• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA AKTIVITAS HARIAN KURA-KURA AIR TAWAR Elseya schultzii DI MUSEUM ZOOLOGICUM BOGORIENSE BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA AKTIVITAS HARIAN KURA-KURA AIR TAWAR Elseya schultzii DI MUSEUM ZOOLOGICUM BOGORIENSE BOGOR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pola Aktivitas ………. (Abdul Rahman) 115 POLA AKTIVITAS HARIAN KURA-KURA AIR TAWAR Elseya schultzii

DI MUSEUM ZOOLOGICUM BOGORIENSE BOGOR Abdul Rahman

Program Studi Biologi FKIP Universitas Bengkulu Jl Raya Kandang Limun Bengkulu, Telp (0736) 21186 Abstrak

Penelitian ini telah dilaksanakan tanggal 12 November- 7 Desember 2007 di Museum Zoologicum Bogoriense, Bogor. Metodologi yang digunakan deskriptif melalui pengamatan aktivitas harian di lokasi penangkaran. Pengamatan dilakukan 5 hari dalam seminggu dari pukul 08.00 – 16.00 WIB dengan selang 1 jam kecuali jika dijumpai adanya aktivitas selain berendam maka aktivitas tersebut diamati sampai selesai. Hasil disajikan dalam bentuk laporan tertulis secara deskriptif dan dilengkapi dengan foto-foto pendukung. Hasil penelitian menunjukkan pola aktivitas harian kura-kura Elseya schultzii berlangsung menurut ritme yang teratur. Sebagian besar waktu harian (85-90%) digunakan untuk aktivitas berendam dan istirahat. Aktivitas berjemur dan makan hanya sekitar 10-15% dari periode harian. Aktivitas kawin hanya dilakukan 1 kali dalam 3-4 hari dengan periode rayuan mencapai beberapa jam. Aktivitas bertelur tidak dapat diamati pada penelirtian ini

Kata kunci : Aktivitas harian, Elseya schultzii, Museum Zoologicum Bogoriense Abstract

The research was conducted on November 12nd – December 7th 2007 at the Zoologicum Bogoriense Bogor. The method used descriptive method through observation on the daily activities pattern at the reservation field. He observation was done at 08.00 am–04.00 pm with one hour interval except if it was found other activities beside submerging. He activity was observed completely. He observation result was reported in the written report with some supporting pictures. He result showed that the Elseya schultzii turtle daily activities was in regulated rhytm. Most of their time (85-90%) was spent to submerge and rest. Sunbathing and eathing activities only took 10-15% from the total activities. Mating activity was done only once every 3-4 days with the hours of pleading period. Egg laying activity was not observed in this research.

Keywords : Daily activity, Elseya schultzii, Muzium Zoologicum of Bogoriense PENDAHULUAN

Secara umum bangsa kura-kura dapat dibagi atas 4 kelompok yang berbeda yaitu : Penyu (sea turtle) jenis kura-kura yang hidup di laut, labi-labi atau bulus adalah kura-kura yang berperisai lunak (soft shelled), baning (tortoise) yang dikenal sebagai kura darat berperisai tinggi dan kura-kura air tawar lain secara umum (terrapin). Kelompok terrapin pada

umumnya berukuran kecil dengan berat berkisar 200 gram sampai 5 kg dan panjang 15-30 cm.

Menurut data Museum Zoologicum Bogoriense tahun 2004, di Indonesia terdapat paling sedikit 39 jenis kura-kura, jumlah ini hanya perkiraan, karena masih banyak daerah Indonesia yang belum diteliti. Beberapa diantaranya adalah

(2)

jenis-Exacta, Vol. VI, No 1, Juni 2008 : 115-119 116 jenis yang dilindungi seperti Orlitia

boneensis, Caretochrelys insculpta,

Chelodina novaeguinea, Elseya

noveaeguinea, Chitra indica,

Dermochelys coriacca, Lepidochelys olivaceae, Caretta caretta dan Batagur baska.

Kura-kura merupakan hewan yang sangat rentan mengalami kepunahan. Hewan ini mempunyai jumlah individu yang relatif sedikit dengan daerah edar yang cukup besar sehingga frekuensi pertemuan antar individu relatif jarang. Oleh karena itu kemungkinan untuk dapat kawin cukup langka. Selain itu pertumbuhannya sangat lamban. Menurut perkiraan ukuran, dewasa tercapai setelah lebih dari 4 sampai 10 tahun. Selain itu kura-kura air tawar berukura-kuran kecil hanya bertelur sekitar 2-4 butir dalam 1 bulan (Iskandar, 2000).

