Forensik dan Medikoetikolegal
Forensik
Visum et Repertum Tanatologi Traumatologi Forensik Asfiksia Drowning Luka TembakTrauma Panas, Dingin, dan Listrik Kasus Kejahatan Seksual dan Abortus
Infanticide
Disaster Victim Management and Forensic Identification
Medikoetikolegal
Surat Kematian Informed Consent Biomedical Ethics Medical Professionalism Medical RecordMedical Risk and Malpractice Norma Praktik Kedokteran
DNR & Euthanasia
Ilmu Kedokteran Forensik
“Salah satu cabang spesialistik dari Ilmu Kedokteran, yang mempelajari
pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum
Surat Kematian
Kegunaan Surat Kematian
• Sebagai bukti bahwa seseorang telah meninggal dunia
• Untuk statistic sebab kematian
• Untuk kepentingan pemakaman jenazah
• Untuk kepentingan pengurusan asuransi
• Untuk kepentingan pengurusan warisan
• Dalam dunia ilmu kedokteran, dengan adanya kewaiban
pengisian formulir surat kematian oleh dokter pada setiap
kasus kematian, maka pada kasus kematian yang tidak wajar
(pembunuhan) tidak terlanjur dikubur sebelum delakukan
Aplikasi Surat Keterangan Kematian
Kematian Wajar
• Jika orang yang meninggal berada dalam perawatan seorang dokter, diagnosis penyakitnya telah diketahui, dan kematiannya diduga karena penyakitnya tersebut
• Untuk menentukan penyebab kematian wajar, dokter dapat melakukan verbal autopsy, yaitu suatu metode anamnesis terstruktur yang diterapkan secara alloanamnesis untuk mengakkan perkiraan kematian metode telah dibakukan oleh WHO
• Alur Tatalaksana
• Dokter menerima laporan kematian Pemeriksaan luar terhadap mayat (tanpa surat permintaan visum et repertum dari polisi) dan verbal autopsy pada keluarga Tidak ada tanda kekerasan atau keracunan serta kecurigaan lain Memutuskan kematian adalah wajar Menyerahkan jenazah pada keluarga Membuat serta menandatangani surat keterangan kematian (Formulir A)
• Dalam hal yang amat mendesak, paramedic dapat membantu dokter memeriksa jenazah sebagai kepanjang tangan dokter (varlengde arm van de arts)
Kematian Tidak Wajar
• Setiap kematian yang terjadi akibat kekerasan atau keracunan
• Cara kematian pada kematian tidak wajar meliputi pembunuhan, bunuh diri, dan kecelakaan • Kategori kasus yang harus dilaporkan kepada penyidik (Pasal 108 KUHAP)
• Kematian yang terjadi di dalam tahanan atau penjara
• Kematian terjadi bukan karena penyakit dan bukan karena hukuman mati
• Adanya penemuan mayat di mana penyebab dan informasi mengenai kematiannya tidak ada
• Keadaan kematiannya menunjukkan bahwa kemungkinan kematian akibat perbuatan melanggar hokum • Orang tersebut melakukan bunuh diri atau situasi kematiannya mengindikasikan akibat bunuh diri
• Kematian yang terjadi tanpa kehadiran dokter
• Kematian yang disaksikan dokter tetapi ia tidak dapat memastikan penyebab kematiannya • Alur Tatalaksana
• Dokter menerima laporan kematian Pemeriksaan awal dan verbal autopsy pada orang di sekitar lokasi Mencurigai bahwa kematian terjadi secara tidak wajar Melaporkan kepada penyidik
berdasarkan pasal 108 KUHAP Penyidik membuat surat permintaan visum et repertum jenazah Meminta izin keluarga untuk dilakukan autopsy dalam 2x24 jam (jika lebih dari waktu ini keluarga btlum menyampaikan persetujuan, dokter dapat langsung memeriksa tanpa “izin” Dokter
Undang-undang No. 6 tahun 1962 tentang Wabah
Undang-undang No. 2 tahun 1962 tentang Karantina Udara
Visum et Repertum
Definisi Visum et Repertum
• Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan tertulis penyidik yang
berwenang, mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, baik hidup atau mati
ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia berdasarkan keilmuannya dan dibawah
sumpah, untuk kepentingan peradilan
Dasar Hukum
• Staatsblad (Lembaran Negara) No 350 Tahun 1937 pasal 1 dan 2 yang menyatakan VeR adalah
“Suatu Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang
dilihat pada benda yang diperiksanya yang mempunyai daya bukti dalam perkara pidana”
• Pasal 133 KUHAP: “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya”
• PP No 27 tahun 1983: “Penyidik polri berpangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua,
kepangkatan penyidik pembantu adalah bintara serendah-rendahnya adalah Sersan Dua”
Nilai Visum et Repertum -> sebagai alat bukti surat
• KUHAP pasal 184: Alat bukti yang sah adalah: • 1. Keterangan saksi
• 2. Keterangan ahli • 3. Surat
• 4. Petunjuk
• 5. Keterangan terdakwa
Keterangan ahli tidak
hanya terbatas pada “apa yang dilihat dan ditemukan oleh si pembuat”
Visum et Repertum
terbatas pada “apa yang dilihat dan ditemukan oleh si pembuat”,
Jenis Visum et Repertum
VeR perlukaan (termasuk keracunan)
Deskripsi luka Penyebab luka Derajat luka
VeR kejahatan susila
Bukti
persetubuhan Bukti kekerasan Perkiraan umur
Pantas tidaknya korban untuk
dikawin
VeR psikiatrik Penyakit jiwa
Kejahatan sebagai produk
penyakit jiwa
Psikodinamik kejahatan
VeR jenazah kematian Sebab Mekanisme kematian Cara kematian
Waktu perkiraan kematian
©Bimbel UKDI MANTAP
1, 2, 4: mengenai tubuh atau raga manusia yang berstatus sebagai korban
3: mengenai mental atau jiwa tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu tindak pidana
1
2
3
4
Visum
hidup
Visum
mati
Bentuk dan Susunan Visum et Repertum
Pro Justitia
• Ditulis di bagian atas visum
• Sudah dianggap sama dengan materai • Kata Pro Justitia artinya Demi Keadilan,
mengandung arti laporan yang dibuat untuk tujuan peradilan
Bagian Pendahuluan
• Kata “Pendahuluan” tidak ditulis dlm VeR • Berisi tentang waktu, tempat
pemeriksaan, atas permintaan siapa, nomor, tanggal surat, dokter, pembantu yang memeriksa, identitas korban, mengapa diperiksa
Bagian Pemberitaan
• Bagian ini berjudul “ Hasil Pemeriksaan” • Berisikan apa yang dilihat dan ditemukan
Bagian Kesimpulan
• Memuat intisari dari hasil pemeriksaan, disertai pendapat dokter yg
memeriksa/menyimpulkan kelainan yg terjadi pada korban
• Jenis luka/cedera yg ditemukan, jenis
Bagian Penutup
• Bagian ini tidak berjudul
• Memuat pernyataan VeR dibuat atas sumpah dokter, menurut pengetahuan pengetahuan yang sebaik-baiknya dan sebenarnya
©Bimbel UKDI MANTAP
Contoh Visum Hidup
Visum pada orang hidup
Berdasarkan waktu pemberiannya visum untuk korban hidup dapat dibedakan atas:
1.Visum seketika adalah visum yang dibuat
seketika oleh karena korban tidak memerlukan tindakan khusus atau perawatan dengan perkataan lain korban mengalami luka - luka ringan
2. Visum sementara adalah visum yang dibuat
untuk sementara berhubung korban memerlukan tindakan khusus atau perawatan. Dalam hal ini dokter membuat visum tentang apa yang dijumpai pada waktu itu agar penyidik dapat melakukan penyidikan walaupun visum akhir menyusul kemudian
3.Visum lanjutan adalah visum yang dibuat setelah
berakhir masa perawatan dari korban oleh dokter yang merawatnya yang sebelumnya telah dibuat visum sementara untuk awal penyidikan. Visum tersebut dapat lebih dari satu visum tergantung dari dokter atau rumah sakit yang merawat korban.
