• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PURANA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA UNTUK MENCIPTAKAN GENERASI MUDA YANG RELIGIUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PURANA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA UNTUK MENCIPTAKAN GENERASI MUDA YANG RELIGIUS"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PURANA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA UNTUK MENCIPTAKAN GENERASI MUDA YANG RELIGIUS

Oleh

Ni Made Milla Astiani

Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Email: millaastiani1993@gmail.com

Abstract

The younger generation educated Hindu and happy studying towards improving the quality of human resources, will get a lot of benefits when carrying out its obligations to follow the teachings of the Vedas, through Bhakti Margha. He not only help themselves, but also help humanity become enlightened and realize Mokshartam jagaditaya ca iti Dharmah. This article outlines an analysis of through Purana we were able to increase religious awareness among the younger generation to create a generation of young religious. Has traced that the Book of Puranas containing education morality and ethics and in accordance with the teachings of the Holy Book of Vedas will be able to foster self awareness and is capable of forming a Religious young generation.

Abstrak

Generasi muda Hindu yang terpelajar dan senang menuntut ilmu menuju peningkatan kualitas SDM, akan mendapatkan banyak manfaat bila menjalankan kewajibannya mengikuti ajaran Veda, melalui Bhakti-marga. Ia tidak hanya menolong dirinya sendiri, tetapi juga turut menolong umat manusia mencapai pencerahan dan mewujudkan Mokshartam jagaditaya ca iti Dharmah.

Artikel ini menguraikan analisis terhadap peranan Purana dalam meningkatkan kesadaran beragama di kalangan generasi muda untuk menciptakan generasi muda yang religius. Telah ditelusuri bahwa Kitab Purana yang mengandung pendidikan moralitas dan Etika dan sesuai dengan ajaran kitab Suci Veda akan mampu menumbuhkan kesadaran dalam diri dan mampu membentuk generasi muda yang Religius.

Kata Kunci : Kitab Purana, Kesadaran Diri, Generasi Muda, Religius I. Pendahuluan

Pada garis besarnya hampir semua Purana memuat cerita-cerita tradisional. Purana dapat dikelompokkan menjadi lima garis besar yakni tentang :

1. Kosmologi atau mengenai penciptaan alam semesta. 2. Hari kiamat atau pralaya

3. Silsilah raja-raja atau dinasti raja-raja Hindu yang terkenal. 4. Masa Manu dan Manwantara.

(2)

Kelima hal di atas dirumuskan dalam kitab Wisnu Purana III.6.24 yang mengatakan sebagai berikut :

“Sargasca pratisargasca wamso manwantarani ca, sarweswetesu kathyante wamsan ucaritam cay at”

Ungkapan di atas sangat jelas menyatakan Wisnu Purana mencoba memberi batasan tentang isi Purana pada umumnya dan dapat disimpulkam sebagai mana dikemukakan di atas. Sarga dan Pratisaga yaitu masa penciptaan dan Pralaya atau masa kiamatnya dunia. Wamsa yaitu suku bangsa atau silsilah raja-raja yang penting dalam pengamatan sejarah. Manwantara yaitu jangka masa Manu dari satu masa Manu ke masa Manu berikutnya yang dikenal dengan Manwantara.

Adapun bait kedua yaitu mencangkup segala cerita yang relavan pada dinasti, mulai dari riwayat timbulnya Suryawangsa dan Candrawangsa. Di samping kitab Wisnu Purana, banyak lagi kitab-kitab Purana lainnya yang isinya tidak hanya terbatas pada lima hal itu saja. Melainkan berbagai macam Upacara Yadnya dengan penggunaan mantranya, ilmu penyakit, pahala melakukan Tirtha Yatra, berbagai jenis Upacara keagamaan, peraturan tentang cara memilih dan membangun tempat ibadah, peraturan tentang caramelakukan peresmian candi, sejarah para dewa-dewa, berbagai jenis batu-batuan mulia dan masih banyak lagi hal-hal yang dijadikan keterangan tentang sifat hidup di dunia ini.

