• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berapa sering kita mendengar. WARTA PAROKI Media Informasi Umat Paroki Santo Markus - Depok Timur. Sakramen Pengakuan Dosa, Masih Perlukah?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Berapa sering kita mendengar. WARTA PAROKI Media Informasi Umat Paroki Santo Markus - Depok Timur. Sakramen Pengakuan Dosa, Masih Perlukah?"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Sakramen Pengakuan Dosa,

Masih Perlukah ?

Hari Minggu Prapaskah V/ 02 April 2017 KLIK: www.sanmardepok.com

WARTA PAROKI

Media Informasi Umat Paroki Santo Markus - Depok Timur

B

erapa sering kita mendengar saudara kita dari agama Kristen lain yang mengatakan bahwa “Pengakuan dosa adalah cuma karangan Gereja Katolik saja. Alkitab mengatakan bahwa Tuhan sendiri yang memberikan pengampunan, bukan pastor.

Jadi, sudah seharusnya kita langsung mengaku dosa langsung kepada Yesus, dan tidak perlu mengakukan dosa di hadapan pastor. Memangnya Kitab Suci mengajarkan

pengakuan dosa? Ah, pastor khan cuma orang biasa, kenapa kita musti mengaku dosa di depan pastor?”

Kemudian ada komentar-komentar dari orang Katolik yang mengatakan “Setelah kita mengaku dosa, kita juga berdosa lagi, jadi pengakuan dosa tidak ada gunanya… Saya malu, karena saya kenal sama pastornya. Bagaimana kalau pastornya sampai membocorkan rahasia pengakuan dosa saya?” Kemudian ada lagi yang mengatakan bahwa pengakuan dosa

(2)

hanya urusan satu kali dalam satu tahun.

Mari kita lihat satu persatu keberatan tersebut di atas berdasarkan Alkitab, Bapa Gereja, dari pengajaran Gereja, dan juga perkembangan Sakramen Pengakuan Dosa. Pada bagian pertama ini, kita akan menelaah terlebih dahulu tentang apa sebenarnya hakekat dari dosa, sehingga kita akan secara lebih jelas menghayati bahwa Sakramen Pengakuan Dosa sungguh merupakan berkat dari Tuhan untuk membantu kita bertumbuh dalam kekudusan. Apakah ‘dosa’ itu?

Ada begitu banyak definisi tentang dosa. Namun, secara prinsip, dosa dapat dikatakan sebagai suatu keputusan[1] dari pilihan[2] untuk menempatkan apa yang kita pandang lebih utama, lebih baik atau menyenangkan daripada hukum Tuhan(1 Yoh 3:4). Pada saat seseorang menempatkan ciptaan lebih tinggi daripada Penciptanya, maka orang tersebut melakukan dosa (St. Bonaventura).

Katekismus Gereja Katolik (KGK) mendefinisikan bahwa dosa adalah melawan Tuhan (KGK, 1850), namun secara bersamaan melawan akal budi, kebenaran, dan hati nurani yang benar. (KGK, 1849) Sebagai contoh, mari kita melihat dosa menggugurkan kandungan atau aborsi. Di Amerika, setiap 30 detik, ada satu bayi yang digugurkan. Namun, tetap saja ada beberapa negara bagian di Amerika yang melegalisir warganya untuk menggugurkan kandungan.

Dosa adalah melawan akal budi,

karena hanya orang yang dapat menggunakan akal budi bertanggung jawab terhadap dosanya. Itulah sebabnya bahwa Sakramen Pengampunan dosa hanya dapat diterimakan kepada orang yang telah dibaptis dan mencapai usia yang dapat berfikir rasional.

Dengan akal budi, seharusnya kita memilih tujuan yang paling akhir, yaitu persatuan dengan Tuhan, namun kita sering dikaburkan dengan oleh pengaruh dunia ini, sehingga akal budi kita lebih banyak dipengaruhi dan didominasi oleh kedagingan atau “sense appetite“. St. Paulus mengatakan pemberontakan keinginan daging melawan keinginan roh (lih. Gal 5:16-17,24; Ef 2:3). Secara nalar, kita dapat melihat bahwa menggugurkan kandungan adalah melawan akal budi, karena tidak seharusnya manusia membunuh sesamanya, apalagi anaknya sendiri.