Kerahasiaan dalam Hasil Pemeriksaan Forensik
• Rahasia jabatan bukan berdasarkan azas kepercayaan, diwajibkan bagi pejabat Negara • Rahasia pekerjaan berdasarkan azas kepercayaan, bersifat swasta
• Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran juga berlaku untuk bidang kedokteran forensik
• Pasal 1 Rahasia kedokteran adalah segala sesuatu yang diketahui pada waktu atau selama melakukan pekerjaan kedokteran
• Pasal 2 Bila ada peraturan yang sederajat atau lebih tinggi dari PP No 10 tahun 1966, maka wajib simpan rahasia kedokteran tidak berlaku
• Pasal 3 Orang yang sedang menjalani pendidikan di bidang kedokteran juga wajib simpan rahasia
• Penggunaan keterangan ahli, atau VeR hanya untuk keperluan peradilan • Berkas VeR hanya boleh diserahkan kepada penyidik yang memintanya
• Untuk mengetahui isi VeR, pihak lain harus melalui aparat peradilan, termasuk keluarga korban
Pengungkapan Rahasia Kedokteran
• Walaupun pengadilan meminta seorang dokter untuk membuka rahasia kedokteran,
dokter memiliki hak tolak (verschoningsrecht) (Pasal 170 KUHAP)
• Pertimbangan hakim dapat membatasi hak tolak dokter, yakni apabila kepentingan
yang dilindungi pengadilan lebih tinggi dari rahasia kedokteran
• Pengungkapan rahasia kedokteran dapat dilakukan dalam kondisi (Benhard Knight,
1972):
• Adanya persetujuan pasien
• Berdasarkan perintah hukum
• Berdasarkan perintah pengadilan
• Kepentingan umum menyangkut masalah kesehatan dan keselamatan umum
• Pasal 10 ayat (2) Permenkes 269/2008: Kepentingan pasien, permintaan aparatur
penegak hukum, permintaan pasien, permintaan institusi sesuai
Aplikasi Visum et Repertum
VeR hidup untuk perlukaan
• Pada korban yang diduga korban tindak pidana, pencatatan rekam medik harus lengkap dan jelas sehingga dapat digunakan untuk pembuatan visum et repertum
• Pada korban luka sedang-berat akan datang ke dokter sebelum melapor ke penyidik/tanpa surat permintaan VeR (surat terlambat) → tetap dibuatkan VeR setelah perawatan/pengobatan selesai • Jika masih diperlukan pemeriksaan ulang → VeR sementara
• VeR definitif: dibuat seketika, korban tidak memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga dapat dibuat kesimpulan.
• VeR sementara: VeR yang dibuat untuk sementara waktu karena korban memerlukan perawatan & pemeriksaan lanjutan sehingga derajat perlukaan belum dapat ditentukan. VeR ini tidak ditulis
kesimpulan tapi hanya keterangan bahwa saat VeR dibuat korban masih dalam perawatan.
• VeR lanjutan: VeR yang dibuat setelah luka korban telah dinyatakan sembuh atau pindah rumah sakit atau pindah dokter atau pulang paksa. Pada VeR ini sudah dapat dibuat kesimpulan.
VeR hidup untuk kasus kejahatan seksual
• Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan barang
bukti, kalau korban datang sendiri dengan membawa surat permintaan dari
polisi, jangan diperiksa, minta korban kembali kepada polisi
• VeR harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada waktu
permintaan pembuatan VeR diterima oleh dokter
• Bila korban datang atas inisiatif sendiri dilakukan pemeriksaan oleh dokter
kembali bersama polisi membawa surat permintaan VeR beberapa waktu
kemudian dokter harus menolak membuat VeR, karena segala sesuatu
yang diketahui sebelum permintaan VeR datang merupakan rahasia
kedokteran (KUHP pasal 322)
©Bimbel UKDI MANTAP
VeR hidup untuk kasus psikiatri
• Visum et repertum psikiatrik perlu dibuat oleh karena adanya pasal 44 (1) KUHP yang
berbunyi ”Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya
atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana”
• Visum ini diperuntukkan bagi tersangka atau terdakwa pelaku tindak pidana, bukan
bagi korban
• Dalam Keadaan tertentu di mana kesaksian seseorang amat diperlukan sedangkan ia
diragukan kondisi kejiwaannya jika ia bersaksi di depan pengadilan maka kadangkala
hakim juga meminta evaluasi kejiwaan saksi tersebut dalam bentuk visum et
repertum psikiatrik
• Selain itu visum ini juga menguraikan tentang segi kejiwaan manusia, bukan segi fisik
atau raga manusia
Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomer 1226/Menkes/SK/XII/2009
©Bimbel UKDI MANTAP
VeR Jenazah
• Pasal 134
• (1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah
mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih
dahulu kepada keluarga korban.
