• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA A."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Kambing

Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang banyak diternakkan oleh peternak di Indonesia untuk diambil hasil utamanya seperti daging dan susu. Jenis kambing yang dipelihara di CV. Adhi Farm yaitu kambing PE dan kambing Boer.

1. Peranakan Etawa

Kambing Etawa berasal dari wilayah Jamnapari India. Kambing ini paling popular di Asia Tenggara, termasuk tipe dwiguna yaitu penghasil susu dan penghasil daging. Kambing PE merupakan persilangan antara kambing Kacang jantan dengan kambing Etawa betina yang telah terjadi beberapa puluh tahun yang lalu. Hasil persilangan ini menjadi bangsa kambing yang sudah beradaptasi dengan kondisi Indonesia. Bentuk tubuhnya berada diantara kambing Etawa dan kambing Kacang. Kambing kacang berasal dari Indonesia dan dapat ditemui juga di Malaysia, Filipina dan Thailand (Setiadi, 2006).

Ciri fisik yang dimiliki kambing PE yaitu hidung cembung, panjang telinga antara 18 - 20 cm, kondisinya menggantung ke bawah dan agak kaku. Warna bulu kambing PE hitam dan putih atau kombinasi kedua warna tersebut. Kambing jantan berbulu tebal, pada bagian bawah leher dan pundak agak panjang. Bobot badan jantan dewasa dapat mencapai 40 - 50 kg dan betina dapat mencapai 35 - 45 kg (Suparman, 2007).

Karakteristik pejantan PE yang baik digunakan sebagai calon pejantan yaitu bertubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi, kaki lurus dan kuat. Umur yang baik ketika digunakan sebagai pejantan yaitu berkisar antara 1,5 - 3 tahun. Kesehatan ternak juga sangat penting, pejantan PE harus bersih dari penyakit menular (Darmadi, 2006).

(2)

2. Boer

Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan. Namanya diambil dari kata Boer yang artinya petani. Kambing ini tergolong kambing pedaging yang sesungguhnya, karena pertumbuhannya sangat cepat. Pada umur 5 - 6 bulan sudah dapat mencapai berat 35 - 45 kg, dengan rata-rata pertambahan bobot tubuh 0,2 - 0,4 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum pakan sehari-hari (Andoko, 2013).

Kambing Boer merupakan kambing pedaging dengan pertumbuhan yang sangat cepat. Kambing ini memiliki tubuh yang lebar dan panjang. Kakinya pendek, sedangkan hidung cembung dan telinganya panjang. Bulu berwarna putih, sedangkan bulu bagian kepalanya berwarna merah kecoklatan, cokelat muda, atau cokelat tua. Warna cokelat pada bulu berfungsi untuk melindunginya dari kanker kulit. Hal ini disebabkan kambing ini sangat suka berjemur dibawah terik matahari secara langsung (Setiawan dan Farm, 2011).

Adanya pigmen di dalam kulit, rambut dan bulu memungkinkan jaringan-jaringan tubuh tersebut terlindungi dari kerusakan secara langsung oleh sinar matahari atau ultraviolet. Pigmen melanin dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang terdapat diantara sel-sel stratum basalis yang mengatur warna kulit, rambut maupun bulu yaitu eumelanin. Eumelanin berwarna coklat atau pigmen warna hitam dan melindungi kulit dari menyerap sinar UV yang berbahaya (Subronto, 1989).

Boer jantan bertubuh kokoh dan kuat. Pundaknya luas dan ke belakang dipenuhi dengan pantat yang berotot. Boer jantan dapat kawin di bulan apa saja sepanjang tahun. Mereka berbau tajam, hal ini dikarenakan untuk memikat betina. Seekor pejantan dapat aktif kawin pada umur 6 - 8 bulan, tetapi disarankan agar satu pejantan tidak mengawini lebih dari 8 - 10 betina sampai pejantan tersebut berumur satu tahun. Boer jantan dewasa (2 – 3 tahun) dapat mengawini 30 – 40 betina. Pejantan sebaiknya dipisahkan dari betina pada saat umur 3 bulan agar tidak terjadi perkawinan yang tidak

(3)

direncanakan. Kambing Boer baik dikawinkan pertama ketika berumur 15 bulan (Ridwan, 1992).

