PENGARUH PENGENALAN DIRI, PENGENDALIAN DIRI, MOTIVASI,
EMPATI, DAN KETERAMPILAN SOSIAL TERHADAP
PERTIMBANGAN PENENTUAN RISIKO AUDIT PADA KANTOR
AKUNTAN PUBLIK DI PROVINSI BALI
1
I Gusti Ayu Murniati,
1Edy Sujana,
2I Gusti Ayu Purnamawati
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: ayu.murni30@gmail.com, edisujana_bali@yahoo.com,
ayupurnama07@yahoo.com}@undiksha.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Pengenalan Diri, Pengendalian Diri, Motivasi, Empati, dan Keterampilan Sosial terhadap Pertimbangan Penentuan Risiko Audit pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali. Sampel ditentukan dengan menggunakan Metode nonprobability sampling yang digunakan yaitu teknik sampling jenuh atau sensus yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel yaitu berjumlah 44 auditor. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner kepada masing-masing responden. Data yang telah terkumpul diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas. Teknik analisis kuantitatif yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS versi 24.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pengenalan diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit (2) pengendalian diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit, (3) motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit, (4) empati berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit, (5) keterampilan sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit.
Kata Kunci: Motivasi, Empati, Sosial, Risiko Audit
Abstract
This study was aimed at finding empirical evidence of the effect of self recognition, self control, empathy, and social skill on consideration of audit risk determination in public accounting offices in Bali Province. The population consisted of auditors who work in Public Accountant Offices in Bali Province. The sample was determined by non-probability sampling method, i.e., saturated sampling technique or census which is a sampling determination when all members of the population are used as sample. All of the population was 44 auditors. The type of data used in this study were primary data. The collection of data was done by distributing questionnaires to each respondent. The data collected were validated and tested in terms of their reliability. The quantitative analysis used was multiple linear regression analysis with SPSS version 24.0.
The result showed that (1) self recognition has a positive and significant effect on the consideration of audit risk, (2) self control has a positive and significant effect on the consideration of audit risk, (3) motivation has a positive and significant effect on the consideration of audit risk, (4) empathy has a positive and significant effect on the consideration of audit risk, (5) social skill has a positive and significant effect on the consideration of audit risk.
PENDAHULUAN
Profesi akuntan publik adalah profesi
kepercayaan masyarakat, dimana
masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). Kualitas audit menjadi hal penting karena dengan kualitas audit yang tinggi, maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan.
Auditor sering dianggap sebuah profesi yang cukup berat, karena mengemban tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap pelaporan keuangan
sebuah perusahaan. Auditor yang
dibutuhkan adalah seseorang yang memiliki
kompetensi dan independensi.
Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Standar Audit Profesional Akuntan Publik
(SPAP), akuntan dituntut dapat
menjalankan setiap standar yang
ditetapkan oleh Standar Audit Profesional Akuntan Publik (SPAP), yang meliputi standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntan dan review, standar jasa konsultasi, dan standar pengendalian mutu.
Maraknya manipulasi akuntansi terhadap laporan keuangan membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan mempertanyakan eksistensi akuntan publik sebagai pihak independen. Padahal profesi akuntan mempunyai peran penting dalam penyediaan informasi keuangan yang handal bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang saham, karyawan, debitur, juga bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Banyak terjadi kasus manipulasi akuntansi pada laporan keuangan dan kesalahan dalam penyajian akuntansi tersebut seakan mempertanyakan peran dari kinerja seorang auditor independen.
