• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN MAROS SKRIPSI. Diajuakan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar. pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KABUPATEN MAROS SKRIPSI. Diajuakan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar. pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI STRATEGI

PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR (SPPKB) PADA

MURID KELAS IV SDN 4 AMARANG KECAMATAN TANRALILI

KABUPATEN MAROS

SKRIPSI

Diajuakan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Kegururan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH HASNIAITI A 10540138308

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

PROGRM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Mengabulkan do’a. Dialah yang menghilangkan kesusahan dan bencana. Dia tidak menolak permohonan dan tidak pernah memupus harapan. Dialah yang pantas dipuji dan dipuja. Saya memuji-Nya atas nikmat-nikmat Agung yang tiada terkira yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai sdullah, alah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Shalawat salam yang melimpah selalu tercurah kepada Nabiullah Muhammad bin’ Abdullah, keluarganya, sahabatnya, dan para pengiktnya yang istiqomah dan setia di jalan-Nya, hingga akhir zaman nanti. Amin ya rabbal alamin.

Segala usaha dan upaya telah dilakukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Dan hanya Allahlah Dzat Yang Memiliki kesempurnaan mutlak. Olehnya itu, saran dan kritik selalu penulis nantikan sebagai bahan acuan perbaikan dan penyempurnaan.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan, olehnya itu penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Dr. Munirah, M. Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Aliem Bahri, S. Pd., M. Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, motivasi, serta bimbingan dengan penuh kesabaran dan ketulusan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(3)

Dr. Irwan Akib, M. Si Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. A. Syukri Syamsuri, M. Hum Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Dr. H. Bahrun Amin, M. Hum Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Sulfasyah, S. Pd, M. A, Ph Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Sitti Fitriani Saleh, S. Pd., M. Pd sekertaris jurusan Pendidikan Guru Sekolah dasar. Bapak dan ibu pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas bimbingan dan jasa-jasa beliau selama penulis berada di kampus utamanya dalam mengikuti perkuliahan. Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu guru, serta staf SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melakukan penelitian.

Teristimewa penulis terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya dengan segenap cinta dan hormat Ananda hanturkan kepada Ibunda Basniah dan Ayahanda Asis, yang telah mencurahkan cinta kasih sayangnya, dan do’a restu serta keikhlasan dan kepercayan kepada Ananda.

Terima kasih kepada saudara-saudaraku yang memberikan dukungan dan persaudaraan yang sangat berharga, serta doa agar selalu mendapatkan keridhian Allah Swt. Amin ya Rabbal Alamin

Penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada sahabat-sahabatku yang telah memberikan persaudaraan dan bantuannya dalam segala hal dengan tulus dan ikhlas serta semua pihak yanng telah memberikan motivasi dan bantuannya, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Dan terima ksiah pula kepada suamiku Mansur yang telah sabar, dan selalu memberikan dorongan kepada penulis.

(4)

Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Yang Maha Kuasa. Amin ya Robbal alamin

Maros, 18 agustus 2015

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR... ... xiv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka ... 7

1. Pengertian menulis ... 7

2. Proses menulis ... 12

(6)

4. Hakikat kemampuan berpikir dalam SPPKB ... 13

B. Kerangka Pikir... 16

C. Hipotesis ... 17

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian... 18

B. Fokus penelitian ... 19

C. Lokasi dan Subjek penelitan ... 19

D. Rancangan tindakan ... 20

E. Instumen penelitian ... 28

F. Teknik pengumpulan data ... 28

G. Teknik analisis ... 30

H. Indikator keberhasilan ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33 1. Siklus 1 ... 33 2. Siklus 2 ... 40 B. Pembahasan ... 46 BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 49 B. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 3.1 Kategorisasi Hasil Belajar ... 31 Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Murid pada Siklus I ... 34 Tabel 4.2 Statistik Skor Hasil Menulis Pantun Murid pada Siklu I ... 36 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Kemampuan

Menulis Pantun pada Siklus I ... 37

Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Menulis Pantun pada Siklus I ... 38

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivasi Murid pada Siklus II... 42

Tabel 4.6 Statistik Skor Hasil Menulis Pantun Murid pada Siklus II ... 43

Tabel 4.7 Distribusi Frekkuensi dan Persentase Skor Kemampuan Menulis

Pantun Murid pada Siklus II ... 44

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar Bagan Kerangka Pikir... ... 17

Gambar Alur Penelitian Tindakan Kelas ... ... 21

Gambar Diagram Distribusi Frekuensi dan Persentase Siklus I ... ... 39

Gambar Diagram Distribusi Frekuensi Persentase Tes Siklus II ... ... 45

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pantun merupakan salah satu karya sastra yang sering menjadi bahan pembelajaran di sekolah seperti SDN 4 Amarang Kabupaten Maros yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran sastra seperti menulis puisi. Hal ini ditandai oleh rendahnya hasil belajar murid dalam pembelajaran sastra seperti menulis puisi. Di samping itu, dalam kegiatan pembelajaran menulis pantun, murid kurang berminat mengikuti kegiatan pembelajaran. Jika diberi tugas menulis pantun, murid hanya menulis pantun asal-asalan atau yang penting ada ditulis meski tidak memenuhi kriteria penulisan pantun yang sesungguhnya. Di lain piihak, ada beberapa tujuan yang harus dimiliki murid satu diantaranya yaitu untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman dalam hal menulis pantun yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan terdapat beberapa kajian materi yang harus dikuasai oleh murid SD. Guru diharapkan memberikan pembelajaran yang kreatif dan menarik agar dapat meningkatkan motivasi murid serta membangkitkan minat belajar dan menambah pemahaman murid terhadap pembelajaran menulis pantun.

Namun pada kenyataannya dalam pembelajaran menulis pantun di SDN 4 Amaranng Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros belum sesuai dengan harapan. Hal ini disebabkan karena metode pembelajan yang sering dilaksanakan guru berupa ceramah saja, sehingga murid sebagai objek pendengar setia bukan sebagai subyek belajar sebab semua kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru sehingga

(10)

murid merasa jenuh saat mengikuti proses pembelajaran. Guru dalam mengajar hanya mengejar target kurikulum tanpa memperhatikan apakah materi yang diajarkan sudah dipahami oleh murid. Selain itu, guru lebih banyak menekankan pada penghafalan saja tanpa melakukan pendekatan dan percobaan-percobaan secara langsung yang dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar murid.

Berdasarkan hasil observasi guru terungkap bahwa: (1) selama ini guru dalam menerapkan metode yang sering digunakan kurang berhasil dalam meningkatkan hasil belajar murid, (2) guru masih kurang dalam melibatkan murid secara aktif dan proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran menulis pantun. Sedangkan pada murid ditemukan bahwa: (1) nilai hasil belajar murid kelas IV SD belum mencapai Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) sebesar 65. Hal ini disebabkan karena kurang menguasai materi pelajaran yang disajikan oleh guru, khususnya dalam hal menulis pantun, (2) kurangnya aktivitas murid tentang materi yanng disajikan hal ini menyebabkan murid cenderung pasif, kurang bergairah dan kadang-kadang ada yang bermain. Observasi yang telah dilakukan terhadap murid menggunakan instrumen dalam bentuk tes.

Pada observasi awal belum dapat mengetahui kemampuan siswa dalam menulis pantun. Dalam pembelajaran ini guru kurang berhasil karena murid kurang mengerti bagaimana cara menulis pantun yang benar, selain itu guru selama ini hanya bertugas memberi pembelajaran yang hanya menggunakan teori saja dan tidak melakukan praktek langsung untuk menulis pantun.