Karakteristik kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar, panjang, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, berkepala warna cokelat kemerahan atau cokelat muda hingga cokelat tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis putih dibawah wajahnya. Bulunya berwarna cokelat yang melindungi dirinya dari kanker kulit akibat sengatan sinar matahari secara langsung. Kambing ini sangat suka berjemur pada siang hari. Kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim, mulai dari suhu sangat dingin (-25oC) hingga sangat panas (43oC) dan mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan serta tahan terhadap penyakit. Mereka dapat hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung yang berbatu atau di padang rumput. Sifat alamiah mereka adalah hewan yang suka meramban sehingga lebih menyukai dedaunan dan tanaman semak daripada rumput (Ridwan, 1992).

B. Manajemen Pemeliharaan 1. Pakan

Bahan pakan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ternak, baik berupa bahan organik atau bahan anorganik yang sebagian atau keseluruhannya dapat dicerna tetapi tidak mengganggu kesehatan ternak tersebut. Sebagai contoh pakan hijauan (rumput, daun-daunan), limbah pertanian (jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, pucuk tebu), leguminusa (daun lamtoro, gliricidia, kaliandra, turi, daun kacang-kacangan) limbah industri pertanian (dedak, bekatul, pollard, onggok, bungkil) dan lain-lain (Karto, 1995).

Kambing sebagai ternak hidup lainnya membutuhkan pakan setiap harinya. Pakan tersebut digunakan untuk kebutuhan harian agar dapat hidup, untuk produksi (agar dapat menjadi besar dan gemuk serta menghasilkan air susu), kebutuhan untuk bereproduksi (kawin, bunting, beranak dan menyusui). Jumlah kebutuhan pakan tersebut bervariasi dan bergantung

(4)

pada status fisiologi ternak tersebut. Namun demikian jumlah patokan umum bahan pakan yang diperlukan adalah kurang lebih 10% dari bobot badan (Setiadi, 2006).

Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak dan daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan. Pemberian pakan pada kambing harus memenuhi beberapa kebutuhan seperti kebutuhan hidup pokok, kebutuhan untuk pertumbuhan, kebutuhan untuk reproduksi dan kebutuhan untuk laktasi (Murtidjo, 1993).

Pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan dedaunan tertentu (daun nagka, waru, pisang dan leguminosa). Seekor kambing dewasa membutuhkan sekitar 6 kg hijauan segar per hari yang diberikan 2 kali yaitu pagi dan sore, akan tetapi kambing lebih suka mencari dan memilih pakannya sendiri di alam terbuka. Kambing jantan yang sedang dalam periode memacek sebaiknya ditambahkan pakan penguat (konsentrat) kurang lebih 1 kg per hari. konsentrat yang terdiri dari campuran 1 bagian dedak dengan 1 bagian bungkil kelapa ditambahkan garam secukupnya adalah cukup baik sebagai pakan penguat. Pakan penguat tersebut diberikan sehari sekali dalam bentuk bubur yang kental (Sosroamidjojo, 1985).

Siregar (1994) mengatakan bahwa pemberian hijauan terbagi menjadi 2 macam yaitu hijauan yang diberikan dalam keadaan masih segar dan hijauan yang diberikan dalam keadaan kering atau awetan. Hijauan kering dapat berupa hay, sedangkan awetan dapat berupa silase. Murtidjo (1993) mengatakan bahwa pemberian konsentrat dilakukan sebelum pemerian pakan hijauan dengan tujuan agar mikroorganisme dalam rumen dapat mencerna pakan penguat lebih mudah dan cepat berkembangbiak populasinya, sehingga akan semakin banyak pakan yang dikonsumsi ternak.

(5)

Menurut Kartadisastra (1997), jumlah kebutuhan pakan setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting atau menyusui), kondisi tubuh (sehat atau sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur dan kelembaban udara). Dijelaskan lebih lanjut oleh Sutarma (1994), kebutuhan pakan hijauan untuk kambing sebaiknya diberikan secara ad libitum, selain itu diberi pakan tambahan berupa konsentrat sebanyak 0,5 sampai 1 Kg/hari.

