filipina. Daya saing

(37)

Indonesia berada jauh di bawah Singapura dan Malaysia. Indonesia masih termasuk Negara yang kalah bersaing dengan Negara-negara lain di kawasan ASEAN. Oleh karena itu, peran pemerintah dan semua masyarakat sangat penting untuk memajukan perekonomian Indonesia sehingga dapat meningkatkan daya saing antara Negara-negara di kawasan ASEAN (Bakhri, 2015 : 21).

Untuk menanggapi kondisi tersebut, pemerintah Indonesia mencoba untuk membuat perbaikan kompetensi pada pekerja Domestik Indonesia dengan menurunkan angka pekerja tidak profesional. Hal ini juga didukung dengan moratorium pemerintah untuk mengurangi gelombang pekerja di Luar Negeri dan menurunkan jumlah pekerja tidak profesional di beberapa Negara (Kristiyanti, 2012 : 93).

Menurut Bando (2016 : 2) SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mncakup aspek pengetahuan, keterampilan dan atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan adanya SKKNI dan dikuasainya standar kompetensi oleh seseorang tersebut akan mampu:

a. Bagaimana mengerjakan tugas atau pekerjaan

b. Bagaimana mengorganisasikan pekerjaan agar dapat dilaksanakan

apa yang harus dilakukan ketika terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula.

(38)

c. Bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda

d. Bagaimana menyesuaikan kemampuan yang dimiliki ketika bekerja

pada kondisi dan lingkungan yang berbeda.

Seperti halnya bidang-bidang lain, seiring perkembangan zaman, perpustakaan diberbagai belahan dunia semakin maju dan berkembang. Tidak mudah bagi seorang pustakawan mengelola perpustakaan yang semakin hari semakin berkembang, dengan informasi yang menyebar sangat luas saat ini, pustakawan harus mampu memilah informasi yang ada, agar informasi yang sampai pada pengguna atau pemustaka menjadi lebih akurat dan tepat. Tidak mudah untuk menyaring informasi yang sampai hari ini semakin meledak, oleh karena itu seorang pustakawan harus mampu menguasai teknik-teknik yang sudah ditetapkannya, dengan adanya standar kompetensi ini seorang pustakawan digharapkan mampu bersaing dengan pustakawan-pustakawan yang lain agar mampu menjadi pustakawan yang berkualitas. Dengan adanya MEA pustakawan Indonesia diharapkan mampu bersaing dengan pustakawan-pustakawan yang ada di belahan dunia lain agar mampu membawa Indonesia semakin maju dengan memperlihatkan prestasi dan keahlian yang dimiliki.

Dalam mengelola perpustakaan, kepala perpustakaan beserta pustakawan yang ada didalamnya memiliki cara tersendiri untuk mengelola perpustakaan tersebut, demikian pula halnya dengan

(39)

perpustakaan perguruan tinggi, pustakawan dituntut untuk bisa menguasai seluruh kegiatan yang ada di perpustakaan, dan yang paling utama berada pada aturan yang sudah diberlakukan. Dalam mengolah bahan pustaka yang ada, pustakawan harus bisa menguasai sistem klasifikasi yang sudah ditentukan oleh perpustakaan. Oleh karena itu dalam menjalankan tugasnya perpustakaan memiliki SKKNI bidang perpustakaan yang harus dijalani dan ditaati oleh pustakawan yang bekerja di perpustakaan.

SKKNI bidang perpustakaan digunakan sebagai acuan dalam pengembangan kompetensi dan karir tenaga perpustakaan. SKKNI bidang perpustakaan harus disusun secara sistematis sesuai prosedur dan mekanisme yang ditetapkan pemerintah. Maka SKKNI bidang perpustakaan didasarkan pada peta kompetensi tenaga perpustakaan di berbagai jenis perpustakaan (Bando, 2016 : 2-3)

Pustakawan merupakan orang yang menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan peraturan undang-undang dan peraturan perpustakaan yang bersangkutan. Dalam menjalankan tugasnya di perpustakaan, pustakawan dituntut untuk bekerja secara profesional yang bertujuan agar pustakawan bekerja dengan baik dan bisa memberikan layanan yang baik kepada pemustaka.

Peningkatan profesionalisme bagi pustakawan sangat penting untuk menunjang persaingan bebas dikalangan masyarakat ekonomi. Peningkatan jenjang karir pustakawan, baik itu pustakawan Pegawai

(40)

Negeri Sipil (PNS) dan pustakawan swasta harus terus ditingkatkan dengan disertai peningkatan kompetensi di bidang kepustakawanan. Artinya yaitu pustakawan adalah seseorang yang mampu mengelola dan mengembangkan perpustakaan dengan baik berdasarkan kompetensi yang dimiliki oleh pustakawan tersebut (Hidayah, 2014 : 12-13).

