IDENTIFIKASI SERANGGA FAMILI COCCINELLIDAE SEBAGAI PREDATOR POTENSIAL PADA TANAMAN HORTIKULTURA DI DATARAN TINGGI
oleh Lamria Sidauruk
Dosen Kopertis Wilayah I DPK Fakultas pertanian UMI Abstract
This research is an exploratory study to identify the spesies of family Coccinellidae in upland areas of Kabupaten Karo and Kabupaten Simalungun as horticultural crop production center in North Sumatra and to obtain a description of horticultural farming systems by farmers. The survey was conducted in 6 villages in the Kabupaten Karo and 4 villages in the Kabupaten Simalungun, as the sampling locations to collect Coccinellids. Insect sampling is an absolute method to collect all of Coccinellids insects found in observation point by line transects. Furthermore, the Coccinellids found are identified in laboratory.
The results showed there are 12 species of family Coccinellids found at the site survey which consists of three subfamily are predator such as Chilocorinae, Coccinellinae and Coccidulinae, while one subfamily is pest such as Epilachninae. Predator species Hippodamia tredecimpunctata and Megalocaria dilatata from Coccinellinae subfamily most common in almost all locations. While the pest species found in almost all location are Epilachna varivestis and Epilachna virginiopunctata. Farming systems in the survey location do not know yet of the useful insects to control pests, so pest control is always used with the insecticide.
Keywords: horticultural farming, Coccinellids, predator
Pendahuluan
Pengendalian hama dengan menggunakan musuh alami (predator, parasitoid, dan patogen) merupakan suatu alternatif strategi pengendalian hama yang saat ini tengah dikembangkan untuk menggantikan peran pestisida. Penggunaan pestisida cenderung merusak lingkungan, membahayakan kesehatan masyarakat, dan bahkan dapat menurunkan kualitas hasil pertanian akibat residu pestisida sehingga sulit bersaing dalam pasar internasional.
Pengendalian hayati pada dasarnya adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan populasi hama yang merugikan. Populasi hama yang meningkat disebabkan keadaan lingkungan yang kurang memberi kesempatan bagi musuh alami untuk menjalankan fungsi alaminya (Untung, 1993).
Dalam usaha pengembangan pengendalian hayati, beberapa serangga dari famili Coccinellidae yang sebagian besar bertindak sebagai predator, memangsa hama pada fase telur hingga dewasa (Lilis, 1991). Oleh karena itu perlu ditingkatkan keberadaannya di area pertanian dengan menyediakan habitat yang sesuai untuk mengendalikan hama di lahan pertanian. Pemahaman tentang habitat yang sesuai agar predator dapat berkembang biak dengan baik serta eksis berada pada habitat tersebut sangat diperlukan.
Upaya konservasi musuh alami yang merupakan kegiatan penting dalam kesinambungan pelaksanaan program pengendalian hayati haruslah memperhatikan pengelolaan habitat yang tepat. Habitat itu dapat berupa lingkungan alamiah yang dipertahankan atau lingkungan ciptaan yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai untuk
musuh alami bertahan hidup (Ferro & Mcneil, 1998 dalam Chandra Irsan, 2003).
Penggunaan pestisida yang berlebihan saat ini telah merubah keseimbangan ekosistem yang ada diantaranya : hama sasaran menjadi lebih kuat, makin punahnya musuh alami dari musuh sasaran serta menurunnya jumlah jasad renik dalam tanah sebagai dekompositor/pengurai benda mati menjadi bahan organik yang diperlukan untuk kesuburan tanah. Bila keadaan tersebut dibiarkan maka bukan tidak mungkin pada ekosistem tanaman tersebut populasi hama maupun penyakitnya semakin bertambah sebagai dampak dari penggunaan bahan kimia yang berlebihan. Di pihak lain populasi musuh alami akan berkurang karena ketidak mampuannya bertahan akibat penggunaan bahan kimia tersebut. Dampak pengendalian kimiawi yang dilakukan secara tidak tepat tanpa memperhatikan aspek lingkungan sangat berpengaruh pada keseimbangan ekosistem.
Melihat pentingnya peran predator dan parasit dalam menjaga dan mengendalikan populasi hama, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi penggunaan insektisida yang berspektrum luas, aplikasi insektisida dengan melakukan pengamatan perbandingan jumlah hama dan musuh alami, bahkan bila perlu dalam suatu areal penanaman dilakukan manipulasi lingkungan agar mendukung peran dan jumlah musuh alaminya.
Salah satu metode pengendalian hama yang mempertimbangkan aspek lingkungan adalah pengendalian hama secara terpadu (PHT). Pengembangan konsep PHT ditekankan pada sistem pengendalian non-kimiawi dengan memanfaatkan secara optimal faktor-faktor mortalitas biotik serangga hama.
Optimalisasi musuh alami serangga hama dilakukan melalui tindakan konservasi, yaitu memberikan lingkungan yang mendukung terhadap musuh alami untuk dapat berperan sebagai faktor mortalitas biotik, sehingga populasi serangga hama dapat dijaga untuk selalu berada pada tingkat yang rendah. Tindakan konservasi musuh alami dilakukan dengan memperbaiki bahan tanaman dan teknik budidaya yang dapat mendukung perkembangan musuh alami, yaitu penggunaan varietas yang tahan hama, sistem tanam polikultur, penerapan konsep ambang kendali dengan mempertimbangkan keberadaan musuh alami dan aplikasi insektisida botani, jika diperlukan (Nurindah & Sunarto, 2008).