2. Kandang

Membangun kandang kambing untuk pemeliharaan kambing PE seperti membangun rumah tempat tinggal manusia sehingga secara hakekat normatif harus sama. Tujuannya untuk menciptakan desain kandang bagi kambing yang akan dipelihara agar benar-benar menjadi tempat yang nyaman bagi ternak tersebut (Setiawan dan Arsa, 2005).

Habitat aslinya, kambing hidup di alam bebas. Aktifitas makan, minum dan istirahat dilakukan tanpa kontrol manusia. Setelah diusahakan oleh manusia dengan berbagai macam tujuan, maka kehidupan kambing dibawah kontrol manusia (diternakkan) termasuk dalam penyediaan kandang yang mempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Melindungi kambing dari hewan-hewan pemangsa maupun hewan pengganggu.

b. Sebagai tindakan preventif agar kambing tidak merusak tanaman dan fasilitas lain di lokasi peternakan, serta menghindari terkonsumsinya pakan yang berbahaya bagi kehidupan kambing.

c. Tempat berteduh dari panas matahari dan hujan, serta sebagai tempat beristirahat pada siang hari dan tidur pada malam hari.

d. Mempermudah peternak melakukan kontrol atau pengawasan terhadap kesehatan kambing.

e. Kotoran kambing lebih mudah dikumpulkan untuk pengolahan atau pemakaian lebih lanjut.

f. Membatasi gerak kambing yang menyita banyak energi, seperti aktivitas berlari.

(6)

g. Memberi kondisi iklim mikro yang sesuai dengan kebutuhan kambing,

sehingga mampu mencapai tingkat produksi optimal (Sodiq dan Abidin, 2003).

Kandang kambing dibedakan menjadi kandang yang langsung ke tanah dan kandang yang memiliki tangga atau disebut kandang panggung. Kandang yang langsung ke tanah dindingnya dibuat dari bambu atau kayu. Ukuran kandang untuk kambing jantan dewasa yaitu 1,25 x 1,50 m2 dan untuk kambing betina 1,00 x 1,25 m2. Dinding dibuat dari bambu yang dibelah, atau bambu bulat yang utuh berjarak 10 - 15 cm. Kandang panggung adalah kandang yang sesuai untuk kambing karena sifat ilmiah kambing yang suka melompat (Sugeng, 1990).

Sedapat mungkin bangunan kandang tunggal dibangun menghadap ke timur dan kandang ganda membujur kearah utara selatan, sehingga hal ini memungkinkan sinar pagi bisa masuk kedalam ruangan atau lantai kandang secara leluasa. Ventilasi merupakan keluar masuknya udara dari dalam dan dari luar kandang. Pengaturan ventilasi yang sempurna akan sangat berguna untuk mengeluarkan udara kotor dari dalam kandang dan menggantikan udara bersih dari luar. Atap merupakan pembatas (isolasi) bagian atas kandang dan berfungsi untuk menghindarkan dari air hujan dan terik matahari, menjaga kehangatan ternak pada waktu malam, serta menahan panas yang dihasilkan dari tubuh ternak itu sendiri. Lantai kandang sebagai batas bangunan kandang bagian bawah atau tempat berpijak atau berbaring ternak sepanjang waktu, maka pembuatan lantai kandang harus memenuhi syarat (rata, tidak licin, tidak mudah lembab, tahan injakan dan awet) (Setiadi, 2006).

3. Pemeliharaan Kambing

Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang sulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan dan daya tampung sekitar 3 - 12 ekor kambing per hektar (Williamson dan Payne, 1993). Sistem pemeliharaan secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambing yang belum disapih harus diberi persediaan

(7)

pakan memadai (Devendra dan Burn, 1994). Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20 - 30 gram per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005).

Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus atau tanpa penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor lingkungan yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak (Williamson dan Payne, 1993). Sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan dengan ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur 3 bulan sampai cukup umur untuk dikawinkan, sedangkan untuk pejantan harus dikandangkan terpisah (Devendra dan Burn, 1994). Pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara intensif bisa mencapai 100 - 150 gram per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005).