Salah satunya kasus pelanggaran yang terjadi di Bali, yaitu salah satu akuntan publik Drs. Ketut Gunarsa di Bali telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan Balihai Resort and Spa (Julianto, 2016)
Kasus lainnya terjadi pada akuntan publik Drs. Basyiruddin Nur yang dikenakan sanksi melalui Keputusan Menteri
Keuangan (KMK) Nomor: 1093/KM.1/2009 tanggal 2 September 2009 (Nafisah, 2017). Akuntan publik Drs. Basyiruddin Nur telah dikenakan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena yang bersangkutan belum sepenuhnya mematuhi Standar Auditing (SA) dan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit
umum atas laporan keuangan
konsolidasian PT. Datascrip dan Anak Perusahaan tahun buku 2007. Kasus lainnya terjadi pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Suherman dan Surja. Seperti yang diberitakan oleh indotelko.com pada Sabtu, 11 Februari 2017 bahwa Ketua Dewan Pengawas Perusahaan Akuntan Publik (Public Company Accounting Oversight Board/PCAOB) Amerika Serikat
mengumumkan telah menghukum Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Suherman dan Surja serta Partner Ernst and Young (EY) Indonesia karena terbukti berperan dalam kegagalan audit terhadap laporan keuangan Indosat pada 2011
Kasus akuntan publik melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan dan belum sepenuhnya mematuhi Standar Auditing (SA) menunjukkan bahwa kurangnya pertimbangan penentuan risiko audit. Hal ini ditegaskan oleh pendapat Agoes (2007:31) bahwa “Risiko audit melandasi penerapan semua standar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan”
Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa sehingga risiko audit dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan profesionalnya, memadai untuk menyatakan pendapat terhadap laporan keuangan (Agoes, 2007:107). Dari penjelasan tersebut, terlihat jelas bahwa pertimbangan penentuan risiko audit merupakan hal yang penting dalam proses pengauditan suatu entitas. Besaran
risiko audit mempengaruhi dalam
menentukan prosedur audit yang dilakukan sesuai dengan Standar Auditing (SA).
Risiko audit yang tinggi terjadi ketika laporan keuangan perusahaan masih ada salah saji, tetapi auditor memberikan opini audit yang baik terhadap laporan keuangan tersebut. Hal ini berarti auditor mengambil risiko audit yang tinggi dengan memberikan
opini audit yang baik. Pemberian opini audit yang tidak sesuai dengan kondisi laporan
sebenarnya menunjukkan auditor
mempertimbangkan mengambil risiko yang tinggi karena ketika ditemukan ada pelanggaran audit oleh kementerian keuangan, maka auditor akan mendapatkan sanksi.
Jika dikaitkan dengan pertimbangan risiko audit tersebut, maka akuntan publik
kurang mampu dalam mengelola
kecerdasan emosional. Karena dengan
kecerdasan emosional yang baik,
seseorang auditor dapat berbuat tegas mampu membuat opini yang baik walaupun dalam keadaan tertekan (Kusuma, 2011). Orang dengan kecerdasan emosional yang baik mampu berpikir jernih walaupun dalam tekanan, bertindak sesuai etika, berpegang pada prinsip dan memiliki dorongan berprestasi. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional yang baik membuat auditor mempertimbangkan pengambilan risiko audit yang rendah agar hasil auditnya sesuai dengan standar auditing. Menurut
Goleman (2009:513), kecerdasan
emosional terdiri dari 5 bagian, yaitu 3 komponen berupa kompetensi emosional (pengenalan diri, pengendalian diri dan motivasi) dan 2 komponen berupa kompetensi sosial (empati dan keterampilan sosial). Salah satu manfaat yang dihasilkan oleh kecerdasan emosional sebagai faktor sukses dalam karier dan organisasi, yaitu dalam pembuatan keputusan (Uno, 2010).
Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial terhadap pertimbangan penentuan risiko audit pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali.
Pengenalan diri merupakan dasar dari kecerdasan emosional untuk mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan
menggunakannya untuk memandu
pengambilan keputusan diri sendiri. Menurut Alwani (2007:16), seorang auditor mempunyai kesadaran diri yang baik dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam diri dan menjalankan tugas sesuai dengan peraturan. Peraturan yang dimaksud adalah standar auditing. Jika auditor mematuhi standar auditing dalam
pelaksanaan audit atas laporan keuangan, maka pertimbangan penentuan risiko audit akan semakin baik.
Berdasarkan penelitian yang pernah
dilakukan Pambudi (2012), yang
menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan pengenalan diri terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. Temuan Sastrawinata (2011) menunjukkan bahwa kesadaran diri mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Pengenalan diri berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit.
Pengendalian diri salah satu bagian yang penting dalam menentukan risiko audit, karena pengendalian diri merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan atau emosi yang timbul dalam diri dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menurut Alwisol (2009:329) menyatakan bahwa kontrol diri merupakan tindakan diri dalam mengontrol variabel-variabel luar yang menentukan tingkah laku dan tingkah laku dapat dikontrol melalui berbagai cara, yaitu menghindar, penjenuhan, stimuli yang tidak disukai, dan memperkuat diri.