• (2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan
sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
• (3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga
atau pihak yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
• Apabila jenazah dibawa pulang paksa, maka baginya tidak ada surat keterangan
• To help identify three elements of the crime: • the cause of death,
• the mechanism of death • the manner of death
Forensic
Autopsy
Cause
(sebab kematian)
• Any injury/disease
physiological
derangement in death
• Example: Stab wound to
the chest,
adenocarcinoma of the
lung
Mechanism
(mekanisme kematian)
• How a cause of death
produces the
physiological
derangement in the body
• Example: Hemorrhage,
asphyxia, embolism,
organ damage, vagal
Manner
(cara kematian)
• How the cause of death
come to the
victim/person
• Example: Natural death,
accidental death,
homicidal deaths,
suicidal deaths
DEATH
CAUSE OF DEATH
MECHANISM OF DEATH
PHYSIOLOGICAL DERANGEMENT
Mechanism Of Deaths include: • Hemorrhage • Asphyxia • Embolism • Organ damage • Vagal reflex
A
B
C
Tanatologi
Bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut
Dipergunakan untuk kepentingan medikolegal
Medical examiner (physician) investigate the cause, mechanism, and
Kematian
Mati somatis (mati klinis)
• Terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, system kardiovaskular, dan system
pernapasan yang menetap (irreversible)
Mati suri (suspended animation, apparent death)
• Terhentinya ketiga sistem kehidupan yang ditentukan dengan alat sederhana, namun dengan alat yang lebih canggih masih
dapat dibuktikan bahwa ketiga system tersebut masih berfungsi
Mati seluler (mati molekuler)
• Kematian organ atau jaringan yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis
©Bimbel UKDI MANTAP
Mati serebral
• Kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible
kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua
system lainnya yaitu system pernapasan dan
kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat
Mati otak (mati batang otak)
• Kerusakan seluruh otak secara ireversibel, termasuk
batang otak dan serebelum
• Seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan
Tanda Kematian
Tanda Kematian Tidak Pasti
• Pernafasan berhenti, dinilai selama 10
menit
• Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15
menit
• Kulit pucat
• Tonus otot menghilang dan terjadi
relaksasi primer
• Pembuluh darah retina mengalami
segmentasi ke arah tepi retina
• Pengeringan kornea menimbulkan
kekeruhan
Tanda Pasti Kematian
• Lebam mayat (livor mortis)
• Kaku mayat (rigor mortis)
• Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
• Pembusukan (decomposition, putrefaction)
• Adiposera
Tanda Kematian Tidak Pasti
Berhentinya Sirkulasi
Magnus’ Test Pada
pangkal jari diberi ikatan
yang cukup kuat untuk
menghambat aliran vena,
namun tidak sampai
menghambat arteri. Warna
jari akan tetap putih
apabila sirkulasi telah
berhenti.
Diaphanous Test Pada
jaringan diantara pangkal
jari tangan disorotkan
lampu, orang yang masih
hidup akan menunjukkan
warna merah, sedangkan
setelah mati warnanya
menjadi kuning pucat.
Icard’s Test Pada
hypodermis diberikan
injeksi zat fluoresen, jika
masih hidup warna kult
sekitarnya akan berwarna
kehijauan, sedangkan
apabila sirkulasi telah
berhenti maka tidak terjadi
proses tersebut.
Tanda Kematian Pasti
Algor Mortis
• Penurunan suhu tubuh setelah kematian karena proses perpindahan panas melalui
cara konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi
• Grafik penurunan suhu tubuh berbentuk sigmoid
• Hubungan penurunan suhu dengan lama kematian
• Dua jam pertama suhu turun setengah dari perbedaan antara suhu tubuh dan
suhu sekitarnya
• Dua jam berikutnya suhu tubuh turun setengah dari nilai pertama
• Dua jam selanjutnya suhu tubuh turun setengah dari nilai kedua
Temperature falls slowly First 1-3 hours Temperature falls rapidly Next 6-9 hours Temperature approaches the surrounding By 15-20 hours
Livor Mortis
• Pewarnaan ungu kemerahan pada kulit di bagian terendah tubuh setelah kematian
• Sinonim hypostasis, post-mortem staining, post-mortem lividity, suggilation
• Cessation of the circulation relaxation of the muscular tone of the vascular bed
gravity pulls down stagnant blood to the lowest accessible area sedimentation of
red cells bluish red discoloration
• Distributed to the lowest area with free compression depend on the body
position after death
20-30 menit pasca mati Mulai tampak 30menit - 8 jam pasca mati Hilang dengan penekanan
8-12 jam pasca mati Menetap atau tidak
hilang dengan penekanan
Warna Khusus
Cherry pink Carbon Monoxide poisoning
Acts in part by tying up hemoglobin (200 times that of oxygen), saturation from 20-30% will appear as cherry-red lividity Pink around large joints Hypothermia
Wet skin allows atmospheric oxygen to pass through, and also at low temperature hemoglobin has a greater affinity for oxygen Bright red Cyanide poisoning
Inhibits cytochrome c oxidase and prevents utilization of oxygen Reddish Burn and coal
Dark bluish violet Asphyxia
Dark Brown Phosphorous, chlorate, nitrite, aniline poisoning Increases production of methemoglobin
Blackish Opium poisoning
Opium poisoning is associated with intense postmortem lividity, almost black, and is better seen in a fair-skinned body ©Bimbel UKDI MANTAP
Bruise
• Subcutaneous bleeding
• May be anywhere
• Thumb pressure (-)
• Slightly raised
Livor mortis
• Accumulation of red cell by
gravity
• The dependent and
compression-free part of the
body
Rigor Mortis
• Temperature-dependent physicochemical change that occurs within muscle cells as a result of lack of oxygen • Periode Relaksasi Primer
• Terjadi segera setelah kematian, berlangsung selama 2-3 jam, seluruh otot mengalami relaksasi dan dapat digerakkan ke segala arah
• Kaku Mayat (Rigor Mortis)
• Setelah terjadi kematian tingkat seluler, karena ketiadaan oksigen, maka asam laktat akan terbentuk dan ATP tidak dihasilkan lagi
• Dalam keadaan ATP rendah dan tingkat keasaman yang tinggi, maka serabut aktin dan myosin akan berikatan dan menimbulkan kekakuan
• Kekakuan dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal) dan menjalar kraniokaudal