Dosa adalah melawan kebenaran, karena kebenaran hanya ada pada Tuhan. Namun sering kita menganggap kejadian di dunia ini semuanya relatif, atau ibaratnya, tidak putih, tidak hitam, melainkan abu-abu. Karena kecendungan faham relativitas, maka kita tidak tahu lagi mana yang benar dan mana yang salah.

Karena beberapa negara bagian di Amerika melegalisir pengguguran kandungan, banyak orang yang mungkin beranggapan bahwa hal ini adalah sesuatu yang wajar, yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun kebenaran tidak berpihak kepada mayoritas, yang sering berganti-ganti dari waktu ke waktu. Kebenaran adalah tetap dan

(3)

tidak berubah, dan kebenaran sejati hanya dapat ditemukan dalam diri Yesus, karena Yesus adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh 14:6).

Dosa melawan hati nurani yang benar. Hati nurani yang benar ditekankan oleh KGK, karena jaman sekarang ini, begitu sulit untuk membentuk hati nurani yang benar. Kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kalau kita mau berlaku jujur di dalam bisnis, kita dinasehati “jangan sok jujur”. Kalau di sekolah kita tidak mau nakal dan menyontek, kita akan dibilang “sok alim.”

Seolah-olah sesuatu yang seharusnya benar, tidak boleh dipraktekkan. Dengan mentolelir kesalahan-kesalan kecil, maka hati nurani kita yang awalnya benar, yang diciptakan menurut gambaran Allah, menjadi tertutup dengan dosa, sehingga tidak murni lagi.

Di sinilah pentingnya kebenaran yang diwartakan oleh Kristus melalui Gereja-Nya, sehingga Gereja dapat menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran (lih 1 Tim 3:15) yang menuntun hati nurani umat-Nya. Seperti yang dilakukan Gereja Katolik di Amerika, mereka berperan aktif untuk menyuarakan kebenaran atau membangkitkan hati nurani yang benar dengan berjuang untuk menghentikan legalisasi aborsi.

Apakah bobot dosa berbeda-beda? Dalam beberapa kesempatan, saya mendengarkan kotbah, ada yang mengatakan bahwa semua dosa adalah sama. Dosa kecil maupun besar menyedihkan hati Tuhan. Lebih lanjut, mereka mengatakan bahwa Alkitab mengajarkan bahwa semua

dosa adalah sama, yaitu dosa berat, dengan upahnya adalah maut, jadi tidak ada istilah dosa ringan (Why 20:14-15; Eze 18:4; Rom 6:23).

Jadi ajaran Gereja Katolik yang mengatakan bahwa dosa dibagi menjadi dua: dosa berat dan dosa ringan, dan juga bahwa dosa berat hanya dapat dilepaskan melalui Sakramen Pengakuan Dosa adalah sangat tidak mendasar.

Namun kalau kita teliti lebih mendalam, sesungguhnya pernyataan di atas justru kurang mendasar. Memang semua dosa menyedihkan hati Tuhan, namun Alkitab juga mengatakan bahwa ada dosa yang berat yang mendatangkan maut dan ada dosa ringan yang tidak mendatangkan maut (Lih 1 Yoh 5:16-17).

Kita bisa melihat contoh dalam kehidupan sehari-hari, di mana kita akan dapat membedakan tingkatan dosa. Misalkan, dosa membunuh dan dosa ketiduran sewaktu berdoa. Tentu, kita mengetahui bahwa membunuh adalah dosa yang lebih berat daripada ketiduran saat berdoa yang disebabkan oleh tidak-disiplinan dalam meluangkan waktu untuk berdoa.

Dengan dasar inilah, Gereja Katolik mengenal dua macam dosa, yaitu: (1) Dosa berat atau “mortal sin” (KGK, 1856) dan (2) Dosa ringan atau “venial sin” (KGK, 1863)

Kalau dosa berat adalah melawan kasih secara langsung, maka dosa ringan memperlemah kasih. Jadi, dosa berat secara langsung menghancurkan kasih di dalam hati manusia, sehingga tidak mungkin Tuhan dapat bertahta

(4)

di dalam hati manusia. Dosa berat atau ringan tergantung dari sampai seberapa jauh dosa membuat seseorang menyimpang dari tujuan akhir, yaitu Tuhan.