Penelitian sebelumnya yang
mendukung penelitian ini dilakukan oleh Kusuma (2011) bahwa pengendalian diri berpengaruh signifikan terhadap auditor dalam pengambilan keputusan. Temuan Pambudi (2012) menguatkan bahwa ada
pengaruh positif dan signifikan
pengendalian diri terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H2 : Pengendalian diri berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit.
Motivasi merupakan hasrat seseorang yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun seseorang menuju sasaran, membantu seseorang mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. . Motivasi yang paling ampuh berasal dari dalam diri seseorang. Menurut
Sedarmayanti (2000:45), motivasi
merupakan kondisi mental yang mendorong aktivitas dan memberi energi yang
mengarah kepada pencapaian kebutuhan memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi menimbulkan keinginan untuk maju dari dalam diri seorang auditor
sehingga muncul semangat dalam
meningkatkan kualitas mereka.
Penelitian sebelumnya yang
mendukung penelitian ini dilakukan oleh
Purnamawati, dkk. (2015) yang
menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor junior, Karnia (2015) yang menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Jika kinerja dan kualitas audit baik, maka auditor telah melaksanakan standar auditing
sehingga pertimbangan penentuan risiko audit yang dilakukan sudah baik. Temuan Pambudi (2012) menguatkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan motivasi terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H3 : Motivasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertimbangan
penentuan risiko audit.
Dalam menetapkan risiko audit diperlukan rasa empati yang baik, tentunya auditor akan saling kompak dengan sesama anggota tim dalam mengambil keputusan terhadap hasil audit laporan keuangan. Menurut Goleman (2009:381), empati adalah perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya untuk berbagi pengalaman atau secara tidak langsung merasakan penderitaan orang lain.
Penelitian sebelumnya yang
mendukung penelitian ini dilakukan oleh Pambudi (2012), yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan empati terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H4 : Empati berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertimbangan
penentuan risiko audit.
Menurut Goleman (2009:158),
keterampilan sosial memungkinkan
seseorang membentuk hubungan untuk menggerakkan orang lain, membina kedekatan hubungan, meyakinkan dan
memengaruhi, serta membuat orang lain nyaman.
Penelitian sebelumnya yang
mendukung penelitian ini dilakukan oleh
temuan Kusuma (2011) bahwa
keterampilan sosial berpengaruh signifikan terhadap auditor dalam pengambilan keputusan. Temuan Pambudi (2012) menguatkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan keterampilan sosial terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H5 : Keterampilan sosial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Di Provinsi
Bali. Sampel ditentukan dengan
menggunakan metode nonprobability sampling yang digunakan yaitu teknik
sampling jenuh atau sensus yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel yaitu berjumlah 44 auditor.
Data dikumpulkan dengan instrumen penelitian berupa kuesioner. Data yang terkumpul kemudian diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas. Teknik analisis kuantitatif yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di KAP di Provinsi Bali dengan sampel 44 auditor. Dari 44 auditor kuesioner yang disebar hanya 40 yang kembali. Data kuesioner yang kembali diuji validitas dihitung dengan menggunakan pearson correlation dengan bantuan program SPSS 24.0 for Windows. akan dilihat tingkat signifikan atas semua pernyataan. Pengujian validitas istrumen dengan bantuan perangkat lunak SPSS 24.0, nilai validitas dapat dilihat pada kolom
pearson correlation. Setiap pernyataan
kuesioner dikatakan valid jika rhitung> rtabel.
Berdasarkan pada hasil, nilai rhitung untuk
semua item lebih besar dari rtabel = 0,312
kuesioner pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, keterampilan sosial, dan pertimbangan penentuan risiko audit dinyatakan valid
Untuk uji reliabilitas, reliabilitas instrumen penelitian dinilai melalui besaran koefisien Alpha Cronbach. Nilai suatu instrumen dikatakan reliabel apabila nilai
Alpha Cronbach lebih besar dari 0,70
(Ghozali, 2011).
Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel memiliki Alpha
Cronbach lebih besar dari 0,70. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa kuesioner pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, keterampilan sosial, dan pertimbangan penentuan risiko audit adalah reliabel.
Hasil uji normalitas data ditunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,146. Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) tersebut lebih besar dari 0,05 untuk statistik
Kolmogorov-Smirnov Z. Berdasarkan
kriteria uji normalitas, data terdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 (Ghozali, 2011). Hal ini
menunjukkan bahwa sebaran data
berdistribusi normal.