Perlindungan terhadap satwa ini sangat penting dilakukan karena jumlah populasinya yang sangat terancam punah. Selain reproduksinya yang sangat lambat dan penyebaran yang sangat terbatas, tinginya permintaan hewan ini sebagai bahan konsumsi dari China, Jepang dan negara-negara Eropa mengakibatkan terjadinya perburuan terus menerus untuk diperdagangkan. Perburuan ini dianggap merupakan faktor dominan dalam menurunkan tingkat populasi kura-kura.

Penangkaran merupakan salah satu alternatif untuk mencegah kura-kura dari kepunahan. Penangkaran kura-kura liar tidak mudah. Pengetahuan sifat-sifat biologisnya mutlak diperlukan seperti makanan, tingkah laku, habitat, umur, perkembangbiakan, kebiasaan bertelur, jumlah telur, ratio pasangan, masa bersarang dan periode persarangannya. Berdasarkan hal diatas, maka dilakukanlah penelitian mengenai pola

aktivitas harian kura-kura Elseya schultzii di lokasi penangkaran MZB sebagai langkah awal usaha penangkaran kura-kura di daerah Bengkulu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan dari tanggal 12 November-07 Desember 2007 di Museum Zoologicum Bogoriense, Bogor. Metodologi yang dilakukan deskriptif melalui pengamatan pola aktivitas harian di lokasi penangkaran. Pengamatan dilakukan 5 hari dalam seminggu dari pukul 08.00 – 16.00 WIB dengan selang 1 jam kecuali jika dijumpai adanya aktivitas selain berendan maka aktivitas tersebut diamati sampai selesai. Hasil disajikan dalam bentuk laporan tertulis secara deskriptif dan dilengkapi dengan foto-foto pendukung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kura-kura yang dipelihara di MZB ada 8 spesies dengan jumlah individu sebanyak 41 ekor. Jumlah individu terbanyak dari jenis Elseya

schultzi sebanyak 23 ekor, 21

diantaranya berupa anakan, kemudian

Leucocephalon yuwonoi sebanyak 4

ekor, Trachemis scrypta elegans 3 ekor, Cyclemis dentata 3 ekor, Cuora

amboinensis 2 ekor, Elseya

novaeguineae 2 ekor, Emydura

subglobosa 2 ekor dan Chelodina

parkeri 2 ekor. Jenis Elseya schultzi sudah menghasilkan anakan sebanyak 7 kali dengan total anakan hidup 21 ekor. Individu yang diambil untuk penelitian ini adalah Elseya Schultzii karena jenis ini sudah menghasilkan anakan.

Sarana dan Prasarana Penangkaran 1. Kandang

Lokasi kandang diusahakan terisolasi dari aktivitas manusia dan mendapat sinar matahari yang cukup, dibuatkan pagar pembatas untuk

(3)

Pola Aktivitas ………. (Abdul Rahman) 117 mencegah masuknya predator dan

resiko kehilangan. Kandang terbagi atas dua zona yaitu air dan kering dengan perbandingan 1:1. Antara keduanya dipisahkan daerah landai dengan sudut kemiringan 300.Zona air diusahakan memiliki aerator dengan bunyi gemerisik air, ditambah dengan daun-daunan tak bergetah (Acasia), sebagai tempat berlindung dan persembunyian. Untuk pakan ditambahkan ikan-ikan kecil dari jenis Tilapia sp dan Cyprinus carpio. Zona kering dibagi atas tempat bertelur dan tempat berlindung. Ruang gerak harus cukup sehingga tidak terjadi perebutan pakan. Suhu dijaga pada suhu 25-30oC dan kelembaban 60-70%. Posisi kandang diletakkkan sedemikian rupa sehingga pada pagi atau sore hari dapat terkena cahaya.

Masing-masing kandang hendaknya hanya didiami oleh satu jenis kura-kura saja dengan jumlah 2-3 individu dewasa. Jumlah individu yang terlalu banyak akan membatasi ruang gerak dan dapat menimbulkan perkelahian. Kandang yang dihuni oleh jenis yang berbeda dapat menimbulkan cross breeding (kawin antar jenis yang berbeda), sehingga kemungkinan akan menghasilkan telur yang steril.

2. Kura-kura sampel

Kura-kura Elseya schultzii yang digunakan dalam penelitian ini berasal, dari pedagang kura-kura. Secara umum untuk pemilihan kura-kura yang sehat untuk penangkaran bisa dilihat dari mata yang bening, karapaks bersih dan mengkilat, gerakan aktif dan tidak ada cacat pada anggota gerak dan karapaks. Sumber indukan bisa didapat dari pedagang pengumpul kura-kura di pasar tradisional.