Dan persatuan dengan Tuhan hanya dimungkinkan melalui kasih. Jika dosa tertentu membuat seseorang menyimpang terlalu jauh sampai mengaburkan dan berbelok dari tujuan akhir, maka itu adalah dosa berat.[4] Lebih lanjut dalam tulisannya “Commentary on the Sentence I,I,3“, St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa dosa ringan tidak membuat seseorang berpaling dari tujuan akhir atau Tuhan. Digambarkan sebagai seseorang yang berkeliaran, namun tetap menuju tujuan akhir.

Untuk seseorang melakukan dosa berat, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: (1) Menyangkut kategori dosa yang tidak ringan, (2) tahu bahwa itu adalah sesuatu yang salah, dan (3) walaupun tahu itu salah, secara sadar memilih melakukan dosa tersebut. Dengan kata lain seseorang menempatkan dan memilih dengan sadar keinginan atau kesenangan pribadi di atas hukum Tuhan.

Apakah efek dari dosa?

Kita melihat bahwa dosa menghancurkan relasi kita dengan Tuhan, yaitu dengan menghancurkan prinsip vital kehidupan kita, yaitu kasih. Seperti 10 perintah Allah, dibagi menjadi dua, yaitu kasih kepada Tuhan dalam perintah 1-3, dan kasih kepada sesama dalam perintah 4-10, maka dosa juga mempunyai dua efek, yaitu: efek vertikal dan efek horisontal. Efek vertikal mempengaruhi hubungan

kita dengan Tuhan, sedangkan efek horisontal mempengaruhi hubungan kita dengan sesama.

Dapat dikatakan bahwa tidak ada dosa yang bersifat pribadi. Semua dosa kalau kita telusuri akan mempunyai dimensi sosial. Kita lihat saja dari hal yang sederhana, misalkan seorang ayah yang sering marah-marah di rumah akan mempengaruhi seluruh anggota di rumahnya, menyebabkan istri dan anak-anak ketakutan. Yang lebih parah, anak-anak pun dapat tumbuh sebagai pemarah.

Atau contoh yang lain, yaitu dosa manusia pertama, menghasilkan dosa asal, yang menyebabkan terputusnya persatuan antara manusia dengan Tuhan, dan pada saat yang sama membawa dosa asal bagi seluruh umat manusia (Rom 5:12). Sebagai akibat dari dosa Adam (Kej 3:1-6), manusia kehilangan (1) rahmat kekudusan, dan (2) empat berkat “preternatural“, yang terdiri dari a) keabadian atau “immortality“, b) tidak adanya penderitaan, c) pengetahuan akan Tuhan atau “infused knowledge“, dan d) berkat keutuhan (integrity), yaitu harmoni dan tunduknya nafsu dan emosi kedagingan (sense appetite) kepada akal budi (reason).

Karena kehilangan berkat-berkat tersebut, maka manusia mempunyai concupiscense (KGK, 2515) atau “the tinder of sin” (KGK, 1264), atau kecenderungan untuk berbuat dosa[5], di mana manusia harus berjuang terus untuk menundukkan keinginan daging. St. Paulus menyebutnya sebagai nafsu kedagingan yang berlawanan dengan keinginan Roh (Lih Gal 5:16-17, Gal 5:24; Ef 2:3).

(5)

Manusia tidak dapat melawan semuanya ini tanpa berkat dari Tuhan yang memampukan manusia untuk “berkata tidak” terhadap dosa. Karena dosa pertama dari Adam adalah dosa kesombongan, maka kerendahan hati adalah penawar dari dosa yang memampukan manusia untuk menerima berkat dari Tuhan secara berlimpah. Mari sekarang kita melihat secara lebih jelas proses perkembangan dari dosa.

Bagaimana proses Dosa berkembang?

Pernah saya tidak mengindahkan sakit gigi, karena kadang muncul dan kadang hilang. Namun lama-kelamaan sakitnya bertambah parah, sehingga harus dilakukan operasi. Nah, proses dari dosa sama seperti contoh di atas, mulai dari hal kecil, dipupuk terus-menerus sehingga menjadi besar dan sulit diatasi. Mari kita melihat perkembangan dari dosa:

Tahap 1: Pikiran tentang dosa datang dalam pikiran. Ini bukan dosa, tetapi suatu godaan. Pada tahap ini, penolakan terhadap dosa akan menjadi lebih mudah kalau kita membuang jauh-jauh pemikiran tersebut dengan cara mengalihkannya kepada hal-hal lain, seperti: berdoa, atau pemikiran tentang neraka, dll.

