• Tidak ada hasil yang ditemukan

COUNSELING MILENIAL (CM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "COUNSELING MILENIAL (CM)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

253 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MENGGUNAKAN TEKNIK SOSIODRAMA TERHADAP KECEMASAN KOMUNIKASI PESERTA DIDIK

Hadi Pranoto1, Agus Wibowo2, Dzulfina Almukaromah3

1,2,3Jurusan Ilmu Pendidikan Bimbingan dan Konseling, Universitas Muhammadiyah Metro

E-mail:hadipranoto21@gmail.com1,bowokhoirunnas_khairunnasgcc@rocketmail.com2, dzulfina99@gmail.com3 ABSTRAK

Kecemasan komunikasi adalah keadaan khawatir, gugup atau takut yang dialami individu ketika hendak atau sedang melakukan komunikasi dalam situasi yang nyata. Rumusan masalah dalam penelitian ini Adakah Pengaruh Positif Layanan Bimbingan Kelompok menggunakan Teknik Sosiodrama terhadap Kecemasan Komunikasi Peserta Didik SMAN 2 Tanjung Raja Lampung Utara Tahun Pelajaran 2019/2020. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Positif Layanan Bimbingan Kelompok menggunakan Teknik Sosiodrama terhadap Kecemasan Komunikasi Peserta Didik SMAN 2 Tanjung Raja Lampung Utara Tahun Pelajaran 2019/2020. Metodepenelitian kuantitatif eksperimen dengan one group pretest posttest design. Populasi sebanyak 35 peserta didik dan sampel 8 peserta didik dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen pengambilan data berupa angket dengan model skala likert. Analisis data menggunakan uji t. Hasil diperoleh thitung = 16,9 ≥ t tabel= 1,895, signifikasi 0,05. Skor pretetst 137,75 dan posttest

74,25 sehingga terjadi penurunan 66,25. Hal ini membuktikan layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama berpengaruh terhadap kecemasan komunikasi. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama terhadap kecemasan komunikasi peserta didik SMAN 2 Tanjung Raja Lampung Utara tahun pelajaran 2019/2020. Saran sebaiknya dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling guru bimbingan dan konseling memberikan layanan yang mendukung untuk pengurangan tingkat kecemasan komunikasi peserta didik. Kata Kunci: Bimbingan Kelompok, Teknik Sosiodrama, Kecemasan Komunikasi

ABSTRACT

The problem formulation in this research Is there a Positive Effect of Group Guidance Services using Sociodrama Techniques on Students' Communication Anxiety of Public High School 2 Tanjung Raja North Lampung Academic Year 2019/2020. The purpose of this research was to determine the Positive Effect of Group Guidance Services using Sociodrama Techniques on Students' Communication Anxiety of Public High School 2 Tanjung Raja North Lampung Academic Year 2019/2020.The quantitative research method experiments with one group pretest-posttest design. The population was 35 students and a sample of 8 students using purposive sampling techniques. The data collection instrument was in the form of a questionnaire with a Likert scale model. The data analysis using t-test. The results obtained t count = 16.9 ≥ t table = 1.895, significance 0.05. Pretest score was 137.75 and posttest was 74.25 resulting in a decrease of 66.25. This proves that group guidance services using sociodrama techniques influence communication anxiety.The conclusion in this research is that there is a positive effect of group guidance services using sociodrama techniques to the students' communication anxiety of public High School 2 Tanjung Raja North Lampung in the academic year 2019/2020. The suggestions should be in counseling and guidance service activities teachers guidance and counseling provide supportive services for reducing the students' communication anxiety level.

(2)

254 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l ) PENDAHULUAN

Komunikasi mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Sebagai peserta didik kemampuan berkomunikasi sangat berkaitan erat dalam proses belajar mengajar karena dengan berkomunikasi menggambarkan bagaimana peserta didik dapat memahami mendengarkan, dan mampu menyampaikan ide, gagasan serta pengetahuannya kepada orang lain.Komunikasi dalam dunia pendidikan yang dapat dilihat sehari-hari seperti komunikasi anatara guru dengan peserta didik, orang tua dengan anak, serta sesama peserta didik yang terjadi di lingkup sekolah.