Menurut SKKNI komptensi yang dimilki oleh pustakawan yang bekerja untuk megolah bahan pustaka di perpustakaan yaitu pertama, pustakawan harus mampu menyiapkan pengatalogan subyek bahan pustaka dengan menguasai pengertian pengatalogan subyek, dan mampu menguasai alat bantu yang digunakan untuk pengatalogan subyek. Kedua, mampu menentukan subyek bahan perpustakaan dengan memperhatikan pokok-pokok bahsan pada bahan pustaka yang dianalisis, dan pokok-pokok bahasan yang ingin ditentukan subyeknya. Ketiga, mampu menggunakan pedoman atau standar tajuk subyek, dengan subyek yang harus disesuaikan dengan tajuk subyek dan menentukan tajuk subyek. Ke empat, mampu menggunakan skema klasifikasi (DDC, UDC atau skema lainnya), dengan catatan pustakawan harus bisa mencari subyek dalam skema klasifikasi yang telah ditentukan dan mampu menentukan notasi kelas sesuai dengan subyeknya. Ke lima, mampu melakukan verifikasi pengatalogan subyek, di sini pustakawan harus mampu memverifikasi notasi kelas, memperbaiki notasi kelas yang tidak tepat dan notasi kelas yang dicantumkan pada katalog perpustakaan. (Perpustakaan Nasioanal RI, 2012 : 52-55)

(41)

Dalam melakukan suatu kegiatan pengklasifikasian bahan pustaka seorang pustakawan sangat memerlukan perlengkapan seperti alat tulis kantor, komputer dan kelengkapannya, lembar kerja data, bagan klasifikasi dan daftar tajuk subyek dengan berpedoman pada, pedoman pengolahan bahan perpustakaan, perpustakaan Nasional RI, daftar tajuk subyek perpustakaan Nasional RI, bagan klasifikasi yang telah ditentukan, daftar tajuk subyek dan nama badan korporasi Indonesia, pedoman klasifikasi bahan pustaka dan kesusastraan Indonesia menurut DDC dan peraturan yang berlaku sebagai penggantinya.

Proses klasifikasi sangat memerlukan pengetahuan yang lebih dari seorang pustakawan menurut SKKNI pengetahuan yang harus dimilki oleh seorang pustakawan yaitu seorang pustakawan harus bisa menggunakan bagan klasifikasi baik DDC, UDC atau bagan lainnya yang diseuaikan dengan pedoman yang digunakan oleh perpustakaan dan seorang pustakawan juga harus mampu menggunakan daftar tajuk subyek agar dalam penentuan subyek bahan pustaka bisa ditemukan dengan tepat.

Setiap pekerjaan pasti memiliki nilai yang sangat berarti bagi yang mengerjakannya, begitu pula dengan seorang pustakawan, penilaian yang didapat oleh pustakawan yaitu dapat dinilai dari ketelitian menganalisis bahan pustaka, ketepatan dalam menentukan subyek, ketepatan dalam menentukan tajuk subyek dan ketepatan dalam menentukan notasi klas.

(42)

D. Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya maupun lembaga yang berfaliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya yakni Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat) (Sulistyo-Basuki, 1991 : 51).

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang perguruan tinggi dalam kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam rangka menunjang kegiatan Tri Darma tersebut, maka perpustakaan diberi beberapa fungsi diantaranya: fungsi edukasi, sumber informasi, penunjang riset, rekreasi, publikasi, deposit dan interpretasi informasi. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah/PP No. 5 tahun 1980 tentang pokok-pokok organisasi Universitas atau institut, bahwa perpustakaan perguruan tinggi termasuk ke dalam Unit Pelayanan Teknis (UPT), yaitu sarana penunjang teknis yang merupakan perangkat kelengkapan universitas atau institut di bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat (Yusuf, 1991 :102-103).