Tahap 2: Kalau pikiran dosa (godaan) ini tidak segera dibuang jauh-jauh, maka akan menjadi dosa ringan (venial sin). Ini adalah seperti menguyah-nguyah dosa di dalam pikiran. Sama seperti telur yang dierami, yang pada waktunya akan menetas, maka dosa yang terus dituruti di dalam pikiran, hanya

menunggu waktu untuk membuahkan dosa (lih Yak 1:15).

Tahap 3: Tahap ini adalah perkembangan dari pemikiran dosa yang didiamkan atau dinikmati oleh pikiran, kemudian akan membuahkan keinginan untuk berbuat dosa. Di sini bukan hanya pikiran, namun godaan sudah sampai di hati (the will). Yesus mengatakan bahwa orang yang mempunyai keinginan untuk berbuat dosa, sudah berbuat dosa (Mat 5:28).

Tahap 4: Akhirnya dalam tahap ini, seseorang memutuskan untuk berbuat dosa. Pada tahap ini keinginan untuk berbuat dosa sudah menjadi keputusan untuk berbuat dosa namun masih merupakan dosa yang ada di dalam hati. Ini adalah sama seperti seseorang yang ditawarkan suatu jabatan dengan cara korupsi. Dia mempunyai tiga pilihan: menolak, bernegosiasi, atau mengiyakan. Tahap ini keinginan dan pikiran saling mempengaruhi, namun akhirnya membuahkan kemenangan bagi setan, sehingga seseorang memutuskan untuk berbuat dosa.

Tahap 5: Pada saat kesempatan untuk berbuat dosa muncul, maka keputusan untuk berbuat dosa yang ada di dalam hati menjadi suatu tindakan nyata. Setelah keputusan untuk berbuat dosa dalam keinginan menjadi kenyataan, maka jiwa seseorang juga telah jatuh ke dalam dosa. Sama seperti air yang menjadi es dan memerlukan panas untuk mencairkannya, maka seseorang masih tetap dalam kondisi berdosa sampai dia bertobat.

Tahap 6: Perbuatan dosa yang sering diulang akan menjadi kebiasaan berbuat dosa (habit of sin)

(6)

atau kebiasaan jahat (vice). Dengan pengulangan perbuatan dosa, maka ada suatu tahap kefasihan untuk berbuat jahat dan keinginan hati sudah mempunyai kecenderungan untuk berbuat jahat. Bapa Gereja menghubungkan bahwa tiga kali Yesus membangkitkan orang mati melambangkan Yesus membangkitkan manusia dari dosa di dalam hati, dosa yang dinyatakan dalam perbuatan, dan dosa yang sudah menjadi kebiasaan.

Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus (Luk 8:49-56) di dalam rumahnya yang melambangkan kebangkitan dari dosa yang masih di dalam hati. Sedangkan kebangkitan anak janda di pintu gerbang (Luk 7:11-16) melambangkan kebangkitan dari dosa yang telah dinyatakan dalam perbuatan. Akhirnya, kebangkitan Lazarus yang telah dikubur (Yoh 11:3-43), melambangkan kebangkitan dari dosa yang sudah menjadi kebiasaan.

Untuk membangkitkan Lazarus, Yesus menangis, menyuruh seseorang membuka batu kubur, berseru dengan suara keras, meminta orang untuk membuka kain penutup, dan membiarkan dia pergi. Ini menunjukkan bahwa begitu sulit untuk menghancurkan dan memutuskan ikatan dosa yang sudah menjadi kebiasaan.