Pembersihan kandang sebaiknya dilakukan setiap hari. Tujuan dari pembersihan kandang adalah untuk mencegah berkembangnya penyakit yang disebabkan karena kotoran. Pembersihan kandang

dilakukan ketika pagi hari sebelum pemberian pakan ternak (Sosroamidjojo dan Soeradji, 1984).

Perawatan ternak yang biasa dilakukan peternak adalah memandikan ternak, membersihkan kandang 2 - 3 kali tiap minggu dan membakar sampah disekitar kandang. Pembakaran sampah dilakukan dengan tujuan untuk mengusir lalat dan nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit dari

ternak. Memandikan kambing biasa dilakukan 2 - 3 kali seminggu (Gunawan dan Affandhy, 1993).

Ternak pun perlu perawatan kuku terutama kuku bagian belakang. Apabila kuku dari kaki bagian belakang sakit, maka fungsi jantan sebagai pemacek tak berarti lagi. Lantai kandang pejantan pemacek diupayakan terbuat dari papan yang kuat agar kuku tetap bagus dan kuat (AAK, 1995).

Pejantan pemacek harus berada dalam kondidi prima dan tidak terlalu gemuk dan kurus, maka dari itu mereka diberi kebebasan untuk selalu berjalan-jalan (exercise) di suatu tempat khusus seperti di lapangan

(8)

penggembalaan. Ternak yang memperoleh kebebasan berjalan-jalan selain untuk menunjang kondisi prima, juga sangat penting untuk pembentukan kuku yang baik, rata dan kuat (AAK, 1995).

4. Kesehatan Ternak

Pengertian umum dari hewan yang sakit adalah setiap penyimpangan dari kondisi normalnya. Pengertian lebih spesifik, hewan sakit adalah suatu kondisi yang ditimbulkan oleh individu hidup atau oleh penyebab lainnya, baik yang diketahui atau tidak, yang merugikan kesehatan hewan tersebut. Hewan yang sakit dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain mekanis, termis, kekurangan nutrisi, pengaruh zat kimia, faktor keturunan dan sebagainya (Akoso, 1996).

Penyakit hewan dapat diklasifikasikan menurut agen penyebabnya yaitu sebagai berikut:

a. Mikroorganisme (bakteri, virus, protozoa dan riketsia) b. Parasit (eksternal dan internal)

c. Gangguan metabolis (termasuk kekurangan gizi) d. Jamur

e. Keracunan (tanaman, hewan beracun dan bahan makanan) f. Neoplasma (kerusakan sel atau jaringan tubuh)

g. Luka fisik

(Williamson dan Payne, 1993).

Penyakit pada ternak ruminansia kecil dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit infeksi dan penyakit noninfeksi. Penyakit infeksi terdiri dari penyakit asal virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan penyakit non-infeksi adalah penyakit oleh gangguan metabolisme dan keracunan. Penyakit asal virus yang sering ditemukan pada ternak domba dan kambing adalah orf dan bluetongue, penyakit asal bakteri adalah antraks dan salmonelosis, penyakit asal parasit adalah scabies dan cacingan, dan penyakit noninfekisius seperti kembung dan keracunan makanan. Usaha pencegahan penyakit tersebut yang paling utama adalah sistem manajemen pemeliharaan, yaitu kebersihan kandang dan pemberian pakan yang baik

(9)

disertai dengan vaksinasi, bila hewan sudah menunjukkan gejala penyakit bakterial perlu diberikan obat antibiotik, obat cacing dan obat lainnya bergantung pada gejala yang terlihat (Darmono dan Hardiman, 2011).

Sumber-sumber penyakit sebagian besar berasal dari bakteri atau virus yang mampu ditanggulangi dengan melakukan penyemprotan dengan desinfektan. Manajemen kesehatan ternak dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian faktor-faktor produksi melalui optimalisasi sumber daya yang dimilikinya agar produktivitas ternak dapat dioptimalkan. Kesehatan ternak dapat dioptimalkan, sehingga produk hasil ternak memiliki kualitas kesehatan sesuai dengan standar yang ditentukan. Manajemen kesehatan ternak harus melalui proses dan cara yang sistematis untuk melaksanakan usaha di bidang peternakan (FAO, 2004).