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk Uji multikolinearitas menunjukkan diketahui bahwa nilai VIF dari masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10 dan nilai
tolerance lebih dari 0,10. Nilai korelasi di
antara variabel bebas dapat dikatakan mempunyai korelasi yang lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di antara variabel bebas tidak ada korelasi atau tidak terjadi multikolinearitas pada model regresi linier.
Hasil uji heterokedastisitas
menunjukkan bahwa nilai signifikansi antara variabel bebas dengan absolute residual (ABS) lebih besar dari 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan tidak terdapat adanya gejala heteroskedastisitas.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda yang dapat dilihat dalam tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 8,995 1,942 4,632 0,000 X1 0,203 0,072 0,182 2,809 0,008 X2 0,207 0,071 0,194 2,909 0,006 X3 0,177 0,070 0,173 2,533 0,016 X4 0,314 0,106 0,327 2,965 0,005 X5 0,226 0,100 0,230 2,269 0,030
Sumber: Data Diolah, 2018
Berdasarkan tabel 1 maka didapat hasil persamaan regresi sebagai berikut.
Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 +
ɛ
Y= 8,995 + 0,203X1 + 0,207X2 + 0,177X3 +
0,314X4 + 0,226X5 + ɛ
Berdasarkan model regresi yang terbentuk, dapat diinterpretasikan hasil sebagai berikut.
1. Konstanta 8,995 menunjukan jika variabel pengenalan diri (X1),
pengendalian diri (X2), motivasi (X3),
empati (X4), dan keterampilan sosial
(X5) bernilai konstan, maka variabel
pertimbangan penentuan risiko audit (Y) memiliki nilai positif 8,995 satuan. 2. Pengenalan diri (X1) memiliki
koefisien regresi 0,203. Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa pengenalan diri (X1)
berpengaruh positif terhadap pertimbangan penentuan risiko audit (Y).
3. Pengendalian diri (X2) memiliki
regresi yang positif menunjukkan bahwa pengendalian diri (X2)
berpengaruh positif terhadap pertimbangan penentuan risiko audit (Y).
4. Motivasi (X3) memiliki koefisien
regresi 0,177. Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa motivasi (X3) berpengaruh positif
terhadap pertimbangan penentuan risiko audit (Y).
5. Empati (X4) memiliki koefisien regresi
0,314. Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa empati (X4) berpengaruh positif terhadap
pertimbangan penentuan risiko audit (Y).
6. Keterampilan sosial (X5) memiliki
koefisien regresi 0,226. Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa keterampilan sosial (X5)
berpengaruh positif terhadap pertimbangan penentuan risiko audit (Y).
Hasil uji t menunjukkan bahwa pengenalan diri memiliki nilai signifikansi 0,008, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga H1 diterima. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pengenalan diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. Pengendalian diri memiliki nilai signifikansi 0,006, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga H2 diterima.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pengendalian diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. Motivasi memiliki nilai signifikansi 0,016, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga H3
diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. Empati memiliki nilai signifikansi 0,005, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga H4 diterima. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa empati berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. keterampilan sosial memiliki nilai signifikansi 0,030, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga H5 diterima.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit.
Hasil koefisien determinasi diketahui bahwa koefisien determinasi sebesar 0,920. Hal ini menunjukkan bahwa 92,0% variabel laporan keuangan dipengaruhi oleh variabel pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial, sedangkan 8,0% dipengaruhi oleh faktor lain.
PEMBAHASAN
Pengaruh Pengenalan Diri Terhadap pertimbangan penentuan risiko audit
Hasil pengujian hipotesis pertama mengenai pengaruh pengenalan diri terhadap pertimbangan penentuan risiko audit menunjukkan nilai koefisien regresi 0,203 dengan nilai signifikansi uji t sebesar 0,008. Oleh karena itu, hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pengenalan diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. Jika pengenalan diri semakin baik, maka pertimbangan penentuan risiko audit juga semakin baik.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa variabel pengenalan diri butir pernyataan tentang mengetahui kelebihan dan kelemahan yang ada pada diri saya memiliki skor yang paling rendah. Butir pernyataan tentang saya menerima diri saya apa adanya dan terobsesi dengan orang lain yang saya kagumi sehingga sering menirukan gaya mereka memiliki skor yang paling tinggi. Butir pernyataan tersebut termasuk ke dalam indikator penerimaan diri sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa indikator pengenalan diri yang paling tinggi mempengaruhi pertimbangan penentuan risiko audit adalah penerimaan diri sendiri. Jadi, jika semakin tinggi penerimaan diri sendiri seorang auditor, yang ditunjukkan dengan adanya menerima diri apa adanya dan terobsesi untuk meniru orang yang
dikagumi, maka semakin baik
pertimbangan penentuan risiko audit yang diambil auditor.