Tahap 7: Perbuatan dosa dan kebisaan untuk berbuat dosa akan disusul dengan dosa yang lain. Karena rahmat Tuhan tidak dapat bertahta lagi dalam hati orang ini dan seseorang tidak dapat melawan dosa tanpa rahmat Tuhan, maka orang ini tidak mempunyai kekuatan untuk keluar dari dosa dan malah berbuat

dosa yang lain. Alkitab menyatakan bahwa Tuhan mengeraskan hati Firaun untuk menggambarkan akan kebiasaan berbuat dosa, yang menjadikan Firaun berbuat dosa yang lain secara terus-menerus (Kel 9:12). Rasul Paulus menyatakan bahwa Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas, karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah (Rom 1:28).

Tahap 8: Pada saat kejahatan benar-benar berakar dalam jiwa seseorang, maka seseorang akan melakukan dosa yang benar-benar jahat sampai pada titik membenci Tuhan. Dengan sadar dan segenap hati dia akan melawan dan menghujat Roh Kudus, dimana merupakan dosa yang tidak terampuni (Mrk 3:29).

Dari tahapan perkembangan dosa, kita akan melihat bahwa dosa adalah sesuatu yang serius, yang kalau kita memandangnya sambil lalu, kita akan terjerumus perlahan-lahan dan jatuh ke dalam jurang kehancuran untuk selamanya. Permasalahannya, pada jaman sekarang ini, kesadaran,

(7)

kepekaan akan perbuatan dosa dan resikonya semakin lama semakin memudar, sehingga dengan gampangnya seseorang berbuat dosa. Mari sekarang kita perbandingkan antara sesuatu yang bersifat jasmani dan yang rohani.

Jadi apakah Sakramen Pengakuan Dosa?

Selama tinggal di Amerika, saya melihat bahwa orang Amerika begitu memperhatikan kesehatan jasmani. Mereka berdiet, berolahraga secara teratur. Bahkan yang sudah tuapun tidak mau ketinggalan, mereka aktif berolahraga dengan berenang, jalan kaki, dll. Semuanya dilakukan dengan teratur, demi satu tujuan, yaitu agar badan mereka sehat, mungkin ada yang mempunyai tujuan lain agar bentuk lahiriah mereka lebih indah. Data di Amerika menunjukkan bahwa mereka menggunakan 6% dari uang mereka untuk kesehatan jasmani, seperti olahraga, ikut fitness club, dll. [7] Saya tidak tahu data di Indonesia, namun mungkin datanya hampir sama dengan di Amerika, bahwa begitu banyak orang menggunakan uangnya untuk kesehatan jasmani.

Semua orang begitu peka terhadap kesehatan jasmani dan keindahan tubuh. Namun pertanyaannya adalah mengapa terhadap kesehatan rohani, kita sering kurang peka bahkan kadang kita sering mengacuhkannya? Mungkin kita akan lebih peka terhadap sesuatu yang dapat kita raba dan lihat. Namun kalau kita pikir, kesehatan rohani jauh lebih penting daripada kesehatan jasmani. Ini dapat dibuktikan bahwa Yesus datang ke

dunia ini bukan untuk menyembuhkan semua penyakit jasmani, namun Dia datang untuk menyembuhkan penyakit rohani, yaitu dosa.

Nah, dosa adalah suatu penyakit yang begitu berbahaya. Salah satu penyembuhannya adalah dengan menerima sakramen pengakuan dosa. Di dalam Sakramen Pembaptisan, dosa asal dan seluruh dosa yang kita lakukan sebelum kita dibaptis dihapuskan. Namun sebagai manusia, kita dapat jatuh lagi ke dalam dosa setelah pembaptisan, bahkan kita dapat jatuh ke dalam dosa yang berat.

Dosa berat yang kita lakukan setelah Pembaptisan hanya dapat diampuni dengan menerima Sakramen Tobat (KGK, 1423) atau Sakramen Pengakuan Dosa (KGK, 1424), atau Sakramen Pengampunan Dosa (KGK, 1424). Di dalam Sakramen inilah, kita juga bertemu dengan Dokter dari segala dokter, yaitu Yesus sendiri yang hadir di dalam diri imam/pastor. Untuk bertemu dengan Yesus di dalam Sakramen Pengampunan, diperlukan kerendahan hati dan penyesalan, sehingga Yesus sendiri akan memulihkan dan menyembuhkan hati kita.