Coccinellidae merupakan salah satu famili dari Hexapoda (Insekta) yang potensial dikembangkan sebagai musuh alami serangga hama. Coccinellidae umumnya adalah predator dari serangga Ordo Hemiptera dan Homoptera seperti kutu daun, tungau dan thrips meskipun pada beberapa spesies juga memangsa telur atau larva dari serangga lain. Ada hubungan yang spesifik antara predator dengan mangsanya (Santos, et.al., 2009). Subfamili Epilachninae adalah herbivora, dan dapat sangat merusak hama pertanian (misalnya, famili Salanaceae dan Pappilionaceae). Richards & Filewood, 1990 dalam Abdullah & Faziah Abdullah, 2009, menyatakan bahawa subfamili Epilachninae adalah hama yang cukup merugikan secara ekonomi di Malaysia yang menyerang tanaman Phaseolus vulgaris L. Ipomoea batatas L., Momordica charantial., Solanum melongena L., Curcumis sativus L., Citrullus vulgaris. Sementara di Taiwan beberapa spesies Epilachninae merupakan pemakan daun tanaman dari famili Salanaceae, Cucurbitaceae dan Urticaceae.
Beberapa hasil penelitian membuktikan potensi serangga famili Coccinellidae sebagai predator bagi serangga hama. Spesies pemangsa (predator) sering digunakan sebagai agen pengendalian hayati, misalnya spesies Harmonia axyridis atau Coccinella septempunctata. Hasibuan (2003) melaporkan bahwa jenis predator yang dominan dijumpai sebagai pemangsa kutu perisai Aulacaspis tegalensis pada tanaman tebu lahan kering adalah kumbang kubah (Coleoptera ; Coccinellidae) yaitu Chilosorus melanopthalmus, Chilososrus sp., Scymnus sp., dan Telsemia sp.
Hasil penelitian Wagiman (1997); Omkar & Bind (2004) dan Omkar et al. (2005 a) dalam Tobing & Nasution, (2007) menunjukkan bahwa Cheilomenes sexmaculata, efektif mengendalikan kutu daun Aphis crassivora. Demikian juga hasil penelitian Chandra Irsan (2003) pada tanaman kapas ditemukan 5 jenis predator pada koloni kutu daun talas yaitu Coccinella sp.,Menochilus sp., Scymnus sp. (Coleoptera ; Coccinellidae), Pseudodorus sp. (Diptera ; Syrphidae), Micromus sp. (Neoroptera ; Hemeroobidae). Coccinellidae yang ditemukan meliputi semua stadia mulai dari telur, larva, pupa sampai imago dan ditemukan pada satu sampai dua jenis pada tanaman. Cabral, Soares & Garcia (2009) melaporkan bahwa Coccinella undecimpunctata (Coleoptera ; Coccinellidae) adalah pemangsa yang efektif untuk pengendalian hayati Mizus persicae (Homoptera ; Aphididae).
Sanjaya dan Wiwin Setyowati, (2005) melaporkan potensi serangga famili Coccineliidae (Coccinella transversalis dan Cheilomenes sexmaculata) untuk mengendalikan hama kutu daun Aphidius sp. Demikian juga Teetes et al. (1983) dalam Nonci (2004), melaporkan bahwa
jenis-jenis predator yang banyak ditemukan pada pertanaman jagung di lapangan adalah dari ordo/famili Coleoptera/Coccinellidae, Diptera/Syrphidae, europtera/Chrysopidae, dan Heteroptera/Anthocoridae. Di China spesies Serangium japonicum merupakan predator penting pada hama Bemisia tabaci karena kemampuannya yang tinggi dalam memangsa serangga hama tersebut dan merupakan agensia pengendalian hayati yang efektif dalam program Integrated Pest Managament (IPM) (Fazal & Xiang, 2004). Al-Jyoud, Blaeser & Sengonca (2006) melaporkan bahwa Serangium parcesetosum Sicard (Coleptera, Coccinellidae) adalah predator penting pada hama kutu putih Bemisia tabaci Genn. (Homoptera, Aleyrodidae), Aleurolobus barodensis Mask, Aleurothrixus floccosus Maskell Bemisia argentifolii Bellows and Perring, Dialeurodes citri Ashmead. Penelitiannya menunjukkan bahwa lama hidup akan meningkat pada pemberian pakan alami daripada pakan buatan.
Inventarisasi musuh alami serangga hama pada tanaman hortikultura dapat dilakukan sebagai langkah awal dalam pengembangan PHT pada tanaman hortikultura. Musuh alami tersebut dapat berupa predator, parasit maupun parasitoid. Perkembangan musuh alami pada ekosistem pertanian sangat terkait dengan faktor lingkungan. Musuh alami tersebut tidak dapat berkembang dan berfungsi dengan baik jika dilakukan penyemprotan insektisida.
Studi ini memfokuskan pada penelitian mengenai identifikasi serangga famili Coccinellidae pada tanaman hortikultura yang berlokasi di daerah dataran tinggi Sumatera Utara (ketinggian 600 – 1700 m dpl), karena potensi serangga famili Coccinellidae cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai predator potensial
bagi pengendalian hama secara hayati. Di pihak lain daerah dataran tinggi Sumatera Utara yang merupakan sentra produksi tanaman hortikultura mengalami masalah serius dalam upaya menekan perkembangan hama. Penggunaan pestisida yang berlebihan ternyata tidak mampu menyelesaikan permasalan serangan hama di lapangan. Oleh karena itu perlu dicari alternatif upaya pengendalian hama dengan memanfaatkan potensi alamiah yang terdapat pada daerah dataran tinggi Sumatera Utara tersebut, salah satunya adalah predator Coccinellidae.
