• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNITAS KELELAWAR DI GUA PUTRI DAN GUA SELABE KAWASAN KARST DESA PADANG BINDU KECAMATAN SEMIDANG AJI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMUNITAS KELELAWAR DI GUA PUTRI DAN GUA SELABE KAWASAN KARST DESA PADANG BINDU KECAMATAN SEMIDANG AJI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 1829.586x 8

KOMUNITAS KELELAWAR DI GUA PUTRI DAN GUA SELABE KAWASAN KARST DESA PADANG BINDU KECAMATAN

SEMIDANG AJI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

Yusni Atmawijaya, Zulkifli Dahlan dan Indra Yustian Dosen Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Siriwijaya

ABSTRACT

The research about the bats community in Putri and Selabe Caves at the Karst Area of Padang Bindu Village, Semidang Aji, Ogan Komering Ulu, South Sumatera have done during February up to August 2008. The research is aimed to estimate the total number of bats in both caves and to know the bats spesies in Putri and Selabe Caves. The bat counting was done using two methods; counting of bats which go into and out the caves and direct counting in the roosting place. The estimated total number of bats community in Putri cave was 3887 individu and 5709 individu Selabe cave. The primary factor that cause the difference of bats in both caves is human activities. The bats spesies found in both caves were Hipposideros larvatus, Hipposideros diadema, Eonycteris spelaea, Penthetor lucasii, Rousettus sp and Miniopterus sp.

Key Words : karst, ave, bats, population

ABSTRAK

Penelitian tentang komunitas kelelawar di Gua Putri dan Gua Selabe Kawasan Karst Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan telah dilakukan pada bulan Februari hingga Agustus 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi total individu komunitas kelelawar dan mengetahui jenis-jenis kelelawar di Gua Putri dan Gua Selabe. Penghitungan kelelawar dilakukan dengan dua cara yaitu dengan penghitungan kelelawar yang keluar masuk gua dan penghitungan langsung kelelawar ditempat bertengger. Hasil yang didapat menunjukkan rata-rata total individu komunitas kelelawar di Gua Putri 3887 ekor sedangkan di Gua Selabe 5709 ekor. Faktor utama yang mempengaruhi kelelawar di kedua gua yaitu aktivitas manusia (berupa wisata gua). Jenis-jenis kelelawar yang di temukan baik di gua Putri maupun di gua Selabe sebanyak 6 jenis, yaitu Hipposideros larvatus, Hipposideros diadema, Eonycteris spelaea, Penthetor lucasii, Rousettus sp dan Miniopterus sp.

Kata kunci : karst, Gua, kelelawar, populasi

PENDAHULUAN

Kondisi bentang alam karst dengan kekayaan potensi sumber daya bawah tanah menjadi faktor yang

menarik dalam dunia ilmu pengetahuan. Di dalam ekosistem karst terjadi peristiwa eksokarstik yaitu berupa bentukan bukit-bukit yang memilki besar dan ketinggian

(2)

ISSN 1829.586x 9 beragam, berbentuk kerucut, kubah,

lembah dolina atau polje, adanya dekokan (closed depresions) dengan berbagai ukuran dan pengasatan (drainage) bawah tanah. Selain itu terjadi pula peristiwa endokarstik berupa terbentuknya gua.

Lorong-lorong panjang bawah tanah menjadi habitat bagi berbagai jenis fauna. Beberapa jenis fauna terbawa ke dalam gua melalui banjir yang membawa serta bahan organik dari luar gua. Namun ada juga beberapa jenis fauna yang memang hidup bertahun-tahun di lingkungan gua sehingga mengalami proses evolusi untuk beradaptasi di dalam lingkungan gua yang gelap total dan minim pakan (Raharyono, 1999 dan Wedomartani, 2006).