Namun demikian, masih banyak orang yang meragukan tentang Sakramen Tobat yang dapat memberikan kesehatan rohani bagi kita. Silakan membaca bagian-2, yaitu jawaban terhadap keberatan-keberatan tentang Sakramen ini ditinjau dari Alkitab, Bapa Gereja, dan penerapan sakramen ini dalam sejarah Gereja. (Stefanus Tay dalam WWW.katolisitas.org)

(8)

Bagaimana Potret Pelaksanaan

BKSN 2016 di Paroki St Markus?

K

omisi Kerasulan Kitab

Suci (KKKS) Keuskupan

Bogor menyelenggarakan

“Sharing Karya per Paroki dan

Evaluasi BKSN 2016” pada Selasa,

28 Maret 2017 di Gedung Puspas

Keuskupan Bogor, yang dihadiri

oleh perwakilan Seksi Kitab Suci

seluruh Paroki se Keuskupan

Bogor. Wakil dari St.Markus

adalah AC.Tukiman dan Muller

Sagala.

Ketua Komisi Kerasulan Kitab

Suci, RD A Adi Indiantono,

berpesan bahwa umat tidak perlu

takut untuk sharing Kitab Suci.

Kitab Suci itu adalah buku iman,

Sabda Tuhan, bukan buku sejarah.

Kitab suci itu benar 100%

membawa ke keselamatan. Kitab

Suci harus dibaca

berulang-ulang. “Kulitnya keras, tetapi

isinya menyejukkan. Butuh kapak

ketekunan untuk kulit yang keras

itu”. “Dan untuk para Pemandu

harus kreatif, libatkan orang

muda, dan para alumni KEP,”

ujar Romo Adi. Romo Adi juga

mengingatkan apabila ada hal

yang meragukan dan berpotensi

untuk diperdebatkan tentang

Kitab Suci, jangan disebarkan,

tetapi laporkan saja ke Pastor

Paroki atau ke Komisi Kitab Suci.

Potret Penyelenggaran BKSN

2016

Teks Foto Evaluasi BKSN 2016 Keuskupan Bogor

Foto: Markus Muller Sagala

(9)

Evaluasi penyelenggaraan

BKSN 2016 yang dilakukan

oleh 18 dari 22 paroki yang

hadir diharapkan dapat menjadi

perhatian umat, para Ketua

Lingkungan dan Ketua Wilayah.

Secara umum rangkuman evaluasi

adalah: (1) Pada umumnya

umat yang hadir dalam BKSN

antara 15-30 orang (pada tingkat

lingkungan ada yang hadir hanya

5 orang, tetapi ada yang hadir

hingga 50 orang). Umat yang

hadir lebih banyak kaum

ibu-ibu, (2) Sebagian besar Paroki

membatasi durasi pertemuan

90-120 menit; (3) Ada kunjungan

Romo Paroki yang sifatnya

mendadak; (4) Beberapa Paroki

secara periodik menyelenggarakan

penyegaran bagi para pemandu

agar dapat berkreasi untuk

membangkitkan motivasi umat,

misalnya menambahkan games

saat sharing agar menarik dan

tidak membosankan; (5) Beberapa

Paroki melaksanakan Lomba

Kitab Suci, baik per individu,

per kelompok, atau per keluarga;

(6) Dalam beberapa Paroki, bila

ada peserta anak-anak, mereka

diberikan tugas menggambar atau

mewarnai berkaitan dengan tema.

Hasil yang bagus akan dimuat

di Warta Paroki; (7) OMK yang

tidak terlibat dalam pertemuan

lingkungan /wilayah lebih

disebabkan kurangnya dorongan

orangtua; (8) Ada Paroki yang rutin

mengadakan Quiz Kitab Suci; (9)

Beberapa Paroki telah membuat

WA Group untuk kegiatan Kitab

Suci, misalnya dengan nama

“Rindu Baca KS”, KSKS, dan

lain-lain.; (10) Pemandu memberikan

latar belakang / pengantar,

misalnya Bacaan Injil dari Lukas,

Pemandu dapat menjelaskan

terlebih dahulu siapa itu Lukas;

(11) Ada Paroki yang membentuk

Tim Pemandu, Tim Komando,

Tim Safari untuk berkunjung ke

Wilayah / Lingkungan; (12). Di

beberapa Paroki, sangat menonjol

peran Ketua Lingkungan dalam

membuat jadwal satu tahun

(menggabung kegiatan AAP, APP,

BKSN dengan peristiwa khusus

keluarga) untuk meningkatkan

jumlah umat yang hadir; membuat

kegiatan karya kreatif dari umat.

