KUALITAS KIMIA AIR TANAH DI DUSUN TOISAPU Adriani Bandjar*
Jurusan Kimia – Unversitas Pattimura ABSTRACT
The research of garbage open dumping effect to water quality from its source on Toisapu village had been carried out. It took place at RT 06 and RT 07 analyzed water chemical quality consist of ammonia content, nitrite and nitrate content using UV-VIS spektrofotometer, water hardness measurement by titrimetric methode, dissolve oxygen and biochemical oxygen demand (BOD) measurement taken for 5 days to get good result. The observation and analysis result show that ammonia level was 0,933 ppm, nitrite level was 0,486 ppm, and nitrate level 0,095 ppm. Water harness value was 198,1782 mg/L and BOD was 0,9 m/L. Those result show that each value still fulfil maximum standard that permited as water consumption by Indonesia Healthy Ministry Regulation.
Keywords: Ammonia, BOD, Hardness, Nitrate, Nitrite
Pendahuluan
Salah satu sumber daya alam yang terbatas jumlahnya dan sangat penting bagi mahluk hidup adalah air. Air dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, minum, mencuci, dan memasak, perikanan, industri, energi, dan rekreasi. Perubahan kualitas air yang mencapai tingkat yang mengganggu pemanfaatan air dikategorikan sebagai pencemaran air. Periubahan lingkungan sangat ditentukan oleh sikap maupun perlindungan manusia pada lingkungannya (Pairunan, 1992).
Peningkatan kualitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas air. Semakin maju tingkat hidup seseorang, maka semakin tinggi tingkat kebutuhan airnya. Untuk keperluan minum maka dibutuhkan rata-rata 5 liter per hari (Sutrisno dkk., 1996).
Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50-70% dari seluruh berat badan, di tulang terdapat air sebanyak 22% berat tulang, di darah dan ginjal terdapat sebanyak 85%. Pentingnya air bagi kesehatan dapat di lihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, misalnya 80% dari darah terdiri dari air, demikian juga organ-organ yang lain seperti urat syaraf 75 %, ginjal 80%,
hati 70% dan oto 70%. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian (Slamet, 1994).
Air tanah akan tercemar oleh air yang berasal dari proses pembusukan sampah organi yang merembes ke dalam tanah, atau terbawa bersama air hujan yang meresap ke dalam tanah. Selain air tanah terdapat juga mata air, yakni air tanah yang keluar ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, namun bahan tercemar dari sampah di Tempt Pembuangan Akhir (TPA) akan menyebar ke dalam air tanah mengikuti aliran air tanah tersebut (Sutrisno dkk., 1996).
Fenomena sampah bila tidak ditangani dengan baik akan menjadi masalah akibat bau dan lalat pada sumber air penduduk. Sampah padat terdiri dari berbagai komponen, baik bersifat organik maupun anorganik. Sampah organic adalah sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik, dan oleh karenanya tersusun oleh unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Bahan-bahan ini mudah didegradasi oleh mikroba. Sementara itu sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat didegradasi oleh mikroba. Sampah organik terdiri dari atas
daun-daunan, kayu, karton, tulang, sisa makanan ternak, sayur-sayuran, buah-buahan. Sedangkan sampah anorganik terdiri atas kaleng, plastic, besi dan logam-logam lainnya, gelas, mika atau bahan-bahan yang tidak tersusun oleh senyawa-senyawa organik.
Seiring pertambahan jumlah penduduk dan
aktivitas manusia menyebabkan sampah
bertambah banyak. Sampah terdiri dari bahan organic maupun anorganik yang dianggap tidak berfungsi lagi, sehingga umumnya sampah ini selanjutnya diperlukan sebagai barang buangan. Sampah dapat berasal dari bahan buangan rumah tangga dapat juga berasal dari buangan pabrik. Sampah dapat menyebabkan polutan sehingga menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatifnya. Masalah sampah dewasa ini memang masih menjadi persoalan yang belum terpecahkan dengan baik.
