• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian maka pengembangan kompetensi yang. diharapkan ini mengacu pada jawaban responden akan berbagai hal yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 6 PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian maka pengembangan kompetensi yang. diharapkan ini mengacu pada jawaban responden akan berbagai hal yang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

108 BAB 6 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian maka pengembangan kompetensi yang diharapkan ini mengacu pada jawaban responden akan berbagai hal yang menyangkut pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada 3 aspek yang diperoleh siswa didik yaitu pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan. Pada era persaingan pasar bebas yang akan datang yang lebih diharapkan adalah tersedianya sumber daya manusia yang tidak hanya unggul dari sisi pengetahuan namun juga unggul dalam ketrampilan dan kemampuannya. Masing-masing sumber daya manusia tersebut harus mempunyai keunggulan bersaing tertentu atau mempunyai keahlian tertentu dalam konteks umum dikenal dengan istilah spesialis bahkan perlu dikembangkan SDM yang mempunyai keahlian super spesialis.

Pondok pesantren sebagai basis penciptaam generasi muda dengan pola pengajaran yang khas merupakan salah satu sistem pendidikan yang punya peluang yang cukup besar untuk menciptakan SDM dengan 3 kompetensi utama. Dalam sistem pondok pesantren dikembangkan hal-hal berikut :

1. Pengetahuan agama

Pengetahuan agama diberikan kepada santri pondok diharapkan sebagai landasan mental spiritual yang akan mampu menjadi fliter atau penyaring terhadap budaya-budaya yang tidak produktif dan justru menjerumuskan generasi muda. Salah satu contoh budaya global yang sering menjangkiti

(2)

generasi muda adalah budaya narkoba, minum-minuman keras, budaya hedonis. Generasi mudah yang sudah terjangkiti penyakit tersebut dapat dipastikan tidak akan dapat berbuat lebih banyak untuk masa depan baik dirinya, lingkungan maupun bangsanya. Dengan adanya fondasi yang kokoh dari agama diharapkan generasi muda mampu untuk memilih dan memilah sesuatu yang dilarang dan merugikan untuk kehidupan dirinya.

2. Pengetahuan Umum

Disamping pengetahuan agama santri pondok juga dibekali pengetahuan umum. Bekal pengetahuan umum ini berfungsi sebagai upaya untuk membaca fenomena alam dan sekaligus dapat berkreasi sesuai dengan bekal pengetahuan yang dimiliki untuk selanjutnya memanfaatkan, mengolah alam atau hasil alam menjadi sesuatu yang produktif dalam konteks kemakmuran. Tanpa adanya bekal ilmu pengetahuan maka santri tidak dapat memanfaatkan alam atau mengolahnya. Perlunya bekal ilmu pengetahuan ini sendiri merupakan implementasi dari tauladan Nabi dan perintah agama. Dalam ilmu agama juga sangat dianjurkan untuk memahami pengetahuan alam atau dalam bahasa agama membaca ayat kauniyah. Keseimbangan antara bekal agama dan bekal pengetahuan kauniyah ini diharapkan santri dapat menjadi pemimpin atau panutan dalam segala tingkah laku dan perbuatannya.

3. Ketrampilan

Meskipun santri sudah memiliki pengetahuan agama dan umum namun tidak memiliki ketampilan maka sangat besar kemungkinkan tidak dapat berkreasi. Dengan adanya bekal ketrampilan santri dapat berkarya, menciptakan segala

(3)

sesuatu, atau memanfaatkan segala sesuatu sesuai dengan minatnya. Ketrampilan yang dikembangkan dengan baik menjadi sarana mereka untuk lebih mandiri dan mampu menciptakan pekerjaan.

4. Kemampuan

Bekal pengetahuan baik agama dan pengetahuan umum, ketrampilan saja tidak cukup untuk dapat menjadi pemimpin atau pemenang dalam persaingan. Santri perlu juga dibekali dengan kemampuan. Kemampuan tersebut terdiri dari berbagai aspek baik manajerial, marketing, bisnis, kepemimpinan. Sarana untuk mewujudkan hal itu semua adalah dengan memberikan sarana berlatih, penggemblengan riil dan terjun secara langsung dalam wadah yang nyata.