Dari berbagai keterangan diatas dapat simpulkan bahwa kitab Purana banyak memberikan keterangan yang bersifat mendidik, baik mengenai ajaran Ketuhanan (Theologi) dan cara-cara pengalamannya. Disinlah Purana kembali mengambil peran, yakni untuk memancarkan cahaya kebenaran. Sungguh Purana bukanlah karya filsafat tentang kenaran, melainkan sebuah cerita yang mengajak setiap umat menyalami kebenaran. Oleh karenanya, agama yang bersifat Puranik selalu hidup di masyarakat, sebab perkembangan kesadaran di dalam cahaya spiritual dan religious selalu menyerupainya Piramida.

II. Pembahasan

2.1. Melalui Purana Mampu Meningkatkan Kesadaran Beragama Tvam eko lokanam paramaphalado divyapadavim Vahantas tvanmulam punarapi bhajante harimukhah

Kiyad va daksinyam tava siva madasa ca kiyati Kada va madraksam vahasi karuna-purita-drsa

(sivanandalahari,18) Artinya :

Wahai Siwa ! Engkaulah yang Maha Pemurah bagi seluruh makhluk. Visnu dan dewa lainnya, yang menduduki status Ilahinya saat ini adalah karena Engkau, memohon kepada-Mu terus-menerus (apakah untuk menjaga statusnya maupun untuk meningkatkannya ). Betapa agung rahmat-Mu ! dan betapa besar keinginanku ! Kapankah Engkau menunjukkan fungsi-Mu yang dipenuhi welas asih?

Dalam teks ini, Siwa adalah yang teringgi, Dewa-dewa lainnya termasuk Vishnu memohon belas kasih-Nya demi menjaga keutuhan dan

(3)

siapapun Dewa yang menghadap atau meningkatkan kedudukan, keselamatan, keberanian dan lain sebagainya akan tidak pernah pulang dengan tangan kosong. Boleh diterjemahkan bahwa Siwa selalu banjir rahmat terhadap siapapun yang memuja-Nya.

Isi dari sloka yang ditulis olen Sankaracarya ini bersumber dari salah satu ribuan Purana yang ada. Isinya adalah cerita mitologi tentang dewa-dewa, dimana kedudukan dewa antara satu Purana dengan yang lainnya bertentangan. Purana satu meninggikan dewa tertentu sedangkan di Purana lain Dewa tersebut tidak memiliki posisi apa-apa. Demikianlah Purana ini, jika dibawa keranah filsafat atau kepada pemikiran yang agak dewasa tampak sangat lucu dan kekanak-kanakan. Dan yang lebih lucu lagi ada sebagian orang lain memberikan signifikasi filosofis terhadapnya sehingga cerita ini bisa dijadikan rujukan pembenar atas suatu tindakan atau kepercayaan.

Secara filosofis, cerita Purana tidak memiliki dasar sama sekali, sebab isinya hanyalah sebuah cerita semata, dan jika cerita tersebut sebagai concern, tampak sangat manusiawi atau sebuah cerita yang mempersentasikan sifat manusia biasa yang selalu ingin lebih tinggi daripada yang lain, serakah merendahkan yang lainnya dan seterusnya. Namun dibalik itu, teks Purana juga merupakan kitab yang melampaui teks filsafat apapun yang ada di dalam Veda baik Upanisad, Bhagavad-githa dan kitab lainnya.

Satu hal yang sangat penting diketahui di dalam spiritualitas adalah bahwa Realisasi-diri tidak akan pernah tercapai hanya melalui Filsafat. Filsafat adalah makanan pikiran, dan pikiran adalah penyakit Utama bagi spiritualitas. Kita tidak akan pernah mencapai kesadaran tertinggi jika otak kita masih dipenuhi dengan konsep-konsep, apakah konsep Tuhan, pembebasan,dan lain sebagainya. Jika pikiran kita belum kembali lagi menjadi anak kecil yang innocent, murni, kosong, maka Realisasi tertinggi menjadi mustahil.

Oleh karena itu, Purana sangat menarik dipelajari ketika kesadaran kita masih kanak-kanak atau pemula, sebab cerita ini memberikan banyak gambaran tentang bagaimana sesuatu menjadi ditinggikan atau dimuliakan di atas yang lainnya atau sesuai teks, Dewa yang satu di puja oleh Dewa yang lainnya. Ini memberikan glims bagi mereka akan pentingnya memuliakan yang lebih tinggi kedudukannya. Seperti anak-anak yang demikian terkait dengan mainannya, cerita ini sungguh mampu memberikan jalan bagi mereka untuk perkembangan rasa Bhakti dikemudian hari.