Pencemaran sumber air oleh sampah terjadi karena sampah yang dibuang dengan cara terbuka (open dumping) dan tertimbun di TPA mengalami dekomposisi oleh air hujan menghasilkan cairan lindi (leachate). Cairan lindi adalah cairan yang mengandung zat terlarut dan tersuspensi yang sangat halus sebagai hasil penguraian oleh mikroba, biasanya terdiri atas kalsium (Ca), Magnesium (Mg), natrium (Na), Kalium (K), besi (Fe), klorida (Cl), Sulfat (SO4),
posfat (PO4), seng (Zn), nikel (Ni),
karbondioksida (CO2), air (H2O) gas nitrogen
(N2), amoniak (NH3), asam sulfide (H2S), asam
organik dan gas hidrogen (H2) (Soemirat, 1999).
Cairan lindi yang ditemukan di dasar TPA sampah merembes ke arah lapisan tanah dibawahnya. Ketika cairan merembes melalui
lapisan tanah yang mendasarinya, banyak unsur kimia dan biologi yang semula ada akan dilepaskan melepaskan melalui penyaringan dan penyerapan ke lapisan tanah yang ada di sekitarnya. Cairan lindi ini dapat mengakibatkan adanya BOD yang cukup besar.
Sampah-sampah di sekitar kota Ambon
ditumpuk menjadi satu pada tempat
penampungan sampah sementara dan
selanjutnya diangkut ke TPA sampah di dusun Toisapu. Dengan adanya perubahan iklim yang ekstrim yaitu musim hujan dan musim panas, sehingga curah hujan yang sangat lebat dengan frekuensi tinggi, tidak menutup kemungkinan adanya tumpukan sampah di TPA di Dusun Toisapu ini akan menghasilkan lindi yang akan masuk ke dalam tanah dan menimbulkan sumber pencemaran di dalam tanah pada sumber air. Dengan jarak sumber air (± 1 km) dari TPA sampah dan jenis tanah yang berbatu dan karang maka sumber air tanah yang dipakai pada masyarakat di dusun Toisapu ini khususnya RT 06 perlu di lakukan penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk dan menentukan kualitas air tanah di dusun Toisapu terutama parameter kimia penting yang dapat digunakan sebagai indicator adanya pengaruh dari rembesan air lindih dari tempat pembuangan sampah. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada masyarakat di dusun Toisapu yang mengkonsumsi air tanah di sekitarnya dan sebagai masukan kepada Pemda Kota Ambon untuk mencegah terjadinya pencemaran air tanah sebagai akibat dari pengolahan sampah sistem “open dumping”.
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampel air yang diambil dari sumber air tanah yang dikonsumsi masyarakat di dusun Toisapu terutama di RT06 dan RT 07 yang terletak paling dekat dengan lokasi tempat penimbunan akhir samah. Bahan-bahan kimia yang digunakan sebagai berikut : Larutan baku amoniak, nitrit dan nitrat 100 ppm, asam sulfaminat 0,6 %, larutan penyangga asetat, larutan mangan sulfat, iodida, asam sulfat pekat, natrium tiosulfat, larutan pereaksi 1-naftilamina 0,6 %, garam Rochele 40 % dan reagen Nessler. Kadar Amoniak, Nitrit dan Nitrat ditetapkan secara spektrometri UV-VIS sedangkan kadar oksigen terlarut dan kebutuhan oksigen biologi BOD (Biological Oksigen Demand) ditetapkan secara titrimetri.
Prosedur Kerja
Penetapan amoniak, nitrit dan nitrat dimulai dengan membuat larutan standar masing masing senyawa kemudian direaksikan dengan pereaksi pewarna. Setelah ditunggu sebentar sampai terbentuknya warna yang stabil kemudian masing masing larutan standard yang telah diwarnai diukur absorbansnya dengan alat UV-VIS untuk membuat kurva kalibrasi. Untuk amoniak absorbansinya diukur pada panjang gelombang 435 nm, untuk nitrit pada panjang gelombang 520 nm, dan untuk nitrat pada panjang gelombang 410 nm. Kurva kalibrasi
masing masing senyawa dibuat antara
absorbans versus konsentrasi masing-masing larutan standar. Setelah itu diukur absorbans sampel air untuk masing-masing parameter yang ditetapkan setelah terlebih dahulu sampel air
direaksikan dengan pereaksi pewarna.
konsentrasi amoniak, nitrit dan nitrat ditetapkan
dari kurva kalibrasi yang terlebir dahulu telah ditetapkan.