Permasalahan dan Solusi

Beberapa permasalahan yang

umum terjadi antara lain : (1)

Masih banyak umat yang pasif

dan tidak antusias; (2) Jumlah

pemandu yang belum memadai di

sebagian besar Paroki; (3) Masih

ada lingkungan / wilayah yang

tidak dapat menyelenggarakan

ibadat, karena ditolak oleh

(10)

masyarakat sekitar.

Atas permasalahan yang

terjadi, beberapa usulan solusi

antara lain : (1) Setiap lingkungan

dapat membuat jadwal satu tahun

(menggabung kegiatan AAP, APP,

BKSN dengan peristiwa khusus

keluarga); (2) Melibatkan umat

dalam membuat karya kreatif,

misalnya membuat video clip

untuk setiap kegiatan lingkungan

/ wilayah; membuat karya seni

“menulis perikop Kitab Suci di

atas kaca yang dibingkai dengan

bahan-bahan dari barang bekas;

(3) Melibatkan orang muda,

alumni KEP, Ketua Lingkungan,

Ketua Wilayah menjadi Pemandu;

(4) Mengadakan pertemuan /

pembekalan para calon pemandu

/ pemandu untuk membangun

kreatifitas misalnya dalam hal

pengembangan games rohani yang

diselenggarakan oleh KKKS, atau

Paroki masing-masing; (5) Silang

pemandu antara wilayah atau antar

paroki; (6) Dan secara teknis, teks

Kitab Suci atau narasi tidak perlu

dicantumkan dalam lembaran

untuk umat, agar umat dapat

membaca langsung dari Kitab

Suci; (7) Bila kesulitan tempat

berkumpul dapat memanfaatkan

area gereja.

Rencana BKSN 2017

Komisi Kerasulan Kitab Suci

telah menetapkan tema besar dan

tema per tahun untuk 2017-2020.

Tema besar untuk tahun

2017-2020 adalah “Mewartakan Injil di

Tengah Arus Zaman”.

Tema tahun 2017: “Kabar

Gembira di Tengah Gaya Hidup

Modern”; 2018: “Kabar Gembira

di Tengah Kemajemukan”; 2019:

“Kabar Gembira di Tengah Krisis

Lingkungan Hidup”; dan 2020:

“Kabar Gembira di Tengah Krisis

Iman dan Identitas Diri”.

Sedangkan sub tema tahun 2017

: pertemuan ke-1. Arus Zaman

Teknologi dan Nilai-nilai Injili;

ke-2. Arus Zaman Materialisme

dan Nilai-nilai Injili; ke - 3. Arus

Zaman Individualisme dan

Nilai-nilai Injili; dan ke - 4. Arus Zaman

Hedonisme dan Nilai-nilai Injili.

Setelah membaca rangkuman

hasil evaluasi penyelenggaraan

BKSN 2016 di atas, dapatlah kita

menjawab pertanyaan “Bagaimana

potret penyelenggaraan BKSN

di Lingkungan / Wilayah Paroki

St.Markus yang tercinta ini ?”

Semoga penyelenggaraan BKSN

2017 umat St.Markus bertambah

semangat dan semakin berkarya.

(Markus Muller Sagala/Ketua Sie

Kitab Suci St Markus Depok II

Timur)

(11)

BERITA GEREJA

Minggu depan HARI MINGGU PALMA MENGENANGKAN SENGSARA TUHAN

Misa harian Senin sampai Sabtu pukul 05.30; Kecuali

Jumat, 07 April , Ibadat Jalan Salib pukul 18.00, dilanjutkan Perayaan Ekaristi Jumat I, penghormatan dan pentakhtaan Sakramen Mahakudus

Jadwal Pengakuan Dosa : Rabu dan Kamis 05-06 April jam 17.00 diawali dengan Ibadat Tobat

Doa Rosario setiap Senin Sore pkl 18.00 di depan Gua Maria

Pertemuan Legio Maria setiap Sabtu pagi jam 07.00 di Ruang Yashinta. Kolekte HARI MINGGU PRAPASKAH IV 25-26 Maret Rp. 9.781500,-Kolekte Jumat 24 Maret Rp.