Pengembangan kompetensi Pondok Pesantren sangat penting sebab Pondok Pesantren sendiri merupakan sebuah sistem pendidikan mandiri yang dapat mencetak santri-santri kompeten, disamping itu pengaruh yang cukup besar pondok pesantren terhadap lingkungan di sekitarnya. Apabila pondok pesantren dapat mengembangkan kemampuan santri maka hal ini dapat mengangkat masyarakat sekitar pondok menjadi lebih baik. Kompetensi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang meliputi tiga aspek yaitu agama, pengetahuan umum, ketrampilan wirausaha dan kemampuan menyeluruh atas ketiga hal tersebut menjadi sebuah motor penggerak bagi masyarakat sekitarnya.

Sebagai gambaran data terakhir Departemen Agama tahun 2001 menunjukan jumlah pesantren seluruh Indonesia sudah mencapai 11.312 buah dengan santri sebanyak 2.737.805 orang. pesantren merupakan lembaga pendidikan swasta yang sangat mandiri dan sejatinya merupakan praktek

(4)

pendidikan berbasis masyarakat (community based education). Hampir 100% pendidikan yang berada atau di laksanakan di pesantren adalah milik swasta dan berstatus swasta. Cukup banyak jumlah pesantren dengan beragam corak ini selayaknya menjadi catatan pemerintah terutama dalam rangka realisasi gerakan pendidikian untuk semua (education for all). keberadaan pesantren yang menyebar dan meluas di pedesaan (sekitar 8.829 atau 78,05%) bisa di jadikan sebagai basis gerakan pemberantas buta huruf, akselerasi program wajib belajar, dus bisa meningkatkan HDI (Human Development Indext) Indonesia di mata dunia yang saat ini anjlok, jauh berada di negara-negara tetangga Asia.

Sedangkan berdasarkan hasil penelitian mengenai profil pesantren di Jawa Timur tahun 1997 terungkap bahwa pesantren yang tersebar di Jawa Timur berjumlah sekitar 2.772 pesantren dengan jumlah santri 626.081 santri yang terdiri dari santri putra 347.938 orang dan santri putri 278.143 orang. (PKSK dan Pemerintah Dati II Jawa Timur, 1997). Jika masing-masing Pondok pesantren tersebut mengembangkan kemampuan santri dengan mengkaitkan ketiga aspek ditambah dengan kemampuan wirausaha maka basis perekonomian Jawa Timur menjadi kokoh dan langsung berefek pada masyarakat sekitarnya. Kondisi yang sama juga berlaku untuk seluruh pesantren di Indonesia.

Gambaran upaya-upaya model pendidikan berbasis kompetensi ini berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan model yang dapat dikembangkan dengan asumsi pengembangan model berdasarkan harapan responden atas nilai yang sering muncul atau modus pada nilai yang diharapkan atau nilai yang sangat

(5)

diharapkan. Berikut adalah hal-hal yang perlu dikembangkan pada masing-masing aspek :

6.1 Metode Pembelajaran

Pengembangan model dari metode pembelajaran ini dirangkum dari jawaban responden. Metode yang diharapkan untuk dikembangkan adalah sistem pengajaran Pondok yang menggabungkan model sistem pendidikan klasik dan modern. Sistem pendidikan klasik yang dimaksud adalah model pendidikan yang masih mempertahankan model tradisional dan konvensional dengan membatasi diri pada pengajaran kitab-kitab klasik dan pembinaan moral keagamaan semata. Sedangkan model modern metode pendidikannya dengan menciptakan model pendidikan modern yang tidak lagi terpaku pada metode pembelajaran klasik (wetonan, bandongan)dan materi-materi kitab kuning. Tetapi semua didesain berdasarkan system pendidikan modern.

Metode pembelajaran khas pesantren seperti bandongan dan sorogan merefleksikan upaya pesantren melakukan pembelajaran yang menekankan kualitas pengusaan materi. Hal lain yang memungkinkan pesantren melaksanakan model pendidikan tuntas adalah model pembentukan kepribadian. Di pesantren santri tidak dididik aspek kognitif saja, melainkan sekaligus afektif dan psikomotoriknya. Latihan-latihan spritual dan hormat kepada guru sangat ditekankan. Santri juga didorong untuk mencontoh prilaku kyainya sebagai tokoh panutan. Selain itu santri juga dilatih untuk mandiri baik dalam belajar maupun dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dalam waktu 24 jam kyai dan ustadz

(6)

memantau dan mengarahkan seluruh aktifitas santri sesuai dengan ideal-ideal moral keagamaan yang dikembangkan di pesantren.