Penelitian ini mencoba mengidentifikasi serangga famili Coccinellidae sebagai predator potensial pada tanaman hortikultura yang dijumpai di dataran tinggi Sumatera Utara yang merupakan sentra produksi tanaman hortikultura. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui jenis-jenis serangga
famili Coccinellidae yang dijumpai pada lokasi penelitian sebagai sentra produksi hortikultura di dataran tinggi Sumatera Utara, yaitu Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun. Selanjutnya hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai data awal bagi pengembangan serangga famili Coccinellidae sebagai agensia pengendali hama secara hayati yang mendukung pengendalian hama secara terpadu (PHT). BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi survey yang merupakan sentra produksi tanaman hortikultura (buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman hias) di daerah dataran tinggi Sumatera Utara mulai ketinggian 600 -1700 m dpl. Survey dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Maret 2010.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alcohol 70 % dan formalin 40 % sedangkan alat yang digunakan adalah tali, sweeping net, loupe, mikroskop, botol koleksi, kertas tissue dan buku identifikasi Ivo Hodek dan Kalsshoven.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu mengidentifikasi semua jenis serangga Coccinellidae yang dijumpai di Lokasi survey dengan menggunakan buku identifikasi Ivo Hodek dan Kalsshoven. Selanjutnya menguraikan hubungan antara jenis-jenis serangga Coccinellidae yang ditemukan dengan jenis komoditas yang dibudidayakan.
Pelaksanaan Penelitian 1. Survey Awal
Survey awal dilakukan pada kedua Kabupaten yang menjadi lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran komoditas
yang diusahakan, kedaan topografi dan demografi, sehingga dapat ditentukan lokasi pengambilan sampel yang mewakili kedua kabupaten tersebut. Pada survey awal juga ditetapkan desa-desa yang menjadi titik pengambilan sample pengamatan dan responden yang akan diwawancarai untuk memperoleh data-data sekunder yang mendukung penelitian. Dari survey awal ditetapkan lokasi pengambilan sample sbb : Kabupaten Karo
Kecamatan Barus Jahe : Kecamatan ini berada pada ketinggian 1000 – 1200 m dpl terdiri dari 19 desa dan merupakan sentra produksi tanaman kol, kentang, sawi/petsai. Wortel, cabe, buncis, jeruk, dan sebagian kecil strawberry (BPS, 2009). Dari Kecamatan ini dipilih dua desa sebagai lokasi survey yaitu :
- Desa Sukanalu - Desa Barus Julu
Kecamatan Tiga Panah : Kecamatan ini berada pada ketinggian 600 – 700 m dpl terdiri dari 19 desa dan merupakan sentra produksi tanaman tomat, kubis, kentang, petsai/sawi, labu siam, cabe, buncis, wortel, bunga krisan dan jeruk (BPS, 2009). Dari Kecamatan ini dipilih dua desa sebagai lokasi survey yaitu :
- Desa Seberaya - Desa Suka
Kecamatan Munthe : Kecamatan ini berada pada ketinggian 900-1600 m dpl terdiri dari 22 desa dan merupakan sentra produksi tanaman tomat, cabe, buncis, wortel, dan jeruk (BPS, 2009). Dari Kecamatan ini dipilih dua desa sebagai lokasi survey yaitu :
- Desa Kabantua - Desa Singgamanik Kabupaten Simalungun
Kecamatan Purba : Kecamatan ini berada pada ketinggian 750 – 1400 m dpl terdiri dari 10 desa dan merupakan sentra produksi petsai, kubis, tomat, buncis, wortel (BPS, 2009). Dipilih 2 desa sebagai lokasi survey yaitu :
-Desa Pematang Purba -Desa Tigarunggu
Kecamatan Silimakuta : Kecamatan ini berada pada ketinggian 800 – 1700 m dpl terdiri dari 10 desa dan merupakan sentra produksi petsai, kubis, tomat, buncis, wortel (BPS, 2009). Dari kecamatan ini dipilih satu desa sebagai lokasi survey yaitu:
- Kelurahan Seribudolok - Desa Purbahinalang
2. Pengambilan Sampel Serangga Coccinellidae
Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah metode mutlak atau absolut yaitu dengan mengumpulkan semua jenis serangga dewasa (imago) famili Coccinellidae yang dijumpai pada titik pengamatan di jalur transek yang dibuat
pada lokasi pengamatan. Pada setiap lokasi yang terpilih ditentukan jalur transek dengan panjang 100 meter. Sepanjang jalur transek ditentukan titik-titik pengambilan sampel yang berjarak 20 meter sehingga pada masing-masing transek terdapat 5 titik pengambilan sampel. Jumlah transek pada setiap lokasi tergantung pada luasnya areal yang diamati yaitu antara 2 sampai 3 jalur transek.
Selanjutnya serangga dewasa ditangkap dengan sweeping net dari titik sampel. Serangga dipindahkan dari jaring kedalam botol koleksi setelah sebelumnya dimatikan terlebih dahulu dimatikan dengan larutan formalin. Serangga tersebut dimasukkan pada botol koleksi yang telah diberi alkohol 70%.
3. Identifikasi Serangga
Identifikasi serangga dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia Medan, dengan menggunakan loupe dan mikroskop untuk serangga berukuran kecil, selanjutnya digunakan buku identifikasi Ivo Hodek dan Kalshoven untuk menentukan spesies serangga famili Coccinellidae yang dijumpai di lokasi pengambilan sampel. Identifikasi didasarkan pada bentuk morfologi serangga.
4. Kuesioner
Membuat kuesioner untuk memperoleh data sekunder yang mendukung topik penelitian . Pengisian kuesioner dilakukan dengan wawancara terhadap responden pada lokasi pengambilan sampel. Jumlah responden pada semua lokasi survey aebanyak 35 orang. Kuesioner memuat informasi :
a. Identitas petani
b. Luas Lahan yang dikelola c. Komoditi yang diusahakan
d. Teknik budidaya yang dilakukan : monokultur atau polikultur, organic atau non organik dan apakah melakukan pergiliran tanaman. e. Bagaimana Upaya pengendalian hama
dilakukan : Penyemprotan pestisida : interval, konsentrasi dan dosis, jenis bahan aktif.
f. Apakah ada upaya melakukan pengendalian hayati
Analisa data
Data dianalisa dengan mengidentifikasi semua serangga famili Coccinellidae yang dijumpai di lokasi survey. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkan komoditi tanaman dimana serangga tersebut ditemukan. Data
sekunder dari kuesioner digunakan untuk menjelaskan hubungan tindakan agronomi yang dilakukan dengan banyaknya spesies serangga famili Coccinellidae yang ditemukan.