Adanya aturan-aturan yang panjang dalam rangka pengadaan sumber daya manusia atau peralatan perpustakaan merupakan salah satu faktor utamanya. Selain perbandingan antara pemustaka yang dilayani dengan pustakawan yang belum sesuai. Padahal sebuah perpustakaan perguruan tinggi walaupun berada pada lingkup fakultas akan tetapi membutuhkan beberapa tenaga pustakawan. Karena pada dasarnya, kegiatan di perpustakaan bukan hanya melayani peminjaman dan pengembalian buku saja, tetapi meliputi juga penanganan

(43)

administrasi, pengadaan, pengolahan, sirkulasi dan referensi. Apalagi di zaman teknologi seperti sekarang, informasi begitu pesat perkembangannya, perpustakaan dituntut untuk menyeimbangkan antara informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka dengan informasi yang disediakan di perpustakaan. Dari sinilah dibutuhkan peran pustakawan yang terlatih dan professional untuk bisa menghadapi kondisi tersebut (Berawi, 2012 : 51).

E. Integrasi Keislaman

Proses pertama yang dilakukan dalam pengelompokkan bahan pustaka adalah melakukan identifikasi dan analisis. Maka dari itu perpustakaan harus mempunyai pustakawan yang ahli dan professional dalam bidang menganalisis atau mengklasifikasi bahan pustaka, jika perpustakaan tidak memiliki pustakawan yang ahli dalam mengolah bahan pustaka tersebut maka bahan pustaka yang ada di perpustakaan tidak akan terkelompokkan dalam kelompok yang seharusnya (Risnawati, 2016 : 1-3).

Dalam hal ini dapat dilihat sesuai dengan firman Allah:

َﻗ َﻭ ﺎٗﺑﻮُﻌُﺷ ۡﻢُﻜَٰﻨۡﻠَﻌَﺟ َﻭ ٰﻰَﺜﻧُﺃ َﻭ ٖﺮَﻛَﺫ ﻦِّﻣ ﻢُﻜَٰﻨۡﻘَﻠَﺧ ﺎﱠﻧِﺇ ُﺱﺎﱠﻨﻟٱ ﺎَﻬﱡﻳَﺃ

ِﻪﱠﻠﻟٱ َﺪﻨِﻋٓ ۡﻢُﻜَﻣ َﺮ ۡﻛَﺃ ﱠﻥِﺇ ْۚﺍ ٓﻮُﻓ َﺭﺎَﻌَﺘِﻟ َﻞِﺋٓﺎَﺒ

ٞﺮﻴِﺒَﺧ ٌﻢﻴِﻠَﻋ َﻪﱠﻠﻟٱ ﱠﻥِﺇ ۚۡﻢُﻜٰﯨَﻘۡﺗَﺃ

١٣

Terjemahnya: “wahai manusia!Sungguh, kami telah menciptakan kamu

dari seorang laki-laki dan seorang peremuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.Sungguh yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang-orang yang paling bertaqwa, sungguh Allah maha mengetahui, maha teliti” (Q.S Al-Hujurat/49:13).

Ayat ini menegaskan kesatuan asal usul manusia dengan menunjukkan kesamaan derajat kemanusiaan manusia. Tidak wajar seseorang berbangga dan

(44)

merasa diri lebih tinggi dari pada yang lain, bukan saja antara satu bangsa, suku, atau warna kulit tetapi antara jenis kelamin mereka. Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, maka semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat (Shihab, 2012 : 615).

Berdasarkan ayat di atas maka dapat dipahami bahwa Allah SWT secara langsung mengajarkan kepada kita tentang pengelompokkan setiap jenis manusia, bangsa, suku supaya kita saling mengenal antara satu dengan yang lainnya. Kaitannya dengan klasifikasi yaitu mengelompokkan berbagai jenis bahan pustaka berdasarkan disiplin ilmu atau ke dalam hirarki, sub klas dan sub-sub klas berdasarkan kesamaan yang mereka miliki secara umum dan yang membedakannya, agar memudahkan pengguna perpustakaan dan pustakawan dalam menemukan kembali informasi (Risnawati, 2016 : 4).

Dalam DDC terdapat nomor option yang harus diketahui oleh seorang

pustakawan, nomor option ini bertujuan untuk memberikan petunjuk untuk seorang pustakawan dalam pemberian nomor klas yang lebih ringkas. Dengan

petunjuk option seorang pustakawan khususnya classifier diperbolehkan untuk

memodifikasi nomor-nomor yang berkaitan dengan negara, etnik dan bahasanya sendiri dengan nomor yang lebih singkat, namun dengan pendeskripsian yang lebih luas. Contohnya seperti Bahasa Arab. Dalam pemberian nomor klas

pustakawan bisa memilih antara dua option yaitu: pertama, Bahasa Arab

dideskripsikan pada nomor 410. Jadi dalam DDC sebetulnya sudah ditempati untuk linguistik dan dapat digunakan untuk Bahasa Arab maka untuk linguistik dimasukkan dalam nomor 400. Subdivisi standar dari Bahasa dan linguistik dalam