Namun seiring waktu, ketika pikiran anak beranjak dewasa dan menjadi sophisticated, mainan itu seolah kehilangan daya tarik, Purana menjadi tampak lucu dan menggelikan. Dan, ketika perkembangan dewasanya mencapai puncak, maka mereka menyadari pada akhirnya filsaf juga tidak mampu mendorongnya ke dalam ruang kesadaran Ilahi yang tanpa tepi. Filsafat atau teologi hanya menjadikan mereka aman dan mapan di beragama tetapi tidak memberikan kebahagiaan atau Realisasi tertinggi, maka mereka kembali menjadi anak-anak. Disinilah Purana kembali mengambil peran, yakni untuk memancarkan cahaya kebenaran. Sungguh

(4)

yang mengajak setiap umat untuk menyalami kebenaran. Oleh karenanya, agama yang bersifat Puranik selalu hidup di masyarakat, sebab perkembangan kesadaran di dalam cahaya spiritual dan religious selalu menyerupai pyramid.

Demikianlah cerita Purana ini menjadi hal yang paling mengakar di dalam pemikiran dan kehidupan keberagaman umat manusia, karena cerita yang disajikannya mampu menjadi turning point dari energy kehidupannya yang mengarah ke luar menjadi berbalik kea rah ke dalam. Semakin masyarakat melakukan penetrasi terhadap mitologinya, maka semakin religious tampak kehidupannya. Dan di dalam masyarakat seperti inilah besar kemungkinan terjadinya transendensi dan transpormasi ke dalam ruang misteri kehidupan yang lebih unik. Dan merekalah para bhakti itu, yang menjadikan logika ruang misteri sebagai rahmat tertinggi dari Tuhan. 2.2 Kesadaran Beragama di Kalangan Generasi Muda

“Prajnane pratisthitam prajna-netro lokah, Prajna pratistha prajnanam brahma

(Aitareya Upanisad, III.i.3) Artinya :

Alam semesta memiliki kesadaran sebagai pengantarnya. Kesadaran adalah dasar dari semuanya. Sungguh kesadaran adalah Brahman. Semua ini pada dasarnya adalah modifikasi yang berbeda-beda dari kesadaran yang sama. Tanpa emas, cincin, kalung, gelang dan berbagai perhiasan emas lainnya tidak pernah eksis. Seperti juga tanpa laut, ombak dan buihnya tidak pernah ada. Maka, dengan cara yang sama, semua objek duniawi ini tidak akan pernah eksis tanpa adanya faktor abadi yang tidak pernah berubah, yakni Kesadaran.

Kesadaranlah yang menjadi substratum, yang menjadi pusat di dalam personalitas seseorang, yang menjadikan banyak sekali person-person yang berbeda, dinamis dan aktif. Kesadaran yang ada di dalam diri adalah kesadaran yang ada dimana-mana, di dalam segala bentuk, menyebabkan segala sesuatunya menjadi mungkin bagi mereka yang memiliki ego untuk eksis. Kesadaran yang dibicarakan di dalam Upanisad ini tidak dalam artian kesadaran yang terkondisi. Kesadaran dari sesuatu hal atau makhlik adalah kesadaran yang terkondisi oleh objek, sedangkan kesadaran yang dimaksud disini adalah kesadaran sebagaimana adanya, artinya ―prinsip sadar‖ yang menyinari keseluruhan dunia yang membuat individu-individu subjektif sadara.

Dengan kesadaran ini, kita menjadi sadar bahwa kita hidup, sadar kita melakukan sesuatu, sadar atas segala tindakan kita. Kesadaran yang sama juga ada di dalam individu-individu lainnya. Hal ini bisa dicontohkan seperti kita menaruh air sungai gangga didalam botol yang bentuknya berbeda, kemudian di dalam botol tersebut diberikan warna dan rasa yang berbeda. Ketika kita meliha di masing-masing botol, kita akan melihat air itu tampak berbeda, dengan mengikuti bentuk botol yang ada di dalamnya, demikian juga antara satu dengan yang lainnya warnanya berbeda. Yang hanya menyebabkan tampak berbeda hanya karena kondisi yang

(5)

Ketika air tersebut dimasukkan kedalam botol yang berbentuk melingkar, maka air juga akan berbentuk seperti itu. Demikian juga ketika kita memberikan warna merah, maka air akan berwarna merah, dan seterusnya.