Pola aktivitas harian 1. Perilaku harian

Berdasarakan hasil pengamatan 80-85% aktivitas Elseya schultzii

digunakan untuk berendam Aktivitas makan dan berjemur hanya sekitar 10-15%, sedangkan aktivitas kawin hanya berlangsung 1 kali dalam 3-4 hari dengan periode rayuan mencapai hitungan jam. Aktivitas makan biasanya sesuai dengan jadwal pemberian pakan yaitu pada pagi hari pukul 8.30 dan pada sore hari pukul 15.30. Aktivitas makan akan berhenti setelah sekitar 15 menit, sisa makanan dibiarkan mengambang. Tidak ada peristiwa rebutan pakan, karena jumlah pakan yang diberikan cukup banyak. Aktivitas makan akan dilanjutkan tanpa jadwal yang pasti. Menurut Iskandar (2000), mental dan kecerdasan kura-kura tergolong rendah tetapi orientasi belajar dan memori kura-kura sangat mengesankan. Kura-kura mempunyai kepekaan terhadap waktu sehingga jadwal harian mereka dapat teratur dengan baik. Dalam pemeliharaan kura-kura akan tahu waktu dan tempat pemberian pakannya.

Pada pagi hari sebagian besar aktivitas dilewatkan dengan berendam dalam air di bawah daun tempat persembunyian. Kebanyakan aktif di tengah hari. Setelah makan kura-kura akan berjemur jika mendapat panas yang cukup. Setelah itu mereka akan mencari tempat teduh untuk berlindung atau kembali berendam. Kura-kura menyukai bersembunyi pada tempat yang benar-benar terlindung sehingga merasa aman di tempat itu. Jika tidak mendapatkan tempat yang cukup untuk berlindung dapat menyebabkan kelumpuhan. Pada sore hari kura-kura akan kembali berjalan-jalan namun tidak seaktif di pagi hari, setelah itu akan kembali mencari tempat berlindung. Ritme harian kura-kura akan terlihat nyata jika ada fluktuasi suhu yang cukup besar.

(4)

Exacta, Vol. VI, No 1, Juni 2008 : 115-119 118 Perilaku kawin susah untuk dapat

diamati, karena sensitivitas yang sangat tinggi dengan kehadiran individu asing termasuk manusia. Aktivitas kawin tidak berlangsung setiap hari tetapi dalam seminggu biasanya ada aktivitas kawin. Perilaku kawin biasanya berlangsung di dalam air setelah pengggantian air dan akan lebih terangsang jika mendengar bunyi gemerisik air. Menurut Grzimek (1982), kopulasi dominan dilakukan dalam air karena didalam air betina akan menjulurkan lehernya untuk bernafas sehingga memudahkan jantan untuk menggigitnya. Jika perilaku kawin dilakukan di darat, maka kura-kura betina akan tahan untuk menyembunyikan leher sehingga perkawinan tidak terjadi.

Kopulasi kura-kura dimulai dengan cumbu rayu kura-kura jantan pada kura-kura betina. Kadang terjadi perkelahian antara dua jantan memperebutkan betina. Jantan yang menang akan mengejar betina dan menggigit berkali-kali kaki depan betina. Seringkali gigitan tersebut mengakibatkan luka. Gigitan ini adalah cara memaksa betina memasukkan kepala dan kaki depan sehingga ekor dan kaki belakang menonjol keluar. Jantan akan naik ke karapaks betina dan memegang erat tubuh betina dengan cakarnya. Pada posisi yang tepat, ekor jantan akan diarahkan ke ekor betina dan penis dimasukkan dalam kloaka betina. Kopulasi hanya berlangsung 5 sampai 10 menit tetapi perilaku rayuan dapat berlangsung sangat lama sampai beberapa jam.

Perilaku kawin terdiri dari 2 tahap yaitu perilaku percumbuan dan kopulasi. Perilaku percumbuan yaitu kura-kura jantan mengejar kura-kura betina, naik keatas karapaks betina, menggigit leher dan ditarik kebelakang sehingga kura-kura jantan dapat

memegang ekor kura-kura betina dengan kaki belakangnya. Perilaku kopulasi yaitu kura-kura jantan mengeluarkan penisnya dan dimasukkan dalam kloaka betina. Pada waktu kopulasi kura-kura jantan akan melepaskan gigitan leher betina. Tidak semua proses percumbuan berakhir dengan kopulasi (Grzimek, 1982). Menurut Gans, (1985), rasio pasangan berbeda-beda tergantung jenis. Pada umumnya rasio jantan dengan betina adalah 1:3.