Setelah melihat situasi di atas menjadikan pembelajaran bahasa Indonesia pada pokok bahasan menulis pantun sepenuhnya belum berhasil. Hal ini

(11)

disebabkan karena guru dalam melakukan pembelajaran masih menggunakan metode yang tidak bervariasi, tanya jawab dan pemberian tugas, sehingga murid kurang dilibatkan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Belum ada penelitian yang menggunakan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) di kelas IV SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros. Melihat kondisi pembelajaran di kelas IV SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros. Perlu dicarikan solusi pemecahannya. Adapun pemecahan yang dilakukan untuk membantu murid Kelas IV SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros dalam meningkatkan hasil belajar murid melalui pendekatan belajar mengajar yang mengarah kepada pengembangan kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu murid, yaitu melalui strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB).

Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) ini lebih mengutamakan keaktifan murid dan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan potensi dan kreativitas secara maksimal.

Melalui strategi pembelaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB), guru dapat menjadikan pembelajaran sastra lebih bermakna dan menumbuhkan minat serta kreativitas murid dalam mempelajari karya sastra khususnya dalam menulis pantun. Hal ini, dapat dijadikan sastra sebagai bahan pembelajaran yang menyenangkan dan bukan sebagai bahan pembelajaran yang menjadi beban bagi guru dan murid.

(12)

Tujuan pengajaran sastra adalah agar murid mempunyai pengalaman berekspresi sastra. Pengalaman berekspresi sastra ini dilakukan sebagai kegiatan mengembangkan daya imajinasi, rasa, dan daya cipta. Pengalaman ekspresi sastra ini pengalaman dalam bentuk puisi. Tahap yang terakhir adalah verifikasi, yaitu kegiatan menulis pantun hasil karya sendiri.

Sebagai ujung tombak tercapainya tujuan pendidikan, guru perlu mengetahui hal-hal yang akan dicapai dan hasil belajar yang telah dicapai oleh murid. Guru juga perlu mengetahui kompetensi peserta didik melalui pembelajaran; hal yang harus yang harus dikembangkan secara maksimal serta cara penerapannya. Selai itu, guru juga perlu memperhatikan keterkaitan materi pelajaran dengan konteks kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, seorang guru yang profesional harus mampu memiliki dan menerapkan metode atau strategi yang tepat untuk meningkatkan prestasi murid.

Salah satu metode belajar mengajar yang didasarkan pada kurikulum berbasis kompetensi yang diterapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan meulis atau menbuat pantun adalah strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB). Penggunaan SPPKB merupakan strategi pembelajaran tidak disajikan begitu saja kepada murid. Akan tetapi, murid dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melelui proses dialogis yang teru menerus dengan memanfaatkan pengalaman murid merupakan landasan berpikir murid sedikit demi sedikit yang diberi makna melalui pengalaman nyata proses pembelajaran murid lebih maksimal, termasuk pembelajaran menulis pantun.

(13)

Dengan dasar itu msks peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas (action research) dengan menggunakan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) oleh guru di kelas IV SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros. Dapat mengalami peningkatan yaitu peningkatan kemampuan menulis pantun.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu “Bagaimanakah kemampuan menulis pantun pada model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) meningkat pada kelas IV SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun pada kelas IV SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros melalui model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB).

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis yang diperinci sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Sebagai masukan tentang penerapan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) dalam peningkatan menulis murid pada pembelajaran bahasa indonesia.

b. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti selanjutya yang akan mengkaji masalah yang relevan dengan penelitian ini.

(14)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan efektif.

b. Bagi murid, dapat meningkatkan partisipasi, minat dan motivasimurid dalam belajar Bahasa Indonesia khususnya menulis pantun.

c. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penekitian tindakan kelas serta memberikan gambaran bagi peneliti sebagai calon guru tentang bagaimana sistem pembelajaran yang baik di sekolah.

(15)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu kreativitas menuangkan gagasan ataupun ide-ide yang ada di dalam pikiran ke dalam bntuk tulisan dengan tujuan tertentu. menulis adalah suatu bentuk berpikir dimana yang dituangkan dalam kata-kata yang lebih mudah dipahami dan dan mudah dimengerti.

Gie (2002:3) menyatakan menulis adalah segenap rangkaian seseorang mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Yunus (2007:13) menyatakan menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.

Menulis sangat penting dalam belajar bahasa indonesia. Secara umum belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perilaku itu mengandung pengertian yang luas. Hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan sebagainya. Setiap perilaku yang nampak, bisa diamati, ada pula yang tidak bisa diamati. Perilaku yanng dapat diamati disebut penampilan atau behavioral performance. Sedangkan yang tidak bisa disebut “kecenderungan perilaku atau behavioral tendeney”.

(16)

Pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan sebagainyanyang dimiliki seseorang tidak dapat diidentifikasi karena ini merupakan kecenderungan perilaku saja. Hal ini dapat diidentifikasi bahkan dapat diukur dari penampilan (behavioral performance). Penamilan ini dapat merupakan kemampuan menjelaskan, menyebutkan sesuatu atau melakukan suatu perbuatan. Jadi, kita dapat mengidentifikasi hasil belajar melalui penampilan. Namun demikian, individu dapat dikatan telah menjadi proses belajar, meskipun hanya ada perubahan dalam kecenderungan perilaku. (De Cecco dan Crawford, 1997 : 178).

Tidak semua perubahan perilaku sebagaimana digambarkan di atas itu hasil belajar. Diantaranya terjadi dengan sendirinya, karena proses perkembangan. Seperti halnya bayi dapat memegang sesuatu setelah mencapai usia tertentu. Keadaan semacam ini pun bukan hasil belajar, melainkan “kematangan atau maturation”. Ini merupakan faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar. Artinya, belajar akan memperoleh hasil lebih baik bila ia telah matang melakukan hal itu.

Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya berlangsung secara disengaja. Kesengajaan itu sendiri tercermin dari adanya faktor-faktor berikut:

a. Kesiapan (readines); yaitu kapasiti baik fisik maupun mental untuk melakkukan sesuatu.

b. Motivasi; yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu. c. Tujuan yang ingin dicapai

(17)

Menurut Kimble dan Garmezy, sifat perubahan perilaku dalam belajar relatif permanen. Dengan demikian hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama. Kita membedakan antara perubahan perilaku hasil belajar dengan yang terjadi secara kebetulan dapat melakukan sesuatu, tentu idak dapat mengulangi perbuatan itu dengan hasil yang sama. Sedangkan orang dapat melakukan sesuatu karena hasil belajar dapat melakukannya berulang-ulang dengan hasil sama.

Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya tidak lain bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang terikat, terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang memberikan arah/rambuh-rambuh serta tali pengikat suatu kegiatan, dalam hal ini kegiatan pendidikan dan pengajaran juga dengan sendirinya proses belajar mengajar itu belum selesai. Dalam pendidikan dan pengajaran, tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari murid/subjek belajar, setelah menyelesaikan/memperoleh pengalaman belajar. (Sardiman A.M, 2008: 57). Masalah proses belajar merupakan masalah yanng kompleks sifatnya. Disebut demikian karena proses belajar dapat terjadi dalam diri seseorangyang melakukan kegiatan belajar tanpa biasa terlihat secara lahiria maka hal tersebut dinamakan proses intern, karena tidak terlihat pengajar harus memperhatikan petunjuk-petunjuk (indikator-indikator) tertentu, untuk menentukan apakah dalam diri seseorang yang belajar terjadi sesuatu proses belajar. Petunjuk-petunjuk itu adalah kejadian-kejadian

(18)

yang nampak pada diri seseorang yang belajar sebagai cerminan terjadinya proses intern. Kita namakan hal itu sebagai proses eksteren, terjadi disekeliling seorang murid. Proses tersebut memberi pengaruh-pengaruh pada proses intern. Maka apa yang harus dilakukan seorang pengajar? Engajar harus mengarahkan proses ekstern sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi proses intern. Tanpa terjadinya proses intern seorang murid tidak akan dapat mengerti suatu yang diajarkan. Karena proses intern tidak dapat diamati secara langsung, pengajar dapat melakukan hal itu lewat proses ekstern. Ia perlu tahu faktor-faktor apa yang mempengaruhinya (Rooijakkers, 2008: 15). Para guru memberi kesempatan belajar kepada para murid, memberikan peluang dilaksanakannya implikasi prinsip keaktifan pada guru secara optimal. Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing berarti merubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengidividualis, yaitu menjamin bahwa setiap murid memperoleh pengetahuan dan keterampilan didalam kondisi yang ada. Hal ini berarti pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut murid selalu aktif mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri murid, maka guru diantaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut: a). Menggunakan multimetode dan multimedia. b). Memberikan tugas secara individual dan kelompok. c). Memberikan kesempatan pada murid melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil (beranggotakan tidak lebih dari 3 orang). d). Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yanng kurang jelas. dan e). Mengadakan tanya jawab dan diskusi (M. Joko Susilo, 2006: 63).

(19)

Kehidupan seorang guru sangatlah penting pada zaman yang cepat berubah seperti sekarang ini. Kehidupan seorang guru sangat terkait dengan kehidupan bangsa dalam arti kata yang sangat luas. Ada kemungkinan kualitas suatu bangsa ditentukan kualitas seorang guru. Maka guru harus kreatif (Hernowo,2007:7).

Menurut Rina (2008), proses kreatif dalam pembelajaran sangat penting bagi seorang guru. Menciptakan suasana kelas yang penuh inspirasi bagi murid, kreatif, dan antusias merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab seorang guru. Dengan begitu, waktu belajar menjadi saat yang dinanti-nantikan oleh murid. Namun, tugas itu tidak mudah. Apalagi saat ini, dimana teknologi nformasi sudah mulai merambah segala aspek kehidupan. Begitu pula persaingan hidup yang menjadi semakin ketat. Menjadi figure dan contoh kreatif bagi setiap nilai dan pencapaian kompetensi murid adalah sebagai sebuah tantangan.

Untuk meningkatkan kualitas belajar murid, dibutuhkan sebuah proses kreatif dalam pembelajaran, yakni upaya-upaya penting yang dilakukan untuk mendayagunakan potensi kognitif dan afektif dari murid secara optimal, sehingga ide-ide baru dan cerdas lebih terakomodasi. Proses kreatif juga terjadi bagaimana membuat setiap murid memiliki multiperspektif dan cara pandang yang luas terhadap sebuah fakta. Selain itu, proseskreatif juga bahwa setiap murid mampu mengamati hal-hal detail yang menjadi rujukan dalam hal berpendapat maupun menyelesaikan permasalahan, baik untuk dirinya sendiri maupun komunitas dalam bermasyarakat (Jamal, 2009 ; 27-28)

(20)

2. Proses Menulis

Dalam proses menulis, penekanan terletak pada keseimbangan antara proses dan produk. Produk merupakan tujuan penulis dan juga merupakan alasan melalui proses pra-menulis, konsep revisi, dan tahap editing (Brown, 1994:44). Dengan mengikuti langkah-langkah yang jelas murid diharapkan dapat menhasilkan tulisan yang berkualitas.

Tahap prapenulisan adalah tahap berpikir sebelum menuliskan sesuatu. Tahap ini meliputi memahami batasan menulis, pemilihan subjek yang diminati, memperdalam subjek sehingga mendekati hal yang benar-benar diinginkan. Setelah memperdalam subjek, penulis mengumpulkan ide-ide. 3. Tujuan Menulis

Setiap penulis senantiasa akan memproyeksikan sesuatu mengenai dirinya kebentuk tulisan. Bahkan dalam tulisan yang objektif sekali pun keadaan penulis masih tetap tercermin, karena gaya tulisannya senangtiasa dipengaruhi oleh nada yang sesuai oleh keinginan penulisyang bersangkutan. Tujuan menulis berdasarkan penulis dapat dikelompokkan menjadi empat macam sebagai berikut: (1). Sebagai rekreasi atau hiburan untuk menghilangkan rasa jenuh, (2). Sebagai praktisi atau ilmuan untuk disiplin ilmu atau sebagai narasumber, (3). Sebagai upaya untuk mereka isi perasaan dan observasi yang dilakukan, hal ini berupa bentuk surat, puisi, dan (4). Sebagai upaya untuk mendeskripsikan sesuatu bentuk tulisa berupa laporan rangkaian peristiwa, iklan, dan lain-lain.

(21)

4. Hakikat Kemampuan Berpikir dalam SPPKB a. Pengertian

Strategi pemebelajaran kemampuan berpikir atau SPPKB merupakan model pembelajaran bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir murid. Menurut Peter Reason (1981), berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih sekedar mengingat (remebing). Menurut Reason mengingat dan memahami lebih bersifat pasif daripada kegiatan berpikir (thinking), menngingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha menyimpan sesuatu yang telah dialami intuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan : sedangkan memahami memerlukan pemerolehan apa yang didengar dan dibaca serta mellihat keterkaitan antar aspek dalam memori berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari persoalan yang dihadapi.

Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Artinya belum tentu seseorang yang memiliki juga dalam berpikir. Sebaliknya, kemampuan berpikir seseorang sudah pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami. Hal ini seperti yang ditemukan Peter Reason, bahwa berpikir tidak mungkin terjadi tanpa adanya memori. Bila seseorang memiliki daya ingat (working memory), maka orang tersebut tidak mungkin sanggup menyimpan masalah dan informasi yang cukup lama. Jika seseorang kurang memiliki daya ingat jangka panjang (long term

memory), maka orang tersebut dipastikan tidak akan memiliki catatan masa lalu

(22)

masa sekarang. Dengan demikian, verpikir sebagai kegiatan yang melibatkan proses mental yang memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, sebaiknya untuk dapat mengingat dan memahami diperlukan proses mental yang disebut berpikir.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka SPPKB bukan hanya sekedar model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengigat dan memahami berbagai fakta dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpiki murid dalam menghadapi dan memecahkan suatu persoalan.

Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, SPPKB memiliki tiga karakteristik utama, yaitu sebagai berikut:

a. Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses mental murid secara maksimal. SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut murid sekedar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas murid dalam proses berpikir. Hal ini sesuai dengan latar belakang psikologis yang mnjadi tumpuannya, bahwa pelajaran itu adalah peristiwa mental bukan peristiwa behavioral yang lebih menekankan aktivitas fisik. Artinya, setiap kegiatan belajar itu disebabkan karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.

b. SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus-menerus. Proses pembelajaran melalui diaolg dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir murid, yang pada

(23)

gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu murid untuk memperoleh pengetahuan yang mereka kontruksi sendiri.

c. SPPKB adalah model pembelajaran yang menyadarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkontruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru pada murid yang belajar (Sanjaya 2008 : 230-232).

b. Langkah-langkah SPPKB

Penerapan SPPKB memiliki langkah-langkah yaitu sebagai berikut: 1. Guru memulai proses pembelajaran.