Jadi perbedaan yang ada hanya terkondisi oleh objek. Dengan cara yang sama. Kesadaran yang ada masing-masing individu akan tampak berbeda hanya karena perbedaan pengalaman di masing-masing individu, perbedaan gaya hidup, perbedaan badan, dan lain sebagainya. Tetapi, prinsip yang mendasarinya adalah kesadaran yang sama. Jadi kesadaran yang ada dalam diri seorang Ayah adalah sama dengan kesadaran pada anak, juga sama dengan kesadaran di dalam Pendeta, pemimpin, petani, dan bahkan dengan binatang dan tumbuhan-tumbhan.

Dan kesadaran itu adalah murni, suci, abadi, sempurna, satu tanpa pernah ada yang kedua, tanpa bentuk, namun tetap ada dimana-mana. Disinilah Upanisad menyimpulkan sebagai ―Prajnanam Brahma ; artinya kesadaran adalah Brahman.

Kesadaran yang menyebabkan kita sadar akan kehidupan ini sesungguhnya adalah Brahman. Dari sudut pandang ini, secara etik kita bisa melihat bahwa perbedaan yang ada diantara kita semua hanyalah nama dan bentuknya saja, sedangkan esensinya sama. Jika kita mengenali kesadaran ini, maka kita sebagai generasi muda khususnya tidak akan pernah terjadi peperangan. Jika kita melakukan kekerasan pada orang dan mahkluk lain, sesungguhnya kita melakukan kekerasan terhadap diri kita sendiri. Kesadaran kita adalah satu dengan kesadaran orang lain.

2.3 Generasi Muda yang Religius

Pemuda adalah sosok yang suka berkreasi, idialis, dan memiliki keberanian serta menjadi inspiratory dengan gagasan dan tuntutannya. Generasi muda adalah penentu perjalanan bangsa di masa berikutnya. Pemuda adalah motor penggerak utama perubahan. Pemuda diakui perannya sebagai kekuatan pendobrak kebekuan dan kejumudan masyarakat.

Generasi muda Hindu adalah kelompok angkatan usia produktif, terpelajar, dan terdidik yang mempunyai kepribadian kokoh sebagai tempan bangku sekolah dan pengalaman sehingga ia mandiri, dewasa, serta bijaksana dalam bersikap.

Sudah tentu ia pemeluk Hindu yang taat, reformis, selalu ingin mencapai tatanan kehidupan yang lebih baik.

Manusia di abad ini mengetahui bahwa kesehatan adalah hal pokok yang sangat penting untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Ia tidaklah hanya mencakup aspek physical saja, tetapi juga mencakup aspek-aspek non-physical, yaitu: spiritual, emosional, dan intelektual. Kesehatan jasmani memang menjadi landasan yang utama, tetapi segera setelah itu terpenuhi, kesehatan spiritual, emosional, dan intelektual tidak dapat ditunda, apa lagi diabaikan.

Manusia memerlukan tuntutan spiritual dalam kehidupannya agar dapat melakukan aktivitas tidak hanya berlandaskan keberadaan tubuh . Agaman Hindu dengan Kitab Suci-nya yaitu Veda, menyediakan berbagai

(6)

petunjuk dan perintah Tuhan yang memperkuat aspek spiritual, yang pada gilirannya, baik dalam berfikir, berkata-kata, maupun berbuat sesuatu.

Dalam kesadaran emosi yang positif, tumbuh, dan berkembanglah keinginan untuk selalu meningkatkan intelegensi melalui prosespendidikan dan pembelajaran. Potensi-potensi yang berguna bagi meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia bertumpuk pada generasi muda, sehingga sangat disayangkan bila potensi demikian tidak didayagunakan.

