• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK NOVEL REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK NOVEL REMAJA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 4, Agustus 2015 (Edisi Khusus)

ISSN 2087-3557

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC DALAM PENINGKATAN

KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK NOVEL REMAJA

Casmadi

SMP Negeri 3 Comal Kab. Pemalang, Jawa Tengah

Abstrak

Target pencapaian dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan peserta didik dalam memahami unsur intrinsik novel remaja. Subjek penelitian berjumlah 34 peserta didik kelas VIII H SMP Negeri 3 Comal terdiri dari 15 putra dan 22 putri dengan teknik pengumpulan data melalui tes, pengamatan, dan foto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan kemampuan peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi unsur intrinsik novel remaja.

©2015 Didaktikum (Edisi Khusus) Kata Kunci: Unsur Instrinsik; Novel Remaja; Model CIRC

PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan pengejawantahan kehidupan hasil pengamatan sastrawan atas kehidupan sekitarnya. Salah satu ciri khas karya sastra ialah bersifat Imajinatif. Pembelajaran karya sastra novel remaja diharapkan dapat membantu peserta didik mengenal dirinya sendiri, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan realistis dan imaginatif yang ada dalam dirinya (BSNP, 2006).

Namun yang terjadi di SMP Negeri 3 Comal secara umum peserta didik belum terbiasa bahkan terkesan malas untuk menyalurkan aspirasi dan idenya melalui diskusi. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian kompetensi dasar peningkatan kemampuan memahami unsur intrinsik novel remaja dalam tiga tahun terakhir menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Penyebabnya adalah: (1) Pemahaman peserta didik dalam kehidupan sehari-hari tidak memahami dan kurang peduli terhadap karya sastra sehingga tidak memiliki khasanah yang cukup. (2) Sebagian besar peserta didik tidak pernah latihan memahami unsur intrinsik novel remaja atau bentuk lainnya.

Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.

Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna.

Bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi, bersifat abitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK NOVEL REMAJA Casmadi

63 dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu.

Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya, menurut Depdikbud (1995) bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 72.000 kosa kata, tetapi dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.

Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantik dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.

Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon.

Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan mempunyai bahsa sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.

Fungsi bahasa dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan. Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal. Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Pihak pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedang sedih, marah atau gembira.

Dilihat dari sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Bila dilihat segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa bersifat fatik, artinya bahasa berfungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan fatik ini biasanya juga disertai dengan unsur

para-linguistik, seperti senyuman, gelengan kepala, gerak gerik tangan, air muka atau kedipan mata.

Ungkapan-ungkapan tersebut jika tidak disertai unsur paralinguistik tidak mempunyai makna. Dilihat dari topik ujaran bahasa berfungsi referensial, yaitu berfungsi untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial ini yang melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana si penutur tentang dunia di sekelilingnya.

Dilihat dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual atau metalinguistik, artinya, bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran bahasa di mana kaidah-kaidah bahasa dijelaskan dengan bahasa.

Jika dilihat dari segi amanat (message) yang disampaikan maka bahasa itu berfungsi

imajinatif. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan; baik

yang sebenarnya maupun yang hanya imajinasi (khayalan) saja. Fungsi imaginasi ini biasanya berupa karya seni (puisi, cerita, dongeng dan sebagainya) yang digunakan untuk kesenangan penutur maupun para pendengarnya.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam BSNP (2006) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa per-satuan dan bahasa negara. (3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. (4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. (5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. (6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia

(3)

sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Pembelajaran tipe CIRC dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang sangat penting, yaitu hasil belajar yang optimal, penerimaan terhadap perbedaan, dan pengembangan keterampilan sosial.

Model pembelajaran tipe CIRC memiliki 8 (delapan) komponen, yaitu: (1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4–5 peserta didik. (2) Placement test, yaitu pemberian pre-test kepada peserta didik atau melihat rata-rata nilai harian peserta didik. (3) Student

creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana

keberhasilan individu ditentukan/dipengaruhi oleh keber-hasilan kelompoknya. (4) Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada peserta didik yang membutuhkannya. (5) Team scores and team

recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan pemberian kriteria penghargaan

terhadap kelompok yang ber-hasil secara cemerlang dan memberikan dorongan semangat kepada kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. (6) Teaching group, yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok. (7) Facts test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh peserta didik. (8) Whole-class units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Penerapan model pembelajaran tipe CIRC dalam suatu mata pelajaran di sekolah: (1) Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada para peserta didiknya dengan mengadopsi model pembelajaran tipe CIRC. (2) Guru menjelaskan kepada seluruh peserta didik tentang akan diterapkannya model pembelajaran tipe CIRC, sebagai suatu variasi model pembelajaran. Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang pola kerja sama antar peserta didik dalam suatu kelompok. (3) Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dikerjakan kelompok. Bila terpaksa, guru dapat memanfaatkan LKS yang dimiliki peserta didiknya. (4) Guru memberikan