Peserta didik yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik akan dapat mengungkapkan ide, gagasan dan pengetahuannya. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Aswida (2012:1) “Peserta didik di lingkungan sekolah tidak hanya belajar untuk mencapai prestasi belajar, tetapi juga belajar untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dengan teman sebaya, dewan guru dan semua personil disekolah maupun diluar disekolah”. Realitanya masih terdapat peserta didik yang memiliki masalah dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dengan teman sebaya, dewan guru, dan semua personil sekolah, hal ini terjadi dikarenakan adanya rasa cemas dalam diri peserta didik, atau disebut kecemasan komunikasi.

Adapun ciri-ciri peserta didik yang mengalami kecemasan komunikasi menurut Horwitz (Wahyuni, 2014:50) adalah ketakutan sebelum dan selama aktivitas atau kegiatan berlangsung, perasaan takut dinilai orang lain, dan ketakutan atau kecemasan dalam menyatakan sesuatu.Menurut Aprianti (2014:2) “Permasalahan kecemasan komunikasi yang sering dihadapi oleh peserta didik diantaranya ketika guru memberikan kesempatan untuk bertanya, mengungkapkan pendapat, ide dan gagasannya peserta didik terlihat gugup, takut, gelisah, bahkan sampai berkeringat dingin”.

Peneliti menemukan fenomena permasalahan kecemasan komunikasi masih sering dihadapi oleh peserta didik. Hal ini terjadi pada peserta didik SMAN 2 Tanjung Raja Lampung Utara. Berdasarkan hasil prasurvey terdapat masalah kecemasan komunikasi yang ditandai dengan peserta didik gugup dan gelisah ketika berbicara di depan kelas, peserta didik menghindari situasi komunikasi, peserta didik khawatir ketika guru memberikan pertanyaan.

Kecemasan komunikasi adalah kecemasan yang dialami seseorang dalam lingkup berkomunikasi atau berinteraksi satu sama lain dengan situasi yang nyata, individu akan

(3)

255 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )

merasakan tingkat ketakutan saat berhadapan dengan individu lain pada akhirnya menyebabkan seseorang berusaha sekecil mungkin untuk terlibat dalam situasi komunikasi, menghindari situasi komunikasi dan menarik diri dari pergaulan. Lukmantoro (2010:15) menyatakan bahwa:

Communication Apprehension adalah perasaan cemas yang timbul dan berkaitan ketika seseorang hendak atau sedang berkomunikasi dengan orang lain. Sama dengan kecemasan pada umumnya, kecemasan komunikasi merupakan perilaku yang normal. Orang yang mengalami kecemasan komunikasi berusaha untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain.

Salah satu upaya dalam mengatasi permasalahan kecemasan komunikasi peserta didik adalah dengan memberikan layanan bimbingan kelompok yang merupakan salah satu layanan yang ada dalam bimbingan dan konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam suasana kelompok. Bimbingan kelompok adalah kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok individu yang saling berinteraksi, mengeluarkan pendapat, menanggapi dan memberikan saran. Pelaksanaan bimbingan kelompok memanfaatkan dinamika kelompok.Tohirin (2014:164) menyatakan bahwa:

Bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu melalui kegiatan kelompok. Dalam bimbingan kelompok aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu yang menjadi peserta layanan. Bimbingan kelompok dapat dilaksanakan dengan berbagai teknik, salah satunya teknik sosiodrama. Sosiodrama merupakan suatu cara untuk membantu memecahkan masalah yang dialami peserta didik melalui drama. Metode sosiodrama digunakan melalui kegiatan bermain peran, individu akan memerankan suatu peran tertentu dari masalah-masalah sosial yang ditentukan. Menurut Hartinah (2009:169):

Teknik sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang seperti yang dilakukan dalam hubungan sosial sehari-hari dimasyarakat. Maka dari itu sosiodrama dipergunakan dalam pemecahan masalah-masalah sosial yang mengganggu belajar dengan kegiatan drama sosial.