Generasi muda Hindu yang terpelajar dan senang menuntut ilmu menuju peningkatan kualitas SDM, akan mendapatkan banyak manfaat bila menjalankan kewajibannya mengikuti ajaran Veda, melalui Bhakti-marga. Ia tidak hanya menolong dirinya sendiri, tetapi juga turut menolong umat manusia mencapai pencerahan dan mewujudkan Mokshartam jagaditaya. III. Penutup

Demikianlah cerita Purana ini menjadi hal yang paling mengakar di dalam pemikiran dan kehidupan keberagaman umat manusia, karena cerita yang disajikannya mampu menjadi turning point dari energy kehidupannya yang mengarah ke luar menjadi berbalik kea rah ke dalam. Semakin masyarakat melakukan penetrasi terhadap mitologinya, maka semakin religious tampak kehidupannya. Dan di dalam masyarakat seperti inilah besar kemungkinan terjadinya transendensi dan transpormasi ke dalam ruang misteri kehidupan yang lebih unik. Dan merekalah para bhakti itu, yang menjadikan logika ruang misteri sebagai rahmat tertinggi dari Tuhan.

Kesadaran yang menyebabkan kita sadar akan kehidupan ini sesungguhnya adalah Brahman. Dari sudut pandang ini, secara etik kita bisa melihat bahwa perbedaan yang ada diantara kita semua hanyalah nama dan bentuknya saja, sedangkan esensinya sama. Jika kita mengenali kesadaran ini, maka kita sebagai generasi muda khususnya tidak akan pernah terjadi peperangan. Jika kita melakukan kekerasan pada orang dan mahkluk lain, sesungguhnya kita melakukan kekerasan terhadap diri kita sendiri. Kesadaran kita adalah satu dengan kesadaran orang lain.

Generasi muda Hindu yang terpelajar dan senang menuntut ilmu menuju peningkatan kualitas SDM, akan mendapatkan banyak manfaat bila menjalankan kewajibannya mengikuti ajaran Veda, melalui Bhakti-marga. Ia tidak hanya menolong dirinya sendiri, tetapi juga turut menolong umat manusia mencapai pencerahan dan mewujudkan Mokshartam jagaditaya. IV Daftar Pustaka

Danu, I Made. 2014. Ajaran Veda Dalam Filosofi Hindu. Surabaya. Paramita Sudarsana, I. K. (2015, May). Peran Pendidikan Non Formal dalam

Pemberdayaan Perempuan. In Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-72630-0-0, pp. 135-139). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IHDN Denpasar.

Sudarsana, I. K. (2014, October). Kebertahanan Tradisi Magibung Sebagai Kearifan Lokal dalam Menjaga Persaudaraan Masyarakat Hindu. In Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-71598-0-8, pp. 137-143). Fakultas Brahma Widya IHDN Denpasar.

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi ini digunakan untuk memeriksa hak akses dari user yang melakukan request , apakah user WHUVHEXW PHPSX\DL KDN ³DGPLQ´ DWDX KDQ\D ³XVHU´ Fungsi ini dibuat untuk

Sulitnya dinas pendidikan baik dinas dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten maupun dinas Pendidikan dan Kebudayaan kecamatan dalam mengecek jumlah data berkas guru dan berkas

Oleh karena transformator merupakan unsur utama dari sistem penyaluran dan distribusi energi listrik dan merupakan peralatan yang paling mahal harganya, maka sistem proteksi

Pola pengaliran yang berkembang di daerah penelitian terbagi menjadi 2 bagian yang pertama ialah subparalel yang terdapat pada daerah Qyk dan Qvg sementara yang

Dari hasil pengolahan data yang diperoleh dalam penelitian berdasarkan pada rata-rata jawaban benar mahasiswa dalam menjawab pertanyaan dalam angket tes menunjukkan

YOGYAKARTA Kabupaten Bantul 7259764665210093 SD MUHAMMADIYAH BANTUL KOTA Anna Rahmawati Fajri, S.Pd.. YOGYAKARTA Kabupaten Bantul 9353758661210013 SD MUHAMMADIYAH BANTUL KOTA

Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan dalam bentuk mata uang rupiah pada Bank Aceh Syariah menggunakan prinsip syariah dengan akad musyarakah, yaitu kerja sama dari

Jus buah belimbing dosis 6,3 mg/kgBB, 12,6 mg/kgBB, dan 25,2 mg/kgBB lebih efektif dibandingkan dengan metformin dalam kemampuan menurunkan kadar glukosa darah tikus putih