(45)

nomor 400.1 sampai 400.9, kedua Bahasa Arab dapat dideskripsikan dengan menggunakan simbol 4A0. Maka nomor 4A0 dapat dimodifikasi untuk menggantikan nomor Bahasa Arab dalam DDC . maka dengan berdasar pada petunjuk option di atas maka akan didapatkan suatu nomor klasifikasi yang lebih ringkas untuk aspek tertentu di wilayah tertentu juga dengan melalui pendeskripsian yang lebih luas (Rotmianto, 2015 : 5).

Sesuai dengan penjelasan di atas, dalam hal ini dapat dilihat sesuai dengan firman Allah sebagai berikut:

َۚﺏﺎَﺴ ِﺤۡﻟٱ َﻭ َﻦﻴِﻨِّﺴﻟٱ َﺩَﺪَﻋ ْﺍﻮُﻤَﻠۡﻌَﺘِﻟ َﻝ ِﺯﺎَﻨَﻣ ۥُﻩ َﺭﱠﺪَﻗ َﻭ ﺍ ٗﺭﻮُﻧ َﺮَﻤَﻘۡﻟٱ َﻭ ٗءٓﺎَﻴ ِﺿ َﺲ ۡﻤﱠﺸﻟٱ َﻞَﻌَﺟ ﻱِﺬﱠﻟٱ َﻭ

َﻖَﻠَﺧ ﺎَﻣ

َﻥﻮُﻤَﻠۡﻌَﻳ ٖﻡ ۡﻮَﻘِﻟ ِﺖَٰﻳٓ ۡﻷٱ ُﻞ ِّﺼَﻔُﻳ ِّۚﻖَﺤۡﻟﭑِﺑ ﱠﻻِﺇ َﻚِﻟَٰﺫ ُﻪﱠﻠﻟٱ

٥

Terjemahnya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan

bercahaya dan ditetapkannya manzilah-manzilah baginya, supaya kamu mengetahui bilangan tahunan dan perhitungan.Allah tidak menciptakan itu melainkan dengan bak.Dia menjelaskan ayat-ayatnya kepada orang-orang yang mengetahui” (Q.S Yunus/10 : 5).

Ayat di atas menurut menunjukkan bahwa Allah SWT, menunjukkan kebesarannya dengan ciptaan yang tersusun secara rapi dan teratur. Beliau menyebutkan matahari dan bulan sebagai contoh atas kebesaran Allah SWT.Yang telah ditetapkan tempatnya masing-masing, sehingga terjadi siang dan malam agar manusia mengetahui perhitungan (waktu) dan bilangan tahun serta tidak terjadi pertukaran tempat di antara keduanya. Allah SWT menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah (Shihab, 2009 : 332).

(46)

Dari penjelasan ayat tersebut maka peneliti berpendapat bahwa dalam melakukan pengklasifikasian harus sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan. Dalam melakukan pengklasifikasian dengan sistem DDC harus sesuai dengan subyek-subyek bahan pustaka dan kebutuhan perpustakaan. Dengan begitu proses pengklasifikasian akan tersusun rapi yang sesuai dengan aturan yang sudah diberlakukan. Menjadi seorang pustakawan tidak mudah, karena harus menguasai seluruh bidang ilmu. Seorang pustakawan harus mempunyai ahli dalam menganalisis bahan pustaka yang ada di perpustakaan, agar pemustaka maupun pustakawan tidak mengalami kesulitan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan.

(47)

41 A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subyek dan obyek berdasarkan fakta yang tampak atau data sesuai dengan apa yang ada di lapangan.

Partanto (2001) dalam Maleong (2007:6) deskriptif adalah bersifat menggambarkan atau menguraikan sesuatu hal menurut apa adanya, sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian secara kualistik dengan cara mendeskripsikan dalam format. Kata-kata dalam bahasa, pada suatu pertunjukkan khusus dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian yang disajikan kepada responden kemudian disajikan dalam bentuk format tertulis kemudian dilakukan pembahasan dan dikumpulkan untuk dibuat deskriptif gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antara fenomena yang diselidiki. Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analitik, yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan dan melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian berdasarkan fakta sebagaimana adanya dan ditunjukkan dengan menganalisa (Nawawi, 1995 : 27).