Pengembangan Metode klasikal, salah satu bentuknya adalah pengembangan model pendidikan formal (sekolah), mulai tingkat SD sampai perguruan tinggi., di lingkungan pesantren dengan menawarkan perpaduan kurikulum keagamaan dan umum serta perangkat ketrampilan teknologis yang dirancangbangun secara sitematik-integratik. Tawaran berbagao model pendidikan mulai dari SD unggulan, Madrasah Aliyah program Khusus (MAPK), SLTP dan SMA Plus yang dikembangkan pesantrencukup kompetitif dalam menarik minat masyarakat luas. Sebab, ada semacam jaminan keunggulan out put yang siap bersaing dalam berbagai sector kehidupan social.

Disamping model pembelajaran klasikal, dikembangkan juga metode pelatihan yang menekankan pada kemampuan psikomotorik. Pelatihan yang dikembangkan adalah menumbuhkan kemampuan praktis seperti, pelatihan pertukangan, perkebunan, perikanan dan kerajinan-kerajinan yang mendukung terciptanya kemandirian integrative.

Metode yang lain adalah dengan pelibatan pada wirausaha di unit-unit usaha yang dikembangkan pondok. Kemandirian dengan unit usaha ini penting agar pondok dapat terus berkembang dengan melengkapi sarana dan prasarana yang ada disamping itu diharapkan santri tidak dibebani dengan pembiayaan yang berlebih, atau bahkan gratis. Metode penyampaian materi dengan sistem keteladanan pengajar/ustad atau kyai merupakan sistem pengajaran yang sangat sesuai dengan pola pengajaran quantum learning, bahwa mengajar dengan

(7)

menggabungkan kemampuan visual dan audio dapat lebih menancap dalam benak siswa atau santri. Disamping itu dengan keteladanan maka siswa dapat lebih mengetahui bentuk praktek, lebih mendalam pemahamannya dan bagi guru sendiri akan menjadi lebih dihormati dan dihargai karena menyampaikan segala sesuatu yang sudah dilakukan yang tidak sekedar diutarakan.

Tabel 6.1. Pengembangan Metode Pembelajaran Pendidikan Berbasis Kompetensi

No. Model dikembangkan

1. Penyampaian materi dengan metode sorogan atau layanan Individu (individu learning process)

2. Penyampaian materi dengan metode wetonan/ bandongan atau layanan kolektif (colectife learning process)

3. Pengembangan metode pembelajaran dengan system klasikal 4. Penyampaian materi dengan metode Diskusi

5. Metode Penugasan pada setiap santri

6. Metode pembelajaran dengan memberikan Pelatihan

7. Metode magang pada perusahaan atau unit Usaha untuk mendalami wirausaha

8. Metode Pelibatan santri pada Organisasi

9. Metode Pelibatan santri untuk menangani Wirausaha atau bisnis yang dijalankan pondok

10. Metode pengajaran dengan keteladanan dari ustadz atau kyai

6.2 Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan unsur penunjang bagi tercapainya keberhasilan pendidikan. media yang lengkap dapat menjadi alat untuk santri atau siswa belajar lebih kongkrit dan dapat lebih mengembangkan ketrampilannya.

(8)

Sarana pertama yang mutlak dipenuhi adalah kelengkapan buku-buku pelajaran. Semakin lengkap buku pelajaran maka semakin dapat membantu santri mempelajari materi dengan baik. Disamping kelengkapan buku hal lain yang penting adalah keberadaaan dan kelengkapan buku di perpustakaan. Karena kelengkapan buku di perpustakaan adalah sebagai sarana yang menjadikan santri atau siswa mengetahui wawasan yang lebih luas. Jika setiap santri dapat memanfaatkan sarana kelengkapan buku di perpustakaan maka dapat dipastikan mereka akan memiliki pengetahuan yang lebih luas.

Pengembangan media pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah adanya laboratorium mikrousaha. Laboratorium mikrousaha ini penting sebagai sarana berlatih untuk meningkatkan kemampuan santri akan sebuah usaha dan menjadi praktek pertama bagi para santri sebelum melakukan kegiatan usaha yang sesungguhnya. Selama ini laboratorium mikrousaha hanya dimiliki lembaga pendidikan perguruan tinggi. Namun pihak pesantren dapat melakukannya disesuaikan dengan potensi yang dimiliki masing-masing pesantren. Bagi pesantren yang mempunyai kemampuan di bidang pertanian maka laboratorium yang perlu dikembangkan adalah laboratorium yang terkait dengan bidang usaha pertanian, sedangkan apabila potensi yang dimiliki adalah bidang keuangan maka yang perlu dikembangkan adalah laboratorium yang menangani bidang keuangan baik itu dalam bentuk BPR (Bank Perkreditan Rakyat) seperti yang dimiliki Ponpes Sidogiri, Daarut Tauhiid, ataupun dalam bentuk Supermarket seperti Pesantren Hidayatullah dan Daarut Tauhiid.