Hasil dan Pembahasan
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1.
Dekripsi Lokasi Survey
Kedaan umum lokasi survey
tempat pengumpulan koleksi serangga
famili Coccinellidae disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Lokasi Survey
Kabupaten Kecamatan Desa/Kel. Jumlah Responden
Komoditi
Karo Barus Jahe Sukanalu 5 org kubis, wortel, terung, jeruk, strawberry
Barus Julu 5 org kubis, petsai, kubis bunga, labu jepang, bunga sedap malam, jeruk
Tiga Panah Seberaya 5 org jeruk, krisan, kubis, petsai, labu, kentang
Suka 5 org jeruk, cabe merah, labu
jepang, kubis , ercis Tiga Binanga Kabantuah 3 org jeruk, tomat,cabe merah,
buncis
Munthe 3 org wortel, tomat, kubis, cabe merah
Simalungun Silima-kuta Purba Hinalang
3 org labu jepang, petsai, tomat, kentang, kubis
Seribu Dolok
3 org tomat, cabe merah, kentang, petsai
Purba Pematang
Purba
3 org cabe merah, tomat Tiga
Runggu
3 org cabe merah, tomat
Dari hasil wawancara terhadap responden diperoleh informasi bahwa seluruh responden mengalami gangguan hama dalam mengelola usaha taninya. Jenis hama yang dijumpai umumnya lebih dari satu jenis. Untuk mengendalikan serangan hama tersebut upaya yang dilakukan adalah pengendalian dengan menggunakan insektisida. Belum ada upaya pengendalian hama secara non kimia yang dilakukan oleh seluruh responden. Penggunaan insektisida cukup intensif, dan sangat tergantung pada jenis tanaman dan faktor cuaca (bila curah hujan tinggi, intensitas penyemprotan juga tinggi). Intensitas pengendalian hama dengan insektisida pada tanaman semusim seperti kubis, petsai wortel, buncis, tomat dan cabe merah digambarkan pada gambar 1.
Gambar 1. Intensitas Penyemprotan Insektisida pada Tanaman Semusim Intensitas Penyemprotan 0 21.1 34.2 44.7 1 2 3 4 Keterangan :
1 : Tidak dilakukan penyemprotan (0 %)
2 : Penyemprotan 1-3 kali selama musim tanam (21, 1%) 3 : Penyemprotan 3-5 kali selama musim tanam (34, 2 %) 4 : Penyemprotan lebih 5 kali selama musim tanam (44.7%)
Gambar 1 menunjukkan tidak ada responden yang tidak melakukan pengendalian hama dengan insektisida. Lebih dari 44% responden melakukan pengendalian hama dengan intensitas penyemprotan relatif tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan petani tentang dampak penggunaan insektisida terhadap keragaman hayati ekosistem pertanian masih kurang memadai. Hal ini didukung hasil wawancara dimana tidak ada responden yang mengetahui atau mengenal adanya musuh alami (serangga lain) yang dapat mengendalikan populasi hama yang menyerang tanaman budidaya. Menurut responden semua serangga yang ditemukan pada lahan pertaniannya adalah hama.
Sistem pertanaman di lokasi survey pada umumnya sudah mengenal sistem polikultur dan pergiliran tanaman, khususnya pada tanaman hortikultura sayur-sayuran. Pada satu hamparan lahan ditanam dua atau tiga jenis tanaman sayuran sekaligus, misalnya tanaman kubis dengan cabe merah, tanaman tomat dan cabe merah, terung dan kubis. Pergiliran tanaman juga dilakukan, namun dijumpai bahwa pergiliran tanaman dilakukan pada tanaman dalam famili yang sama misalnya sesama famili Solanaceae (cabe merah, tomat, terung, ketang), atau sesama famili Crucciferae (Petsai, kubis, kubis bunga). Hal ini tidak akan berdampak positif bagi penekanan populasi hama, karena umumnya suatu spesies hama mempunyai preferensi yang sama pada tanaman dalam satu famili.
2.Identifikasi Famili Coccinellidae
Seluruh sampel serangga yang dikumpulkan dari 10 titik pengambilan sampel di lokasi survey yang merupakan ekosistem pertanian hortikultura diperoleh 12 spesies yang berbeda secara morfologi. Illustrasi morfologi serangga dewasa family Coccinellidae digambarkan sebagai berikut:
Pada umumnya yang membedakan antara subfamili maupun antara spesies adalah ciri-ciri spesifik seperti warna, adanya spot, pola khusus maupun jumlah ruas pada abdomen maupun antena atau pada bagian lain tubuh serangga. Duabelas spesies yang berbeda yang dijumpai tersebut dikelompokkan menjadi 4 subfamili. Hasil identifikasi spesies dari famili Coccinellidae tersebut disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Identifikasi Spesies Famili Coccinellidae
Sub Famili Spesies Jenis Tanaman Lokasi Survey Chilocirinae Brumus saturalis F. Tomat,
Cabe merah, Jeruk
Kabantuah Seribudolok Munthe Chilocorus stigma Say. Kubis, Jeruk, Bunga Sedap
Malam, Kubis bunga
Barus Julu Sukanalu Coccidulinae Rodolia sp. Kentang, Cabe merah, tomat,
Bunga Krisan
Seribudolok Purba Hinalang Munthe Kabantuah Coccinellinae Adalia decempunctata
Linn
Jeruk, Kubis, Petsai, Kubis Bunga, Krisan Sukanalu Suka Seberaya Barusjulu Coccinella novemnotata Herb
Kubis, Kentang, Tomat, Jeruk Sukanalu Sibudolok Purba Hinalang Coccinella transversalis F.