(48)

B. Lokasi dan waktu penelitian 1. Lokasi penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Perpustakaan B.J Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang dengan alamat Jalan Perintis Kemerdekaan, KM 10 Makassar.

Adapun gambaran umum Perpustakaan B.J Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang adalah sebagai berikut;

a. Sejarah singkat Perpustakaan B.J Habibie

Politeknik Negeri Ujung Pandang dulunya adalah Politeknik Universitas Hasanuddin yang didirikan pada tahun 1987. Pada saat didirikan PNUP tidak memiliki perpustakaan, akan tetapi dulunya PNUP memiliki ruang baca yang dikelola oleh satu orang pegawai. Karena pemanfaatannya semakin hari semakin meningkat, maka pegawai dari tahun ketahunpun semakin meningkat pula. Kemudian pada tahun 1992 menerima tambahan pegawai yang masing-masing memiliki latarbelakang pendidikan SMA dan D3 Ilmu Perpustakaan.

Pada tahun 1994, perpustakaan dipindahkan ke ruangan yang luas, karena tidak bisa lagi menampung koleksi yang semakin bertambah dan kunjungan yang semakin meningkat. Dan pada tahun 1995, pertama kali ditunjuk Kepala Perpustakaan yang akan mengatur dan mengarahkan para pegawai perpustakaan.

(49)

Tahun 1996 perpustakaan memiliki gedung sendiri. Awalnya gedung tersebut digunakan sebagai locker mahasiswa, yang memilki luas 231 m

kuadrat. Dan pada tahun yang sama ditunjuk Kepala Perpustakaan yang baru untuk mengarahkan para peagawai perpustakaan. Semuanya bergabung dalam unit penerbitan, sehingga menjadi UPT Perpustakaan dan Penerbitan. Pada tahun 1998 ditunjuk Kepala Perpustakaan yang ketiga, kepala perustakaan tersebut memiliki latar belakang S1 Ilmu Perpustakaan Universitas Hasanuddin.

Tahun 2000 sampai 2003, perpustakaan mengalami perubahan yang baik, diantaranya yaitu gedung perpustakaan diperluas, dan juga penambahan 7 pegawai, dan semuanya berlatar belakang pendidikan Ilmu Perpustakaan.Dan pada tahun 2004 sampai dengan 2007, perubahan perpustakaan semakin maju, karena pada saat itu perpustakan mendapat hibah kompetisi, yaitu program SP4 dan TPSDP. Kedua program tersebut memberikan kemajuan yang sangat berpengaruh pada pengembangan perpustakaan. Dan disaat yang sama, dilakukan pula renovasi terhadap perpustakaan, dan ruangan perpustakaan pun diperluas hingga 824 m kuadrat. Atas ide dan masukan yang telah dikemukakan oleh kepala perpustakaan yang telah direstui oleh Bapak Prof. Dr. BJ Habibie, sehingga pada pertengahan tahun 2007 nama perpustakaan PNUP diubah menjadi Perpustakaan BJ Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang yang berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar.

(50)

b. Visi dan misi Perpustakaan B.J Habibie

Visi dan misi merupakan tolak ukur yang menjadi acuan penilaian perpustakaan dan menentukan maju atau tidaknya suatu perpustakaan. Adapun visi dan misi dari perpustakaan B.J Habibie adalah sebagai berikut:

1) Visi

Menjadikan Perpustakaan B.J Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang sebagai Perpustakaan Akademik yang Unggul dengan Menyediakan Sumber-sumber Informasi dan Layanan untuk Memenuhi Kebutuhan Kegiatan Akademik dan Penelitian.

2) Misi

a) Mengorganisasikan dan menyediakan akses terhadap sumber-sumber informasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

b) Mempromosikan perpustakaan sebagai unit utama dalam menunjang kegiatan akademik dan riset.

c) Mempromosikan nilai dan manfaat dari kegiatan membaca dalam rangka memperkaya cakrawala pemakai perpustakaan untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

d) Menyediakan fasilitas dan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi seluruh pemakai perpustakaan.

(51)

c. Struktur organisasi Perpustakaan B.J Habibie

Struktur organisasi adalah rangkaian yang memperlihatkan susunan tugas dan kewajiban anggota dalam suatu organisasi dan menunjukkan adanya hubungan dan fungsi-fungsi antar bagian organisasi dari masing-masing anggota, guna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama.Perpustakaan BJ Habibie merupakan salah satu bagian atau perangkat dari Politeknik Negeri Ujung Pandang yang patut diketahui keberadaannya.Berikut struktur organisasi perpustakaan BJ Habibie. Sesuai dengan lamiran skripsi ini.