Kelelawar merupakan salah satu hewan yang sebagian besar berhabitat di gua (Whitten et al. 2000). Ekosistem gua mempunyai sumber bahan organik yang minim dan bervariasi dari satu gua ke gua lain. Salah satu sumber bahan organik yang paling penting di dalam gua adalah guano/ kotoran kelelawar karena biasanya terkumpul dalam jumlah yang banyak (Engel, 2007).

Penelitian tentang kelelawar, khususnya penghitungan populasinya belum banyak dilakukan. Namun, di beberapa tempat di Indonesia terdapat kecenderungan penurunan populasi kelelawar. Contohnya kelelawar Lalai kembang (Eonycteris spelaea) di Gua Ciampea, Bogor dan kelelawar di Gua Lawa, Kabupaten Purbalingga di Jawa Tengah, yang telah hilang sama sekali keberadaannya. Hilangnya kelelawar ini disebabkan karena gua tersebut dibuka sebagai objek wisata (Suyanto, 2001).

Fungsi ekologis kelelawar, seperti yang disebutkan oleh Suyanto (2001) bahwa sekitar 95 persen biji

tumbuh-tumbuhan yang dipencarkan oleh hewan berasal dari kelelawar. Sisanya oleh hewan lain, seperti monyet, babi, badak dan burung. Di Indonesia khususnya Sumatera dan Kalimantan, kelelawar berperan penting juga dalam penyerbukan bunga, seperti: durian lokal (Durio sp). Ini disebabkan karena posisi bunga durian yang menghadap ke bawah menyebabkan benang sari dan putik tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri. Bila bunga durian tersebut tidak diserbuki dengan segera maka serbuk sari tersebut akan jatuh dan mati. Bunga durian juga mekar pada malam yang menarik perhatian kelelawar. Nolan (1997) juga menyatakan bahwa sebagian besar kelelawar penghuni gua adalah pemakan serangga atau insectivora yang berperan penting dalam mengendalikan populasi serangga.

Salah satu Kawasan Karst di wilayah Sumatera Selatan adalah Desa Padang Bindu yang terletak di Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu. Gua Putri merupakan gua yang telah menjadi objek wisata yang cukup terkenal di daerah tersebut (Pemerintahan Daerah OKU, 2004).

Gua Putri merupakan gua yang relatif lebih banyak menerima aktifitas manusia karena telah dijadikan objek wisata, sedangkan gua Selabe merupakan gua yang relatif lebih sedikit aktifitas manusia walaupun berada pada kawasan karst yang sama. Penelitian ini Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi total individu komunitas kelelawar dan mengetahui jenis-jenis kelelawar di Gua Putri dan Gua Selabe Kawasan Karst Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan.

(3)

ISSN 1829.586x 10 Hasil Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan informasi tentang perkiraan jumlah individu komunitas dan keanekaragaman jenis kelelawar di Gua Putri dan Gua Selabe Kawasan Karst Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Serta diharapkan dapat menjadi data dasar mengenai keanekaragaman hayati (Biodiversity) di kawasan karst tersebut dan untuk menunjang kebijakan pemerintah setempat dalam mengembangkan kawasan Karst Padang Bindu sebagai kawasan ekowisata/ ekokarst.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Agustus 2008, di Gua Putri dan Gua Selabe Kawasan Karst Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Identifikasi kelelawar sampai tingkat genus dan spesies dilakukan di lapangan. Sedangkan untuk jenis kelelawar yang belum dapat di identifikasi di lapangan, dilakukan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.

a. Gua Putri

b. Gua Selabe

(4)