Penetapan kadar oksigen terlarut dilakukan dengan cara titrasi Wingkler dengan penentuan titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna biru secara sempurna. Sedangkan nilai BOD ditetapkan dengan mengukur selisih kadar oksigen pada 0 hari dan 5 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Penentuan Amoniak
Amoniak merupakan suatu zat yang menimbulkan bau yang sangat tajam dan menusuk hidung. Jadi kehadiran bahan ini dalam air minum akan menyebabkan perubahan fisik air tersebut serta mengurangi penerimaan air ini oleh masyarakat. Kandungan amonika yang terdapat pada air di dusun Toisapu adalah 0,933 ppm. Rendahnya kadar amoniak yang terkandung di dalam air di daerah ini disebabkan karena NH3 dapat menempel pada butir-butir
tanah liat. Sesungguhnya kadar NH3 dapat
dihilangkan melalui aerasi atau reaksi dengan hipoklorit, HOCl atau kaporit hingga terbentuk kloramin atau N2 yang tidak berbahaya (Alaert,
1987) keberadaan NH3 pada air ini disebabkan
karena letak sumber air dekat dengan pemukiman rumah penduduk yang merupakan pemasok amonika ke dalam air lewat pembuangan kotoran manusia maupun hewan baik air seni maupun tinja serta pembusukan limbah organik yang terakumulasi pada lokasi tersebut. Berdasarkan standar baku mutu air minum dari Departemen Kesehatan RI, batas maksimum kadar amoniak yang diperbolehkan terdapat dalam air adalah 1,5 mg/L maka dapat berdasarkan standar ini, air minum didaerah
Toisapu sebesar 0,993 mg/L masih layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat
b. Penentuan Nitrtt
Pengujian kandungan nitrit pada sumber air di dusun Toisapu diperoleh kadar sebesar 0,486 ppm. Keberadaan nitrit di sumber air disebabkab oleh adanya kandungan amoniak dalam perairan. Kandungan nitrit yang tinggi dapat menimbulkan efek yang sama dengan nitrat yakni terbentuknya methemoglobinemia. Nitrit bersifat racun sehingga standard persyaratan kualitas air minum yang ditetapkan oleh DEPKES RI yaitu maksimum 1 mg/L. Kandungan nitrit di sumber air Toisapu yang di peroleh sebesar 0,486 ppm. Nilai ini tidak melampaui ambang batas maksimum dari standard yang ditetapkan oleh depkes sehingga masih aman untuk dikonsumsi.
c. Penentuan Nitrat
Bila dilihat dari lokasi pengambilan sampel di dusun Toisapu khususnya pada RT 06, ternyata letak jarak sumber air dengan TPA sampah kurang lebih 1 Km maka konsentrasi nitrat yang diperoleh cukup kecil adapun konsentrasi nitra rata-rata setelah dilakukan tiga kali pengulangan sebesar 0,095 ppm. Air dengan konsentrasi nitrat 67-1100 mg/L dapat mengakibatkan methemoglobinemia pada bayi yang memperoleh susu dengan menggunakan air tersebut. Kandungan nitrat nitrat yang melebihi 45 mg/L dalam air merupakan peringatan agar berhati-hati dalam penggunaan air tersebut, untuk campuran makanan atau minuman kadar nitrat yang diperbolehkan adalah 1 mg/L (Sutrisno, dkk., 1996). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada sumber air di dusun Toisapu dengan kandungan nitrat yakni
0,095 mg/L maka air pada daerah ini masih memenuhi persyaratan untuk dikonsumsi.