Penelitian ini sejalan dengan Pambudi (2012), yang menyatakan bahwa
ada pengaruh positif dan signifikan pengenalan diri terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. Temuan Sastrawinata (2011) menunjukkan bahwa kesadaran diri mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor. Jika kinerja auditor semakin baik dengan dipatuhinya standar auditing dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan, maka pertimbangan penentuan risiko audit akan semakin baik.
Pengaruh Pengendalian Diri Terhadap pertimbangan penentuan risiko audit
Hasil pengujian hipotesis kedua mengenai pengaruh pengendalian diri terhadap pertimbangan penentuan risiko audit menunjukkan nilai koefisien regresi 0,207 dengan nilai signifikansi uji t sebesar 0,006. Oleh karena itu, hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pengendalian diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. Jika pengendalian diri semakin baik, maka pertimbangan penentuan risiko audit juga semakin baik.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa butir pernyataan tentang ketika sedang marah, saya dapat dengan cepat mengendalikan diri dan bila jenuh melakukan suatu pekerjaan biasanya pekerjaan tersebut tetap berusaha saya kerjakan dengan baik memiliki skor yang paling rendah. Butir pernyataan tentang ketika mengalami masalah yang berat, saya mudah membaik dengan cepat dari masalah tersebut memiliki skor yang paling tinggi.. Butir pernyataan tersebut termasuk ke dalam indikator pulih dari kekecewaan dan keterpurukan. Hal ini
menunjukkan bahwa indikator
pengendalian diri yang paling tinggi mempengaruhi pertimbangan penentuan risiko audit adalah pulih dari kekecewaan dan keterpurukan. Jadi, jika semakin tinggi kemampuan seorang auditor untuk pulih dari kekecewaan dan keterpurukan, yang ditunjukkan dengan adanya mudah membaik dengan cepat ketika mengalami masalah yang berat, maka semakin baik pertimbangan penentuan risiko audit yang diambil auditor.
Penelitian ini sejalan oleh Kusuma (2011) bahwa pengendalian diri berpengaruh signifikan terhadap auditor dalam pengambilan keputusan. Temuan Pambudi (2012) menguatkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan pengendalian diri terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. Pengaruh positif menunjukkan bahwa hubungan antara pengendalian diri dengan pertimbangan penentuan risiko audit adalah searah, artinya jika pengendalian diri seorang auditor semakin baik, maka pertimbangan penentuan risiko audit juga akan semakin baik.
Pengaruh Motivasi Terhadap pertimbangan penentuan risiko audit
Hasil pengujian hipotesis ketiga mengenai pengaruh motivasi terhadap pertimbangan penentuan risiko audit menunjukkan nilai koefisien regresi 0,177 dengan nilai signifikansi uji t sebesar 0,016. Oleh karena itu, hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa motivasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. Jika motivasi semakin baik, maka pertimbangan penentuan risiko audit juga semakin baik.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa butir pernyataan tentang saya suka menghadapi tantangan untuk memecahkan masalah serta sering berperan serta dalam berbagai informasi dan gagasan dalam kelompok saya memiliki skor yang paling rendah. Butir pernyataan tentang saya lebih banyak dipengaruhi harapan untuk sukses daripada perasaan takut gagal memiliki skor yang paling tinggi. Butir pernyataan tersebut termasuk ke dalam indikator tidak
mudah menyerah saat melakukan
sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa indikator motivasi yang paling tinggi mempengaruhi pertimbangan penentuan risiko audit adalah tidak mudah menyerah saat melakukan sesuatu. Jadi, jika semakin tinggi keinginan seorang auditor untuk tidak mudah menyerah saat melakukan sesuatu, yang ditunjukkan dengan adanya auditor lebih banyak dipengaruhi harapan untuk sukses
daripada perasaan takut gagal, maka semakin baik pertimbangan penentuan risiko audit yang diambil auditor.