(9)

Tabel 6.2. Pengembangan Media Pembelajaran

No. Model yang dikembangkan

1. Kelengkapan kitab dan modul serta buku penunjang di Perpustakaan 2. Penambahan Fasilitas komputer

3. Penambahan Fasilitas internet

4. Penambahan Laboratorium iptek dan mikro wirausaha 5. Penambahan Fasilitas praktek ketrampilan

6.3. Materi

Demikian pula dari segi materi pendidikan telah terjadi perkembangan, kalau semula hanya belajar ilmu pengetahuan agama kemudian juga mengadopsi pelajaran umum dan teknologi, dengan begitu telah terintegrasi ilmu agama dan umum, karena bagaimanapun teknologi dapat membantu pengamalan beragama. Bila upaya integrasi ini dapat berhasil, diharapkan tidak ada lagi kesan dikhotomi antara pendidikan agama dan umum.

Pemaduan konsep ini dimaksudkan agar dapat diserap nilai-nilai agama yang kontektual dalam prilaku santri, sebagai wujud penghayatan terhadap keagungan Allah Swt.

Disamping itu materi yang diharapkan dapat dikembangkan adalah materi ketrampilan siswa. Sedangkan materi kurikulum yang dapat dikembangkan integrated Curriculum yaitu perpaduan antara materi kurikulum yang telah diteapkan secara nasional ditambahah dengan pengembangan kurikulum mandiri pondok pesantren. Masing-masing Pondok mempunyai stressing pengembangan

(10)

materi untuk membentuk karakter santri sesuai dengan visi dan misi Pondok. Materi pengembangan bagi kompetensi pendidikan di Pondok juga dapat ditingkatkan dengan fasilitas komputer, internet, laboratorium mikro wirausaha, praktek-praktek ketrampilan. Adanya laborotoium mikro pondok dapat menjadi ajang santri untuk berwirausaha dan berkarya. Laboratorium ini juga sebagai sarana untuk meningkatkan ketrampilan siswa untuk memasarkan, meningkatkan sense santri sebagai tenaga marketing, dan mengelola usaha. Namun yang perlu digaris bawahi adalah pemanfaatan potensi alam, sebab Indonesia merupakan negara dengan potensi alam yang sangat berlimpah. Jika santri yang berjumlah ratusan ribu dapat mengembangkan basis perekonomian baik dari sektor pertanian, perikanan, perkebunan.

Tabel 6.3. Pengembangan Materi Pembelajaran Berbasis Kompetensi

No. Model yang dikembangkan

1. Pemberian materi ketrampilan di Pondok Pesantren

2. Pengembangan Kurikulum Terpadu (Integreted curriculum) 3. Pengembangan materi peningkatan imam dan taqwa (Imtaq) 4. Pengembangan materi pengusaan teknologi informasi 5. Pengembangan materi kewirausahaan

6.4. Pendidik/Guru/Ustadz/Ustadzah

Kompetensi guru merupakan hal yang mutlak dimiliki oleh sebuah lembaga pendidikan Ditengah persaingan mutu pendidikan secara nasional, menjadi kebutuhan mendesak bahwa penyelenggaraan pendidikan pesantren harus

(11)

didukung oleh tersedianya guru secara memadai baik secara kualitatif (professional) dan kuantitatif (Proporsional). Hal ini ditunjukkan oleh penguasaan para guru di pesantren tidak saja terhadap isi bahan pelajaran yang diajarkan tetapi juga teknik-teknik mengajar baru yang lebih baik. Dalam kaitan inilah peran guru sangat dominan, karena itu tuntutan professionalisme guru makin dibutuhkan.