pre-test kepada peserta didik tentang materi yang akan diajarkan (mengadopsi komponen placement test). Pre-test bisa digantikan dengan nilai rata-rata ulangan harian peserta didik. (5) Guru

menjelaskan materi baru secara singkat (mengadopsi komponen teaching group). (6) Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4–5 peserta didik pada setiap kelompoknya. Kelompok dibuat heterogen tingkat kepandai-annya dengan memperhatikan keharmonisan kerja kelompok (mengadopsi komponen teams). (7) Guru menugasi kelompok dengan bahan yang sudah disiapkan. Dalam hal ini, jika guru belum siap, guru dapat memanfaatkan LKS peserta didik. Melalui buku paket dan LKS, melalui kerja kelompok peserta didik dapat mengisi isian LKS (mengadopsi komponen student creative). (8) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan secara individual (mengadopsi komponen team study). (9) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami materi bahan ajar yang diberikan guru, dan siap untuk diberi ulangan oleh guru (mengadopsi komponen team scores and team

recognition). Setelah diberi ulangan, guru harus mengumumkan hasilnya dan menetapkan kelompok

terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada). (10) Guru memberikan tes (mengadopsi komponen facts tests). (11) Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal dengan menekankan strategi pemecahan masalah (mengadopsi komponen whole-class units). (12) Guru memberikan tes formatif, sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.

Tujuan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah: (1) Meminimalkan keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin. (2) Guru setidaknya akan menghabiskan separuh waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil. (3) Peserta didik akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat. (4) Peserta didik dapat melakukan pengecekan satu sama lain.

(4)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK NOVEL REMAJA Casmadi

65 Adapun manfaat model pembelajaran kooperatif CIRC adalah: (1) Kesulitan yang dialami peserta didik dapat dipecahkan bersama dengan ketua kelompok serta bimbingan guru. (2) Peserta didik yang memiliki kekurangan secara akademis dibantu oleh peserta didik yang memiliki kemampuan akademis lebih. (3) Tejadi interaksi sosial antar kelompok, dengan adanya kerja sama tiap anggota kelompok peserta didik dapat berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran (Azis, 2011).

Apabila pembelajaran dilaksanakan dengan model CIRC diharapkan dapat meningkatkan pemahaman unsur intrinsik novel remaja.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan dilaksanakan dalam beberapa siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (diadaptasi dari Arikunto, 2006). Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru mitra/pengamat untuk mendukung kelancaran penelitian dan pengambilan data secara objektif. Penelitian berjalan sesuai dengan kurikulum sekolah. Penelitian dikatakan berhasil apabila secara klasikal 75% peserta didik mampu mencapai KKM.

Pada pra siklus masih bersifat konvensional, dengan kegiatan: (1) Menginformasikan materi dan melaksanakan proses pembelajaran. (2) Mengadakan ulangan harian. (3) Menganalisis hasil ulangan. (4) Mengamati aktifitas peserta didik baik sikap dan perilakunya selama mengikuti proses pembelajaran maupun ulangan.

Hasil masukan pra siklus dianalisis dan solusinya diterapkan pada siklus 1. Pada siklus 1, perencanaan disusun bersama dengan guru mitra secara cermat. Pada tahap pelaksanaan, guru mitra mengamati secara detail segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik. Pengamatan dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal yang masih dirasa kurang dan digunakan sebagai bahan perbaikan pada tahap refleksi. Akhir dari pembelajaran dilakukan tes formatif untuk mengetahui hasil belajar peserta didik materi memehami unsur intrinsik novel remaja melalui model pembelajaran CIRC. Semua data yang diperoleh pada siklus 1, dikonfrontasikan dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Apabila belum mencapai indikator yang ditetapkan, penelitian dilanjutkan pada siklus 2 dengan beberapa perbaikan yang direkomendasikan pada tahap refleksi.

Pada siklus 2, perencanaan disusun dengan memperhatikan beberapa perbaikan yang direkomendasikan dan dilaksanakan secara cermat. Guru mitra melakukan pengawasan secara detail terutama untuk mengetahui apakah perbaikan-perbaikan yang direkomendasikan dilaksanakan. Akhir siklus 2 diberi tes formatif, dan semua data yang diperoleh dikonfrontasikan dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Apabila belum mencapai indikator yang ditetapkan, penelitian dilanjutkan pada siklus 3.Apabila indikator keberhasilan yang ditetapkan telah terlampaui, maka penelitian dianggap cukup.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil pra siklus menunjukkan bahwa peserta didik yang mencapai KKM berjumlah 17 orang (42,5%). Faktor penyebabnya antara lain sistem pembelajaran yangg kurang menarik dan variatif sehingga kurang menumbuhkan minat belajar peserta didik untuk meningkatkan hasil belajarnya, kurangnya interaksi antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya, kurangnya keberanian peserta didik dalam berdiskusi, berpendapat serta bertanya pada guru, dan proses pembelajaran yang berjalan juga masih berpusat pada guru.