2. Guru menjelaskan pengertian pantun, jenis-jenis pantun dan ciri-ciri pantun..

3. Guru membacakan contoh pantun.

4. Murid mendengarkan contoh pantun yang dibaca oleh guru. 5. Guru memberikan tugas membuat pantun kepada murid.

6. Setelah selesai membuat pantun, guru menyuruh murid maju ke depan kelas untuk membacakan pantun yang dibuat.

7. Kesimpulan murid bersama-sama dengan guru. 8. penutup

c. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan SPPKB pada proses pembelajaran adalah menekankan pada murid agar aktif dalam proses berpikir dan pada proses tanya-jawab agar memperoleh pengetahuan yang mereka kontruksi sendiri sedangkan

(24)

kekurangannya adalah murid sering kurang memahami apa yang harus dipikirkan dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung.

B. Kerangka Pikir

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan atau kualitas pengajar dan pendidik yang melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah. Sebagai guru, harus memiliki kemampuan mengajar berupa keterampilan mengajar agar proses pembelajaran dapat berjalan secara baik dalam upaya mendukung kegiatan kualitas pendidikan. Bahkan dapat diyakini bahwa apabila suatu pengajaran tidak diiringi dengan keterampilan mengajar yang baik, mustahil tugas tersebut dapat mencapai sasaran yang efektif, demikian pula dengan kompetensi guru dalam kegiatan pembelajaran harus betul-betul dipahami dan dilaksanakan demi efektivitas proses pembelajaran. Terarah, teratur dengan pertimbangan segala aspeknya.salah satu diantaranya yaitungan memperhatikan model pembelajaran sehingga murid dapat memperoleh kemampuan menulis pantun yang baik.

(25)

Adapun bagan kerangka pikir di atas adalah sebagai berikut:

Bagan Kerangka Pikir C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “jika strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) di terapkan, maka kemampuan membuat pantun murid oleh guru di kelas IV SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros dapat meningkat.”

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Menyimak Berbicara Membaca Menulis

Menulis Pantun

Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)

Perencanaan Pembahasan Evaluasi

Siklus N

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sukmadinata (2006: 60) bahwa “penelitian kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganallisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, pemikiran orang secara individual maupun kelompok”. sedangkan “penelitian kualitatif bertujuan, pertama untuk menggambarkan dan mengungkapkan (to describe

and explore), dan kedua menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain)”.

2. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian tindakan kelas (PTK), karena relevan dengan upaya pemecahan masalah pembelajaran. Menurut Umar (2008: 10) bahwa “PTK bertujuan untuk perbaikan dan peingkatan layanan profesional guru dalam menanngani kegiatan belajar mengajar”.

Adapun model PTK yang dipilih adalah model sderhana yang ditawarkan oleh Kurt Lewin (Umar, 2008: 19). Model ini terdiri dari empat komponen dalam satu siklus, yaitu : “perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi”.

(27)

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah sebagai berikut:

1. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemapuan berpikir murid melalui fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan dalam meningkatkan kreativitasnya dalam menciptakan sebuah karya mandiri dalam membuat pantun.

2. Hasil belajar bahasa indonesia adalah hasil belajar yang diperoleh oleh murid setelah murid mengikuti pembelajaran bahasa indonesia melalui strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB).

3. Kemampuan berpikir (SPPKB) dalam meningkatkan kemampuan murid dalam membuat pantun.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros. Penelitian memilih tempat atau lokasi ini pertimbangan: 1). Tempatnya masih bisa dijangkau oleh penelitian, 2). Rendahnya hasil belajar bahasa indonesia, 3). Adanya dukungan dari kepala sekolah dan guru terhadap pelaksanaan di SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah semua murid dan guru SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros, tahun ajaran 2014/2015. Jumlah siswa 39 orang

(28)

D. Rancangan Tindakan

Rancangan penelitian mengikuti prinsip dasar penelitian tindakan kelas yaitu proses proses penelitian yang berdaur ulang (siklus) menurut Kurt Lewin (Umar dan Kaco, 2008: 19) yang terdiri dari “empat tahapan yang dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi terhadap hasil yang telah dicapai pada siklus diakhir pembelajaran”. Penelitian dilakukan selama 2 siklus.

(29)

Adapun rancangan pelaksanaan penelitian diuraikan sebagai berikut:

Gambar 3.1: Prosedur penelitian menurut pendapat Kurt Lewin (Umar, 2008: 19)

Perencanaan

SIKLUS I

Tindakan

Refleksi

observasi

Belum

Berhasil

Perencanaan

Tindakan

Observasi

Refleksi

Berhasil

Kesimpulan

SIKLUS II

(30)

Berdasarkan bagan di atas, maka peneliti melakukan penelitian tintadakan kelas dengan prosedur sebagai berikut:

Siklus I

1. Pencernaan

Pada tahap ini, peneliti dan guru kelas menyusun dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan. Persiapan tersebut berupa: (1). Menyamakan persepsi antara peneliti dan guru tentang konsep dan tujuan penggunaan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) dalam bahasa indonesia, (2). Menelaah kurikulum KTSP maka pelajaran bahasa indonesia kelas IV, (3). Secara kalaboratif menyusun RPP siklus satu berdasarkan kurikulum dan silabus, (4). Menetukan badan dan media pembelajaran yang akan digunakan, (5). Membuat lembaran kerja murid, (6). Lembar observasi guru dan murid, dan (7). Membuat lembar tes untuk setiap akhir siklus pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, guru kelas bertindak sebagai pengajar melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat.

Pertemuan 1 a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal aktivitas yang dilakukan adalah menkondisikan murid untuk belajar (bersalam, berdoa, mengabsen). Apersepsi dengan cara membuat pantun yang didapatkan dari pengalaman murid. Menanyakan

(31)

pengalaman-penngalaman murid yang berkaitan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini aktivitas yang dilakukan adalah membentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen, guru memberikan contoh pantun sesuai dengan topik pembelajaran pada lembar kerja murid. Bekerja sama saling membacakan dan menemukan jenis-jenis pantun dan memberikan tanggapan terhadap pantun yang dibuat temannya dan ditulis pada lembar kertas atau lembar kerja murid murid. Setiap murid membacakan pantun yang telah dibuatnya, teman yang lain mendengarkan pantun yang dibaca dengan baik. Guru menutup pembelajaran.

c) Kegatan Akhir

Pada kegiatan akhir aktivitas yang dilakukan adalah guru memberikan test akhir pembelajaran secara individu, pemberian pesan-pesan moral. Dan penutup sebagai akhir pembelajaran.