3. Perilaku bertelur

Aktivitas bertelur kura-kura sangat sulit untuk diamati. Menurut informasi pengelola periode bertelur jarang teramati, karena kura-kura betina hanya akan mengeluarkan telurnya dalam kondisi yang betul-betul aman dan tanpa kehadiran individu asing dan biasanya berlangsung pada malam hari. Selama penangkaran di MZB jenis yang pernah bertelur adalah Elseya

schultzi, Cuora amboinensis dan

Leucocephalon yuwonoi. Saat

penelitian dijumpai telur

Leucocephalon yuwonoi sebanyak 1

butir. Elseya schultzi telah bertelur sebanyak 7 kali dengan jumlah telur 5-9 butir tiap periode bertelur.

Proses bertelur menurut Halliday (1984), kura-kura betina akan menggali lobang sedalam 3-5 cm dengan kaki belakangnya, meletakkan telur dengan hati–hati dengan bantuan kaki belakang. Menimbum kembali bekas galian dan meratakannya dengan plastron. Tanah yang dijadikan tempat bertelur memiliki aerasi yang cukup baik, kelembababan 60-75% dan perbandingan pasir dengan tanah 1:1 atau komposisi pasir lebih banyak. Masa pengeraman berlangsung sekitar 110 hari tanpa ada pengawasan dari induknya. Anakan yang baru menetas akan bergerak secara alamiah mencari daerah air.

(5)

Pola Aktivitas ………. (Abdul Rahman) 119 KESIMPULAN

Menurut hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola aktivitas harian kura-kura Elseya schultzii berlangsung menurut ritme yang teratur. Sebagian besar waktu harian (80-85%) digunakan untuk aktivitas berendam dan istirahat. Aktivitas berjemur dan makan hanya sekitar 10-15% dari periode harian. Aktivitas kawin hanya dilakukan 1 kali dalam 3-4 hari dengan periode rayuan mencapai beberapa jam. Aktivitas bertelur tidak dapat diamati pada penelirtian ini DAFTAR PUSTAKA

Gans, C. 1985. Biology of theReptiles. Vol 14. John Wiley and Sons inc. New York

Grzimek, B. 1982. Animal Llife Encyclopedia. Van Nostrand Reinhold co. New York

Halliday, T.R. 1994. The Encyclopedia of Reptiles and AmSphibians. Fact on file inc. New York. Iskandar, D.T. 2000. Kura-Kura dan

Buaya Indonesia dan Papua Nugini. ITB. Bandung

Tjaturadi, B. 1998. Perilaku Perkembangbiakan Kura-Kura

Cuora amboinensis dalam

kandang. Bell dalam Kandang. Skripsi S1 Fakultas Biologi UGM. Tidak dipublikasikan

Referensi

Dokumen terkait

Standar dosen telah sesuai, dimana dosen pengampu mata kuliah sesuai dengan bidang ilmunya, jumlah rasio dosen dan mahasiswa, penelitian dosen telah

Namanya aja farmasi gitu kan yah pasti pelajaran nya bahas tentang obat dan segala macam obat, kebetulan juga guru KKPI(komputer)ku ngasih tugas buat cerita’in tentang SMKF di

Forum Rektor Indonesia yang mewakili 2300 perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat telah menginisiasi kerjasama antar universitas (di tingkat

Hasil tersebut masih dapat dikatakan baik dan sesuai dengan pendapat Aminasari (2009) yang menyatakan bahwa motilitas semen yang telah didinginkan pada suhu 5°C tidak

Pertama, partisipasi dalam membuat keputusan. Terkait dengan hal ini, maka partisipasi pemuka pendapat dalam membuat keputusan ini terkait dengan penentuan alternatif

Kurikulum dan program pendidikan luar sekolah selalu disusun dari bawah (bottom up) ke atas (top down), bukan sebaliknya. Peserta didik sebagai pusat dari kegiatan

“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN JURISPRUDENTIAL INQUIRY BERBANTUAN MEDIA VIDEO BERBASIS SOCIAL ISSUE TERHADAP KETRAMPILAN INTELEKTUAL SISWA (Studi Pada KD Menganalisis

Perkembangan Akuntansi dari Sistem Pembukuan Berpasangan Pada awalnya, pencatatan transaksi perdagangan dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dicatat pada batu, kulit kayu,