• Periode Relaksasi Sekunder
• Terjadi relaksasi kembali karena telah terjadi dekomposisi dari serabut aktin dan myosin
0-2 jam pasca mati
Terjadi relaksasi primer
2 jam pasca mati
Kaku mayat mulai tampak
12-24 jam pasca mati
Kaku mayat lengkap seluruh tubuh
24-36 jam pasca mati
Terjadi relaksasi sekunder
Faktor-faktor yang mempengaruhi kaku mayat
• Keadaan lingkungan Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan lembab
• Usia Pada anak-anak dan orang tua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung
tidak lama
• Cara kematian Pada pasien dengan penyakit kronis dan sangat kurus, kaku mayat cepat
terjadi dan berlangsung tidak lama
• Kondisi otot Semakin berat massa otot (atletis), kaku mayat semakin lambat terjadi
• Aktivitas premortal Aktivitas tinggi sebelum kematian, kaku mayat lebih cepat terjadi
Diagnosis Banding Kaku Mayat
Kekakuan karena panas (Heat
stiffening)
• Terjadi jika mayat terpapar pada
suhu yang lebih tinggi dari 75oC,
atau jika mayat terkena arus listrik tegangan tinggi terjadi
koagulasi protein sehingga otot menjadi kaku
• Pada kasus terbakar, keadaan mayat menunjukan postur tertentu yang disebut dengan pugilistic attitude, yaitu suatu posisi di mana semua sendi
berada dalam keadaan fleksi dan tangan terkepal
• Perbedaan antara kaku mayat dan kaku karena panas adalah adanya tanda bekas terbakar, otot akan mengalami laserasi bila dipakasa untuk diregangkan, dan
tidak terjadi relaksasi primer maupun sekunder
Kekakuan karena dingin (Cold
stiffening)
• Pada suhu yang sangat dingin, terjadi pembekuan jaringan lemak dan otot
• Bila sendi ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi
• Bila mayat dipindahkan ke
tempat dengan suhu lingkungan yang lebih tinggi maka kekakuan akan hilang
Spasme cadaver (Cadaveric
spasm, instantaneous rigor)
• Keadaan ini terjadi jika sebelum
meninggal, korban melakukan aktivitias tinggi, sehingga lebih
cepat mengalami kekakuan setelah meninggal
• Pada kekakuan ini tidak
mengalami tahapan relaksasi primer dan bentuk kekakuan menunjukkan aktivitas terakhir korban
Parameter
Kaku Mayat
Spasme Kadaver
Mulai timbul 1-2 jam setelah meninggal Segera setelah meninggal
Faktor predisposisi (-) Kematian mendadak,
aktivitas berlebih
Otot yang terkena Semua otot, volunteer maupun involunter
Terbatas pada kelompok otot volunteer
Kaku otot Tidak jelas, dapat dilawan dengan sedikit tenaga
Sangat jelas, perlu tenaga kuat untuk melawan
Kepentingan medikolegal Perkiraan saat kematian Menunjukkan cara kematian, bunuh diri dll
Suhu mayat Dingin Hangat
Pembusukan (decomposition, putrefaction)
• Proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolysis dan putrefaksi
• Autolisis pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril
oleh kerja enzim digestif yang dilepaskan sel pasca mati
• Putrefaksi Clostridium welchii melakukan proses pembusukan dengan darah
sebagai media pertumbuhan dan menghasilkan gas-gas alkane, H2S, dan HCN,
serta asam amino dan lemak
• Pertama kali tampak pada perut kanan bawah berwarna hijau kekuningan oleh
karena terbentuknya sulf-met-hemoglobin
• Lalat menempatkan telur pada mayat 8-24 jam menetas menjadi belatung 4-5
hari menjadi pupa 4-5 hari kemudian menjadi lalat dewasa
©Bimbel UKDI MANTAP
24 jam pasca mati
Pembusukan mulai terjadi
36 jam pasca mati
Kulit melepuh (blister) Munculnya belatung
Dekomposisi organ yang cepat membusuk (laring, trakea, otak, GI
tract Dekomposisi organ yang lambat membusuk (uterus non-gravid, prostat)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembusukan
• Temperatur temperatur ideal untuk
pembusukan adalah 70-100
oF, melambat bila di
bawah 70
oF atau di atas 100
oF, dan berhenti di
bawah 32
oF atau di atas 212
oF
• Udara Pembusukan lebih cepat terjadi di
udara terbuka dibandingkan di dalam air dan di
dalam tanah
• Kelembaban Keadaan
lembab
mempercepat
proses pembusukan
• Penyebab kematian Bagian tubuh yang
terluka
mempercepat pembusukan, dan mayat
penderita yang meninggal karena penyakit
kronis lebih cepat membusuk daripada mayat
orang yang sehat
Dalam
Tanah
Air
Udara
CEPAT
Hangat LembabAdiposera
• Terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau berminyak berbau tengik akibat
hidrolisis lemak
yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati
• Faktor-factor yang mempermudah pembentukan adalah kelembaban tinggi, suhu hangat, dan
lemak tubuh yang cukup
• Faktor-factor yang menghambat pembentukan adalah kelembaban rendah, suhu dingin, dan
adanya air yang mengalir
• Proses: early stages of formation (pale, greasy, unpleasant smell hydrolysis progress (more
brittle and whiter) fully formed (grey, waxy compound that maintains the shape of the body
Mumifikasi
• Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi
pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan
• Jaringan menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput, dan tidak membusuk
• Terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara baik, tubuh yang dehidrasi, dan
waktu yang lama
Nama Tes Senyawa Cara & hasil
Uji Reinsch Arsen 10 cc darah + 10 cc HCl pekat dipanaskan hingga terbentuk AsCl3. Celupkan batang tembaga ke dalam larutan
HASIL: akan terbentuk endapan kelabu sampai hitam dari As pada
permukaan batang tembaga tersebut
Uji Dilusi Alkali CO •Siapkan 2 tabung reaksi. Masukkan 1-2 tetes darah korban ke dalam
tabung pertama dan 1-2 tetes darah normal ke dalam tabung kedua (sebagai kontrol negatif).
•Tambahkan 10 ml air ke dalam masing-masing tabung hingga warna
merah dapat diamati dengan jelas. Darah pada tabung yang mengandung CO akan tampak merah jernih sedang darah kontrol berwarna merah keruh.
•Tambahkan 5 tetes larutan NaOH 10-20% pada masing-masing tabung kemudian dikocok.
HASIL: Darah kontrol akan segera berubah warnanya menjadi merah
hijau kecoklatan karena terbentuk hematin alkali.
Nama Tes Senyawa Cara & hasil
Uji kertas saring
Sianida Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, biarkan hingga menjadi lembab. Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan sampai agak mengering,
kemudian teteskan Na2CO3 10 % 1 tetes
HASIL: positif bila warna berubah menjadi ungu
Uji prussian blue
Sianida Isi lambung/ jaringan didestilasi dengan destilator.