Menyadari akan pentingnya dua hal diatas, diharapkan kepada para pengasuh/pemimpin pesantren untuk mengupayakan peningkatan kualitas para gurunya dengan pendekatan dan cara-cara yang cocok di pesantren. Ada beberapa pendekatan peningkatan mutu guru yang mungkin sesuai untuk dikembangkan di pesantren demi memenuhi kebutuhan tersebut. Diantaranya melalui restrukturisasi guru, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan mengajar guru, serta manajemen pelatihan guru melalui teknik-teknik team teaching, mentoring dan coaching.

Yang dimaksud dengan restrukturisasi guru pesantren adalah pendayagunaan guru sesuai keperluan lembaga agar mampu bertanggungjawab melaksanakan visi, misi dan tujuan pesantren yang telah ditetapkan secara efektif. Dalam system persekolahan modern, fungsi ini dilakukan oleh pemimpin lembaga secara ketat dengan melakukan spesialisasi tugas guru dan staf lain. Sebaliknya, di dunia pesantren fungsi tersebut dapat dilakukan secara fleksibel, dimana untuk meningkatkan fungsi layanan pendidikan pesantren, pengasuh pesantren tidak harus membuat spesialisasi ketat dalam pemberian tugas kepada guru atau staf lain.

Pendekatan restrukturisasi guru pesantren secara longgar merupakan konsekuensi logis dari pola manajemen pesantren yang sederhana, tradisional.

(12)

Biasanya tampilnya seorang guru di pesantren lebih didorong oleh pengabdian seorang guru untuk mengamalkan ilmu yang telah dimiliki. Mengingat guru ini tidak menuntut gaji yang maksimal, bahkan banyak diantara mereka tidak meminta gaji sepeserpun. Keadaan demikian sering menimbulkan dilemma untuk meningkatkan professionalisme guru pesantren. Akhirnya kinerja mereka sering terkesan tidak optimal.

Melalui aktualisasi nilai-nilai pesantren yang ada, restrukturisasi guru dapat diwujudkan dengan memberi kesempatan kepada guru untuk terlibat dalam penyusunan dan pelaksanaan program-program pendidikan dan pengajaran di dalamnya. Dengan melibatkan mereka, pengasuh pesantren akan lebih mudah mendapat masukan untuk membuat kebijakan pendidikan dan pengajaran. Tentu pelibatan guru dalam kegaiatan tersebut didasarkan kepada kompetensi yang dibutuhkan; tugas pokok guru pesantren adalah mengajar dan melaksanakan kurikulum sesuai prioritas, rencana dan sumber-sumber yang tersedia.

Kemampuan pendidikan merupakan hal yang mutlak dimiliki oleh sebuah institusi pengajaran.

Tabel 6.3. Pengembangan Pendidik/guru

No. Model yang dikembangkan

1. Pengembangan kompetensi guru untuk mampu menyampaikan materi 2. Pengembangan guru untuk mempunyai keahlian dan ketrampilan khusus 3. Pengembangan guru untuk memiliki integritas moral dan keteladanan 4. Pengembangan pendidikan guru semakin tinggi

(13)
(14)

Tabel 6.1. Pengembangan Metode Pembelajaran Pendidikan Berbasis Kompetensi

No. Model dikembangkan

11. Metode sorogan

12. Metode wetonan/ bandongan 13. Metode Klasikal 14. Metode Outbound 15. Metode Diskusi 16. Metode Penugasan 17. Metode Pelatihan 18. Metode magang

19. Metode Pelibatan pada Organisasi 20. Metode Pelibatan pada Wirausaha 21. Metode pengajaran dengan keteladanan

Berikut adalah tabel pengembangan model untuk media pembelajaran. Tabel 6.4. Media

(15)

1. Kelengkapan buku materi pelajaran agama dan formal 2. Kelengkapan sarana penunjang pendidikan formal 3. Kelengkapan buku - buku perpustakaan

4. Kebersihan, kerapian kondisi ruang belajar di pondok

5. Kebersihan dan kerapian ruang istirahat dan pondokan bagi santri

Tabel 6.2. Pengembangan Materi Pengajaran Pendidikan Berbasis Kompetensi

No. Model yang dikembangkan

1. Materi praktek ketrampilan 2. Materi kurikulum Diknas

3. Materi kurikulum mandiri pondok 4. Pelatihan dalam bentuk outbound

5. Penambahan kemampuan organisasi dan leadership 6. Penambahan kompetensi santri dengan tersedianya fasilitas

komputer

7. Penambahan kompetensi santri dengan tersedianya fasilitas internet 8. Penambahan kompetensi santri dengan tersedianya fasilitas

laboratorium mikro untuk wirausaha

9. Penambahan kompetensi santri dengan tersedianya fasilitas praktek ketrampilan (pertukangan, jahit - menjahit, pertanian, pertambakan )