Sosiodrama adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai dengan tujuan untuk menghayati perasaan. Pelaksanaan teknik sosiodrama dalam bimbingan kelompok setiap individu mendapatkan kesempatan untuk menggali tiap masalah yang dialami anggota kelompok serta untuk mengekspresikan perasaan dan berbagai pengalaman. Keadaan dan situasi

(4)

256 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )

dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok diharapkan berpegaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan komunikasi peserta didik.

Teknik sosiodrama diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar bagi anggota atau individu yang mengikuti sosiodrama.Menurut Erawan (2014:6) “Tujuan teknik sosiodrama adalah untuk mendidik siswa dalam menyelesaikan sendiri permasalahan sosial yang ia jumpai, serta dapat memupuk kepedulian siswa tentang permasalahan sosial”.

Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Menggunakan Teknik Sosiodrama terhadap Kecemasan Komunikasi Peserta Didik SMAN2 Tanjung Raja Lampung Utara Tahun Pelajaran 2019/2020”.

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan kelompokmenggunakan teknik sosiodrama terhadap kecemasan komunikasipeserta didik SMAN2 Tanjung Raja Lampung Utara Tahun Pelajaran 2019/2020.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimen. Menurut Sugiyono (2015:107) “Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu”.Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan dengan mengendalikan sekurang-kurangnya satu variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian eksperimen dilakukan peneliti untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara treatment yang diberikan terhadap kecemasan komunikasi peserta didik.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group pretest-posttest design. Sebelum diberi perlakuan pada penelitian ini diberikan pretest terlebih dahulu, dengan demikianhasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan dan sudah diberi perlakuan.

Menurut Sugiyono (2015:110) “One Groups Pretest-Posttest Design merupakandesain penelitian yang terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan”.Rancangan penelitian One Groups Pretest-Posttest

(5)

257 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )

Designterdapat satu kelompok yang dijadikan penelitian karena dalam penelitian ini pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah

eksperimen. Pengukuran sebelum eksperimen (O1) disebut pretest, dan observasi sesudah

eksperimen (O2) disebut posttest. Berkaitan dengan rancangan penelitian eksperimen

menggunakan O1 X O2.

Menurut Sugiyono (2015:117) “Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Menurut Morissan (2012:109) “Sample adalah bagian dari populasi yang mewakili keseluruhan anggota populasi yang bersifat representatif”. Sampel adalah bagian dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakilli populasinya.Teknik sampling yaitu suatu teknik untuk mengambil sampel dari jumlah populasi yang ada. Menurut Sugiyono (2015:118) ”Teknik sampling adalah teknik dalam pengambilan sampel”. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Menurut Morissan (2012:117) “Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan menentukan karakteristik atau kualitas tertentu dan mengabaikan mereka yang tidak memenuhi kriteria yang ditentukan”. Purposive sampling adalah cara menggambil sampel dengan mempertimbangkan suatu hal. Pengambilan sampel hal yan dipertimbangkan adalah pada peserta didik yang memiliki masalah kecemasan komunikasi.Berdasarkan pendapat tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa sampel adalah bagian subyek dari populasi yang diambil peneliti. Penelitian ini sampel menggunakan satu kelompok yang memiliki kriteria jenis masalah kecemasan komunikasi. Peneliti mengambil sampel peserta didik kelas X IPA dan IPS. Sample yang digunakan sebanyak 8 peserta didik dalam satu kelompok konseling.

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen

Definisi operasional variabel Indikator Kecemasan Komunikasi Sub Indikator No Item Jumlah (+) (-) Kecemasan komunikasi adalah perasaan negatif yang timbul atau dirasakan individu saat berkomunikasi. Perasaan yang timbul biasanya berupa rasa takut, gugup, gelisah, badan yang bergetar bahkan sampai Fisik a. Detak jantung berdebar semakin cepat 1, 3 2, 4, 5 5

b. Suara dan anggota tubuh bergetar 6, 8, 9 7,10, 11 6 c. Gugup dan gelisah 12, 13, 14 3 Behavioral a. Menghindari situasi komunikasi 15, 16, 20 17, 18, 19 6