d. Penentuan kesadahan
Kesadahan air sangat ditentukan oleh lapisan tanah dan batuan yang dilaluinya. Jika lokasi yang dilalui adalah area yang mengandung unsure kapur maka air akan sadah, karena mengandung ion kalsium dan magnesium. Kesadahan air di dusun Toisapu berdasarkan hasil penelitian adalah sebesar 194,174 mg/L adanya kesadahan air yang tinggi di daerah ini disebabkan karena sumber air yang ada berdekatan dengan batu karang. Air yang mengandung kesadahan yang tinggi dapat mengganggu kesehatan dan menimubulkan kerak pada alat masak air. Berdasarkan nilai kesadahan air yang diperoleh menunjukan bahwa air di daerah ini masih layak untuk di konsumsi karena tingkat kesadahannnya masih di bawah ambang batas maksimal yang diperbolehkan yakni sebesar 500 mg/L.
e. Penentuan oksigen terlarut dan BOD
Kebutuhan oksigen biokimia (BOD)
merupakan salah satu parameter yang penting untuk menentukan kekuatan atau daya cemar air oleh sampah. Parameter BOD dapat digunakan untuk mengukur zat organik yang kemungkinan akan dioksidasi oleh kegiatan bakteri aerobic yang hidup dengan oksigen. Adapun nilai oksigen terlarut (DO) dan BOD dari air ini berturut-turut adalah 7,4 mg/L dan 0,9 mg/L. berdasarkan hasil tersebut air di daerah ini masih memiliki kadar BOD yang berada di bawah ambang batar yang ditetapkan yakni 6 mg/L dan dapat dikatakan bahwa air didusun Toisapu masih layak untuk dikonsumsi.
Kandungan amoniak, nitrit dan nitrat dalam air tanah bersumber dari hasil degradasi bahan organik terutama yang bersumber dari protein serta dari penggunaan pupuk urea dari kegiatan pertanian. Kandungan dari ketiga parameter tersebut dalam sampel air di lokasi penelitian relatif rendah menunjukkan bahwa belum adanya indikasi pengaruh dari hasil penguraian sampah dari kegiatan “open dumping” di wilayah tersebut yang mungkin disebabkan karena letaknya yang cukup jauh (sekitar 1 km) dan adanya system penyaringan alamiah yang cukup baik karena jenis tanah yang berupa liat dan berkapur. Dari hasil pengamatan di lokasi penelitian juga tidak terlihat kegiatan pertanian yang berarti dan petani umumnya tidak menggunakan pupuk kimia dalam kegiatan bercocok tanam.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis terhadap sumber air di dusun Toisapu maka dapat diketahui bahwa kadar amoniak 0,933 ppm, nitrit, 0,486 ppm, nitrat 0,095 ppm, kesadahan air 198,1782
mg/L dan BOD 0,9 mg/L. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kualitas air yang ada di dusun Toisapu masih memenuhi persyaratan sebagai air untuk konsumsi karena parameter kimianya masih di bawah standard maksimum yang ditentukan oleh DEPKES RI.
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Santika, S, 1987, Metode Penelitian Air, Edisi I, Penerbit Nasional, Surabaya.
Pairunan, L,1992, Analisa Kualitas Air Tambak, Skripsi FMIPA UNHAS.
Slamet Juli Soemirat, 1994, Kesehatan Lingkungan, Edisi I, Penerbit Universitas Gadja Mada, Jogjakarta.
Sudarmadji dan R.Subekti, 1997, Respon Air Tanah Terhadap Air Hujan Di Sekitar TPA Tambokboyo, Sleman.
Slamet, 1994, Kesehatan Lingkungan, UGM, Yogyakarta.
Sutrisno, C.T., Suciati, E. 1996, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rieneka Cipta, Jakarta.
Williams, H.D. and Flemming, J.,1995,
Spectroscopic Methods In Organic
Chemistry, Fifth edition, McGraw-Hill Comp.,London.