ISSN 1829.586x 11

Deskripsi Lokasi Penelitian Gua Putri

Gua Putri terletak di Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kab. Ogan Komering Ulu dan berada pada posisi koordinat 04˚04’ 08,5” Garis Lintang Selatan dan 103˚30’,07” Garis Bujur Timur. Gua Putri mempunyai 5 entrance atau lubang tempat masuknya cahaya. Ukuran lebar pintu masuk lebarnya adalah 13-15 meter dengan dinding-dindingnya yang mencekung, langit-langit gua membentuk kubah dan tampak beberapa stalaktit-stalakmit menyatu di gua tersebut. Mulut gua memiliki tinggi 5 meter dan panjang gua sekitar 350 meter. Di dalam gua terdapat sungai Semohon dengan lebar lebih kurang 1-1,5 meter dan kedalaman 0,5-2 meter yang mengalir melalui celah gua dan merupakan anak Sungai Ogan yang mengalir di depan mulut gua putri (Indriastuti, 2003 dan LCS Palembang, 2008)

Gua Selabe

Gua Selabe berjarak 300 meter dari gua Putri. Gua Selabe mempunyai 9 entrance. Gua Selabe menghadap timur-tenggara (N 115°), dengan tinggi mulut gua sekitar 4 meter, dan lebar permukaan tanah 19,10 meter. Permukaan gua luas membentuk setengah lingkaran, bergelombang dan dinding-dindingnya mencekung. Langit-langit gua membentuk kubah dan banyak stalaktit dan stalakmit panjang dan runcing sampai menyentuh tanah. Aliran Sungai Semohon juga mengalir

di bawah gua Selabe (Indriastuti, 2003 dan LCS Palembang, 2008).

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol plastik, hand tally counter, jaring bertangkai, kamera digital, senter, tali plastik dan thermometer. Tipe alat, merek dan buatan: Hand tally counter merk JOY-ART, Tipe HC-4DJA; Kamera Digital merk BenQ, Tipe DC640 made in China dan Thermometer, merk GEA, Copenhagen. made in Denmark. Sedangkan bahan yang diperlukan adalah Formalin 4%, kapas dan Kloroform.

Cara Kerja

Gua Putri dan Gua Selabe dipilih untuk membandingkan jumlah kelelawar antara gua yang relatif sudah terganggu aktivitas manusia (Gua Putri) dan gua yang masih relati alami (Gua Selabe). Gua selabe merupakan salah satu gua yang mewakili dari banyak gua yang masih relatif alami di sekitar kawasan Desa Karst Padang Bindu karena alasan teknis yaitu lokasi gua Selabe dengan gua Putri tidak terlalu jauh sehingga memudahkan dalam operasional pengamatan. Perbedaan pengaruh aktivitas manusia di gua Putri dan gua Selabe dapat dilihat dari adanya penerangan di dalam gua dan fasilitas wisata didalam gua, jumlah kerusakan (misalnya vandalisme dan membuang sampah sembarangan di dalam gua) serta jumlah pengunjung.

(5)

ISSN 1829.586x 12

Estimasi Kelelawar

Penghitungan kelelawar yang keluar masuk gua

Penghitungan kelelawar ini dilakukan pada jalur terbang yang dilalui koloni kelelawar. Berdasarkan pra penelitian/ survey penghitungan kelelawar yang keluar dari gua dilakukan mulai pukul 17.30 WIB sampai pukul 18.30 WIB karena kelelawar mulai banyak terlihat keluar dari gua dan penghitungan kelelawar yang kembali ke gua dilakukan pada pukul 05.30 WIB sampai 06.30 WIB. Kemudian ditentukan posisi observasi/ pengamatan dan dibuat garis khayal untuk menentukan arah perginya kelelawar. Dihitung semua kelelawar yang melewati garis khayal tersebut dengan menggunakan hand tally counter dan dicatat jumlah individu yang dihitung.

Penghitungan dilakukan pada kedua gua, masing-masing selama 2 kali pengamatan untuk jalur terbang yang dilalui koloni kelelawar yang dilakukan secara bergantian. Bila keadaan cuaca tak mendukung (seperti: hujan deras), maka penghitungan akan dilakukan hari berikutnya.