(6)

258 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l ) Definisi operasional variabel Indikator Kecemasan Komunikasi Sub Indikator No Item Jumlah (+) (-) berkeringat dingin. Aspek dari kecemasan meliputi keadaan fisik, behavioral dan kognitif. b. Bergantung pada orang lain 22 21 2 Kognitif a. Khawatir dengan penilaian orang 23 25 24 3 b. Khawatir dengan kemampuan yang dimiliki 26, 27 28, 29, 30 5

c. Lupa apa yang harus dibicarakan selanjutnya 32, 33 31, 34, 35, 36 6 Jumlah 15 21 36

Penelitian ini, data yang diperoleh tidak langsung disimpulkan tetapi akan diolah terlebih dahulu, diatur dan dianalisis supaya dapat diambil keputusan dari hasil peneliti ini.Data tersebut akan dianalisis dengan mengelola dan menganalisa data dengan membandingkan nilai-nilai pre-test dan post-test.Untuk menganalisis hasil pretest dan posttest, menurut Arikunto (2010:349) menggunakan rumus sebagai berikut:

t

hitung = √ (1) Keterangan:

Md = Mean darindeviasi (d) antara post-test dan pre-test.

Xd = Perbedaan deviasi dengan mean deviasi.

N = Banyaknya subjek

Df = atau db adalah N-1

Apabila thitung< ttabel maka hipotesis H1 tidak diterima, yang artinya:

Layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama tidak berpengaruh positif terhadap kecemasan komunikasi peserta didik SMAN 2 Tanjung Raja Lampung Utara

Sedangkan apabila thitung ≥ ttabel maka H1 diterima, yang artinya:

Layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama berpengaruh positif terhadap kecemasan komunikasi peserta didik SMAN 2 Tanjung Raja Lampung Utara.

HASILDAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

(7)

259 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, data kuantitatif yang diperoleh dari hasil pemberian angket. Data tersebut diperoleh setelah melakukan layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama yang pertama, kedua dan ketigapada peserta didik kelas X IPA dan IPSSMAN 2 Tanjung Raja Lampung Utara. Perubahan tingkat kecemasan komuniaksi peserta didik dapat dilihat dari perbedaan nilai pre-test dan nilai post-test. Untuk melihat perbedaan tersebut diberikan layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama dengan harapan akan terjadi perubahan pada tingkat

kecemasan komunikasi peserta didik.Tingkat kecemasan komunikasi pada data diatas

diperoleh berdasarkan kategori yang telah ditentukan sebagai berikut:

Tabel 1. Kategori Kecemasan Komuniaksi

Rentan Frekuensi % Kriteria

36 – 84 6 75% Cemas Berat

85 – 132 2 25% Cemas

133 – 180 0 0 Tidak Cemas

Pada diagram di atas, diketahui bahwa peserta didik yang mengalami kecemasan komunikasi dengan kategori cemas berat 75 %, peserta didik dengan kategori cemas 25%, selanjutnya tidak ada peserta didik dengan kategori tidak cemas.

Setelah pelaksanaan pretest maka akan diberikan perlakuan pemberian layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama kepada peserta didik.Pelaksanaan treatment untuk mengentaskan masalah kecemasan komunikasi yang dialami oleh peserta didik, layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan dengan tujuan agar peserta didik yang mengalami kecemasan

komunikasi dapat terselesaikan dengan baik.

Gambar 1. Treatment ke-1 Gambar 2. Treatment ke-2 Gambar 3. Teratment ke-3

Tabel 3. Kategori Skor Posttest Kecemasan Komunikasi

Rentan Frekuensi % Kriteria

36 – 84 0 0 Cemas Berat

85 – 132 0 0 Cemas

133 – 180 8 100% Tidak Cemas

Setelah diberikan perlakuan yaitu 8 peserta didik sebagai sampel penelitian kategori kecemasan komunikasi menjadi tidak cemas dengan persentase 100%, selanjutnya tidak ada peserta didik dengan kategori cemas,dan cemas berat. Berdasarkan

(8)

260 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )

kepada distribusi kategori skor kecemasan komunikasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata kategori kecemasan komunikasi peserta didik SMAN 2 Tanjung Raja Tahun Pelajaran 2019/2020 mengalami perubahan menjadi tidak cemas.