Pertemuan II a). Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal aktivitas yang dilakukan adalah mengkondisikan murid untuk belajar (berisalam, berdoa, mengabsen). Apersepsi dengan cara menanyakan pengalaman-pengalaman murid yang berkaitan dengan pantun yang akan dibuatnya : Menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

(32)

b). Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti aktivitas yang dilakukan adalah membentuk membentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen. Guru memberikan cntoh setiap jenis pantun sesuai dengan topik pembelajaran pada lembar kerja murid, murid bekerja saling berbalas pantun dan menjelaskan maksud jenis pantun yang dibuatnya yang telah ditulis pada lembar kertas atau lembar kerja murid. Setiap mmurid membacakan membacakan pantun yang telah dibuatnya dan memberikan penjelasan tentang jenis pantun yang telah dibuatnya. Guru menutup pembelajaran sebagai akhir diskusi pembelajaran strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB).

c). Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir aktivitas yang dilakukan adalah guru memberikan tes akhir pembelajaran secara individu, pemberian pesan-pesan moral, dan penutup sebagai akhir pembelajaran.

1. Observasi

Pada tahap ini observasi melakukan pengamatan terhadap aktivitas mengajar guru dan belajar murid. Pengamatan ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang pelaksanaan pembelajaran. Melalui observasi ini akan diketahui aktivitas mengajar guru dan belajar murid sesuai indikator yang telah ditetapkan.

2. Refleksi

Tahap refleki adalah tahap peninjauan kembali terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Pada tahap ini, guru dan observer menganalisis data yang

(33)

telah diperoleh. Kemudian melakukan diskusi untuk membahas kekurangan-kekurangan dalam proses tindakan yang telah dilakukan. Selanjutnya mengadakan perbaikan-perbaikan dengan tujuan agar pelaksanaan tindakan berikutnya memberikan hasil yang lebih baik dan maksimal. Hasil refleksi menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam penelitian, apakah lanjut kesiklus berikutnya atau berhenti.

Siklus II 1. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti dan guru kelas menyusun dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan. Persiapan tersebut berupa: 1) menyamakan persepsi antar peneliti dan guru tentang konsep dan tujuan penggunaan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) dalam bahasa indonesia, 2) menelaah kurikulum KTSP mata pelajaran bahasa indonesia kelas IV, 3) secara kolaoratif menyusun RPP siklus satu berdasarkan kurikulum dan silabus, 4) menentukan bahan dan media pembelajaran yang akan digunakan, 5) membuat lembar kerja murid, 6) lembar observasi guru dan murid, dan 7) membuat lembar tes untuk setiap akhir siklus pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, guru kelas bertindak sebagai pengajar melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat.

(34)

Pertemuan I a. Kegiatan awal

Pada kegiatan awal aktivitas yang dilakukan adalah mengkondisikan murid untuk belajar (bersalaman, berdoa, dan mengabsen).apersepsi dengan cara menanyakan pengalaman-pengalaman murid yang berkaitan dengan pantun yang dibuat murid. Menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti aktivitas yang dilakukan adalah membentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen. Guru memberikan contoh setiap jenis pantun sesuai dengan topik pembelajaran pada lembar kerja murid. Urid bekerja sama saling membacakan dan menemukan jenis-jenis pantun dan memberikan tanggapan terhadap pantun yanng dibuat dan ditulis pada lembar kertas atau lembar kerja murid. Setiap kelompok salingberbahas pantun. Guru membuat kesimpulan bersama murid tentang jenis-jenis pantun. Guru menutup pembelajaran.

c. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir aktivitas yang dilakukan adalah guru memberikan tes akhir pembelajaran secara individu, pemberian pesan-pesan moral, dan penutupan sebagai akhir pembelajaran.

(35)

Pertemuan II a. Kegiatan awal

Pada kegiatan awal aktivitas yang dilakukan adalah mengkondisikan murid untuk belajar(bersalam, berdoa, dan mengabsen). Apersepsi dengan dengan cara menanyakan pengalaman-pengalaman murid yang berkaitan dengan pantun. Menyampaikan materi dan tujuan pembeajaran yang hendak dicapai.

b. Kegiatan inti

Pada kegiatan ini aktivitas yang dilakukan adalah membentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen. Guru memberikan contoh setiap jenis pantun sesuai dengan topik pembelajaran pada lembar kerja siswa. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan jenis-jenis pantun dan memberikan tanggapan terhadap pantun yang dibuat murid dan ditulis pada lembar kertas atau lembar kerja murid. Setiap kelompok saling berbalas pantun antar kelompok yang satu dengan yang lainnya. Guru membuat kesimpulan bersama murid tentang jenis-jenis pantun. Guru menutup pembelajaran sebagai akhir pembelajaran.

c. Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir aktivitas yang dilakukan adalah guru memberikan tes akhir pembelajaran secara individu, Pemberian pesan-pesan moral, dan penutup sebagai akhir pembelajaran.

(36)

1. Observasi

Pada tahap ini observasi melakukan pengamatan terhadap aktivitas mengajar guru dan belajar mmurid. Pengamatan ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang pelaksanaan pemebelajaran. Melalui observasi ini akan diketahui aktivitas mengajar guru dan belajar murid sesuai indikator yang telah ditetapkan.

2. Refleksi

Tahap refleksi adalah tahapan peninjauan kembali terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Pada tahap ini, peneliti dan guru menganalisis data yang telah diperoleh. Kemudian melakukan diskusi untuk membahas kekurangan-kekurangan dalam proses tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi adalah pembelajaran tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya karena hasil belajar murid telah mencapai KKM yang ditentukan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan tes. Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan murid pada saat proses belajar mengajar, sedangkan tes digunakan untuk memperoleh kemampuan menulis pantun.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, tes dan dokumentasi. Tiga teknik tersebut diuraikan sebagai berikut:

(37)

1. Observasi

Tahap observasi adalah tahap dimana aktivitas mengajar guru dan belajar murid dalam melaksanakan proses pembelajaran bahwa “observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan pencatat terhadap apa yang menjadi sasaran pengamatan”. Oleh karena itu, dipilihnya teknik observasi karena peneliti ingin mengamati aktivitas belajar murid dan kegiatan mengajar guru sebagai objek dalam penelitian. Adapun alat pengamatan yang digunakan berupa model cheklist (√) untuk aktivitas belajar murid dan model skala nilai untuk aktivitas mengajar guru.

2. Tes

Menurut Trianto (2009: 235) bahwa “tes hasil belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar murid setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar”. Tes hasil belajar dibuat dengan mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai, dijabarkan kedalam indikator pencapaian hasil belajar. Tes dilaksanakan pada awal penelitian, dan pada akhir setelah diberikan serangkaina tindakan tes tertulis. tes tertulis ini memiliki aspek yang harus dinilai dalam menulis pantun. Aspek yang harus dinilai adalah (1). Tema pantun yang berkaitan dengan pantun yang akan ditulis, (2). Kosakata yang ditulis dalam pantun tersebut, dan (3). Melihat teknis penulisan dalam menulis pantun.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kegiatan atau proses pekerjaan mencatat atau merekam suatu peristiwa dan objek (aktivitas) yang dianggap berharga dan

(38)

penting dan dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang situasi yang dapat memberi informasi dan keberhasilan murid dan dokumen yang menggambarkan situasi pembelajaran.

G. Teknik Analisis

1. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara mengelompokkan data aspek guru dan aspek murid. Teknik yang digunakan adalah teknik analisis dan kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman, (Abimanyu, 2003: 25) yang terdiri dari tiga tahap kegiatan yaitu “mereduksi data, menyajikan data, dan mnarik kesimpulan dan verifikasi data”.

a. Mereduksi data adalah proses kegiatan menyeleksi, memfokuskan dan menyederhanakan semua data yang telah diperoleh mulai dari awal pengumpulan data sampai penyusunan laporan penelitian.

b. Menyajikan data adalah kegiatan mengorganisasikan hasil reduksi dengan cara menyusun secara naratif sekumpulan infirmasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi sehingga dapat memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

c. Menarik kesimpulan dan verifikasi data adalah memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi yang mncakup pencarian makna data serta memberikan penjelasan selanjutnya dilakukan kegiatan verifikasi yaitu menguji kebenaran, kekokohan makna-makna yang muncul dari data.