Jeruk, Kubis, Petsai, Ercis Kubis Bunga Sukanalu Suka Seberaya Barusjulu Hippodamia tredecimpunctata Linn.
Kubis, Labu Jepang, Tomat, Kentang, Cabe merah
Tiga Runggu Purbahinalang Seribudolok Seberaya, suka Sukanalu, munthe Munthe Harmonia axyridis Fab.
Kubis, Tomat, Petsai Seberaya Sukanalu Purbahinalang Megalocaria dilatata
Fab.
Jeruk, Tomat, Cabe merah, Kubis, Krisan Sukanalu Suka Seberaya Barusjulu Munthe Epilachninae Epilachna varivestis
Mulsant
Terung, Labu, Ercis, Kubis Sukanalu Barusjulu Munthe Purbahinalang Pematang Purba Tigarunggu Suka Epilachna virginiopunctata Fab. Kubis, Petsai, Tomat, Terung Sukanalu, Suka Seberaya Barusjulu Munthe Purbahinalang Tigarunggu Henosepilachna vigintisexpunctata Fab.
Kubis, Petsai, Kubis Bunga Sukanalu Suka Barusjulu Munthe
Dari Tabel 2 diatas, subfamili Chilocorinae, Coccidulinae, dan Coccinellinae merupakan predator pemangsa pada banyak jenis serangga ordo Hemiptera dan Homoptera seperti Aphid dan Coccid (Santos et al., 2006 : Kalshoven, 1981). Sedangkan subfamili Epilachninae merupakan herbivora sehingga banyak dijumpai sebagai hama pada tanaman famili Solanaceae dan Leguminosae (Richards & Filewood, 1990 dalam Abdullah & Faziah Abdullah, 2009). IdentifikasiSubfamili Chilocorinae
Serangga dari sub famili Chilocorinae mempunyai bentuk caput ((kepala) yang lebih sederhana dan melebar. Mata majemuk berbentuk oval, terdapat pada bagian anterior. Di sebelah kedua mata majemuk ada antenna dengan ruas 6-7 ruas. Type alat mulut menggigit dengan bagian labrum yang lebih sempit. Thorax umumnya berbentuk lempeng yang keras, lempeng ini disebut pronotum yang mempunyai ciri-ciri agak cembung dan tidak mempunyai pola warna yang bervariasi. Subfamili Chilocorinae mempunyai elytra yang keras dan berwarna gelap mengkilat, bentuknya sangat cembung menutupi bagian abdomen. Pada beberapa spesies ditemukan adanya spot warna. Kaki berkembang cukup baik serta terdiri dari beberapa ruas dan dapat dimanfaatkan untuk berjalan, mempunyai seta sepanjang kaki terutama pada ujung kaki yang berguna untuk menangkap mangsa. Bagian abdomen terdiri dari beberapa segmen antara 5-6 segmen. Umumnya serangga betina lebih besar daripada serangga jantan. Spesies yang ditemukan di lokasi survey adalah Brumus saturalis dan Chilocorus stigma. Brumus saturalis berwarna coklat pada bagian caput dan pronotum, Elytra berwarna gelap dengan garis hitam membujur sepanjang tubuhnya. Mempunyai spot coklat pada kedua belah elytra. Panjang tubuhnya 3 – 4 mm. banyak
dijumpai pada koloni kutu pada tanaman jeruk, tomat dan cabe merah.
Brumus saturalis
Chilocorus stigma Berwarna hitam mengkilat, panjang tubuhnya 3,5 sampai 4 mm, antenna pendek dan mata majemuk hamper tidak terlihat. Banyak dijumpai pada tanaman jeruk karena spesies ini merupakan pemangsa kutu jeruk Coccus viridis.
Chilocorus stigma
Identifikasi Subfamili Coccidulinae Serangga dewasa (imago) subfamily Coccidulinae berbentuk oval , kepala berwarna hitam dengan mata majemuk bulat besar dan menonjol, antenna terdiri dari 7-8 segmen dan lebih pendek dari ukuran kepala. Pronotum mendatar, berwarna hitam mengkilat sedangkan elytra umumnya berwarna kuning sampai kemerahan, dan mempunyai spot berwarna hitam. Spesies yang ditemukan di lokasi survey adalah Rodolia sp.
Rodolia sp.
Rodolia sp. berwarna merah kecoklatan dengan panjang 5 – 5,5 mm. Pada Elytra terdapat spot hitam mengkilat. Pronotum berwarna merah kecoklatan berbentuk sperti lempeng segitiga. Banyak dijumpai pada koloni kutu putih.
Identifikasi Subfamili Coccinellinae Serangga dewasa (imago) subfamily Coccinellinae umumnya berwarna kuning sampai kemerahan, mempunyai spot yang jumlahnya sangat bervariasi tergantung kepada spesiesnya. Pada bagian kepala terdapat mata majemuk berbentuk bulat besar, antenna terdiri dari beberapa segmen dan lebih panjang atau sama dengan lebar kepala.
Pronotum sumfamili Coccinellinae umumnya lebih lunak bahkan pada sebagian spesies tidak sepenuhnya menutupi thorax. Bentuknya sperti segitiga terbalik. Pada pronotum sering dijumpai spot dengan corak tertentu misalnya corak T. Elytra menutupi seluruh abdomen, berwarna kuning, oranye sampai kemerahan dan mempunyai jumlah spot yang bervariasi. Spesies yang ditemukan di lokasi survey adalah Adalia decempunctata, Coccinella novemnotata, Coccinella transversalis, Hippodamia tredecimpunctata, Harmonia axyridis dan Megalocaria dilatata.