(16)

10. Bea siswa ke luar negari

Tabel 6.3. Pengembangan Pengajar

No. Model yang dikembangkan

1. Kemampuan menyampaikan materi pelajaran 2. Kesediaan menyampaikan materi sepenuh hati

3. Kemampuan dan penguasaan pengajar menyampaikan materi agama 4. Jenjang pendidikan ustad

6.3 Metode Pembelajaran

Pengembangan model dari metode pembelajaran ini dirangkum dari jawaban responden. Berikut adalah tabel untuk menunjukkan model yang selama ini ada dan model yang dikembangkan

Tabel 6.1. Pengembangan Metode pembelajaran Pendidikan Berbasis Kompetensi

No. Model Pesantren

Tradisional Pesantren Modern dikembangkan Model yang

22. Metode sorogan √ √ √

23. Metode wetonan/

bandongan √ √ √

24. Metode Klasikal √ √

(17)

26. Metode Diskusi + √

27. Metode Penugasan + + √

28. Metode Pelatihan +

29. Metode magang √

30. Metode Pelibatan pada

Organisasi + √

31. Metode Pelibatan pada

Wirausaha √

32. Metode pengajaran

dengan keteladanan √ √ √

Keterangan √ = selalu ada + = tidak selalu ada

Tabel diatas menunjukkan dari 11 metode yang ditawarkan terdapat 10 metode yang menurut pendapat responden dapat dikembangkan sebagai metode pembelajaran di Pondok. Metode yang menurut pendapat responden yang kurang diharapkan untuk dikembangkan adalah metode outbound. Metode outbound selama dikenal hanya di beberapa pesantren dengan penekanan aspek pelatihan kepemimpinan yaitu Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. Metoe outbound sendiri lebih banyak diadopsi sebagai bentuk metode dari pelatihan quantum teaching dari Amerika. Metode ini memang kurang dikenal apabila pondok pesantren tersebut tidak atau kurang menerapkan aspek pelatihan dalam membina santrinya. Disamping itu di Jawa Timur sarana metode outbound cukup terbatas dan memerlukan biaya yang tidak murah untuk mengaksesnya.

(18)

Metode yang cukup baru yang selama ini kurang dikenal di Pondok adalah metode pelibatan dalam kegiatan wirausaha dan metode magang. Sebab dua metode tersebut dikenal jika pondok menerapkan sistem wirausaha mandiri.

6.4 Media

Media merupakan unsur penunjang bagi tercapainya keberhasilan pendidikan. Media yang lengkap dapat menjadi alat untuk santri atau siswa belajar lebih kongkrit dan dapat lebih mengembangkan ketrampilannya.

Tabel 6.2. Pengembangan Media Pembelajaran

No. Model Pesantren

Tradisional Pesantren Modern dikembangkan Model yang 6. Kelengkapan kitab dan modul

serta buku penunjang di Perpus √ √ √

7. Fasilitas komputer

8. Fasilitas internet √ √

9. Laboratorium mikro wirausaha √

10. Fasilitas praktek ketrampilan +

Keterangan √ = selalu ada + = tidak selalu ada

Pengembangan media pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah adanya laboratorium mikrousaha. Laboratorium mikrousaha ini penting sebagai sarana berlatih untuk meningkatkan kemampuan santri akan sebuah usaha dan menjadi praktek pertama bagi para santri sebelum melakukan kegiatan usaha yang

(19)

sesungguhnya. Selama ini laboratorium mikrousaha hanya dimiliki lembaga pendidikan perguruan tinggi. Namun pihak pesantren dapat melakukannya disesuaikan dengan potensi yang dimiliki masing-masing pesantren. Bagi pesantren yang mempunyai kemampuan di bidang pertanian maka laboratorium yang perlu dikembangkan adalah laboratorium yang terkait dengan bidang usaha pertanian, sedangkan apabila potensi yang dimiliki adalah bidang keuangan maka yang perlu dikembangkan adalah laboratorium yang menangani bidang keuangan baik itu dalam bentuk BPR (Bank Perkreditan Rakyat) seperti yang dimiliki Ponpes Sidogiri, Daarut Tauhiid, ataupun dalam bentuk Supermarket seperti Pesantren Hidayatullah dan Daarut Tauhiid.