5 ml destilat + 1 ml NaOH 50 % + 3 tetes FeSO4 10% rp + 3 tetes FeCl3 5%, Panaskan sampai hampir mendidih, lalu dinginkan dan tambahkan HCl pekat tetes demi tetes sampai terbentuk endapan Fe(OH)3, teruskan sampai endapan larut kembali dan terbentuk biru berlin
Uji guajacol (Schonbein-Pagenstecher)
Sianida Masukkan 50 mg isi lambung/ jaringan ke dalam botol Erlenmeyer. Kertas saring (panjang 3-4 cm, lebar 1-2 cm) dicelupkan ke dalam larutan guajacol 10% dalam alkohol, keringkan. Lalu celupkan ke dalam larutan 0,1% CuSO4 dalam air dan kertas saring digantungkan di atas jaringan dalam botol. Bila isi lambung alkalis, tambahkan asam tartrat untuk mengasamkan, agar KCL mudah terurai. Botol tersebut dihangatkan
- Tepi luka tidak rata
- Bisa ditemukan jembatan jaringan
Traumatologi Forensik
- Tepi luka rata
- Tidak ada jembatan jaringan
Trauma
Tumpul
Vulnus excoriatum/lecet Lecet gores Lecet serut Lecet tekan Lecet geser Contusio/memar Vulnus laseratum/robekTajam
Stab/tusuk Vulnus incisum/iris Chop/bacokVulnus excoriatum (luka lecet)
• Removal of the superficial epithelial layer of the skin (epidermis) by friction against rough
surface/compression
• Luka lecet gores benda runcing (misalnya kuku) mengeser lapisan permukaan kulit
(epidermis) dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat menunjukkan arah
kekerasan yang terjadi
• Luka lecet serut variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan
permukaan kulit yang lebih lebar
• Luka lecet tekan penjejakan benda tumpul pada kulit sehingga ditemukan kulit yang kaku
dan gelap pada area penekanan akibat pemadatan jaringan yang tertekan
• Luka lecet geser tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus
gantung diri
Vulnus Excoriatum
Tangential
(friction/sliding/scrape)
Linear (luka lecet gores)
Brush (luka lecet serut)
Compression (crushing/pressure)
Compression only (luka lecet tekan)
Compression and sliding (luka lecet geser)
Antemortem
Abrasions
• Reddish-brown
color
• Margins are
blurred due to
vital reactions
Postmortem
Abrasions
• Yellowish in
color
• Translucent area
• Margins are
sharply defined
• Absence of vital
reactions
Contusio (luka memar)
• Infiltration or extravasation of blood into the tissue due to rupture of vessels
by the application of blunt force
• Terjadi pada subkutan tanpa diskontinuitas kulit
• Contusio superfisial akan segera muncul dengan warna kemerahan, contusion
yang lebih dalam akan muncul beberapa saat kemudian
Haemosiderin (iron pigment), dark brown color to blue color (2-4
days) Haematoidin (iron-free pigment), green color (5-7 days) Bilirubin, yellow color (7-10 days) Normal color of skin (15-20 days)
Vulnus laceratum (luka robek)
• Luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan kulit
teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka
akan terjadi robekan pada kulit
• Bentuk luka tidak beraturan, tepi tidak rata, tampak jembatan jaringan
antara kedua tepi luka, dan bentuk dasar luka tidak beraturan
©Bimbel UKDI MANTAP
Lecet geser
Lecet tekan Ex. tyre marks
Contusio
Contusio
Stab wound/luka tusuk
• Deep wounds produced by the pointed end of a weapon or an object, entering the body
• The depth of the wound track in the body is longer than its length on the skin
• Sudut luka dapat memperkirakan benda penyebabnya, bila satu sudut luka lancip dan
yang lain tumpul, berarti benda tajam bermata satu, bila kedua sudut luka lancip, berarti
benda tajam bermata dua
Vulnus incisum (luka iris)
• Produced by sharp cutting instruments (knife, razor, blade)
• The sharp edge of the instrument is pressed into and drawn along the surface of the skin,
producing a wound whose length is greater than its depth
• Edges are regular, clear cut, retracted and averted, except in neck and scrotum, edges are inverted
• Drawing cuts deeper at start, gradually become shallow and at the end only skin is cut with
scratch “tailing of the wound”
• Sawing cuts multiple at the beginning and only one deep cut wound called “tentative or
hesitation cuts”
• Bevelling cuts when weapon is used oblique or tangential way over the body
Chop (luka bacok)
• A chop wound is produced by an heavy instrument with a cutting edge (for example ‘axe’)
• It is an incised-like wound but it’s depth is almost same great as its length
Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan
Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar
Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/banyak
Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena
Luka tangkis Ada Tidak ada Tidak ada
Luka percobaan Tidak ada Ada Tidak ada
©Bimbel UKDI MANTAP
Luka iris: jembatan jaringan (-), tepi luka rata
Luka bacok: tepi luka rata, panjang=dalam
Derajat Perlukaan
Luka Ringan• Tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan jabatan atau pekerjaan (KUHP 352) • Umumnya tanpa luka, atau
dengan luka lecet atau memar kecil di lokasi yang tidak
berbahaya/tidak menurunkan fungsi alat tubuh
Luka Sedang
• Di antara luka ringan dan luka berat
• Mengakibatkan korban tidak dapat melakukan
pekerjaannya karena sakit (pijn/pain) yang dialami, tetapi tidak sampai mengakibatkan luka berat
• Dapat merupakan hasil dari tindak penganiayaan (KUHP
pasal 351 (1) atau 353 (3))
Luka Berat
• Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali atau menimbulkan bahaya maut (KUHP 90)
• Tidak mampu terus menerus
untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
• Kehilangan salah satu panca indra
• Cacat berat • Sakit lumpuh
• Terganggu daya pikir selama empat minggu lebih
• Gugur atau matinya kandungan seorang
Luka Tembak
Definition
• Gunshot wound is a wound caused by a bullet with or without any other components coming out of the gun barrel at the time of firing
Components attending the bullet at the
time of firing
• Smoke
• Gunpowder particles • Flame
COMPONENTS ATTENDING THE BULLET
©Bimbel UKDI MANTAP
SMOKE
BULLET
GUNPOWDER
BARREL FLAME
Senjata Api
Senjata api dengan
laras beralur
(Rifled Bore)
Arah putar ke kiri
(Colt)
Arah putar ke
kanan (Smith dan
Wesson)
Senjata api dengan
laras licin (Smooth
Luka Tembak Masuk
The bullet is the most responsible for causing the wound
• Principally, a bullet causes an entrance wound, consisting of two part:
a hole surrounded by abrasion zone
• Because the form of the wall inside the barrel is spiral groove, the bullet passing it will rotate on its axis
• This rotating movement keep the bullet move relatively in a straight line after leaving the barrel
• When it touches the skin, its rotating movement scratches the soft tissue causing an abrasion zone
• Because the kinetic energy of the bullet is far more powerful than the elasticity of the skin, the bullet penetrate the skin easily and causing a bullet hole
©Bimbel UKDI MANTAP
Bullet Hole
Abrasion Zone Shape
• The shape of abrasion is