Adalia decempunctata berbentuk bulat, kepala dan pronatum pipih, mata majemuk bulat dan besar, antenna lebih panjang dari lebar kepala. Kepala dan pronotum berwarna coklat dengan spot hitam yang tersebar pada pronotum. Elytra
berwarna kuning cerah, agak pipih. Terdapat spot hitam yang letaknya simetris pada kedua belah elytra.
Adalia decempunctata Linn.
Coccinella novemnotata, berbentuk bulat lebih cembung, kepala dan pronatum pipih, mata majemuk bulat dan besar, nyaris tidak terlihat karena kepala berwarna hitam. Antenna lebih panjang dari lebar kepala. Pronotum berwarna hitam dengan corak putih. Elytra berwarna kuning cerah, berbentuk cembung menutupi seluruh abdomen. Terdapat spot hitam yang letaknya simetris pada kedua belah elytra Pada bagian atas tubuh terdapat garis melintang hitam yang melebar di dekat pronotum.
Coccinella novemnotata Herb.
Coccinella transversalis, Berbentuk lebih oval. kepala dan pronatum pipih dan melebar, mata majemuk bulat dan besar, kepala berwarna hitam. Antena lebih panjang dari lebar kepala. Pronotum berwarna hitam dengan corak kecoklatan. Elytra berwarna Oranye cerah, berbentuk cembung menutupi seluruh abdomen. Terdapat spot hitam yang letaknya simetris pada kedua belah elytra Pada bagian atas
tubuh terdapat garis melintang hitam yang lebar membelah kedua belah elytra.
Coccinella transversalis
Hippodamia tredecimpunctata, Berbentuk oval memanjang dan pipih. kepala dan pronatum pipih dan melebar, mata majemuk bulat dan besar, kepala berwarna hitam. Antenna lebih panjang dari lebar kepala. Pronotum berwarna hitam berbentuk petak dengan corak kecoklatan. Elytra berwarna Oranye cerah, berbentuk cembung menutupi seluruh abdomen. Terdapat spot hitam yang letaknya simetris pada kedua belah elytra. Pada bagian atas tubuh terdapat garis melintang tipis berwarna membelah kedua belah elytra.
Hippodamia tredecimpunctata Linn
Harmonia axyridis, berbentuk bulat lebih cembung, kepala dan pronatum pipih berbentuk segitiga, mata majemuk bulat dan besar, kepala berwarna hitam dengan dengan spot putih berbentuk segitiga, antenna lebih panjang dari lebar kepala. Pronotum berbentuk segitiga, berwarna hitam dengan corak putih. Elytra berwarna kuning cerah, berbentuk cembung menutupi
seluruh abdomen. Terdapat spot hitam yang letaknya simetris pada kedua belah elytra Pada bagian atas tubuh terdapat garis melintang hitam yang membentuk bulatan di dekat pronotum.
Harmonia axyridis
Megalocaria dilatata. berbentuk bulat, cembung dan berukuran besar. Seluruh tubuhnya berwarna oranye cerah sampai kecoklatan, ukuran kepala lebih kecil dengan mata majemuk bulat besar, antenna lebih panjang dari ukuran kepala. Pronotum pipih dan oval. Elytra berwarna kuning cerah, berbentuk cembung, sepanjang tepi elytra agak pipih. Terdapat spot hitam yang letaknya simetris pada kedua belah elytra.
Megalocaria dilatata
Identifikasi Subfamili Epilachninae Serangga dewasa (imago) subfamily Epilachninae umumnya berwarna oranye cerah sampai kecoklatan, mempunyai spot yang jumlahnya banyak dan sangat bervariasi tergantung kepada spesiesnya. Pada bagian kepala terdapat mata majemuk berbentuk oval besar dan menonjol keluar,
antenna terdiri dari beberapa segmen (8-11) dan lebih panjang dari lebar kepala. Bentuk pronotum bervariasi dan terdapat spot dengan corak yang bervariasi pula. Elytra menutupi seluruh abdomen, berwarna kuning, oranye sampai kecoklatan. Terdapat spot hitam dengan bentuk bervariasi dan spot yang bervariasi dari 12-30 spot. Spesies yang ditemukan di lokasi survey adalah Epilachna varivestis, Epilachna virginiopunctata, Epilachna borealis.
Epilachna varivestis, berbentuk bulat, cembung. Seluruh tubuhnya berwarna oranye cerah sampai kecoklatan, ukuran kepala lebih kecil dengan mata majemuk oval besar, antenna lebih panjang dari ukuran kepala. Pronotum cembung berbentuk segiempat. Elytra berwarna oranye sampai kecoklatan, berbentuk cembung. Terdapat spot hitam yang letaknya simetris pada kedua belah elytra. Jumlah spot hitam umumnya 12 spot, namun ada juga beberapa spesies mempunyai jumlah spot sampai 16 spot.
Epilachna varivestis
Epilachna virginiopunctata, berbentuk bulat, agak pipih. Seluruh tubuhnya berwarna oranye cerah sampai kecoklatan, kepala lebih kecil dengan mata majemuk oval besar, antenna lebih panjang dari ukuran kepala. Pronotum cembung berbentuk segilima. Elytra berwarna oranye sampai kecoklatan, berbentuk cembung. Terdapat spot hitam yang letaknya simetris pada kedua belah elytra. Jumlah spot hitam berkisar antara 12 – 26 spot.
Epilachna borealis, berbentuk bulat, cembung. Berwarna oranye cerah sampai
kecoklatan, ukuran kepala lebih kecil dengan mata majemuk oval, antenna lebih panjang dari ukuran kepala. Pronotum datar berbentuk oval. Terdapat spot hitam berbentuk segitiga pada puncak pronotum. Elytra berwarna oranye sampai kecoklatan, berbentuk cembung. Terdapat spot hitam dengan ukuran bervariasi yang letaknya simetris pada kedua belah elytra. Jumlah spot hitam berkisar antara 12 – 26 spot.