Mencari persentase aktivitas belajar murid dan mengajar guru, menggunakan rumus:

(39)

P=

X 100 %

Keterangan: P = Persentase f = frekuensi n = jumlah murid

Hasil belajar murid, menggunakan rumus: N (A) :

X 100

Mencari nilai rata-rata yakni:

M

=

Keterangan:

M = nilai rata-rata

X = jumlah nilai hasil tes siswa n = jumlah murid

Adapun skala pengukuran untuk indikator proses dan hasil belajar murid adalah menggunakan skala deskriftif Departemen Pendidikan Nasional (Arikunto, 2003: 45) yang dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kategorisasi Hasil Belajar

No

Nilai

Kategori

1 85 – 100 Sangat Baik 2 75 – 84 Baik 3 65 – 74 Cukup 4 55 – 64 Kurang 5 0 – 54 Sangat Kurang Sumber : Arikunto (2003 : 45)

(40)

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah bila hasil belajar murid selama proses pembelajaran ttiap siklus mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini ditandai dengan 85% murid mendapat nilai minimal 65 serta observasi murid dan pengelolaan pembelajaran berada dalam kategori baik dan sangat baik.

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN TINDAKAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan digambarkan hasil penelitian tentang menulis pantun melalui penerapan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) pada murid kelas IV SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros.

Pelaksanaan tindakan penelitian ini terdiri dari dua siklus, siklus I dan siklus II sebanyak 4 kali pertemuan. 3 kali pertemuan untuk penjelasan materi dan 1 kali pertemuan untuk pemberian tes evaluasi siklus. Untuk lebih jelasnya penelitian tindakan kelas ini akan diuraikan berikut.

1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Menelaah kurikulum bahasa Indonesia SD kelas IV.

2) Mengecek kesiapan belajar murid, ruang kelas dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran.

3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.

4) Membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran di kelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.

5) Menciptakan suasana yang menyenangkan dan memotivasi murid untuk belajar.

6) Mengkomunikasikan garis besar tujuan dan penilaian yang alkan dicapai dalam pembelajaran.

(42)

b. Pelaksanaan Tindakan

Bentuk-bentuk tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:

1) Guru menjelaskan materi tentang menulis pantun. 2) Guru memberikan ciri-ciri pantun.

3) Murid menyimak penjelasan guru tentang menulis pantun. 4) Guru memberikan contoh pantun kepada murid.

5) Guru memberikan tugas kepada murid untuk membuat pantun.

6) Setelah menulis pantun, guru menyuruh murid maju ke depan kelas membacakan pantun yang telah dibuat.

7) guru bersama murid memberikan kesimpulan.

8) Refleksi dan memberikan pesan-pesan moral pada murid. c. Observasi

Pada siklus I keaktifan murid dapat dilihat pada lembar observasi yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Murid pada Siklus I

No Indikator yang Diamati

Pertemuan Rata-rata perse ntase 1 2 3

1 Murid yang hadir pada saat pembelajaran 28 34 37 33 84,62

2 Murid yang memperhatikan penjelasan guru

(43)

3 Murid yang bertanya 6 10 29 23 58,87

4 Murid yang menjawab pertanyaan guru 12 20 25 19 48,72

5 Murid yang menulis pantun 15 24 28 22,3 57,18

6 Murid yang membacakan hasil menulis pantun di depan kelas

5 10 15 10 25,64

7 Murid yang melakukan pekerjaan lain 14 10 8 10,7 27,44

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan hasil belajar murid pada sikluls I dimana dari 39 murid kelas IV SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros, dijelaskan murid yang hadir pada saat pembelajaran sebesar 84,62% atau dalam kategori tinggi, murid yang memperhatikan penjelasan guru sebesar 58,97% atau dalam kategori sedang, murid yang bertanya sebesar 30% atau berada dalam kategori rendah, murid yang menjawab pertanyaan guru ssebesar 48,72% atau dalam kategori rendah, murid yang menulis pantun sebesar 58,18% atau dalam kategori sedang, murid yang membacakan hasil menulis pantun di depan kelas sebesar 25,64% atau dalam kategori rendah, dan murid yang melakukan pekerjaan lain sebesar 27,44% atau dalam kategori sangat rendah.

Pada siklus ini hasil menulis pantun pada pertemuan keempat diperiksa dan diberi nilai dengan aspek yang dinilai yaitu kualitas pantun, penggunaan suku kata dan sajak.

(44)

Adapun hasil analisis skor perolehan murid setelah menggunakan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Statistik Skor Hasil Menulis Pantun Murid pada Siklu I

Statistik Nilai Statistik

Subjek 39 Skor ideal 100 Skor tertinggi 80 Skor rendah 40 Rentang skor 40 Skor rata-rata 56,15

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan menulis pantun murid setelah diberi tindakan adalah 56,15 dari skor ideal 100, skor tertinggi adalah 80, dan skor terendah adalah 40 dengan rentang skor 40. Apabila skor kemampuan menulis pantun murid pada siklus I dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi skor yang ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut.

(45)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Kemampuan Menulis Pantun pada Siklus I

No Skor Kategori Frekuensi Persentse

1 0 – 34 Sangat rendah 0 0 2 35 – 54 Rendah 22 56,41 3 55 – 64 Sedang 9 23,08 4 65 – 84 Tinggi 8 20,51 5 85 – 100 Sangat tinggi 0 0 Jumlah 39 100

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dikemukakan bahwa dari 39 murid kelas IV SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros, tak seorang pun murid yang hasil belajarnya berda pada kategori sangat rendah, 22 orang atau 56,41% hasil belajarnya berada pada kategori rendah, 9 orang atau 23,08% hasil belajarnya berada pada kategori sedang, 8 orang atau 20,51% hasil belajarnya berada pada kategori tinggi dan tak seorang pun murid yang hasil belajarnya berada pada kategori sangat tinggi.

Berdasarkan skor rata-rata kemampuan menulis pantun yang diperoleh murid yaitu 56,15 maka dapat disimpulkan bahwa skor yang diperoleh murid berada pada kategori sedang.

(46)

Untuk melihat persentase ketuntasan kemampuan menulis pantun murid kelas IV SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros setelah moenerapkan modell pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Menulis Pantun pada Siklus I

Skor Kategori Frekuensi Persentase

0 – 64 Tidak Tuntas 31 79,49

65 – 100 Tuntas 8 20,51

Jumlah 39 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa banyaknya murid yang ketuntasan belajarnya berada pada kategori tidak tuntas sekitar 79,49% sedangkan murid yang hasil belajarnya berada pada kategori tuntas sekitar 20,51%.

(47)

d. Refleksi

Siklus I dilaksanakan 4 kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) dalam proses mengajar. Pada pertemuan pertama merupakan pertemuan awal dengan menggunakan model baru yang berbeda dengan apa yang dipergunakan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya sehingga pertemuan ini merupakan tahap awal perkenalan dan penyesuaian terhadap model pembelajaran yang digunakan, hal ini menyebabkan pada pertemuan pertama kurang berjalan efektif.