Penghitungan langsung kelelawar di tempat bertengger

Penghitungan kelelawar dilakukan langsung terhadap semua individu kelelawar yang sedang bertengger didalam gua, dengan menggunakan hand tally counter dan dicatat jumlah individu yang dihitung. Penghitungan dilakukan pada kedua gua, yang masing-masing selama 2 kali pengamatan yang dilakukan secara bergantian.

Penghitungan Jumlah Kelelawar

Data yang didapat ditabulasi dan dihitung rata-rata jumlah individu komunitas kelelawar dengan menggunakan rumus :

Estimasi Jumlah Kelelawar

∑ total kelelawar yang terhitung

Jumlah pengamatan Identifikasi Kelelawar

Dicari dan ditangkap sampel kelelawar yang berbeda jenis didalam gua dengan menggunakan jaring bertangkai, kemudian kelelawar dimasukkan ke dalam botol plastik yang didalamya dimasukkan kapas yang sudah diberi kloroform untuk membunuh kelelawar tersebut dan kemudian diawetkan dengan pemberian formalin 4%. Penangkapan kelelawar terus dilakukan sampai tidak ditemukannya lagi penambahan jenis. Kemudian sampel di identifikasi dengan menggunakan buku determinasi Kelelawar Indonesia (Suyanto, 2001), Mamalia Pulau Lombok (Kitchener et al., 2002) dan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunei Darussalam (Payne et al., 2002)

Estimasi Jumlah Individu Komunitas Kelelawar

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kawasan Karst Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu didapatkan estimasi jumlah individu komunitas kelelawar di Gua Putri dan Gua Selabe. Seperti dapat dilihat pada Tabel 1

(6)

ISSN 1829.586x 13 Tabel 1. Estimasi Total Individu Komunitas Kelelawar di Gua Putri dan Selabe

Nama Gua Pengamatan Jumlah Rata-rata

1 2 3 4 5 6

Putri 998 1596 4541 5458 5188 5542 23323 3887

Selabe 2830 3074 5601 5539 8956 8254 34254 5709

Keterangan :

Pengamatan 1 & 2 = Penghitungan masuknya kelelawar ke gua, dilakukan pada pukul 05.30 – 06.30 WIB. Pengamatan 3 & 4 = Penghitungan keluarnya kelelawar dari gua,

dilakukan pada pukul 17.30 – 18.30 WIB.

Pengamatan 5 & 6 = Penghitungan langsung kelelawar di tempat bertengger, dilakukan siang hari antara pukul 10.00 – 16.00 WIB. Estimasi total individu

komunitas kelelawar didapatkan bahwa rata-rata jumlah kelelawar di gua Putri 3887 ekor sedangkan di Gua Selabe 5709 ekor. Estimasi tersebut diperoleh dari 6 kali pengamatan dengan 3 cara pengamatan yang berbeda yaitu metode penghitungan kelelawar keluar masuk gua dan penghitungan langsung di tempat bertengger (Roosting area).

Estimasi rata-rata jumlah individu komunitas kelelawar di gua Putri lebih kecil dari gua Selabe, tetapi perbedaan tersebut mungkin tidak hanya disebabkan oleh terganggunya habitat kelelawar tersebut. Ko (1985) menyebutkan bahwa turun dan naiknya jumlah kelelawar di suatu gua tidak hanya disebabkan oleh terganggunya habitat kelelawar tersebut tetapi kemungkinan gua tersebut hanya digunakan sebagai tempat untuk berkembang biak, menurunya kualitas udara gua dan kemungkinan gua tersebut dijadikan tempat bermigrasi kelelawar tertentu.