Biosekuriti adalah upaya mengurangi resiko penularan penyakit dari manusia atau hewan lain ke ternak, seperti pemilik kandang, tetangga, serta pengunjung. Resiko yang disebabkan oleh binatang, baik binatang liar atau binatang piaran, serta resiko yang disebabkan oleh benda-benda, baik benda organik maupun anorganik. Resiko-resiko yang harus dihindari adalah jalan masuknya bibit penyakit ke peternakan dikenal dengan akronim PATIO (people, animal, things inorganik and organik) (Jubbs dan Dharma, 2009).

Kasus parasit pada ternak sangat merugikan. Kutu yang menempel pada tubuh ternak selain menghisap darah dan menyebabkan gangguan pada kulit, juga dapat mengganggu kesehatan ternak. Kasus ektoparasit apabila tidak ditangani segera akan cepat menular pada ternak lainnya sehingga diperlukan penanganan yang tepat (Retnani dan Hadi, 2007).

Penjagaan kesehatan ternak dari serangan eksternal parasit biasanya dilakukan dengan pencelupan atau spraying. Pencelupan (dipping) merupakan tindakan menyelamatkan ternak secara mekanis ataupun manual.

Dipping dan spraying dilakukan menggunakan zat kimia tertentu yang

(10)

Penanganan luka pada tubuh ternak, sebelum dibalut hendaknya luka dibersihkan dari kotoran yang melekat. Pencucian dilakukan dengan air hangat yang dicampur dengan kapur atau desinfektan. Setelah luka menjadi bersih, kemudian dilumuri salep hewan atau sulfanilamide untuk luka bernanah, untuk luka baru bisa diberikan powder antibiotika atau yodium (Murtidjo, 1993).

Hewan yang terserang suatu penyakit infeksi, tubuhnya dapat mengembangkan kemampuan untuk bertahan. Daya kebal hewan terhadap penyakit sangat bervariasi, apabila hewan dapat menahan penyakit tanpa vaksin terhadap penyakit tersebut, kekebalannya disebut kekebalan alami. Hewan yang kekebalannya berasal dari vaksin yang diberikan terhadap penyakit tertentu, maka kekebalannya disebut kekebalan buatan (Akoso, 1996).

Konsumsi pakan menurun, maka kekebalan tubuh akan menurun, sehingga berakibat ternak mudah sakit. Cara yang dapat dilakukan untuk menjaga stamina dan nafsu makan salah satunya dengan memberi vitamin B komplek pada ternak dengan dosis yang sesuai. Pemberian dapat melalui pakan atau injeksi intramuscular (Wiryawan, 2007).

Kuku yang panjang menyebabkan kambing sulit berjalan dan membuat kesulitan kambing jantan dalam mengawini betina. Kuku yang panjang juga mudah patah yang bisa menimbulkan luka dan infeksi. Oleh karena itu kuku kambing harus dipotong secara rutin dan kotoran yang ada di sela-sela

kukunya dibersihkan paling sedikit setiap 2 bulan sekali (Sodiq dan Abidin, 2003).

5. Limbah

Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat, cair, maupun gas. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair (air seni atau urine, air bekas

(11)

pencucian alat dan air bekas memandikan ternak). Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas (Soehadji, 1992).

Limbah ternak yang berpotensi sebagai sumber pupuk organik adalah kambing Etawa dan domba. Limbah ternak kambing berupa feses dan urin mengandung kalium relatif lebih tinggi dari limbah ternak lain. Feses kambing mengandung N dan K dua kali lebih besar daripada kotoran sapi (BPT, 2003). Feses kambing mengandung P lebih tinggi daripada urin (Hardjowigeno, 2003). Selain itu dalam urin kambing Etawa juga mengandung hormon alami golongan IAA, giberelin dan sitokinin lebih tinggi daripada urin ternak lain (Prawoto dan Suprijadji, 1992). Limbah kambing Etawa diolah menjadi pupuk organik cair (POC) untuk mengurangi limbah dan mengurangi biaya produksi pertanian akibat pembelian pupuk anorganik pabrik. Pupuk organik cair lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-unsur sudah terurai dan jumlah tidak terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa (Pancapalaga, 2011).