Tabel 5. Data pretest dan posttest

No Responden Pretest Posttest Gain (d)

1 NFS 76 133 57 2 LPA 68 142 74 3 NS 75 134 59 4 RW 88 154 66 5 SY 67 135 68 6 SN 63 143 80 7 ESD 94 142 48 8 YA 63 141 78 N = 8 = 74,25 = 140,5 = 66,25

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukan bahwa terdapat perubahan keadaan peserta didik dari dari hasil pretetst dan hasil posttest setelah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama pada peserta didik. Berdasarkan hasil pretest diperoleh rata-rata 74,25 sedangkan skor posttest diperoleh rata-rata 140,5 dengan selisih skor pretest dan postest 66,25. Hasil perhitungan ini menunjukan bahwa terdapat perubahan tingkat kecemasan komunikasi peserta didik.

Grafik 1. Rekapitulasi Data Pretest dan Posttest Berdasarkan Indikator Kecemasan Komunikasi

Keterangan indikator: Fisik:

1. Detak jantung berdebar semakin cepat

0 10 20 30

1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. 3.

Fisik Behavioral Kognitif

ra

ta

-ra

ta

Indikator Kecemasan Komunikasi

Grafik Rekapitulasi Data Pretest dan Posttest Berdasarkan Indikator Kecemasan Komunikasi Peserta Didik SMAN 2 Tanjung Raja LAmpung Utara

TP. 2019/2020

Rata-rata Pretest Rata-rata Posttest

(9)

261 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )

2. Suara dan anggota tubuh bergetar 3. Gugup dan gelisah

Behavioral

1. Menghindari situasi komunikasi 2. Bergantung pada orang lain Kognitif

1. Khawatir dengan penilaian orang lain 2. Khawatir dengan kemampuan yang dimiliki 3. Lupa apa yang harus dibicarakan selanjutnya

Berdasarkan tabel data rekapitulasi pretest dan posttest perindikator kecemasan komunikasi dapat dilihat bahwa terdapat beberapa indikator yang sering dialami oleh peserta didik yaitu pada indikator fisik peserta didik mengalami detak jantung berdebar semakin cepat dengan perolehan rata-rata skor pretest 8,87 kemudian setelah diberikan posttest rata-rata skor menjadi 20,25, gugup dan gelisah rata-rata skor pretest yang diperoleh 5,63 kemudian rata-rata skor posttest 12,75, indikator behavioral: bergantung pada orang lain dengan perolehan rata-rata skor pretest 4,25 dan rata-rata skor posttest 8,12. Indikator kognitif: khawatir dengan penilaian orang lain dengan skor posttest sebesar 5,75 kemudian skor rata-rata posttest sebesar 11,12. Perubahan rata-rata skor dari pretest dan posttest menunjukan semakin tinggi rata-rata skor posttest yang diperoleh pada tiap indikator kecemasan komunikasi berarti semakin jarang atau tidak pernah masalah pada indikator kecemasan komunikasi dialami oleh peserta didik. Selanjutnya dilakukan

perhitungan xd dan xd2 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 6. Perhitungan xd dan xd2

No. Responden Gain (d) Md Xd= d-md Xd2

1 NFS 57 66,25 -9,25 85,56 2 LPA 74 66,25 7,75 60,06 3 NS 59 66,25 -7,25 52,56 4 RW 66 66,25 -0,25 0,06 5 SY 68 66,25 1,75 3,06 6 SN 80 66,25 13,75 189,06 7 ESD 48 66,25 -18,25 333,06 8 YA 78 66,25 11,75 138,06 n = 8 530 530 861,48

Pengujian hipotesis menggunakan rumus uji t sebagai berikut:

(10)