6.5 Materi Pengajaran

Materi pengajaran yang diharapkan dapat dikembangkan berdasarkan pendapat responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6.3. Pengembangan Materi Pembelajaran Berbasis Kompetensi

No. Model Pesantren

Tradisional Pesantren Modern dikembangkan Model yang

6. Materi ketrampilan + √

7. Materi kurikulum Terpadu + √

8. Materi peningkatan Imtaq √ √ √

9. Materi teknologi informasi + √

10. Materi kewirausahaan

Keterangan √ = selalu ada + = tidak selalu ada

(20)

Tabel menunjukkan dari seluruh materi yang ditawarkan maka semua dapat dikembangkan sebagai model pendidikan berbasis kompetensi. Model yang selama ini belum dikenal di pondok adalah materi kewirausahaan. Sedangkan materi lainnya sudah dikenal baik di pesantren tradisional dan pesantren modern. Pesantren tradisional selama ini menekankan pada pengajaran materi keagamaan dengan metode pendalaman kitab kuning, sedangkan pesantren modern menekankan pada pengambangan ilmu pengetahuan agama dengan teknologi. Sinergi keduanya tetap dilakukan dengan menambah materi magang dan materi kewirausahaan menjadi sebuah rangkuman materi yang diperlukan untuk pengembangan sistem pendidikan di pondok pesantren.

6.6 Pendidik

Kemampuan pendidikan merupakan hal yang mutlak dimiliki oleh sebuah institusi pengajaran.

Tabel 6.3. Pengembangan Pendidik

No. Model Pesantren

Tradisional Pesantren Modern dikembangkan Model yang

5. Mampu menyampaikan

6. Mempunyai keahlian dan

ketrampilan khusus + √

7. Memiliki integritas moral

dan keteladanan √ √ √

8. Jenjang pendidikan Pendidik + √ √

Keterangan √ = selalu ada + = tidak selalu ada

(21)

Pengembangan model pendidik dari tabel diatas menunjukkan kesamaan antara sistem pendidikan pesantren modern dan model yang dikembangkan, yang membedakan hanyalah pada titik tekan kemampuan pendidik terkait dengan keahlian dan ketrampilan khusus yang dimiliki. Jika sebelumnya lebih banyak di unsur ketrampilan dalam pengajaran yang menyangkut Iptek namun pada model yang dikembangkan juga menyangkut unsur wirausaha dan enterprenuership. Hal ini penting sebagai sarana belajar bagi santri agar dapat memberikan bekal yang lebih baik.

(22)

Gambar

Tabel 6.1.   Pengembangan  Metode  Pembelajaran  Pendidikan  Berbasis  Kompetensi
Tabel 6.2.   Pengembangan Media Pembelajaran
Tabel 6.3.   Pengembangan Materi Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Tabel 6.3.   Pengembangan Pendidik/guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebanyak 5 spesies burung rangkong ditemukan dilokasi tersebut yaitu rangkong badak (Buceros rhinoceros), rangkong gading (Rhinoplax vigil), julang mas (Rhyticeros

Dalam pembuatan video dokumenter “Purwakarta istimewa” memiliki konsep yang diambil dari beberapa tempat pariwisata yang ikonik di kota Purwakarta, tempat tempat

Berdasarkan hasil estimasi menggunakan ketiga metode analisis di atas diperoleh bahwa sebagian besar variabel-variabel bebas yang diukur memiliki pengaruh yang signifikan

Jika ini dapat berjalan dengan baik diharapkan semakin banyak pengunjung yang datang hingga pendapatan pemerintah dan masyarakat sekitar bisa meningkat juga dapat membuka lapangan

Sub model produksi pakan terkait dengan tata guna lahan dan luas tanam, sedangkan untuk sub model kebutuhan pakan terkait dengan populasi sapi Bali (induk,

moushiwakearimasen, hontou ni sumimasendeshita, omataseshimashita, suimasen, gomennasai, taihen moushiwakegozaimasen, sumimasen, gomen, ojamashimashita. Dari beberapa data

o Clip, digunakan untuk ‘memotong’ dan ’menggunting’ suatu layer (layer yang bertindak sebagai objek) berdasarkan (batas- batas yang di miliki oleh) layer yang lain

Melakukan berbagai bentuk latihan kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan (daya tahan, kekuatan).. Melakukan pengukuran berbagai bentuk latihan kebugaran jasmani