Meskipun demikian, keadaan di gua Putri sangat jelas memperlihatkan bahwa faktor utama yang menyebabkan perbedaan jumlah kelelawar di gua Putri dengan gua Selabe yaitu faktor aktivitas manusia atau gua yang dijadikan objek wisata,

dimana keadaan di dalam gua telah berubah dari kondisi awalnya yaitu gelap kemudian berubah menjadi sangat terang karena diberi penerangan hampir di setiap ruang gua. Penerangan ini dihidupkan pada siang hari dimana kelelawar tersebut sedang tidur/ istirahat. Selain itu juga banyak terjadi perusakan (vandalisme) terhadap dinding gua dan ornamen-ornamen gua yang dilakukan oleh wisatawan yang tidak bertanggung jawab, sampah-sampah anorganik (seperti: plastik dan karet) yang dibuang sembarangan dan penggangguan terhadap tempat bertengger kelelawar (roosting area). Keadaan ini sangat memungkinkan memaksa kelelawar untuk berpindah ke habitat lain karena merasa terancam dan terusik oleh keberadaan wisatawan dan pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan jumlah populasi kelelawar di gua tersebut.

Keadaan gua Selabe

dibandingkan dengan gua Putri relatif lebih alami karena di gua Selabe relatif lebih sedikit atau tidak ada gangguan aktivitas manusia karena gua tersebut tidak dijadikan sebagai objek wisata. Keadaan lingkungan gua Selabe masih relatif alami, dibuktikan dengan tidak ditemukan perusakan-perusakan ornamen gua dan vandalisme di dalam gua. Keadaan ini didukung pula oleh keadaan gua yang relatif basah terus

(7)

ISSN 1829.586x 14 menerus, karena di dalam gua mengalir

sungai Semohon dan bila hujan deras gua tersebut dapat penuh terisi air hujan sampai ke atap gua, yang sangat berbahaya bagi orang yang berada di dalam gua tersebut. Dengan pertimbangan itu, Gua Selabe tidak cocok dijadikan objek wisata.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa ada beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap jumlah populasi kelelawar di gua Putri dan gua Selabe yaitu keadaan tempat bertengger (roosting area). Kelelawar sangat menyukai tempat bertengger seperti lorong-lorong atau cerukan yang tidak basah dan sunyi atau jauh dari gangguan bunyi. Pernyataan ini sesuai dengan Ko (1985) yang menyatakan bahwa kelelawar lebih suka di bagian atap gua yang kering bukan yang basah terus menerus sepanjang tahun karena kelelawar akan terganggu oleh tetesan-tetesan air dari rekahan-rekahan maupun pori-pori atap gua yang basah.

Selanjutnya faktor fisika kimia tempat bertengger (roosting area) seperti: temperatur, kelembaban udara dan kadar CO2 juga mempengaruhi

jumlah populasi kelelawar menurut Cosewic (2004) kelelawar merupakan binatang yang sangat rentan terhadap perubahan baik secara fisik ataupun kimia, sehingga faktor fisika kimia tempat bertengger merupakan hal yang utama dalam kelangsungan hidup kelelawar tersebut.

Pada penelitian ini tidak diukur faktor fisika kimia tempat bertengger kelelawar sehingga tidak dibahas lebih dalam. Meskipun demikian, pengukuran parameter fisika gua mendapatkan hasil bahwa temperatur di luar gua berbeda dengan temperatur di dalam gua. Dari pengukuran di zona gelap total menunjukkan bahwa semakin kedalam gua keadaan

temperatur semakin rendah dan relatif konstan, dibandingkan di zona terang dan zona senja. Ini disebabkan karena keadaan di dalam gua terutama di zona gelap tidak dipengaruhi oleh keadaan di luar gua. Menurut Ko (2008) dan Rahmadi (2006) zona gelap total merupakan tempat yang temperatur dan kelembabannya mempunyai fluktuasi kecil bahkan konstan sepanjang masa, sehingga makhluk hidup didalamnya sangat beradaptasi terhadap lingkungan yang ekstrim tersebut.