Penelitian ini sejalan dengan
Purnamawati, dkk. (2015) yang
menunjukkan bahwa motivasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor junior, Karnia (2015) yang menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Jika kinerja dan kualitas audit baik, maka auditor telah melaksanakan standar
auditing sehingga pertimbangan
penentuan risiko audit yang dilakukan sudah baik. Pambudi (2012) menguatkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan
motivasi terhadap pertimbangan
penentuan risiko audit. Pengaruh positif menunjukkan bahwa hubungan antara motivasi dengan pertimbangan penentuan risiko audit adalah searah, artinya jika motivasi seorang auditor semakin baik, maka pertimbangan penentuan risiko audit juga akan semakin baik.
Pengaruh Empati Terhadap pertimbangan penentuan risiko audit
Hasil pengujian hipotesis keempat mengenai pengaruh empati terhadap pertimbangan penentuan risiko audit menunjukkan nilai koefisien regresi 0,314 dengan nilai signifikansi uji t sebesar 0,005. Oleh karena itu, hipotesis keempat dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa empati berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. Jika empati semakin baik, maka pertimbangan penentuan risiko audit juga semakin baik.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa butir pernyataan tentang saya menyukai banyak teman dengan latar belakang yang beragam dan dapat mengetahui bagaimana perasaan orang lain terhadap saya memiliki skor yang paling rendah. Butir pernyataan tentang ketika teman-teman memiliki suatu masalah, mereka sering meminta nasihat dari saya memiliki skor yang paling tinggi. Butir pernyataan tersebut termasuk ke dalam indikator mengetahui dan memahami perasaan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa indikator empati yang paling tinggi mempengaruhi
pertimbangan penentuan risiko audit adalah mengetahui dan memahami perasaan orang lain. Jadi, jika semakin tinggi keinginan seorang auditor untuk mengetahui dan memahami perasaan orang lain, yang ditunjukkan dengan adanya auditor sering dimintai nasihat ketika teman-teman memiliki suatu
masalah, maka semakin baik
pertimbangan penentuan risiko audit yang diambil auditor.
Penelitian ini sejalan dengan Pambudi (2012), yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan empati terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. Pengaruh positif menunjukkan bahwa hubungan antara empati dengan pertimbangan penentuan risiko audit adalah searah, artinya jika empati seorang auditor semakin baik, maka pertimbangan penentuan risiko audit juga akan semakin baik.
Pengaruh Keterampilan Sosial Terhadap pertimbangan penentuan risiko audit
Hasil pengujian hipotesis kelima mengenai pengaruh keterampilan sosial terhadap pertimbangan penentuan risiko audit menunjukkan nilai koefisien regresi 0,226 dengan nilai signifikansi uji t sebesar 0,030. Oleh karena itu, hipotesis kelima dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. Jika keterampilan sosial semakin baik, maka pertimbangan penentuan risiko audit juga semakin baik.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa butir pernyataan tentang saya pandai membawa diri ketika bergaul orang banyak dan mudah akrab dengan orang yang baru saja saya kenal memiliki skor yang paling rendah. Butir pernyataan tentang mempunyai cara berkomunikasi yang baik agar ide-ide saya dapat diterima orang lain memiliki skor yang paling tinggi. Butir pernyataan tersebut termasuk ke
dalam indikator kemampuan
berkomunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa indikator keterampilan sosial yang paling tinggi mempengaruhi pertimbangan penentuan risiko audit adalah kemampuan
berkomunikasi. Jadi, jika semakin tinggi kemampuan berkomunikasi seorang auditor, yang ditunjukkan dengan adanya auditor mempunyai cara berkomunikasi yang baik agar ide-idenya dapat diterima orang lain, maka semakin baik pertimbangan penentuan risiko audit yang diambil auditor.
Penelitian ini sejalan dengan Kusuma (2011) bahwa keterampilan sosial berpengaruh signifikan terhadap auditor dalam pengambilan keputusan. Temuan Pambudi (2012) menguatkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan
keterampilan sosial terhadap
pertimbangan penentuan risiko audit. Pengaruh positif menunjukkan bahwa hubungan antara keterampilan sosial dengan pertimbangan penentuan risiko audit adalah searah, artinya jika keterampilan sosial seorang auditor semakin baik, maka pertimbangan penentuan risiko audit juga akan semakin baik.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terkait pengaruh pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial terhadap pertimbangan penentuan risiko audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Provinsi Bali, maka dapat ditarik simpulan yaitu: 1) Pengenalan diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. 2) Pengendalian diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. 3) Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. 4) Empati berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit. 5)Keterampilan sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan penentuan risiko audit, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang positif 0,226 dengan nilai signifikansi uji t 0,030 lebih kecil dari α = 0,05.