262 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l ) √ Keterangan:

thitung = Hasil eksperimen pre-test dan post-test one group design

Md = Mean dari perbedaan pretest dengan posttest

xd = Deviasi masing-masig subjek

∑ x2

d = Jumlah kuadrat deviasi

n = Subjek pada sampel

df = ditentukan dengan n-1

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus uji t, menggunakan taraf signifikan (α) sebesar 0,05 atau 5% dengan angka kritiknya sebesar 1,895 yang diperoleh

dari df= n-1 =8-1 =7. Kriteria pengujian hipotesis diterima apabila t hitung ≥ t tabel dan

sebaliknya apabila t hitung ≤ t tabel maka hipotesis ditolak. Hasil perhitungan uji hipotesis

tersebut diperoleh hasil 16,9 ≥ 1,895, sehingga dengan hasil perhitungan yang demikian

hipotesis H1 diterima yaitu ada pengaruh positif layanan bimbingan kelompok

menggunakan teknik sosiodrama terhadap kecemasan komunikasi peserta didik. Perhitungan menggunakan taraf signifikan 0,05 sehingga peneliti yakin hipotesis diterima sebesar 95% dan terjadi peluang kesalahan 5% hal ini berarti terdapat peluang kesalahan 5% dengan hipotesis yang diterima.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Perubahan tingkat kecemasan komunikasi peserta didik dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest yang telah dilakukan. Setelah melakukan analisis data yang terkumpul tentang variabel layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama terhadap kecemasan komunikasi peserta didik SMA Negeri 2 Tanjung Raja tahun pelajaran 2019/2020, maka diperoleh hasil penelitian yaitu secara rata-rata secara pretest berada pada kategori cemas berat dengan rentang skor 36-84 sebanyak 6 peserta didik dengan

(11)

263 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )

persentase 75%, kategori cemas dengan rentang skor 85-132 sebanyak 2 peserta didik dengan persentase 25%. Kemudian pada posttest berada pada kategori tidak cemas dengan rentang skor 133-180 sebanyak 8 peserta didik dengan presentase 100%.

Berdasarkan hasil pretest yang dilakukan oleh peneliti memperoleh data bahwa terdapat permasalahan yang sering dialami peserta didik terdapat pada indikator 1. Fisik, yaitu detak jantung berdebar semakin cepat dengan perolehan rata-rata pretest sebesar 8,87 dan posttest sebesar 20,25, gugup dan gelisah rata-rata skor pretest 5,63 dan rata-rata posttest 12,75. 2. Behavioral, yaitu bergantung pada orang lain dengan rata-rata skor pretest 4,25 dan rata-rata posttest 8,12 . 3. Kognitif, yaitu khawatir dengan penilaian orang lain rata-rata pretest 4,25 dan rata-rata posttest 11,12. Berdasarkan data tersebut dapat diartikan bahwa layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama berpengaruh terhadap kecemasan komunikasi peserta didik yang mengalami perubahan tingkat kecemasan dari cemas berat menjadi tidak cemas, terutama pada permasalahan yang sering dialami oleh peserta didik diantaranya detak jantung berdebar semakin cepat, gugup dan gelisah, bergantung pada orang lain dan khawatir dengan penilaian orang lain.

Layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama berpengaruh

terhadap kecemasan komunikasi peserta didik dengan perolehan skor thitung = 16,9 ≥ t tabel=

1,895 dari signifikasi 0,05 dan derajat kebebasan df=n-1 = 8-1= 7. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Jannah (2019:74) “yaitu kecemasan komunikasi peserta didik dapat diatasi setelah diberikan layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama”, dibuktikan dengan hasil penelitiannya pada siklus I memperoleh skor 50,625% dan pada siklus II meningkat menjadi 77,5% maka terjadi peningkatan sebesar 26,875%. Jadi hipotesis yang menyatakan “Kecemasan berkomunikasi didepan kelas dapat diatasi setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama pada siswa kelas XI IPS 3 SMAN 2 Kudus”, diterima karena telah mencapai indikator keberhasilan. Selanjutnya terdapat teori yang melandasi bahwa layanan bimbingan kelompok dapat berpengaruh terhadap kecemasan komunikasi peserta didik, menurut Tohirin (2014:172) tujuan bimbingan kelompok terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut:

Secara umum bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta didik. Secara khusus bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan komunikasi baik verbal maupun non verbal peserta didik.