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap jumlah populasi kelelawar yaitu jumlah pakan. Pernyataan ini didukung oleh Septantri (2006) yang menyatakan bahwa ketersediaan pakan di sekitar tempat bertengger mempengaruhi jumlah populasi kelelawar, karena untuk terbang kelelawar membutuhkan banyak energi sehingga kelelawar mencari pakan dimulai dari sekitar daerah bertengger untuk menghemat energi dan bila sedikit mendapat pakan di sekitar daerah bertengger, kelelawar mencari pakan sampai perpuluh-puluh kilometer jauhnya.

Penelitian ini mungkin hanya mewakili 10 – 30% dari total kelelawar yang ada, ini berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan bahwa masih banyak terdapat kelelawar yang keluar gua mulai pukul 18.30 WIB sampai pukul 22.00 WIB dan banyak kelelawar yang masuk ke gua tidak menentu mulai pukul 00.00 WIB sampai 05.30 WIB.

Kelemahan dari penghitungan kelelawar yang keluar dari entrance gua ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan penglihatan. Pengamat hanya dapat menghitung jumlah kelelawar yang melewati jalur terbang yang mulai pukul 17.30 WIB sampai 18.30 WIB, karena diatas jam 18.30 WIB langit sudah gelap dan

(8)

ISSN 1829.586x 15 pengamatan tidak dapat dilakukan lagi,

padahal masih banyak kelelawar yang melalui jalur terbang tersebut.

Sedangkan untuk penghitungan jumlah kelelawar yang masuk ke entrance gua dilakukan mulai pukul 05.30 WIB sampai 06.30 WIB, kelemahannya sama yaitu daya penglihatan pengamat yang terbatas dan kembalinya kelelawar ke gua tidak menentu mulai pukul 00.00 WIB sampai pukul 06.30 WIB sehingga jumlah kelelawar yang terhitung lebih sedikit dibandingkan penghitungan kelelawar yang keluar di sore hari.

Penghitungan langsung di tempat bertengger (roosting area) kelemahannya adalah keadaan dimana banyak individu kelelawar yang sangat aktif bergerak sehingga sangat

menyulitkan dalam penghitungan, karena kelelawar yang telah terhitung kemungkinan juga dapat terhitung lagi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suin (2003) metoda yang paling tepat untuk mengetahui kepadatan populasi adalah dengan menghitung semua individu yang terdapat di daerah penelitian. Kesalahan lain yang mungkin adalah terjadinya penghitungan ulang terhadap satwa yang telah terhitung.

Jenis-Jenis Kelelawar

Dari hasil identifikasi kelelawar yang ditemukan baik di Gua Putri maupun di Gua selabe sebanyak 6 jenis kelelawar seperti yang disajikan pada Tabel 2 di bawah ini:

:

Tabel 2. Jenis-jenis kelelawar di Gua Putri dan Gua Selabe

No Nama Lokal Nama Latin Family

1. Barong Sedang Hipposideros larvatus Hipposideridae 2. Barong Raksasa Hipposideros diadema Hipposideridae 3. Codot Fajar-Gua Kecil Eonycteris spelaea Pteropodidae 4. Codot Kecil-Kelabu Penthetor lucasii Pteropodidae

5. Nyap Rousettus sp Pteropodidae

6. Tomosu Miniopterus sp Vespertilionidae

Dari Tabel 2 diatas famili dari Pteropodidae umumnya merupakan kelelawar herbivora (pemakan buah, daun, nektar dan serbuk sari). Sedangkan family dari Hipposideridae dan Vespertilionidae merupakan beberapa jenis dari kelelawar pemakan serangga (insektivora).

KESIMPULAN

Dari hasil penghitungan estimasi jumlah kelelawar dan identifikasi di gua Putri dan Gua Selabe (Juli 2008) diperoleh kesimpulan rata-rata total indivdu komunitas kelelawar di Gua Putri 3887 ekor lebih sedikit dibandingkan Gua Selabe 5709 ekor.