Saran
Berdasarkan hasil, pembahasan, dan simpulan, maka dapat diajukan
beberapa saran sebagai berikut. Bagi auditor, perlu ditingkatkan kecerdasan emosional yang meliputi pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial, sehingga auditor dapat mempertimbangkan tingkat risiko audit dengan baik. Jika semakin baik auditor dalam mengambil pertimbangan penentuan risiko audit, maka semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan auditor.
Hasil analisis deskriptif
menunjukkan bahwa terdapat beberapa butir indkator yang memiliki skor yang paling rendah. Berdasarkan hal tersebut, auditor disarankan untuk lebih memperhatikan hal-hal seperti: (a) berusaha mengetahui kelebihan dan kelemahan yang ada pada dirinya, (b) berusaha cepat mengendalikan diri ketika sedang marah dan bila jenuh melakukan suatu pekerjaan biasanya pekerjaan tersebut tetap berusaha mengerjakannya dengan baik, (c) berusaha menghadapi tantangan untuk memecahkan masalah serta sering berperan serta dalam berbagai informasi dan gagasan dalam kelompok, (d) berusaha menyukai banyak teman dengan latar belakang yang
beragam dan dapat mengetahui
bagaimana perasaan orang lain, dan (e) berusaha lebih pandai membawa diri ketika bergaul orang banyak dan mudah akrab dengan orang yang baru dikenal. Hal-hal tersebut perlu diperhatikan agar semakin baik pertimbangan penentuan risiko audit yang diambil auditor.
Keterbatasan penelitian ini variabel bebas yang digunakan hanya mencakup kecerdasan emosional, yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial sehingga bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel lain yang mempengaruhi pertimbangan penentuan risiko audit, misalnya kecerdasan intelektual, kecerdasan spritual, komitmen organisasi, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah populasi penelitian, yaitu dengan menambah jumlah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak hanya yang berada di wilayah Provinsi Bali saja, sehingga diperoleh
generalisasinya lebih tinggi. DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S. 2007. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program
SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Ghufron, M. dan Rini I. 2011. Teori-teori
Psikologi. Jogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Goleman, D. 2009. Kecerdasan
Emosional: Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ. Terjemahan
Oleh T. Hermaya. Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama.
Harahap, S. S. 2012. Teori Akuntansi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Julianto, I K.A. 2017. Pengaruh Audit Fee,
Perencanaan Audit, dan Risiko Audit Terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana, Vol 5, No.
12, Hal: 4029-4056.
Lutfi, W. 2015. Pengaruh Perilaku Belajar,
Pengenalan Diri, Pengendalian
Diri, Motivasi, Empati,
Keterampilan Sosial, dan
Kepercayaan Diri Terhadap
Prestasi Akademik Mahasiswa di
UDINUS. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Dian Nuswantoro.
Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba. Empat.
Nafisah, N. 2017. Efektifitas Sanksi atas
Kecurangan yang Dilakukan
Auditor. Tersedia pada
https://www.kompasiana.com/nrlr/5 988910a27db
b22dd41414e2/efektifitas-sanksi- atas-kecurangan-yang-dilakukan-auditor. Diakses tanggal 22 Oktober 2017.
Pambudi, Y. 2012. Pengaruh Pengenalan
Diri, Pengendalian Diri, Motivasi, Empati dan Keterampilan Sosial
Terhadap Pertimbangan
Penentuan Risiko Audit (Studi
Kasus Pada Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Akuntan di
Daerah Istimewa Yogyakarta).
Skripsi. Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.
Purnamawati, I.G.A, Cahyani, K., dan Herawati, N.T. 2015. Pengaruh
Etika Profesi Auditor,
Profesionalisme, Motivasi, Budaya Kerja, dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kinerja Auditor Junior (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Bali). E-Journal
S1 Ak Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan Akuntansi
Program S1. Volume 3 No.1 Tahun
2015.
Sastrawinata, H. 2011. Pengaruh Kesadaran Diri, Pengaturan Diri,
Motivasi, Empati, dan
Keterampilan Sosial Terhadap Kinerja Auditor Pada KAP di Kota Palembang. Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, Hal: 1-19.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suhayati, E. dan Siti K. 2010. Auditing:
Konsep Dasar dan. Pedoman
Pemriksaan Akuntan Publik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sukmadinata, N. 2011. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT Remaja