(12)

264 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )

Layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan yang dapat mengasah kemampuan peserta didik dalam berinteraksi, karena dalam pelaksaannya anggota kelompok saling mengeluarkan pendapat, menanggapi dan memberikan informasi, mendiskusikan berbagai bahan dari narasumber atau pemimpin kelompok. Melalui layanan bimbingan kelompok peserta didik memiliki keberanian dalam mengatasi masalah, memberikan pemahaman tentang dirinya, melatih bertanggung jawab, mengembangkan pengetahuan, mampu bersosialisasi dengan kegiatan yang dijalankan, mengurangi dan menghilangkan gangguan kecemasan dan meningkatkan kompetensi individu yang merujuk kepada fungsi-fungsi Bimbingan dan Konseling. Melalui layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama terhadap kecemasan komunikasi yang telah dilakukan peneliti mengalami perubahan yang positif.

Pemberian layanan bimbingan kelompok agar lebih efektif dan mencapai tujuan yang telah ditentukan maka peneliti menggunakan teknik sosiodrama hal ini dipertimbangkan berdasarkan tujuan dari pelaksanaan sosiodrama sebagai berikut: sosiodrama bertujuan untuk mendidik peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan sosial secara mandiri. Melalui bermain peran peserta didik diajak untuk mengenali, merasakan suatu situasi tertentu sehingga peserta didik dapat menemukan pemecahan masalah dari situasi yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan pendapat Indriasari (2016:194) menyatakan bahwa “Melalui permainan sosiodrama, konseli diajak untuk mengenali, merasakan suatu situasi tertentu sehingga mereka dapat menemukan sikap dan tindakan yang tepat seandainya menghadapi situasi yang sama”.

Layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama merupakan layanan terencana yang disusun dalam rangka pemecahan masalah terhadap peserta didik yang mengalami kecemasan komunikasi. treatment ini diberikan kepada peserta didik yang mengalami masalah kecemasan komunikasi dengan memberikan layanan yang telah diprogramkan dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama berpengaruh terhadap kecemasan komunikasi belajar peserta didik. Maka tujuan penelitian ini tercapai ditandai dengan perubahan tingkat kecemasan komunikasi peserta didik di SMA Negeri 2 Tanjung Raja menggunakan layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama.

(13)

265 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l ) SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap data penelitian pada variabel layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama terhadap kecemasan komunikasi peserta didik SMA Negeri 2 Tanjung Raja, Lampung Utara tahun pelajara 2019/2020, serta pembahasan terhadap hasil penelitian, maka dapat disimpulkan layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama memberikan peningkatan pada tingkat kecemasan komunikasi peserta didik dari cemas berat menjadi tidak cemas berdasarkan pada indikator 1. Fisik, yaitu detak jantung berdebar semakin cepat, gugup dan gelisah. 2. Behavioral, yaitu bergantung pada orang lain. 3. Kognitif, yaitu khawatir dengan penilaian orang lain. Simpulan tersebut ditunjukan dari hasil analisis sebagai berikut diperoleh rata-rata pretest skor sebesar 74,25 dan diperoleh rata-rata skor posttest sebesar 140,5 yang menunjukan perubahan dengan selisih perbedaan sebesar 66,25. Dari hasil pengujian hipotesis

didapatkan hasil perhitungan thitung = 16,9 > ttabel = 1,895 dari signifikasi 0,05 dan derajat

kebebasan (dk = n-1 = 8-1 = 7),dengan demikian H1 diterima yang berarti ada pengaruh

positif layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodrama terhadap kecemasan komunikasi peserta didik SMA Negeri 2 Tanjung Raja Lampung Utara Tahun Pelajaran 2019/2020.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka dapat direkomendasikan saran yaitu:

1. Bagi Guru BK

Sebaiknya guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 2 tanjung raja lebih kreatif dalam menggunakan teknik untuk memberikan layanan yang mendukung perubahan tingkat kecemasan komunikasi peserta didik.