Epilachna virginiopunctata
Epilachna borealis
Dari seluruh spesies yang
diidentifikasi Hippodamia
tredecimpunctata dan Megalocaria dilatata adalah predator yang paling umum dijumpai pada hampir semua lokasi penelitian. Sedangkan spesies hama yang ditemukan pada hampir semua lokasi penelitian adalah Epilachna varivestis dan Epilachna virginiopunctata Sedangkan jenis-jenis lainnya ditemukan secara menyebar pada berbagai lokasi.
Pembahasan
Memperhatikan hasil identifikasi terhadap seluruh spesies serangga famili Coccinellidae yang ditemukan pada 10 titik pengambilan sampel di lokasi survey
tampak bahwa jenis spesies yang dijumpai relatif sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah spesies famili Coccinellidae yang cukup banyak dan mempunyai adaptasi yang luas. Iperti (1999) menyatakan bahwa Coccinellidae mampu berinteraksi dengan lingkungan yang beragam baik pada ekosistem tundra, hutan, padang rumput dan agroekosistem mulai dari lembah sampai pegunungan. Joshi & Sharma (2008), mengidentifikasi 31 spesies Coccinellidae pada satu distrik (=Kabupaten) di India. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian ini yang dilakukan pada dua Kapubaten maka jumlah spesies yang ditemukan relatif sedikit.
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan suatu spesies bertahan hidup pada suatu ekosistem diantaranya adanya musuh alami dari spesies tersebut dan rusaknya ekosistem sehingga spesies tersebut tidak mampu bertahan hidup. Kehadiran Coccinellidae sering digunakan sebagai bioindikator suatu ekosistem. Penggunaan pestisida yang berlebihan sangat nyata mengurangi keragaman Coccinellidae pada agroekosistem (Zahoor, et al., 2003). Keragaman spesies pada suatu ekosistem merupakan indikator ekosistem yang baik (Duelli & Obrist, 2003). Harmon, Stephens & Losey (2007) melaporkan dari hasil survey di Amerika mulai 1987-2006 terdapat penurunan kepadatan spesies alamiah Coccinellidae di lokasi survey misalnya species, Adalia bipunctata dan
Coccinella novemnotata, jarang ditemukan.
Di seluruh lokasi penelitian, intensitas penggunaan pestisida sangat tinggi, hasil survey menunjukkan 44% petani mengendalikan hama dengan insektisida dengan intensitas lebih dari lima kali selama musim tanam tanaman semusim. Pengendalian hama dengan insektisida akan turut serta membunuh musuh alami serangga hama yang ada di tempat tersebut. Kemungkinan hal ini yang menyebabkan berkurangnya spesies serangga famili Coccinellidae yang ditemukan pada lokasi
survey. Zahoor, et al. (2003) menyatakan pengendalian kutu Aphid menggunakan pestisida ternyata juga menyebabkan predator Coccinellidae terbunuh sehingga dengan cepat mengurangi keragamannya.
Dilain pihak pengendalian hama yang intensif juga akan meniadakan mangsa bagi predator yang berakibat terganggunya aktifitas biologis predator karena kekurangan pakan. Al-Jyoud, Blaeser & Sengonca (2006) melaporkan bahwa Serangium parcesetosum Coleptera, Coccinellidae) adalah predator penting pada hama kutu putih Bemisia tabaci (Homoptera, Aleyrodidae), Aleurolobus barodensis, Aleurothrixus floccosus,l Bemisia argentifolii, Dialeurodes citri. Penelitiannya menunjukkan bahwa lama hidup akan meningkat pada pemberian pakan alami daripada pakan buatan,
demikian juga kemampuannya
menghasilkan telur (fekunditi). Kesimpulan dan Saran
Penelitian ini adalah usaha awal untuk menggambarkan keberadaan serangga famili Coccinellidae pada sentra produksi tanaman hortikultura di daerah dataran tinggi Sumatera Utara yang diwakili Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun. Melalui identifikasi terhadap serangga famili Coccinellidae yang ditemukan pada lokasi survey diharapkan diperoleh spesies-spesies predator yang potensial untuk dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai agensia pengendalian hayati pada hama-hama tanaman hortikultura. Dari hasil identifikasi terdapat tiga subfamili Coccinellidae yang merupakan predator potensial yaitu subfamily Chilocorinae, Subfamili Coccidulinae dan Subfamili Coccinellinae. Selanjutnya ada 2 spesies yaitu Hippodamia tredecimpunctata dan Megalocaria dilatata yang paling umum dijumpai pada hampir semua lokasi penelitian. Keduanya adalah subfamili Coccinellinae. Hal ini menunjukkan adaptasi yang baik terhadap
lingkungan. Sedangkan spesies hama yang ditemukan pada hampir semua lokasi penelitian adalah Epilachna varivestis dan Epilachna virginiopunctata Sedangkan jenis-jenis lainnya ditemukan secara menyebar pada berbagai lokasi. Sedikitnya jenis spesies yang ditemukan di lokasi survey diduga berkaitan erat dengan perilaku teknik budidaya petani hortikultura dalam mengendalikan serangan hama, dimana penggunaan insektisida sangat intensif sehingga turut membunuh serangga berguna yang ada pada ekosistem pertanian. Disamping itu umumnya petani belum memahami adanya serangga berguna di lahan pertaniannya yang dapat membantu mengendalikan populasi hama.
Diperlukan survey dan analisis lebih lanjut tentang hubungan faktor-faktor lingkungan dan perilaku petani dalam teknik budidaya terhadap keragaman spesies famili Coccinellidae di lokasi survey. Agar potensi predator Coccinellidae dapat sepenuhnya dieksplorasi, maka perlu kajian lebih mendalam tentang interaksi mangsa-pemangsa antara predator dengan serangga hama yang ditemukan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, F., & Faizah Abdullah, 2009. The behaviour And Feeding Preference of the 12- Spotted Beetle Epilachna indica Mulstant (Coleoptera : Coccinellidae : Subfamili Epilachninae) Towards the Black Nightshade Solanum nigrum (Famili : Solanaceae). Journal of Entomology 6(4):167– 178.