533.500,-Kolekte Misa Arwah di Wil.St.Theresia 25 Maret Rp. 1.064.000,-Kolekte Misa di Wil.St.Fransiskus Xaverius 29 Maret Rp 140.000,-Kolekte II HARI MINGGU PRAPASKAH IV 25-26 Maret Rp. 2.706.000,-Kolekte II Jumat 24 Maret Rp.

256.000,-Dari Seksi Katekese

1.Telah dibuka Pendaftaran Calon Penerimaan Sakramen Penguatan 2017, Pengambilan dan pengembalian Formulir di Sekretariat Paroki. 2.Surat Baptisan Bayi / anak bulan Maret,dapat diambil di Sekretariat Paroki.

Dari Panitia Paskah

1.Kerjabakti untuk persiapan Pekan Suci diadakan Sabtu,08 April jam 08.30, mohon partisipasi dari pengurus dan umat lingkungan / wilayah.

2.Gladi bersih untuk para petugas liturgi, Jumat Agung , Malam Paskah dan Hari Raya Paskah, dilaksanakan Minggu, 09 April setelah misa Minggu Palma. Mohon kehadiran para petugas liturgi yang sudah ditentukan.

3.Sehubungn Hari Raya Minggu Palma, dihimbau kepada umat untuk membawa daun palma masing-masing.

4.Para pengguna Mobil dan motor wajib mengikuti arahan petugas keamanan dan parkir

Kursus Persiapan Perkawinan Santo Markus, akan diadakan pada tanggal 29-30 April, Pendaftaran dan pengambilan Formulir di Sekretariat Paroki

Dari Seksi Kematian

Seksi Kematian St.Markus mengundang para ahli waris Alm./almh yang akan direlokasi ke rumah tulang tahap 3 untuk menghadiri pertemuan pada hari Senin 17 April, jam 19.00 di Ruang Serbaguna. Undangan dapat diambil di kotak surat.Mohon koordinasi dari para pengurus lingkungan /wilayah

(12)

JADWAL PELAYANAN LITURGI

Tanggal 7 April 8 April 9 April 9 April Hari/

Jam Jumat 18.00 Sabtu 18.00 Minggu 07.00 Minggu 17.00 Hari

Raya/ Pesta

Jalan Salib lanjut Misa

Hari Minggu Palma Mengenang Kisah Sengsara Tuhan Hari Raya Minggu Palma Hari Raya Minggu Palma Petugas

Koor St.MarkusWKRI St.BenediktusWilayah Wilayah St.AL Gonzaga St.ChristinaWilayah

Tata

Tertib St.BlasiusWilayah St.YustinusWilayah St.BertinusWilayah

Wilayah St.Fransiskus

Xaverius

Prodiakon Wilayah

St.Blasius F.X SugiyantoA.C Tukiman

Q.Hartanto Benyamin Warsono Frans Sugiyoto Y.Handoyo Petrus Suharsono Yoseph Minarta

Lektor SiendrawatiVeronika Stephani Rinda

Patricia Marlin Agustinus Asa Yudha Fadli Susatya Cecilia Dian Wulandari F.Ignatius Jatmiko Jati AL Triatmo Susanto Alamat

Redaksi Jl. Kerinci Raya No. 11 Depok Timur, 16418 Telp. 08118115086/08176434649/08213843096 e-Mail: wpmarkusdepok@gmail.com,

cc: wartaparoki.santomarkus@gmail.com

WARTA PAROKI – Sejak 1999 – Pelindung RD Marselinus Wahyu Dwi Harjanto, RD Gregorius Agus Edi Cahyono Penanggung Jawab-Sie. Komsos : Marselius Rombe Baan, Pendiri Perintis : Alexander Exelgustam, Pemimpin Redaksi : Marselius Rombe Baan, Layout: Ignatius Handi Prasetyo, Bendahara Agnes Anggi Alamat Redaksi Jl. Kerinci Raya No. 11 Depok Timur, 16418 Telp. 08118115086/08176434649/08213843096 e-Mail: wpmarkusdepok@gmail.com, cc: wartaparoki.santomarkus@gmail.com

Referensi

Dokumen terkait