2. Bagi Peserta Didik

Sebaiknya peserta didik setelah diberikan layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik sosiodramaterkait kecemasan komunikasi diharapkan dapat mengontrol kecemasan komunikasi yang dialami.

3. Bagi Sekolah

Sebaiknya pihak Sekolah lebih memfasilitasi sarana dan prasarana agar tercapainya tujuan layanan bimbingan dan konseling di Sekolah.

(14)

266 | C o u n s e l i n g M i l e n i a l ( J o u r n a l )

4. Bagi Penelitian Lain

Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian terhadap kecemasan komunikasi dapat menggunakan teknik lain untuk mengatasi masalah kecemasan komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Aprianti, S. (2013). Evektifitas Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Mereduksi

Kecemasan Komunikasi pada Remaja. Pra Ekperimen Terhadap Peserta Didik

Kelas X SMA Pasudan 2 Bandung tahun ajaran 2013/2014.Universitas

Pendidikan Indonesia: Doctoral Disertasion.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aswida,W, Marjhohan, dan Syukur, Y. (2012). Efektifitas Layanan Bimbingan

Kelompok dalam Mengurangi Kecemasan Berkomunikasi pada Siswa.

Konselor, Jurnal Ilmiah Konseling. Vol 1, No.1, Hal 1-11. ISSN 2541-5948 (http://103.216.87.80/index.php/konselor/article/view/697).

Erawan, Dewa Gede Bambang. (2014). Penggunaan Metode Sosiodrama untuk

Meningkatkan Kemampuan Berwawancara dengan Berbagai Kalangan pada

Siswa Kelas VIII SMP Mutiara Singaraja. Jurnal Santiaji Pendidikan. 4(1) 113.

ISSN 2087-9016.(http: //jurnal. unmas.ac.id /index.php/JSP/ article/view/53).

Hartinah, Siti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Refika Aditama

Lukmantoro, T. (2010). Tingkat Kecemasan Komunikasi Mahasiswa dalam

LingkupAkademis [tesis]. Semarang: Universitas Dipenogero Semarang.

Morissan. (2012). Metode Penelitian Survey. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.Bandung: CV Alfabeta.

Tohirin. (2014). Bimbingan Konseling Di sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT. Raja grafindo persada.

Wahyuni, S. (2014). Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan

Berbicara di Depan Umum pada Mahasiswa Psikologi. Jurnal Psikologi, 2(1),

50-64.ISSN2674(http://ejournal.psikologi.fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/ 2014/04/JUR AL%20SRI%20WAH UNI%20(04-1614-04-07-51).

Gambar

Grafik 1. Rekapitulasi Data Pretest dan Posttest Berdasarkan Indikator  Kecemasan Komunikasi

Referensi

Dokumen terkait

Pathofisiologi fraktur pada maxilari dan mandibular seringkali disebabkan oleh adanya trauma kepala yang disertai dengan luka serius sehingga menyebabkan kerusakan

Pada tahap ini akan dilakukan logic model pada kondisi sebenarnya (existing) untuk mengetahui bagaimana kondisi proses belajar mengajar pada mata kuliah kewirausahaan

Berdasarkan hasil analisis efektivitas menggunakan rumus Effect Size, dengan cara mengurangi nilai posttest dengan nilai pretest dari setiap responden maka diperoleh peningkatan

gingivalis dan ekstrak tulang ikan memiliki rata- rata jumlah monosit yang mengekspresikan TNF-α lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok kontrol

Pada penelitian yang dilakukan sekarang tahun 2020 bertujuan untuk memperoleh formulasi cookies berbahan baku tepung tulang tuna dan tepung ampas kelapa serta memperoleh formulasi

atau jasa lingkungan pada hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a dan huruf b yang telah mendapatkan izin pemanfaatan hutan, kecuali izin

Pada form cari pelanggan ini terdapat link tambah pelanggan, yang berfungsi menampilkan form master pelanggan untuk menambah data pelanggan/member baru pada saat

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa Kecerdasan kinestetik pada anak usia dini dapat dikembangkan dengan berbagai cara, meliputi bermain, menari,