Pembelajaran siklus 1 menerapkan model CIRC dengan hasil menunjukkan bahwa peserta didik yang telah mencapai KKM sebanyak 29 peserta didik (72,2%). Perolehan ini belum mencapai

(5)

indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sekurang-kurangnya 75% peserta didik mampu mencapai KKM pada tes formatif.

Hasil penelitian siklus 2 berdasarkan tes formatif menunjukkan bahwa terdapat 34 peserta didik (85%) yang telah mencapai ketuntasan (KKM). Perolehan ini telah melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu sekurang-kurangnya 75% peserta didik mampu mencapai KKM pada tes formatif.

Pembahasan

Ketercapaian KKM terus mengalami peningkatan mulai dari pra siklus (42,5%), siklus 1 (72,2%), dan siklus 2 (85%). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menrapkan model

CIRC dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami unsur intrinsik novel

remaja.

Pembelajaran pada kegiatan pra siklus masih dilakukan secara konvensional atau dengan metode ceramah. Pembelajaran yang baik adalah yang melibatkan guru dan peserta didik secara aktif. Guru serta peserta didik saling mempengaruhi serta memberi masukan sehingga menghasilkan suatu kualitas pembelajaran yang maksimal.

Pembelajarn apda siklus 1 dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipr CIRC. Melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe CIRC, peserta didik lebih lebih aktif dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Peserta didik dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan sebaik-baiknya dan mendorong peserta didik aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui keterampilan proses.

Hasil siklus 1 sudah lebih baik daripada pra siklus, namun belum mencapai indikator yang ditetapkan. Pada siklus 1 Peserta didik belum menguasai beberapa keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu berada dalam tugas, mengambil giliran dan mengambil tugas, mendorong partisipasi, mendengarkan dengan aktif, dan bertanya.

Kelemahan-kelemahan yang muncul diinventarisir dan dianalisis untuk dicarikan solusinya. Sebelum memasuki siklus 2, peserta didik diberi penguatan kembali tentang keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif.

Secara umum kenaikan hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini:

Gambar 1. Peningkatan Hasil Penelitian SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran CIRC Dalam Peningkatan Kemampuan Memahami unsur Intrinsik Novel Remaja”, peneliti menyimpulkan: (1) Model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan kemampuan peserta didik materi unsur intrinsik

(6)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK NOVEL REMAJA Casmadi

67 novel remaja pada kelas VIII H SMP Negeri 3 Comal Kabupaten Pemalang tahun pelajaran 2014/2015. (2) Model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan sikap dan minat belajar peserta didik materi unsur intrinsik novel.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Azis, Jamal Abdul. 2011. Upaya Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Materi Bangun Ruang Sisi

Lengkung Melalui Metode Cooperative Learning Tipe CIRC Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Ulujami Tahun Pelajaran 2010/2011. Laporan PTK SMP Negeri 2 Ulujami: Pemalang (Tidak Dipublikasikan).

BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Kom-petensi dan Kompetensi Dasar

SMP/MTs. Jakarta: BSNP

Casmadi. 2015. Peningkatan Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Novel Remaja Melalui Model Pembelajaran

CIRC Kelas VIII H SMP Negeri 3 Comal. Laporan PTK SMP Negeri 3 Comal: Pemalang. (Tidak Dipublikasikan)

Depdikbud, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan pembelajaran. Ed.1,Cet 8

Gambar

Gambar 1. Peningkatan Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membuktikan bahwa perceived usefulness, perceived credibility, dan social influence memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas penggunaan layanan

1) Jenis kelamin: laki-laki. 2) Umur: kurang lebih dua puluh lima tahun. 3) Berat badan: sembilan puluh kilogram. 4) Panjang badan: seratus enam puluh enam sentimeter. 5) Warna

Tidak ada perbedaan pengaruh penerapan gaya mengajar resiprokal dengan self check terhadap hasil belajar keterampilan bolavoli pada kemampuan gerak rendah siswa putra kelas

Untuk itu, pada pembuatan rangkaian alat Lampu Sein Variasi ini bertujuan untuk mempelajari cara kerja dari Lampu sein variasi dan dapat menghasilkan output dengan variasi yang

Analisis teknikal menggunakan data historis dari perilaku pasar untuk perhitungan menggunakan software metastock yang digunakan untuk menentukan waktu jual, waktu beli, dan waktu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar fluor air sumur dengan fluorosis gigi pada anak di Dusun 1 Desa Sitiris-Tiris Kecamatan Andam Dewi, Tapanuli

kooperatif tipe teams games tournament (TGT) ini siswa akan dengan mudah mengikuti pembelajaran gerak dasar passing dengan menggunakan kaki bagian dalam dan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan uraian dan analisis pada tahun 2005 menunjukan hubungan yang positif dan memberikan pengaruh yang signifikan antara perubahan IHSG