influenced
by coming from where the bullet is
• If the bullet perpendicularly hits the
target, a bullet hole surrounded by
abrasion ring is formed
• When it obliquely hits the target
the shape of wound will be oval
• This oval-shape wound consists of a
bullet hole and its abrasion zone
that is formed partially on one side
of the hole
A Bullet Hits the Target Perpendicularly
Bullet Hole
Abrasion Zone
A Bullet Hits the Target Obliquely (Oval-shaped)
Bullet Hole Bullet Direction
FAT ZONE
• Because the inside of the
barrel of a well-maintained
gun is always greased, it cause
the outside of the bullet
become greasy after passing it
• This greasy bullet gives a
blackish dirty abrasion zone
called
fat zone
A Greasy Bullet Hits The Target Obliquely
©Bimbel UKDI MANTAP
Bullet Hole
Blackish-dirty Abrasion Zone (Fat Zone)
Wound Shape
• A bullet perpendicularly hitting a
body part having low density, such
as the stomach, will cause
a
round-shape bullet wound
• When it hits part of the body with
higher density, the head, for
instance, part of its kinetic energy
and the hot gas will be flung back
causing irregular laceration on the
soft tissue surrounding the bullet
hole creating
stellar-shape wound
A Bullet Hits the Stomach Perpendicularly
Bullet Hole
Abrasion Zone
A Bullet Hits the Head Perpendicularly
Luka Tembak Keluar
Exit Wound
• If the bullet hits the body and the
penetrating power strong enough, it can pass the body and causing an exit wound
on the opposite side of the body
• Beside have no marginal abrasion, exit wounds are characteristically large and
irregular, consisting of holes and lacerations
• This large and irregular wound take place when splintered bone is carried out with the bullet at exit
• Laceration Like • No Abrasion Zone
Gunpowder Particles
Effect (Kelim Tatto)
• Gunpowder particles effect
black spots surrounding the
gunshot wound
• Those gunpowder particles had
gone so deep into the flesh that
to remove them by rubbing the
skin surface was ineffective
• Gunpowder particles can reach
the target
at a range of 60 cm
Bullet Hole
Abrasion Zone Gunpowder Particles
Smoke Effects (Kelim
Jelaga)
• Because of the imperfect
burning process, soot will
be resulted in
• The soot is found only on
the surface,
easily removed
by rubbing
• Soot is capable of reaching
a target at
a range of 20-30
cm
©Bimbel UKDI MANTAP
Bullet Hole
Abrasion Zone Gunpowder Particles Soot
Flame Effect (Kelim
Api)
• Flame/hot gas will burn
the skin when the bullet
hits the target
• Flame can reach a target
at a range of 15 cm
Bullet Hole Abrasion Zone Gunpowder Particles Soot BurnGUNSHOT WOUND CLASIFICATION
Contact Wound (Luka Tembak Tempel)
• A muzzle impression occurs when the muzzle of the gun is placed tightly against the surface of the target at the moment of firing.
• Part of the body with high density, bone area, for example, will receive a clearer muzzle impression • Hard pressure of the gun muzzle to the target is
called hard contact, whereas soft pressure is called
soft contact
Muzzle Mark (Kelim Senjata)
• A contact wound is usually round in shape with ring like abrasion
• Discovered on the outside part of the wound is a muzzle mark
• The wound will look dirty because of grease and combustion products such as gunpowder particles and soot
©Bimbel UKDI MANTAP
Dirty Bullet Hole
Muzzle Rim Mark Blackish Abrasion
Hard Contact
• Hard pressure of the gun muzzle
to the target brings about a perfect contact in that the skin forms a seal around the muzzle
• So that the flinging back of the firing power and hot gas will violently pass through the soft tissue, causing irregular
lacerations surrounding the
wound with a muzzle mark on the
outside of the wound
Soft Contact
• Because soft pressure of the gun
muzzle to the target produces an imperfect contact, there may be some openings along the contact area
• What follows is that the flinging back of the firing power and
combustions products will escape sideways passing these openings, causing blackish and dirty abrasion
surrounding the wound with or without a muzzle mark on the
©Bimbel UKDI MANTAP
Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 15 cm (LUKA TEMBAK JARAK
SANGAT DEKAT)
Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 30 cm. (LUKA TEMBAK
JARAK SANGAT DEKAT)
Bila ada kelim tattoo, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 60 cm (LUKA TEMBAK
JARAK DEKAT)
Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: “ berdasarkan sifat
lukanya luka tembak tersebut merupakan LUKA TEMBAK JARAK JAUH“, ini mengandung arti:
• 1. Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar.
• 2. Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban dengan moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.
Asfiksia
Definisi
• Suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea)
Etiologi
• Penyebab alamiah penyakit yang menyumbat saluran napas seperti laryngitis difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru
• Trauma mekanik trauma yang mengakibatkan asfiksia mekanik melalui sumbatan atau halangan pada saluran napas
• Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan
Hipoksik-hipoksia Di
mana oksigen gagal untuk masuk ke dalam sirkulasi
darah
Anemik-hipoksia Darah
yang tersedia tidak dapat membawa oksigen yang cukup untuk metabolism
Stagnan-hipoksia Di mana
oleh karena sesuatu terjadi kegagalan sirkulasi
Histotoksik-hipoksia Di
mana oksigen yang terdapat di dalam darah, oleh karena
Fase Asfiksia
Fase Dispnea
• Penurunan kadar oksigen dan peningkatan kadar karbon dioksida merangsang respiratory center di medulla oblongata amplitude dan frekuensi pernapasan meningkat sebagai kompensasi terjadi dyspnea
Fase Konvulsi
• Peningkatan karbon dioksida lebih lanjut merangsang susunan saraf pusat terjadi konvulsi (kejang) kejang klonik kejang tonik spasme opistotonik
Fase Apnea
• Depresi respiratory center pernapasan melemah kesadaran menurun dan relaksassi sfingter
Fase Akhir
• Paralisis pusat pernapasan lengkap
Pemeriksaan Jenazah
Pemeriksaan Luar
• Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku • Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan
terbentuk lebih cepat distribusi lebam lebih luas
akibat kadar CO2 yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin
sehingga sulit membeku dan mudah mengalir
• Terdapat busa halus pada hidung dan mulut oleh karena peningkatan frekuensi dan amplitude
pernapasan dan sekresi lendir pada fase dyspnea • Pembendungan pada mata berupa pelebaran
pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebral terjadi pada fase konvulsi
• Muncul Tardieu’s spot peningkatan tekanan vena dengan cepat berakibat pecahnya venula kapiler di daerah dengan jaringan ikat longgar (konjungtiva bulbi, pleura, epikardium). Kondisi hipoksia juga berperan melemahkan dinding venula.