Mahida (1992), menjelaskan bahwa limbah merupakan komponen penyebab pencemaran yang terdiri dari zat yang tidak mempunyai manfaat lagi bagi masyarakat. Pencegahan pencemaran atau untuk memanfaatkan kembali diperlukan biaya dan teknologi. Perlu dilakukan suatu penanganan yang serius terhadap limbah itu sendiri agar dapat dimanfaatkan.

Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, terlebih limbah tersebut dapat diperbarui selama ada ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrien (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba dan zat-zat lain (unidentified substances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak, pupuk organik, energi dan media untuk tujuan tertentu (Sihombing, 2000).

Kompos telah dipergunakan secara luas selama ratusan tahun dalam menangani limbah pertanian, sekaligus sebagai pupuk alami tanaman. Pengaruh penggunaan kompos terhadap sifat kimiawi tanah terutama adalah

(12)

kandungan humus dalam kompos yang mengandung unsur-unsur makro bagi tanah seperti N, P dan K serta unsur-unsur mikro seperti Ca, Mg, Mn, Cu, Fe, Na dan Zn. Humus yang menjadi asam humat atau asam-asam lain dapat melarutkan Fe dan Al sehingga fosfat tersedia dalam keadaan bebas. Selain itu, humus merupakan penyangga kation yang dapat mempertahankan unsur-unsur hara sebagai bahan makanan untuk tanaman. Kompos juga berfungsi sebagai pemasok makanan untuk mikroorganisme seperti bakteri, kapang, actinomycete dan protozoa, sehingga dapat meningkatkan dan mempercepat proses dekomposisi bahan organik (Sarief, 1986).

Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Manan (2006), di alam nitrogen ditemukan di atmosfer bumi (78% volume) sebagai gas diatom dengan rumus molekul N2 , tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak apat terbakar, sangat sedikit larut dalam air dan bersifat tidak reaktif kecuali pada suhu tinggi. Dalam keadaan cair, nitrogen diperoleh secara komersial melalui distilasi bertingkat udara cair. Kegunaan unsur N adalah untuk pembuatan amoniak (proses Haber).

C. Pemasaran

Pemasaran dapat diartikan sebagai sistem secara keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang serta jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli, baik riil maupun yang potensial. Kegiatan pemasaran merupakan ujung tombak dari budidaya ternak kambing atau domba. Budidaya ternak kambing atau domba tidak akan berarti, apabila kegiatan produksi tidak didukung oleh kegiatan pemasaran yang baik. Kegiatan pemasaran mencakup beberapa hal, antara lain informasi pasar, pengangkutan, promosi dan penjualan (Sutama dan Budiarsana, 2011).

Pemasaran merupakan salah satu usaha untuk menjual produk sehingga mendapatkan hasil. Penjualan ternak bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan menjual langsung pada pembelinya, dengan cara ini seluruh nilai jual

(13)

akan diterima oleh peternak. Menjual melalui pasar ternak, dengan cara ini peternak harus memperhitungkan biaya transportasi dan pekerjaan lain yang ditinggalkan. Menjual melalui pedagang perantara, dengan cara ini peternak harus menyisihkan sebagian penerimaan harga jual ternak untuk pedagang perantara. Menjual ternak karena kebtuhan mendesak, cara ini paling merugikan karena harus menerima harga jual dibawah harga pasaran umum (Murtidjo, 1993).

D. Analisis Usaha 1. Output Input

Besarnya pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak maka harus ada keseimbangan antara penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan suatu alat analisis yaitu π = TR – TB dimana π adalah pendapatan (keuntungan), TR adalah Total Revenue atau total penerimaan adalah pendapatan (keuntungan), TR adalah total revenue atau total penerimaan peternak dan TC adalah total cost atau total biaya-biaya. Melakukan pemisahan biaya dan penerimaan terlebih dahulu sebelum menggunakan alat analisis (Hoddi, 2011).