Faktor utama yang mempengaruhi kelelawar di kedua gua yaitu aktivitas manusia (berupa kegiatan objek wisata) dan jenis-jenis kelelawar yang ditemukan baik di Gua Putri maupun di Gua Selabe sebanyak 6 jenis, yaitu Hipposideros larvatus, Hipposideros diadema, Eonycteris spelaea, Penthetor lucasii, Rousettus sp dan Miniopterus sp.

DAFTAR PUSTAKA

Cosewic. 2004. COSEWIC Assessment and Update Status Report on the Fringed Bat Myotis Thysanodes in Canada. Committee on the Status

(9)

ISSN 1829.586x 16 of Endangered Wildlife in Canada.

Ottawa. vii + 26

page.(www.sararegistry.gc.ca/stat us/ status_e.cfm).

Engel, A.S. 2007. Observations on the Biodiversity of Sulfidic Karst Habitats. Journal of Cave and Karst Studies. 69(1): 187–206. Indriastuti, K. 2003. Potensi Wisata

Budaya Situs Goa Putri, Kab. Ogan Komering Ulu, Prov. Sumatera Selatan. Balai Arkeologi Palembang. http://arkeologi

palembang.go.id. 18 Februari

2008.

Kitchener, D.J., L. Charlton & Maharadatunkamsi. 2002. Mamalia Pulau Lombok. T.A. Pribadi & I. Maryanto (penterjemah). Puslitbang Biologi-LIPI, Bidang Zoologi. Bogor. ix+170 hlm.

Ko, R.K.T. 1985. Uraian Singkat Permasalahan Karstospeleologi Sebagai Bahan Introduksi dan Informasi. Makalah Ilmiah pada Simposium Nasional Lingkungan Karst, Jakarta.

LCS-Palembang. 2008. Deskripsi dan Peta Gua Putri dan Gua Selabe (Tidak Dipulikasikan).

Nolan, V.P. 1997. Management Initiatives for The Sustainability of Bat Populations. 14 Maret 2008.

Payne, J., C.M. Francis & K. Phillipps. 2000. Mamalia di Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunei darussalam. S.N. Kartikasari (penterjemah). WCS-Indonesia Program, Bogor, Indonesia. 386 hlm.

Pemerintahan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu. 2004. Data Pokok Tahun 2004. 7 Februari 2008. Raharyono, D. 1999. Biota Gua.

http://groups.yahoo.com/group/lin

gkungan /message/1101. 30

Januari 2008.

Rahmadi, C. 2006. Inventarisasi dan Karakterisasi Biota Karst

Pegunungan Sewu dan

Sulawesi.http://cavernicoles. files.

wordpress.com/2007/06/laporanp erjalanan-gunung sewu2006.pdf.

30 Januari 2008.

Septantri, A.N. 2006. Inventarisasi Kelelawar (Chiroptera) Penghuni Beberapa Gua di Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Abstrak Seminar Nasional I. Biospeleologi dan Ekosistem Karst. Yogyakarta. Suin, M. N. 2003. Ekologi Populasi.

Andalas University Press. Padang. vii+170 hlm.

Suyanto, A. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi-LIPI. Bogor. xiii+126 hlm.

Wedomartani. 2006. Pelatihan Pengelolaan Lingkungan Karst & Pesisir tahun 2002. Pusat Studi Lingkungan –Lembaga Penelitian UPN Veteran Yogyakarta.

http://geohazard.blog.com

/1054887/.7 Februari 2008.

Whitten, T., S.J. Damanik, J. Anwar & N. Hisyam. 2000. The Ecology of Indonesia Series Volume I: The Ecology of Sumatera. Periplus Edition (HK) Ltd. Singapore. xxxi + 478 page.

(10)

ISSN 1829.586x 17

Gambar

Gambar 1. Peta Geologi Kab.Ogan Komering Ulu
Tabel 2. Jenis-jenis kelelawar di Gua Putri dan Gua Selabe

Referensi

Dokumen terkait