Pemeriksaan Dalam
• Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer • Busa halus di saluran pernapasan
• Pembendungan sirkulasi sehingga organ menjadi lebih berat, lebih gelap, dan bila diiris mengeluarkan banyak darah
• Petekie pada mukosa-mukosa organ dalam • Edema paru
Asfiksia
Pembekapan (Smothering) Penyumbatan (Gagging dan Choking) Pencekikan (Manual Strangulation) Penjeratan (Strangulation) Gantung (Hanging) Tenggelam (Drowning)Pembekapan (Smothering)
• Penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan udara ke paru-paru
• Bunuh diri (suicidal smothering) misal pada penderita penyakit jiwa menggunakan bantal untuk menutupi hidung dan mulut
• Pembunuhan (homicidal smothering) misal pada kasus pembunuhan anak sendiri
• Kecelakaan (accidental smothering) missal pada bayi bulan-bulan pertama kehidupannya
• Pemeriksaan luar luka lecet tekan atau geser pada hidung, bibir, dagu, permukaan gusi dan gigi
Penyumbatan (Gagging dan Choking)
• Gagging sumbatan jalan napas pada orofaring • Choking sumbatan jalan napas pada laringofaring
• Bunuh diri (suicidal choking) jarang terjadi karena ada reflex batuk dan muntah
• Pembunuhan (homicidal choking) umumnya korban adalah bayi atau orang dengan fisik yang lemah
• Kecelakaan (accidental choking) tersedak makanan saat berbicara atau tertawa (bolus death) • Pemeriksaan luar terdapat benda asing pada mulut, orofaring, atau laringofaring
Pencekikan (Manual Strangulation)
• Penekanan leher dengan tangan, yang menyebabkan dinding saluran napas bagian atas tertekan dan terjadi
penyempitan saluran napas sehingga udara pernapasan tidak dapat lewat
• Pemeriksaan luar
• Pembendungan muka dan kepala akibat tertekannya pembuluh vena dan arteri superfisial • Luka lecet kecil, dangkal, berbentuk bulan sabit akibat penekanan kuku jari
• Fraktur tulang lidah (os hyoid) dan kornu superior kartilago thyroid unilateral
Penjeratan (Strangulation)
• Penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, kawat dan sebagainya melingkari atau mengikat
leher hingga saluran pernapasan tertutup
• Bunuh diri (self strangulation) pengikatan oleh korban sendiri dengan simpul hidup dengan jumlah lilitan lebih dari satu
• Pembunuhan pengikatan biasanya dengan simpul mati
• Kecelakaan misalnya pekerja yang bekerja dengan tali kemudian terjatuh dan terlilit • Pemeriksaan luar
• Jejas jerat biasanya mendatar, lebih rendah dari jejas jerat pada kasus gantung
• Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparent scotch tape, kemudian dilihat di bawah mikroskop • Terdapat luka lecet tekan di sekitar jejas jerat
Gantung (Hanging)
• Kasus gantung hamper sama dengan kasus penjeratan, namun asal tenaga jerat berasal dari tubuh korban
sendiri
• Berdasarkan posisi korban
• Complete hanging kedua kaki tidak menyentuh lantai • Partial hanging kedua kaki masih menyentuh lantai • Berdasarkan posisi titik gantung
• Typical hanging titik gantung terletak di atas daerah oksiput dan tekanan pada arteri karotis paling besar • Atypical hanging titik gantung terdapat di samping, sehingga leher dalam posisi sangat miring (fleksi lateral) • Asfiksia seksual (Auto-erotic hanging)
• Deviasi seksual yang menggunakan cara gantung atau jerat untuk mendapatkan kepuasan terlambat mengendurkan tali atau melepaskan diri setelah kehilangan kesadaran
Parameter Pembunuhan Bunuh Diri
Alat penjerat:
• Simpul
• Jumlah lilitan • Arah
• Jarak titik tumpu-simpul
Simpul mati Hanya satu
Mendatar Dekat
Simpul hidup Satu atau lebih
Serong ke atas Jauh Korban: • Jejas jerat • Luka perlawanan • Luka lain
• Jarak dari lantai
Mendatar (+)
Ada, sering di daerah leher Jauh
Meninggi ke arah simpul (-)
Biasa tidak ada, luka percobaan (+) Dekat TKP: • Lokasi • Kondisi • Pakaian Bervariasi Tidak teratur Tak teratur, robek
Tersembunyi Teratur Rapi dan baik
Alat Dari si pembunuh Dari barang di TKP
Drowning
Definisi
• Kematian akibat mati lemas
(asfiksia) disebabkan masuknya
cairan ke dalam saluran pernapasan
Klasifikasi
• Immersion seluruh tubuh masuk
ke dalam air
• Submersion sebagian tubuh
(kepala) masuk ke dalam air
©Bimbel UKDI MANTAP
Vicious Cycle of Drowning
Water enters respiratory
passage
Cough reflex
Air driven out of lungs Need for air
Deep inspiration
Mekanisme Kematian
Asfiksia (Wet Drowning)
Air Tawar: Konsentrasi elektrolit lebih rendah → Hemodilusi
darah, air masuk ke dalam aliran darah sekitar alveoli → Hemolisis → Pelepasan ion K⁺→ terjadi perubahan keseimbangan ion K⁺ dan
Ca⁺⁺ dalam serabut otot jantung dan mendorong terjadinya fibrilasi ventrikel
Air Asin: Konsentrasi elektrolit lebih tinggi → air akan ditarik dari
sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru → oedem pulmonal hemokonsentrasi, hipovolemi syok hipovolemik
dan henti jantung
Spasme Laring (Dry Drowning)
Refleks Vagal (Immersion
Syndrome)
Drowning Types
• I Dry Drowning or Immersion Syndrome • IIa Fresh water
Pemeriksaan Jenazah pada Kasus Drowning
©Bimbel UKDI MANTAP
External Findings
• A “washerwoman” appearance in
the hands and soles (Look white
and wrinkled)
• “Goose flesh” (cutis anserina)
• “Mushroom like appearance” in
the nostrils, mouth, and airways
(white foam or hemorrhagic fluid)
• Cadaveric spasm
Internal Findings
• A white or hemorrhagic foam is
found in the trachea and bronchi
• Water may be found in the
stomach.