Keuntungan yang diperoleh petani merupakan hasil dari penjualan ternak sapi potong dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa produksi. Setiap akhir panen petani akan menghitung hasil bruto yang diperolehnya. Hasil itu harus dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya. Biaya tersebut dikurangkan barulah petani memperoleh apa yang disebut dengan hasil bersih atau keuntungan (Daniel, 2002).

2. Benefit Cost Ratio

Cost Benefit Analysis (CBA) menurut Apriliya (2006) adalah cara untuk

menentukan apakah hasil yang menguntungkan dari sebuah alternatif, akan cukup untuk dijadikan alasan dalam menentukan biaya pengambilan alternatif. Analisa ini telah dipakai secara luas dalam hubungannya dengan proyek pengeluaran modal. Khususnya untuk dunia teknologi informasi, CBA adalah suatu teknik yang paling umum untuk menghitung biaya (cost) dan keuntungan/manfaat (benefit) dalam suatu proyek teknologi informasi.

(14)

BCR analisis merupakan metode untuk membandingkan manfaat (benefit) dan dana yang dibutuhkan (cost). Metode ini dapat digunakan untuk menentukan keputusan dalam memilih beberapa alternatif, termasuk perlu layak atau tidaknya memilih investasi yang lebih besar dengan pemasukan lebih besar (analisis incremental). Metode ini juga dapat diterapkan pada proyek dengan jangka waktu akhir yang tidak ditentukan, serta memiliki kemampuan analisis incremental yang baik. Faktor-faktor dalam metode analisis ini menjadikan BCR analisis sering digunakan pada analisis untuk pemilihan opsi di bidang infrastruktur (Akbary, 2004).

Umumnya metode BCR digunakan pada tahap awal evaluasi perencanaan investasi sebagai analisis tambahan dalam rangka validasi hasil evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lain. Metode ini sangat bermanfaat untuk evaluasi proyek pemerintah yang berdampak langsung kepada masyarakat banyak (public government project), baik dampak positif maupun dampak negatif. Metode ini memberi penekanan terhadap ratio antara aspek manfaat (benefit) dengan aspek biaya (cost) yang ditanggung akibat adanya investasi tersebut (Zacoeb, 2014).

BCR adalah perbandingan antara present value yang dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif (Kadariah et

al, 1986). Jika BCR >1, maka proyek tersebut layak untuk diusahakan

karena setiap pengeluaran sebanyak Rp 1 maka akan menghasilkan manfaat sebanyak Rp 1. Jika BCR < 1 maka proyek tersebut tidak layak untuk diusahakan karena setiap Pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari pengeluaran.

3. Payback Period of Credit

Metode PPC adalah salah satu metode pemilihan proyek yang sederhana dan mudah diterapkan. PPC menunjukkan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal yang digunakan pada investasi awal. PPC tersebut lebih pendek dari umur investasi, maka usaha tersebut menguntungkan sehingga layak untuk dijalankan, namun apabila

(15)

PPC tersebut lebih panjang dari umur investasi maka usaha tersebut tidak layak dijalankan (Husnan dan Suwarsono, 2005).

PPC adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash in flows) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis PPC dalam studi kelayakan perlu juga diperhitungkan. Tujuan studi kelayakan untuk mengetahui berapa lama proyek atau usaha yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi (Ibrahim, 2009).

4. Break Even Point

Analisis titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan beroperasi dengan kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Analisis ini dapat mengetahui kondisi industri yang mampu menjual produknya dengan jumlah tertentu. Industri tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba atau impas (Kasmir, 2010).

Analisis BEP sangat bermanfaat untuk merencanakan laba operasi dan volume penjualan suatu perusahaan. Mengetahui informasi besarnya hasil titik impas yang dicapai, maka industri dapat melakukan kebijakan. Kebijakan yang dilakukan yaitu menentukan berapa jumlah produk yang harus dijual (budget sales), harga jualnya (sales price) apabila indutri menginginkan laba tertentu dan dapat meminimalkan kerugian yang akan terjadi (Retno, 2011).

Analisis break even point adalah suatu alat atau teknik yang digunakan oleh manajemen untuk mengetahui tingkat penjualan tertentu perusahaan sehingga tidak mengalami laba dan tidak pula mengalami kerugian. Impas adalah suatu keadaan perusahaan dimana total penghasilan sama dengan total biaya. Keadaaan impas perusahaan dapat terjadi apabila hasil penjualan hanya cukup untuk menutupi biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan ketika memproduksi suatu produk (Supriyono, 2000).