Pada pertemuan berikutnya, murid mulai beradaptasi dengan model pembelajaran yang digunakan, walaupun penggunaannya pada pertemuan ini belum stabil dan masih mengalami kekurangan-kekurangan terhhadap pembelajaran menulis dengan menggunakan model tersebut.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 79,49 20,51 tidak tuntas tuntas

(48)

Sebelum masuk pada materi pembelajaran, guru selalu menyampaikan tujuan pembelajran kemudian memberikan motivasi pada murid agar tertarik terhadap materi pelajaran tersebut. Tetapi dengan begitu masih banyak murid yang tidak memperhatikan guru pada saat guru menjelaskan materi.

Dari skor kemampuan murid yang diperoleh murid pada siklus I masih nampak bahwa banyak murid yang memiliki skor yang sangat rendah yaitu sekitar 53,33%. Dilihat dari kenyataan ini, maka peneliti harus berusaha untuk memperbaiki semaksimal mungkin cara pengajarannya dengan menggunakan model SPPKB pada siklus selanjutnya.

Karena hasil yang didapat pada siklus I belum menunjukkan hasil optimal dan metode yang digunakan belum terserap dengan baik oleh murid, maka perlu dilanjutkan pada siklus II.

2. Siklus II a. Perencanaan

1) Menelaah kurikulum bahasa indonesia SD kelas IV.

2) Mengecek kesiapan belajar murid, ruang kelas dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran.

3) Menyusun rencana pembelajaran.

4) Membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran di kelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.

5) Menciptakan suasana yang menyenangkan dan memotivasi murid untuk belajar.

(49)

6) Mengkomunikasikan garis besar tujuan dan penilaian yang akan dicapai dalam pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Bentuk-bentuk tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:

1) Membahas materi atau tugas yang diberikan pada pertemun sebelumnya. 2) Guru menjelaskan materi tentang menulis pantun.

3) Murid menyimak penjelasan guru tentang menulis pantun. 4) Guru memberikan contoh pantun.

5) Murid menulis pantun yang diberikan.

6) Guru meminta murid membuat pantun sesuai dengan contoh yang diberikan. 7) murid diminta maju ke depan kelas untuk membacakan pantun yang telah

dibuat.

8) Pemberian tugas/PR.

9) Guru bersama murid menyimpulkan pembelajaran. 10) Refleksi dan memberikan pesan-pesan moral pada murid. c. Observasi

Pada siklus II keaktifan murid dapat dilihat pada lembar observasi yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

(50)

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivasi Murid pada Siklus II

No Indikator yang Diamati Pertemuan

Rata-rata

persen tase

1 2 3

1. Murid yang hadir pada saat pembelajaran. 38 38 39 38,3 98,21

2. Murid yang memperhatikan penjelasan guru 34 35 38 35,7 91,54

3. Murid yang bertanya 10 20 25 18,3 46,92

4. Murid yang menjawab pertanyaan guru 30 32 35 32,3 82,82

5. Murid yang menulis pantun 32 35 39 35,3 90,51

6. Murid yang membacakan pantun di depan kelas 18 25 30 33,3 62,31

7. Murid yang melakukan pekerjaan lain. 5 3 1 3 7,69

Berdasarkan tabel 4.5 di atas hasil belajar murid pada siklus I dimana dari 39 siswa kelas IV SD Negeri 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros, dijelaskan murid yang hadir pada saat pembelajaran sebesar 98,21% atau dalam kategori sangat tinggi, murid yang memperhatikan pembelajaran sebesar 91,54% atau dalam kategori sangat tinggi, murid yang bertanya sebesar 46,92% atau dalam kategori sedang, murid yang menjawab pertanyaan guru sebesar 82,82% atau dalam kategori tinggi, murid yang menulis pantun sebesar 90,51% atau dalam kategori sangat tinggi, murid yang membacakan pantun di depan kelas sebesar 62,31% atau dalam kategori sedang, dan murid yang melakukan pekerjaan lain sebesar 7,69% atau dalam kategori sangat rendah.

(51)

Pada siklus ini hasil menulis pantun pada pertemuan keempat diperiksa dan diberi nilai dengan aspek yang dinilai yaitu jumlah kata, sajak ab-ab, dan tanda baca.

Adapun hasil analisis skor perolehan murid setelah menggunakan model pembelajaran strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6 Statistik Skor Hasil Menulis Pantun Murid pada Siklus II

Statistik Nilai Statistik

Subjek 39 Skor Ideal 100 Skor tertinggi 100 Skor terendah 60 Rentang skor 40 Skor rata-rata 85,13

Tabel 4.6 menunjukkan bahawa rata-rata kemempuan menulis pantun murid setelah diberi tindakan adalah 85,13 dari skor ideal 100, skor tertinggi adalah 100, dan skor terendah adalah 60 dengan rentang skor 40. Apabila skor kemampuan menulis pantun murid pada siklus I dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi skor yang ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut.

(52)

Tabel 4.7 Distribusi Frekkuensi dan Persentase Skor Kemampuan Menulis Pantun Murid pada Siklus II

No. Skor Kategori Frekuensi Persentase

1 0 – 34 Sangat rendah 0 0 2 35 – 54 Rendah 0 0 3 55 – 64 Sedang 1 2,56 4 65 – 84 Tinggi 16 41,03 5 85 – 100 Sangat tinggi 22 56,41 Jumlah 39 100

Berdasarkan tabel 4.7 dia atas dapat ditemukan bahwa dari 27 murid kelas IV SD Negeri 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros, tak seorang pun murid yang hasil belajarnya berada pada kategori sangat rendah dan rendah, 1 orang atau 2,56% hasil belajarnya berada pada kategori sedang, 16 orang atau 41,03% hasil belajarnya berada pada kategori tinggi dan 22 orang atau 56,41% hasil belajarnya berada pada kategori sangat tinggi.

Berdasarkan skor rata-rata kemampuan menulis pantun murid yaitu 85,13 maka dapat disimpulkan bahwa skor yang diperoleh murid masih berada pada kategori sedang.

Untuk melihat persentase ketuntasan kemampuan menulis pantun murid kelas IV SD Negeri 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros setelah menerapkan model pembelajaran SPPKB pada siklus I dapat dilihat dari tabel berikut ini.

(53)

Tabel 4.8 Deskripsi KetuntasanMenulis Pantun pada Siklus II

Skor Kategori Frekuensi Persentase

0 – 64 Tidak tuntas 1 2,56

65 – 100 Tuntas 38 97,44

Jumlah 39 100

Berdasarkan tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa banyaknya murid yang ketuntasan belajarnya pada kategori tidak tuntas sekitar 2,56% sedangkan murid yang hasil belajarnya berada pada kategori tuntas sekitar 97,44%.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

tidak tuntas tuntas 2.56

97.44 tidak tuntas

(54)

d. Refleksi

Pada siklus II, perhatian keaktifan murid makin memperlihatkan kemajuan. Murid yang aktif menulis pantun, mengumpulkan hasil pantunnya mengalami peningkatan dengan pemberian soal dalam bentuk menulis, kemampuan murid juga lebih terasa sehingga pemahaman terhadap materi yang diajarkan sedikit mengalami peningkatan.

Secara umum hasil yang telah dicapai pada siklus II setelah pelaksanaan tindakan mengalami peningkatan. Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh murid pada siklus I yaitu 56,15 mengalami peningkatan menjadi 85,13 pada siklus II, maupun dari segi kemampuan murid menulis pantun secara individu sehingga memberikan dampak positif terhadap peningkatan kemampuan menulis pantun murid siswa.