• There could be dilatation of the
right ventricle
• Pulmonary edema
• Brain swelling
Pemeriksaan Diatom
• Merupakan alga bersel satu dengan dinding terdiri dari silikat (SiO2) yang tahan panas dan asam kuat • Pemeriksaan Destruksi Asam pada Paru
• Jaringan perifer paru diambil sebanyak 100 gram tambahkan asam sulfat pekat diamkan selama kurang lebih setengah hari agar jaringan hancur dipanaskan dalam lemari asam sambil diteteskan asam nitrat
pekat sampai terbentuk cairan yang jernih dinginkan dan lakukan sentrifugasi hingga terbentuk sedimen lihat di bawah mikroskop
• Pemeriksaan diatom positif bila terdapat 4-5 diatom/lpb atau 10-20 per satu sediaan • Pemeriksaan Getah Paru
• Paru disiram air bersih iris bagian perifer ambil sedikit cairan perasan dari jaringan perifer taruh pada gelas objek amati di bawah mikroskop
Pemeriksaan Darah Jantung (Getler Chloride Test)
• This is analysis of blood in the right and left sides of the heart • In freshwater, the chloride level was high in the right
Trauma Panas, Dingin, dan Listrik
Trauma Panas
• Burns are caused by the transfer of energy from a physical or chemical source into living
tissues, which causes disruption of their normal metabolic processes and commonly leads
to irreversible changes that end in tissue death
• Complete epidermal necrosis can occur at 44°C if exposed for 6 hours, while such
necrosis occurs within 5 seconds at 60°C and less than 1 second at 70°C
• Burn where the heat source is dry
• Scalding where the heat source is wet with moist heat from hot water, steam and
other hot liquids
• Hyperthermia – a condition where the core body temperature is greater than 40°C
(100°F) – occurs when heat is no longer effectively dissipated, leading to excessive heat
retention
External and Internal Findings
• Finding of soot in the airways, oesophagus
and/or stomach – the implication that
respiration was required to inhale the soot
• Blood samples can be taken for a rapid
assessment of carboxyhaemoglobin, as a
convenient marker of the inhalation of the
combustion products of fire
• ‘Pugilist attitude’ of the body
• Post-mortem splitting of fragile burnt skin
• Heat-related ‘extradural haemorrhage’
• Toxic gas inhalation – CO (most common), cyanide, acrolein, nitrogen dioxide, hydrochloric acid
- Often see soot in nose/mouth
- May produce edema, mucosal necrosis of upper airway, or bronchospasm
- CO levels usually 30-60% in fire deaths • Neurogenic shock secondary to severe pain • Trauma
Immediate
• Delayed hypovolemic shock with renal failure • ARDS
• Infection (pneumonia, sepsis, cutaneous)
Trauma Dingin
• Deaths from exposure occur through heat loss from radiation, convection,
conduction, respiration and evaporation. Environmental temperatures below
10°C are probably sufficient to cause harmful hypothermia in vulnerable
individuals.
• Hypothermia occurs when a person’s normal body temperature of around
37°C (98.6°F) drops below 35°C (95°F). It is usually caused by being in a cold
environment. It can be triggered by a combination of factors, including
prolonged exposure to cold (such as staying outdoors in cold conditions or in a
poorly heated room for a long time), rain, wind, sweat, inactivity or being in
cold water.
Mild hypothermia Core temperature 32–35°C compared with a normal of 37.5°C Moderate hypothermia Core temperature (30–32°C) Severe hypothermia Core temperature (< 30°C)
External and Internal Findings
• Indistinct red or purple skin discoloration “frost erythema” over large joints, such as the
elbows, hips or knees (and in areas of skin in which such discoloration cannot be hypostasis)
• Haemorrhagic gastric lesions “Wischnewsky spots”
• Tissue injury that varies in severity from erythema to infarction and necrosis following
microvascular injury and thrombosis “frostbite”
• Paradoxical undressing is a phenomenon that describes the finding of partially clothed – or
naked – individuals in a setting of lethal hypothermia confusion and abnormal processing of
peripheral cutaneous stimuli in a cold environment, leading the individual to perceive warmth
and thus to shed clothing
• The phenomenon of ‘hide and die syndrome’ describes the finding of a body that appears to
be hidden terminal primitive ‘self-protective’ behavior and may be more commonly
Trauma Listrik
• The essential factor in causing harm is the current (i.e. an electron flow) which is measured in milliamperes (mA). This in turn is determined by the resistance of the tissues in ohms and the voltage of the power supply in volts (V).
• Usually, the entry point is a hand that touches an electrical appliance or live conductor, and the exit is to earth (or ‘ground’), often via the other hand or the feet. In either case, the current will cross the thorax, which is the most dangerous area for a shock because of the risks of cardiac arrest or respiratory paralysis.
©Bimbel UKDI MANTAP
10 mA
Pain and muscle twitching of the
hand
30 mA
‘Hold-on’ effect,
the muscles will go into spasm, which
cannot be
voluntarily released because the flexor
muscles are stronger than the
extensors
50 mA
Fatal ventricular
fibrillation is likely
to occur
Internal and External Findings
• The focal electrical lesion is usually a
blister ‘electric mark’, which occurs
when the conductor is in firm contact with the skin and which usually
collapses soon after infliction, forming
a raised rim with a concave centre
• The skin is pale, often white, and there
is an areola of pallor (owing to local
vasoconstriction), sometimes
accompanied by a hyperaemic rim • ‘Spark burn’, a central nodule of fused
keratin, brown or yellow in colour, is surrounded by the typical areola of pale skin
Lightning
• A lightning strike from cloud to earth high-voltage electricity (10 megavolt) and
100.000 A
• Some of the lesions caused to those who are struck directly or simply caught close to
the lightning strike are electrical, but other will be from burns and yet others result
from the ‘explosive effects’ of a compression wave of heated air leading to ‘burst
eardrums’, pulmonary blast injury and muscle necrosis/myoglobinuria
External and Internal Findings
• Partial or complete stripping of clothing from the victim ‘Blast
effect’
• Magnetization or even fusion of metallic objects in the clothing
• ‘Metalization’ penempelan partikel konduktor pada kulit
tubuh korban yang dapat diidentifikasi dengan pewarnaan
khusus
Kasus Kejahatan Seksual
Pengertian
• Perkosaan adalah pengertian hukum bukan istilah medis, sehingga digunakan istilah persetubuhan • Persetubuhan yang merupakan kejahatan seperti yang dimaksudkan oleh undang-undang meliputi
persetubuhan di dalam perkawinan maupun di luar perkawinan
Pembuktian
• Hakim tidak dapat menjatuhkan hukuman kepada seorang terdakwa kecuali dengan sekurang-kurangnya 2 alat bukti yang sah ia yakin bahwa tindak pidan tersebnut telah terjadi (pasal 183 KUHP)
• Ada tidaknya persetubuhan • Ada tidaknya kekerasan