Al-Zyoud, F., P. Blaeser & C. Sengonca, 2006. Longevity of the Ladybird Predator Serangium parcesetosum Sicard (Coleoptera ; Coccinellidae) on Natural and Artificial Nutritional Sources. MITT. DTSCH. GES. ALLG. ANGEW. ENT. 15:251-255.
Burgio, G., R. Ferrari, M. Pozzati, & L. Boriani, 2004. The role of
ecological compensation areas on predator populations: an analysis on biodiversity and phenology of Coccinellidae (Coleoptera) on non-crop plants within hedgerows in Northern Italy. Bulletin of Insectology 57 (1):1-10.
Cabral, S., O. A. Soares & P. Garcia, 2009. Predasi oleh Coccinella undecimpunctata L. (Coleoptera :
Coccinellidae) di Myzus persicae Sulzer (Homoptera: Aphididae):
Efek dari Kerapatan Mangsa. Biological
Control, 50(1):25-29.
Chandra Irsan, 2003. Predator, Parasitoid dan Hiperparasitoid yang Berasosiasi dengan Kutu Daun (Homoptera ; Aphididae) pada Tanaman Talas. Jurnal Hayati, Volume 10(2):81-84.
Hasibuan, R., 2003. Populasi Predator Coleoptera Dan Hama Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Zehntner (Homoptera ; Diaspididae) Pada Dua Varietas Tanaman Tebu Lahan Kering. Jurnal Agrotropika VIII(1):42 -47.
Hesler, L.S. & R. W. Kieckhefer, 2008. Status of Exotic and Previously Common Native Coccinellids (Coleoptera) in South Dakota Landscapes. Journal of the Kansas Entomological Society 81(1):29-49. Hodek, I., 1973. Biology of
Coccinellidae. Academia Publishing House of The
Czechoslovak Academy of Science, Prague. 259 pp.
Hoheisel, G.A., & S. J. Fleischer, 2007. Coccinellids, Aphids, and Pollen in Diversified Vegetable Fields with Transgenic and Isoline Cultivars.
Journal of Insect Science, 61:1-12.
Iperti, G., 1999. Biodiversity of Predaceous Coccinellidae in Relation to
Bioindication and Economic Importance. Agriculture,
Ecosystems & Environment, 74(1-3):323-342
Joshi, P.C. & P.K. Sharma, 2008. First Records of Coccinellid Beetles (Coccinellidae) from the Haridwar, (Uttarakhand), India. The Natural History Journal of Chulalongkorn University 8(2):157-167.
Kalshoven, L.G.E., 1981. Pests of Crops In Indonesia. PT. Ichtiar Baru- Van Hoeve. Jakarta. hal.398- 410.
Khan I., S. Din, S.K. Khalil, & M.A. Rafi, 2006. Survey of predatory Coccinellids (Coleoptera: Coccinellidae) in the Chitral District, Pakistan. Journal of Insect Science 7(7). 6pp.
Lilies, C.S. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Mehrnejad, M.R. & M.A. Jalali, 2004. Life History Parameters of the Coccinellid Beetle, Oenopia conglobata contaminata, an Important Predator of the Common Pistachiopsylla, Agonoscena pistaciae (Hemiptera: Psylloidea) .Biocontrol Science and Technology, 14(7):701-711.
Nonci, N., 2004. Biologi dan Musuh Alami Penggerek batang Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera ; Pyralidae) pada Tanaman Jagung. Jurnal Litbang Pertanian, 23 (1):8-14.
Nurindah & D.A. Sunarto, 2008.
Konservasi Musuh Alami Serangga Hama sebagai Kunci Keberhasilan PHT Kapas. Perspektif 7(1):1-11. Phoofolo, M.W., & J. J. Obrycki, 1998.
Potential for Intraguild Predation and Competition among Predatory Coccinellidae and Chrysopidae. Entomologia Experimentalis et
Applicata, 89(1):47-55.
Sanjaya , Y & W. Setiawati, 2005. Keragaman Serangga pada
Tanaman Roay (Phaseolus lunatus). Biodiversitas, 6 (4): 280-284. Santos, S.A.P., J.A. Pereira, M.dC.
Rodrigues, L.M. Torres,
A.M. N. Pereira &
A.J. A. Nogueira, 2009. Identification of Predator–prey Relationships between Coccinellids and Saissetia oleae (Hemiptera: Coccidae), in Oolive Groves, Using an Enzyme-linked Immunosorbent Assay. Journal of Pest Science, 82(2):101-108.
Simmons, A. M. & J. C. Legaspi, 2004. Survival and Predation of Delphastus catalinae (Coleoptera: Coccinellidae), a Predator of
Whiteflies (Homoptera:
Aleyrodidae), After Exposure to a Range of Constant Temperatures. Environmental Entomology, 33(4):839-843. Tobing, M. Cyccu & D.B. Nasution, 2007.
Biologi Predator Cheilomenes sexmaculata (Fabr.) (Coleoptera: Coccinellidae) pada Kutu Daun Macrosiphoniela sanborni (Homoptera: Aphididae). Agritrop, 26(3):99–104.
Untung, K. 1993. Konsep Pengendalian hama terpadu. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Yazdani, M., & M. Zarabi, 2010. Predation of Clitostethus arcuatus (Col.: Coccinellidae) on Trialeurodes vaporariorum (Hem.: Aleyrodidae). Biocontrol Science and Technology, 20(4):353-358.
Zahoor, M.K., A. Suhail, J. Iqbal, Z. Zulfaqar & M. Anwar, 2003. Biodiversity of Predaceous Coccinellids and Their Role as Bioindicators in an Agro-ecosystem. Int. J. Agri. Biol., 5( 4):556-559.