B. Pembahasan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dianalisis, dapat dilihat bahwa hasil tes kemampuan menulis pantun murid setelah dilakukan pada siklus I dan siklus II dengan menerapkna model pembelajaran strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya skor rata-rata murid selama penelitian ini dilakukan yaitu 56,15 pada siklus I dan 85,13 pada siklus II. Hal ini berarti bahwa metode yang diterapkan mampu meningkatkan kemampuan menulis pantundan berkurangnya berkurangnya siswa yang memperoleh angka rendah. Skor rata-rata hasil kemampuan menulis pantun murid jika dikonversikan ke dalam kategori skala lima berada dalam kategori sangat tinggi yang pada mulanya berada pada kategori sedang.

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis pantun murid meningkat seperti pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nirwana (2011) dengan judul Peningkatan Menulis Teks Berita dengan pembelajaran Strategi Pembelajaran Peningkatan

(55)

Kemampuan Berpikir (SPPKB) pada murid Kelas VIII SMP Negeri 1 Tanralili Kabupaten Maros, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: keterampilan menulis teks berita pada murid kelas VIII SMP Negeri 1 Tanralili Kabupaten Maros meningkat setelah menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) sebesar 12,39%. Rata-rata skor pada siklus I menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan rata-rata skor pada prasiklus 68,29% menjadi 74,51%. Rata-rata skor yang dicapai pada siklus II sebesar 80,68%, ini menunjukkan peningkatan sebesar 13,50% dari prasiklus ke siklus I. 69,29% dari siklus I ke siklus II, dan 18,93% dari prasiklus ke siklus II. Perubahan tingkah laku yang tampak dari pembelajaran menulis berita dengan pembelajaran menulis pantun yaitu murid merasa senang, lebih bersemangat, aktif, dan lebih mandiri dalam mengerjakan tugasnya.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) meningkat motivasi murid untuk belajar bahasa Indoneisa karena pembelajaran menuntut murid untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan sehingga murid dituntut untuk menuangkan proses berpikirnya tentang apa yang mereka ketahui dan dituangkan ke dalam pantun yang ditulisnya.

Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dibutuhkan model tertentu yang bisa meningkatkan kemampuan mereka, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah metode pembelajaran yang difokuskan pada kemampuan menulis murid, seperti yang diterapkan oleh Sudirman (2005;39) pada penelitiannya yang menggunakan model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) pada pembelajaran bahasa indonesia ternyata dapat meningkat kemampuan murid menyelesaikan soal-soal.

(56)

Sejumlah perubahan sikap murid secara terperinci mengalami peningkatan berdasarkan data hasil observasi yang diperoleh dari lembar observasi yang merupakan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut:

Dapat dilihat bahwa sekitar 84,62%yang hadir pada saat pembelajaran pada siklus I menjadi 98,21% atau berada pada kategori sangat tinggi pada siklus II, murid yang memperhatikan pembelajaran pada siklus I sekitar 58,97% menjadi 91,54% atau dalam kategori sangat tinggi, murid yang bertanya tentang materi pembelajaran pada siklus I sekitar 30% menjadi 46,92% atau berada dalam kategori sedang pada siklus II, murid yang menulis pantun pada siklus I sekitar 57,18% menjadi 90,51% atau dalam kategori sangat tinggi pada siklus II, murid yang membacakan hasil menulis pantunnya di depan kelas pada siklus I sekitar 25,64% menjadi 62,31% atau dalam kategori tinggi pada siklus II, dan murid yang mengerjakan pekerjaan lain pada siklus I sekitar 27,44% menjadi 7,69% atau dalam kategori sangat rendah pada siklus II.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) kelas IV SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros dapat diketegorikan berhasil. Pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas belajar murid dimana guru membimbing untuk bagaimana upaya upaya murid agar bisa kreatif dalam berpikir dalam membuat pantun.

Kemampuan berpikir memerlukan mengingat dan memahami bagian terpenting dalam menulis pantun. Oleh karena itu dalam model pembelajaran ini guru harus pintar dalam menerapkan model yang telah dipilih.

(57)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis pantun siswa kelas IV SDN 4 Amarang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros dengan menggunakan model pembelajaran strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) meningkat, dari skor rata-rata yang diperoleh murid setelah mengikuti tes akhir dari siklus I ke siklus II dengan menerapkan model Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) mengalami peningkatan yaitu 56, 15 pada siklus I (kategori kurang) meningkat menjadi 85,13 pada siklus II (kategori sangat tinggi), dari skor ideal yang dicapai yaitu 100, dan terjadi perubahan sikap murid pada proses pembelajaran dengan menerapkan model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB).

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh uraian sebelumnya, agar proses belajar mengajar bahasa Indonesia lebih efektif dan memberikan hasil yang optimal bagi murid, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk menerapkan strategi pembelajaran melakukan persiapan yang cukup matang sehingga guru mampu menentukan atau memilih model pembelajaran yang sesuai untuk memperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan perstasi belajar murid, guru hendaknya lebih sering melatih murid dengan strategi pembelajaran meskipun dalam taraf sederhana. Sehingga siswa

(58)

nantinya dapat memperoleh konsep dan keterampilan yang baru untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya terkhusus pada mata pelajaran bahsa Indonesia. 3. Disarankan, kepada guru sebagai tindak lanjut penerapan model pembelajaran SPPKB

agar lebih kreatif dalam menyajikan materi sehingga murid lebih bermotivasi dan tertarik dalam berpikir untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

4. Untuk penelitian yang serupa, hendaknya peneliti melakukan persiapan yang cukup matang agar memperoleh hasil yang lebih baik.

Gambar

Gambar 3.1:  Prosedur penelitian menurut pendapat Kurt Lewin (Umar, 2008: 19)Perencanaan SIKLUS I Tindakan Refleksi observasi Belum Berhasil Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi Berhasil Kesimpulan SIKLUS II
Tabel 3.1 Kategorisasi Hasil Belajar
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Murid pada Siklus I
Tabel 4.2 Statistik Skor Hasil Menulis Pantun Murid pada Siklu I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan lahan untuk perumahan di Kabupaten Bantul dimasa yang akan datang, memetakan daya dukung permukiman dan

Pada studi literatur, hal yang dilakukan adalah mencari dan mempelajari bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan yang diperoleh dari observasi

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan hasil

Tenaga kerja yang memiliki kompetensi yang baik bersumber dari proses pendidikan yang baik, maka untuk membangun, memelihara, dan memastikan kompetensi bagi peserta didik

Slika 67c Parametar n kao funkcija valne duljine i rastertonske vrijednosti, za papir za umjetni č ki tisak, mat, otisnut žutim bojilom, amplitudno moduliranim rasterom.. Slika

19 Dikotomisasi dan antagonisasi yang secara praktis digambarkan antara sufi pada satu pihak dengan ulama ahli fi kih pada pihak lain, dalam konteks perkembangan historis Islam di

Berdasarkan analisis di atas, peneliti menyarankan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh Koperasi Cipta Usaha Mandiri dari Aspek Hubungan Masyarakat yaitu dengan melakukan

Eksistensi kesenian Tari Topeng Gaya Tegal jadi kurang diperhatikan dan cenderung padahal dengan adanya UU Hak Cipta Pemerintah daerah juga memiliki kewajiban ndungi dan