Bagan tersebut menggambarkan bahwa perpustakaan BJ Habibie berada dibawah naungan Kepala Perpustakaan yang bertugas mengawasi dan mengarahkan pegawainya agar bekerja sesuai dengan tuntutan dan perencanaan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

d. Jenis Koleksi Perpustakaan B.J Habibie

Keleksi perpustakaan adalah literatur yang dimanfaatkan oleh pemustaka untuk memenuhi kebutuhan pada proses belajar mengajar, penelitian dan pengabdian masyarakat. Koleksi yang ada di perpustakaan BJ Habibie ada dua yaitu koleksi tercetak dan koleksi non cetak.

Koleksi tercetak terdiri dari buku teks, jurnal ilmiah, tugas akhir. Sedangkan koleksi non cetak terdiri dari Compact Disk (CD)

(52)

Tabel 3.1

Jenis Koleksi Perpustakaan B.J Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang

e. Sarana dan prasaran di Perpustakaan B.J Habibie

Sarana dan prasarana sangat penting untuk menciptakan kenyamanan pemustaka yang berkunjung. Maka dari ituperpustakaan BJ Habibie menyiapkan sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan pemustaka. Kenyamanan perpustakaan merupakan hal yang paling penting yang merupakan daya tarik untuk mendukung pemanfaatan perpustakaan secara optimal dengan pengadaan AC yang memadai.

Adapun sarana dan prasarana yang disediakan perpustakaan BJ Habibie sebagai berikut: 1. Ruang baca 2. BI Corner 3. Internet 4. Ruang referensi 5. Ruang multimedia 6. Ruang rapat

7. Tempat penitipan barang

NO KOLEKSI JUMLAH

1 Buku 20.006 Judul

2 Jurnal ilmiah 3.387 Judul 3 Tugas akhir 1.431 Judul 4 CD (Compact Disk) 1.174 Judul

(53)

8. Fotocopy 9. Toilet

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dimulai pada tanggal 21 Juni sampai dengan 9 juli 2018. Alasan dilakukan penelitian tersebut adalah mudah dijangkau oleh peneliti, Perpustakaan B.J Habibie menggunakan DDC sebagai pedoman klasifikasi, dan perpustakaan sudah menerapkan SKKNI untuk dijadikan peraturan dan pedoman dalam melakukan semua kegiatan perpustakaan.

C. Sumber data

Data yang digunakan untuk memperoleh informasi dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pustakawan, kepala kepala perpustakaan dan pegawai perpustakaan lainnya tanpa melalui perantara, dengan menggunakan wawancara. Peneliti menentukan informan dari pustakawan yang mengolah bahan pustaka di Perpustakaan B.J Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang.

1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari pustakawan, kepala perpustakaan dan pegawai perpustakaan dengan melakukan wawancara pada perpustakaan B.J Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang. Adapun informan yang diambil dalam penelitian ini sebagai berikut:

(54)

Tabel 1.1

Nama Informan dan Alasan Memilihnya

NO NAMA JABATAN ALASAN KODE TANGGAL

WAWANCARA 1 Salmubi Kepala

Perpustakaan

Kepala perpustakaan memegang jabatan yang paling penting dan juga peneliti ingin mengetahui standar kompetensi yang dimiliki oleh pustakawan yang ada di perpustakaan BJ Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Inf 1 Tgl 05 Juli 2018 Sampai tgl 5-6 dan 9 juli 2018

2 Sabri Ali Sekretaris Perpustakaan

Sekretaris perpustakaan ikut berpartisipasi dalam mengolah bahan pustaka oleh karena itu peneliti melakukan wawancara dengan sekretaris perpustakaan Inf 2 Tgl 22 Juni Sampai tgl 23 Juni 2018. 3 Siti Maryam

Pustakawan Pustakawan adalah tujuan utama peneliti, oleh karena itu peneliti melakukan wawancara dengan pustakawan tersebut.

Inf 3 Tgl 5-6 Juli 2018

2. Data sekunder merupakan data untuk melengkapi penelitian yang sudah dilakukan, contohnya seperti laporan atau dokumen yang dapat mendukung

Gambar

Tabel 1    Subdivisi Standar
Tabel 2.1  Variabel Penelitian
Gambar struktur organisasi perpustakaan B.J Habibie
Gambar ketika peneliti mewawancarai Sekretaris Perpustakaan   B.J Habibie PNUP pak Sabri Ali
+2

Referensi

Dokumen terkait