(16)

5. Rentabilitas

Rentabilitas adalah perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Kata lain rentabilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Masalah rentabilitas adalah lebih penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan atau koperasi telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lainnya ialah menghitung rentabilitasnya (Riyanto, 2001).

6. Asset Turn Over

ATO menggambarkan rasio perputaran total aktiva dipergunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva yang dimiliki guna menghasilkan penjualan tertentu. Asset harus dikelola dengan baik yaitu dapat digunakan seefektif dan seefisien mungkin dalam menghasilkan laba. Perputaran aktiva yang tinggi menunjukkan

return on asset yang baik. Aktiva digunakan semakin efektif maka

penjualan yang ada juga semakin meningkat (Brigham dan Houston, 2001).

7. Earning Before Interest and Tax

Laba sebelum dikurangi pajak biasa disebut dengan EBIT. Laba sebelum dikurangi pajak merupakan laba operasi ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa. Bagi pihakpihak tertentu terutama dalam hal pajak, angka ini adalah yang terpenting karena jumlah ini menyatakan laba yang pada akhirnya dicapai perusahaan (Suwardjono, 2003).

8. Profit Margin

Jenis-jenis profit margin ada 3, yaitu groos profit margin ratio, net

profit margin ratio dan operating profit ratio margin. Ratio gross profit margin mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai

setiap rupiah penjualan, atau bila ratio ini dikurangkan terhadap angka 100% maka akan menunjukan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya

(17)

operasi dan laba bersih. Besar kecilnya rasio profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expenses). Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan, sehingga ratio yang tinggi menunjukan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil (Munawir, 2001).

Profit margin ratio menurut Riyanto (2001) adalah perbandingan antara net operating income dengan net sales. Dengan kata lain dapatlah dikatakan

bahwa profit margin ratio adalah selisih antara net sales dengan operating

expenses ( harga pokok penjualan + biaya adminitrasi ditambah biaya

umum), selisih mana dinyatakan dalam persentase dari net sales. Gross

margin ratio adalah merupakan ratio atau perimbangan antara gross profit

(laba kotor) yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama (Munawir, 2001).

Profit margin ratio menurut pendapat Hariyadi (2002), merupakan

ukuran kemampuan manajemen untuk mengendalikan biaya operasional dalam hubungannya dengan penjualan. Makin rendah biaya operasi per rupiah penjualan, makin tinggi margin yang diperoleh. Profit margin ratio dapat pula menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menetapkan harga jual suatu produk, relatif terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan untuk meghasilkan produk tersebut.

9. Return On Investment

ROI adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009). ROI merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Syarat-syarat suatu senyawa dapat digunakan sebagai baku internal adalah: terpisah dengan baik dari senyawa yang dituju atau puncak-puncak lain; mempunyai waktu retensi yang

Di antara sosial dan arsitektur dimana bangunan yang didesain oleh manusia, secara sadar atau tidak sadar, mempengaruhi pola perilaku manusia yang hidup di dalam arsitektur

Dari penjelasan yang telah diuraikan, maka penelitian ini akan dilakukan untuk menjelaskan keterkaitan antara pengembangan produk dan layanan electronic channel

sinkronisasi kegiatan statistik yang diselenggarakan pemerintah dan swasta, dalam kerangka Sistem Statistik Nasional (SSN) yang efektif dan efisien. Strategi ini

Dengan demikian pada level tiga tersebut akan diperoleh sejumlah angka indeks konsistensi yang banyaknya sama dengan unsur-unsur dalam level dua. Langkah selanjutnya adalah

DARUSSALAM 1990.. Us£he untuk r.cneiptalwn kebersihan ling lwngan hidup. p ortisipDSi semua wa.rgn o8.syera!tat un - tuk nendukung pro~rem tersebut. Penelitian lni

Pembelajaran berlangsung di dalam kelas, maka siswa perlu dirangsang agar tumbuh motivasi dalam dirinya sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan