• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

55

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Deskripsi Sekolah Tempat Penelitian

Secara historis SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak didirikan pada masa penjajahan Belanda tepatnya tahun 1919. Pemberian nama tersebut karena merupakan Sekolah Dasar Negeri pertama kali didirikan di Kecamatan Guntur. Konon menurut sejarah awal berdirinya Sekolah Dasar Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak masih menggunakan material bangunan dari kayu jati berbentuk panggung. Begitu pula dengan meja kursi siswa masih gandeng menjadi satu istilah jawa menyebutnya dengan bangku.

Secara geografis sebenarnya SD Negeri Guntur 1 terletak di Desa Bakalrejo Kecamatan Guntur Kabupaten Demak. Tepatnya berada pada Jalan Buyaran-Karangawen km 7 Desa Bakalrejo RT 01 RW 02 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak. Pada awal pendirian SD Negeri Guntur 1 diletakkan di Desa Bakalrejo karena merupakan desa yang mudah dijangkau dan terletak di tengah- tengah desa- desa lain di Kecamatan Guntur. Mudah dijangkau dari berbagai penjuru desa di Kecamatan Guntur dan sangat strategis.

Sejalan dengan perkembangan jaman bangunan kuno telah mengalami renovasi karena lapuk termakan usia. Bangunan panggung sudah berubah menjadi bangunan permanen berlantai satu, begitu pula dengan

(2)

meubelair sudah berubah mengikuti perkembangan jaman sekarang. Bangunan lama tinggal kenangan, tersisa beberapa potong kayu jati yang sekarang bisa diamanfaatkan untuk kuda- kuda atap bangunan.

Karena keberadaannya yang sudah tua maka siswa yang bersekolah di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak tidak hanya berasal dari Desa Bakalrejo dan Guntur. Banyak siswa berasal dari luar Kecamatan Guntur seperti Kecamatan Karangtengah dan Karangawen. Bahkan ada juga siswa berasal dari kabupaten lain seperti Grobogan dan Semarang. Orang tua siswa sangat antusias bisa menyekolahkan putra-putrinya di SD Negeri Guntur 1 yang merupakan cikal bakal berdirinya sekolah dasar.

Dengan visi “Unggul dalam prestasi, berwawasan global, beriman, bertaqwa, berbudi pekerti luhur, dan mandiri” menjadikan SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak telah menoreh berbagai macam prestasi. Baik tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi bahkan tingkat nasional. Seperti berturut- turut pada tahun 1994 dan 1995 siswa SD N Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak meraih juara I (pertama) tahun 1994 dan III (ke-tiga) tahun 1995 lomba mata pelajaran matematika di tingkat nasional.

4.1.1 Profil Perpustakaan SD Negeri Guntur 1

Gedung perpustakaan SD Negeri Guntur 1 merupakan satu- satunya perpustakaan pertama kali berdiri dimiliki oleh Sekolah Dasar di lingkungan UPTD Dikpora Kecamatan Guntur. Awal mula gedung

(3)

perpustakaan tersebut didirikan memiliki dwi fungsi, yaitu sebagai gedung pertemuan sekaligus sebagai perpustakaan. Sebagai gedung pertemuan dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan kedinasan di jajaran UPTD Dikpora Kecamatan Guntur seperti lomba siswa, rapat- rapat guru, kepala sekolah, serta pelatihan- pelatihan. Terkadang juga dimanfaatkan oleh dinas yang lain untuk kegiatan yang sama.

Pendirian gedung perpustakaan SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak dibangun pada tahun 1992. Selaku kepala sekolah pada saat pembangunan gedung tersebut dijabat oleh beliau Bapak Suhadi. Dibangun di atas area tanah di lingkungan SD Negeri Guntur 1 dengan status tanah hak guna pakai milik Pemerintahan Desa Bakalrejo Kecamatan Guntur. Gedung dibangun dengan ukuran panjang 24 meter dan lebar 7 meter. Saat berdirinya gedung tersebut belum memiliki nama perpustakaan. Gedung itu biasa disebut dengan perpustakaan SD Negeri Guntur 1.

Koleksi buku perpustakaan SD Negeri Guntur 1 awalnya memiliki 1.238 eksemplar. Buku- buku koleksi yang dimiliki semua didapatkan dari droping pemerintah. Karena belum adanya tenaga khusus yang menangani perpustakaan, untuk melayani peminjaman dan pengembalian buku pustakawan dipegang oleh guru yang dijadwal secara bergantian. Keadaan ini berakibat terbengkelainya keberadaan buku tersebut. Buku tidak tertata sesuai dengan klasifikasinya. Banyak buku yang dimakan rayap mengakibatkan tidak sedikit pula yang

(4)

rusak. Bahkan kadangkala banyak buku yang rusak terlebih dahulu sebelum terbaca oleh siswa sama sekali. Minat baca siswa yang kurang juga berdampak pada tidak berfungsinya perpustakaan sebagai sumber belajar.

Tahun 2010 gedung perpustakaan SD Negeri Guntur 1 sangatlah memprihatinkan. Kondisi gedungnya dinilai sangat membahayakan. Material dinding banyak terkelupas sehingga berdebu. Dimusim penghujan air yang berasal dari luar masuk ke dalam ruangan karena lantai perpustakaan lebih rendah daripada halaman sekolah. Biasanya lantai ruangan perpustakaan terendam air dengan kedalaman 20 cm hingga berhari-hari mengakibatkan lumpuhnya kegiatan para pemustaka.

Sejak kepemimpinan Kepala Sekolah dipegang oleh Bapak Sunu Jaka Subrata, S.Pd pada tahun 2011 ruang perpustakaan berpindah menempati ruangan baru dekat ruang guru yang berukuran 7X8 meter. Pada saat itu fasilitas perpustakaan mulai bertambah dengan berbagai koleksi pustaka yang sangat beragam. Demikian pula, perpustakaan sudah memiliki pengelola khusus perpustakaan yang cukup berkompeten di bidang pustaka sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

Pada tahun 2011, perpustakaan SD Negeri Guntur 1 setelah menempati ruang baru berukuran 7X8 meter. Bersamaan dengan launching penggunaan ruang baru, perpustakaan SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak diberi nama “Pustaka Raja”. Sejak itu, perpustakaan SD Negeri Guntur 1 tidak lagi

(5)

menggunakan model perpustakaan manual/ konvensional, tetapi sudah memanfaatkan kemajuan teknologi mutakhir dengan berbagai layanan perpustakaan yang dimilikinya seperti pustaka digital, pustaka video, pustaka pdf, dan dilengkapi dengan fasilitas intranet yang didukung suasana ruang perpustakaan yang nyaman dan menyenangkan.

Sejak berdirinya gedung perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, maka berbagai sumber belajar, seperti buku paket, alat peraga, dan media pembelajaran lainnya mulai ditata sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Penataan terus dilakukan, baik berkaitan dengan ruangan maupun sarana prasarana pendukung secara berkelanjutan. Segala upaya telah dilakukan untuk meningkatkan perbendaharaan koleksi buku dan pelayanan kepada warga sekolah dan pemustaka lainnya. Pemustaka lainnya yang dimaksud berasal dari alumni, orang tua siswa, serta berasal dari sekolah lain.

4.2

Hasil Penelitian

Pada bagian hasil penelitian ini akan disajikan deskripsi evaluasi model CIPP dari 4 (empat) aspek. Aspek dalam evaluasi model CIPP meliputi context (konteks), input (masukan), process (proses), dan product (hasil) tentang pelaksanaan layanan perputakaan berbasis Informasi dan Teknologi (IT) di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak.

(6)

4.2.1 Konteks Layanan Perpustakaan Berbasis

Informasi dan Teknologi (IT) di SD

Negeri Guntur 1

Aspek konteks meliputi visi misi, tujuan, dan pengguna perpustakaan.

4.2.1.1 Visi Misi Perpustakaan

Perpustakaan SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak atau yang diberi nama “Pustaka Raja” memiliki visi “Mengoptimalkan perpustakaan sebagai pusat belajar dan informasi yang dinamis”. Ini mengandung arti bahwa dengan adanya

perpustakaan dengan menggunakan sistem IT diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pusat belajar. Pusat belajar dalam mencari informasi bagi siswa. Ini sejalan dengan keterampilan siswa dalam mencari literasi informasi pembelajaran. Hal tersebut juga mendukung pelaksanaan kurikulum 2013 yang menitik beratkan pada pendekatan scientific.

Sedangkan misi perpustakaan ada empat yaitu: 1) Mewujudkan perpustakaan yang sejuk, nyaman, dan menarik; 2) Menjadikan minat membaca peserta didik sebagai bagian dari hidupnya; 3) Menjadikan minat membaca peserta didik sebagai bagian dari hidupnya; dan 4) Memberikan pelayanan terbaik untuk kepuasan seluruh anggota.

(7)

Visi misi perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 dapat berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Untuk misi sudah jelas dapat mengikuti perkembangan kurikulum sekolah. Kemudian dari segi perkembangan teknologi kami telah menerapkannya agar pemustaka dapat menikmati layanan dengan cepat. Berikut petikan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah selaku penangung jawab sebagai berikut:

“Sesuai dengan visi perpustakaan “Mengoptimalkan

perpustakaan sebagai pusat belajar dan informasi yang dinamis” perpustakaan kami bisa berkembang sesuai dengan perkembangan perpustakaan. Dilihat dari peralatan IT yang kami punyai, boleh dibilang standar. Terlihat setiap hari siswa kami sangat senang dalam memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar”.

(wawancara tanggal 25 Februari 2016)

Apa yang telah dikatakan Kepala Sekolah tersebut diperkuat pernyataan Kepala Perpustakaan “Pustaka Raja” bahwa:

‘Visi perpustakaan kami adalah “Mengoptimalkan

perpustakaan sebagai pusat belajar dan informasi yang dinamis” visi tersebut saya rumuskan dengan

melihat perkembangan jaman. Jaman sudah berubah semua serba peralatan elektronik dan serba internet, maka saya selalu berusaha bagaimana perpustakaan ini bisa mengedepankan mutu layanan. Sebagai pusat belajar anak setiap hari”.

(wawacara tanggal 26 Februari 2016)

Jadi visi dan misi perpustakaan kami diharapkan dapat menjadi pegangan dalam memberikan pelayanan yang terbaik pada pemustaka.

(8)

4.2.1.2 Tujuan Perpustakaan

Sesuai dengan hasil penelitian dari dokumentasi disebutkan bahwa tujuan perpustakaan Pustaka Raja adalah “Menyediakan sumber belajar yang memadai dalam proses pembelajaran di sekolah”. Hal ini tentunya

sejalan dengan visi misinya. Tujuan tersebut tidak akan terlaksana apabila tidak didukung dengan dedikasi serta kinerja yang baik oleh pustakawan. Kehadiran perpustakaan akan dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Pada pembelajaran konvensional justru guru sebagai pusat pembelajaran. Dengan kehadiran perpustakaan ini diharapkan dapat mengubah paradima baru guru bukan lagi sebagai pusat belajar. Menjadikan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran.

Tujuan perpustakaan berbasis Informasi dan Teknologi (IT) sejalan dengan diterapkannya kurikulum 2013. SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur kabupaten Demak merupakan satu- satunya sekolah di Kecamatan Guntur sebagai piloting. Dengan demikian sangatlah membantu siswa dalam memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar. Demikian hasil wawancara dengan Kepala Sekolah tentang tujuan perpustakaan:

“Tujuan yang akan dicapai perpustakaan kami adalah “Menyediakan sumber belajar yang memadai dalam proses pembelajaran di sekolah”.

Sesuai dengan tujuan tersebut perpustakaan akan dapat berjalan dengan maksimal. Dengan adanya perpustakaan ini akan mengurangi beban mengajar guru- guru kami. Karena SD kami merupakan satu- satunya sekolah di Kecamatan Guntur yang menerapkan dan sebagai piloting kurikulum 2013. Hal ini sangat mendukung sekali

(9)

dengan adanya perpustakaan sebagai sumber belajar”.

(wawacara tanggal 25 Februari 2016)

Pernyataan itu juga dibenarkan pula oleh Kepala perpustakaan. Beliau menyatakan bahwa tujuan perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 telah terlaksana sesuai dengan yang ditetapkan. Pelayanan adalah kunci utama dalam pengelolaan.

“Tujuan perpustakaan kami adalah “Menyediakan

sumber belajar yang memadai dalam proses pembelajaran di sekolah” dan Alhamdulillah

tujuan tersebut dapat terlaksanan secara maksimal. Indikatornya adalah banyaknya pengunjung terutama siswa setiap hari. Perpustakaan bagi siswa sebagai tempat belajar. Tenaga pustakawan kami secara maksimal bisa melayani pemustaka”.

(wawacara tanggal 26 Februari 2016)

4.2.1.3 Pengguna Perpustakaan

Perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak dapat dimanfaatkan oleh siapa saja. Baik dari akademisi maupun tidak. Untuk pemustaka perpustakaan SD N Guntur 1 terbanyak dari siswa. Pemustaka yang lain berkunjung berasal dari kalangan guru SD Negeri Guntur 1. Guru memanfaatkan perpustakaan ini biasanya juga mendampingi siswa belajar diperpustakaan. Untuk pemustaka lain juga ada berasal dari alumni dan sekolah lain.

Yang membedakan dari segi pemustaka di SD Negeri Guntur 1 adalah orang tua siswa. Orang tua siswa juga dapat menikmati layanan perpustakaan tersebut. Mereka sangat senang dapat membaca dan meminjam

(10)

buku untuk dibawa pulang. Peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah, berikut petikannya:

“Jelas yang paling utama dalam memanfaatkan pepustakaan kami adalah siswa, namun keberadaan peprustakaan “Pustaka Raja” juga dimanfaatkan oleh pemustaka yang lain, seperti guru, alumni bahkan orang tua siswa. Orang tua siswa biasa membaca buku di perpustakaan sambil menanti anaknya pulang sekolah. Kadang mereka juga meminjam buku untuk dibawa pulang. Jenis buku yang dipinjam oleh orang tua siswa kadang kala buku- buku pelajaran untuk anaknya yang kelas rendah. Kadang juga resep masakan untuk keluarga”.

(wawacara tanggal 25 Februari 2016)

Pernyataan ini juga dibenarkan oleh Kepala Perpustakaan, bahwa orang tua juga menjadi bagian dari perpustakaan. Maksudnya ada orang tua yang dapat memanfaatkan layanan perpustakaan tersebut. Berikut hasil wawancara dengan Kepala Perpustakaan mengenai pengguna perpustakaan:

“Dengan melihat data pengunjung di perpustakaan kami pemustaka terdiri dari siswa dengan alokasi lebih banyak, kemudian guru, alumni, serta yang lebih unik lagi adalah orang tua siswa. Orang tua siswa ini kebanyakan orang tua siswa pada kelas awal. Mereka yang biasa mengantar dan menjemput putra- putrinya. Sambil menunggu mereka biasa memanfaatkan berkunjung ke perpustakaan”.

(wawacara tanggal 26 Februari 2016)

Dengan kehadiran perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 sangatlah bermanfaat sekali untuk pemustaka. Pengenalan internet pada siswa untuk kegiatan pembelajaran. Siswa dituntut untuk membuka cakrawala sudut pandang melalui internet tentunya

(11)

hal-hal yang positif. Berikut hasil wawancara dengan salah seorang siswa:

“Bermanfaat sekali, dapat saya pergunakan meminjam buku untuk dibaca. Tempat saya mencari pelajaran dengan internet yang ada diperpustakaan. Kadang saya juga membawa HP sendiri dari rumah. HP saya menggunakan internet sekolah jadi gratis”

(wawacara tanggal 2 Maret 2016)

Senada dengan pernyataan hasil wawancara dengan guru. Perpustakaan menjadikan guru hanya sebagai fasilitator. Dengan adanya perpustakaan pembelajaran akan lebih bermakna. Demikian pernyataan hasil wawancara dengan seorang guru:

“Dengan adanya perpustakaan berbasis IT tugas guru dalam pembelajaran semakin ringan. Dalam mencari informasi sesuai dengan Kurikulum 2013 keterampilan mencari informasi menjadikan siswa kami sudah terbiasa dengan browsing internet. Sebagian pula mencari buku secara cepat di perpustakaan. Guru tidak lagi sebagai pusat infromasi dalam pembelajaran, namun tugas guru sekarang hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Bukan guru yang aktif, namun siswa dituntut keaktifan dalam mencari literasi”. (wawacara tanggal 1 Maret 2016)

Kondisi perpustakaan yang representatif menjadi daya tarik bagi pemustaka. Hal ini ditunjang dengan penataan serta pelayanan pustakawan yang sangat memuaskan. Dengan demikian pemustaka lebih nyaman baik di dalam maupun di luar perpustakaan. Demikian petikan wawancara dengan orang tua siswa:

“Perpustakaan yang ada di SD N Guntur 1 sangat bagus. Berbeda sekali dengan perpustakaan di sekolah lain. Kebetulan saya juga orang tua, namun dari kecamatan lain. Saya sangat senang masuk perpustakaan karena didalamnya sejuk

(12)

ruangannya ada ACnya. Dalamnya bersih, buku-buku ditata rapi. Saya juga sering meminjam buku-buku dan saya juga punya kartu anggota yang ada fotonya”.

(wawacara tanggal 4 Maret 2016)

4.2.2 Input Layanan Perpustakaan Berbasis

Informasi dan Teknologi (IT) di SD

Negeri Guntur 1

Aspek input (masukan) meliputi penanggung jawab, pembiayaan, dan pengelolaan program layanan.

4.2.2.1 Penanggung jawab Program

Hasil studi dokumentasi yang peneliti lakukan sudah jelas bahwa pemegang kekuasaan penuh sebagai penanggung jawab keterlaksanaan program adalah kepala sekolah. Keberadaan perpustakaan sekolah secara struktural merupakan bagian dari sekolah. Namun dalam kegiatan pelayanan bagi pemustaka sehari- hari diserahkan sepenuhnya kepada Kepala Perpustakaan.

Pelayanan untuk pemustaka setiap hari dilakukan oleh pustakawan. Kebetulan pustakawan di SD Negeri Guntur 1 seorang wanita yang sangat piawai dalam melayani pemustaka. Hal tersebut menjadi daya tarik bagi pemustaka khususnya bagi siswa. Penulis mengadakan wawancara dengan siswa tentang evaluasi kinerja pustakawan. Demikian cuplikan wawancaranya:

“Bagus, Bu Erna selalu melayani saya dengan baik dan cepat. Sangat cekatan dan murah senyum. Bu Erna selalu melayani saya dengan ramah. Ruangan

(13)

perpustakaan bersih, Bu Erna setiap pagi menyapunya”

(wawacara tanggal 27 Februari 2016)

Pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh orang tua yang berhasil diwawancarai. Orang tua tersebut berpendapat:

“Saya sangat senang. Bu Erna sangat bagus bekerjanya. Ruangannya selalu bersih. Meja untuk membaca di dalam rapi. Bu Erna melayani dengan ramah. Pada saat masuk pasti disapa. Saya dikasih tahu juga caranya mencari judul buku. Ternyata mudah sama mengetik pada HP”.

(wawacara tanggal 4 Maret 2016)

Hal serupa juga diperkuat oleh pernyataan kepala perpustakaan. Dalam menjalankan tugas melayani pemustaka kepala perpustakaan memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada pustakawan. Karena kepala perpustakaan merangkap sebagai guru kelas. Namun kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar berkat kinerja yang bagus oleh pustakawan. Berikut pernyataannya:

“Kinerja pustakawan sangat kompeten. Walaupun untuk kepala perpustakaannya merangkap memegang kelas hal tersebut dapat diantisipasi. Karena ditunjang dengan kinerja pustakawan yang lain. Yang biasa melayani para pemustaka dipegang sepenuhnya oleh B. Erna. Struktur organisasi dalam perpustkaan juga berjalan. Namun dalam setiap harinya pelayanan dipegang sepenuhnya pada Bu Erna. Pada momen- momen tertentu dibantu dengan anggota yang lain”.

(wawacara tanggal 26 Februari 2016)

Kompetensi seorang pustakawan sangatlah berpengaruh pada kinerjanya. Dalam mengelola dan melayani pemustaka sangatlah tepat bagi mereka yang memang benar- benar ahli dan berkompeten dalam

(14)

bidangnya. Pustakawan di SD Negeri Guntur 1 sudah sesuai dengan kompetensinya. Hasil wawancara dengan kepala sekolah dijelaskan bahwa pustakawan yang ada di SD Negeri Guntur 1 lulusan sarjana perpustakaan. Berikut pernyataannya:

“Sesuai dengan ijazah yang kami terima dari pustakawan mbak Erna lulusan Sarjana (S1) jurusan perpustakaan. Jadi sudah sesuai dengan kompetensi yang ia miliki. Yang menjadi kendala memang untuk kepala perpustakaannya. Dalam peraturan disebutkan bahwa kepala perpustakaan harus dijabat oleh pegawai berstatus negeri. Hal ini untuk se- Kabupaten Demak belum ada tenaga perpustakaan di SD yang berstatus PNS”

(wawacara tanggal 25 Februari 2016)

Demikian juga diperkuat oleh kepala perpustakaan, beliau berpendapat bahwa:

“Kompetensi yang dimiliki oleh tenaga pustakawan sudah sesuai, hal ini terbukti bahwa pustakawan kami berlatar belakang sarjana (S1) perpustakaan lulusan dari Universitas Terbuka pokja Demak”. (wawacara tanggal 26 Februari 2016)

4.2.2.2 Pembiayaan Program

Pemasangan aplikasi layanan perpustakaan sebenarnya sangatlah terjangkau. SD Negeri Guntur 1 dalam menciptakan sebuah layanan perpustakaan berbasis IT justru mendapatkan apresiasi dari komite sekolah. Berkat dukungan berupa pendanaan dari komite sekolah dapat memajukan dunia pendidikan. Hal tersebut bisa dijadikan contoh untuk sekolah- sekolah yang lain. Berikut hasil wawancara dengan kepala sekolah:

“Khusus pemasangan aplikasi dibutuhkan biaya sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

(15)

Biaya tersebut juga kami peroleh dari sumbangan dari komite sekolah walaupun berwujud hutang pihak ketiga sebesar Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah). Kami hutang koperasi atas nama salah satu orang guru kami, kemudian angsuran berasal dari sodaqoh siswa kami setiap jumat. Dan sampai saat ini pengumpulan dana atas prakarsa komite sekolah dapat berjalan dengan lancar”. (wawacara tanggal 25 Februari 2016)

Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan bendahara BOS. Dalam pemasangan aplikasi untuk perpustakaan bendahara BOS tidak merasa mengeluarkan uang. Hanya memang dia diberi tugas kepala sekolah untuk mengumpulkan hasil sodaqoh anak setiap bulan, dan hasilnya dipergunakan untuk mengangsur pinjaman atas nama salah seorang guru di Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kecamatan Guntur. Berikut pernyataannya:

“Untuk pengadaan aplikasi program layanan perpustakaan saya tidak mengeluarkan dari BOS. Untuk pengadaan aplikasi beserta perangkat lain sekolah hutang pada pihak ketiga ( KPRI Guntur ) atas nama Bapak Abdul Maliq sebesar Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah). Itu atas inisiatif dan prakarsa dari komite sekolah. Kemudian sebagai angsuran setiap bulannya komite sekolah mencanangkan Gerakan Jumat Beramal. Setiap hari Jumat siswa memberikan jariyah/ sodaqoh minimal dua ribu rupiah. Jadi untuk pengadaan perangkat aplikasi mendapatkan subsidi dari komite sekolah. Jadi angsuran tiap bulaan kami dapatkan dari pengumpulan uang tersebut”.

(wawacara tanggal 29 Februari 2016)

Jadi secara jelas perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 sumber pembiayaannya juga berasal dari komite sekolah. Walaupun tidak berwujud uang dalam

(16)

bentuk tunai. Namun atas inisiatif komite sekolah hal tersebut dapat terwujud. Demikian diungkapkan oleh kepala sekolah:

“Untuk pemasangan aplikasi beserta perangkat lain sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) kami ambilkan dari sumbangan komite sekolah. Walaupun kami pinjam pihak ketiga sebesar Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), sisa uang tersebut kami gunakan untuk pengembangan perpustakaan seperti pengadaan gazebo dan pengadaan taman baca. Untuk aksesoris lainnya kami ambilkan dari dana BOS”.

(wawacara tanggal 25 Februari 2016)

Untuk membuktikan kebenarannya penulis juga melakukan wawancara dengan komite sekolah secara langsung. Komite sekolah sangat bangga atas keberhasilan yang diraih perpustakaan SD N Guntur 1 dalam lomba perpustakaan baik di tingkat kecamatan maupun provinsi. Komite sekolah tidak bisa memberikan bantuan material yang cukup. Komite Sekolah hanya dapat memberikan sumbangan berupa uang sodaqoh. Demikian hasil wawancara dengan komite sekolah:

“Kami atas nama komite sekolah sangat berterima kasih sebesar- besarnya kepada SD N Guntur 1, atas semangatnya dalam memajukan Sekolah. Saya juga mengucapkan selamat atas prestasi yang telah dicapai perpustakaan SD N Guntur 1 walaupun hanya ditingkat karesidenan itu bagi kami hal yang terbaru menurut sejarah di SD N Guntur 1 memenangkan lomba peprustakaan. Dari komite sekolah kami hanya bisa memberikan sedikit bantuan itupun tidak berwujud uang. Kami hanya bisa memberikan bantuan sebesar Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) itupun silakan sekolah pinjam pada pihak ketiga. Silakan sekolah untuk pinjam dulu. Kami komite sekolah akan mengadakan semacam gerakan yaitu jumat beramal, maksudnya setiap hari jumat

(17)

siswa-siswa dianjurkan untuk sodakoh sebesar Rp 2.000,00 (dua ribu rupiah). Hasil uang itu dipergunakan untuk mengangsur pinjaman tersebut. Saya harap sekolah dapat menerima inisiatif ini”.

(wawacara tanggal 3 Maret 2016)

4.2.2.3 Pengelolaan Program

Dalam penyelenggaraan kegiatan sehari- hari pelayanan perpustakaan diserahkan sepenuhnya pada pustakawan. Untuk kepala perpustakaan pada saat jam pelajaran mengajar di kelas. Pada saat istirahat dan jam kosong ikut dalam kegiatan pelayanan di perpustakaan. Demikian hasil wawancara dengan kepala sekolah:

“Yang bertanggung jawab penuh atas pengelolaan perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 adalah saya selaku kepala sekolah. Namun karena berbagai macam tugas saya sebagai kepala sekolah, kegiatan sehari- hari kami serahkan sepenuhnya untuk dikelola oleh kepala perpustakaan yang telah kami beri SK rangkapan. Untuk pelayanan sehari- hari dipegang oleh pustakawan”.

(wawacara tanggal 25 Februari 2016)

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh kepala perpustakaan. Kepala perpustakaan dalam wawancara menjelaskan tentang pelayanan pemustaka. Tugas pelayananan perpustakaan di SD negeri Guntur 1 untuk setiap hari diserahkan sepenuhnya pada pustakawan, karena kepala perpustakan juga mengajar di kelas. Inilah hasil wawancaranya:

“Jelas yang bertanggung jawab penuh atas keberlangsungan perpustakaan ini adalah Kepala Sekolah. Namun untuk pengelolaan sepenuhnya diserahkan kepada Kepala Perpustakaan dan tenaga peprustakaan. Untuk sistem aplikasi layanan yang menggunakan internet sepenuhnya

(18)

pada tenaga perpustakaan yang sesuai dengan bidangnya yaitu Mbak Erna”.

(wawacara tanggal 26 Februari 2016)

Hingga saat ini program yang ada di perpustakaan masih berjalan. Kegiatan pelayanan dan kegiatan siswa setiap hari terlihat aktif diperpustakaan. Hal inilah yang diharapkan oleh beliau kepala sekolah dalam menciptakan sebuah perpustakaan yang menjadi kebanggaan sekolah. Berikut wawancara dengan kepala sekolah:

“Saya sangat berharap perpustakaan ini bisa berjalan terus. Walaupun lomba telah berlangsung, namun itu bukanlah tujuan dari kami. Menciptakan sebuah perpustakaan yang dikategorikan standar bukan hal yang mudah seperti membalikkan tangan. Butuh waktu, tenaga, biaya, serta didukung dengan sumber daya manusia yang mumpuni. Saya yakin keberadaan peprustakaan ini sangatlah bermanfaat bagi pemustaka. Minimal siswa- siswi kami dapat memanfaatkannya”.

(wawacara tanggal 25 Februari 2016)

Pendapat itu juga diperkuat oleh salah seorang guru yang berhasil peneliti wawancarai. Beliau merasa optimis dan yakin bahwa perpustakaan SD Negeri Guntur 1 dapat berkembang dengan pesat. Keadaan ini harus didukung oleh peran guru agar memotivasi siswanya. Berikut pernyataannya:

“Melihat kegiatan perpustakaan setiap hari, maka saya juga optimis perpustakaan ini juga akan berkembang dengan baik. Banyak sekali guru-guru juga bisa memanfaatkan keberadaan perpustakaan ini. Setiap minggu saya juga menugasi siswa minimal pinjam satu buku untuk dibaca. Kemudian setiap bulan minimal siswa meringkas atau menceritakan kembali isi bacaan

(19)

kemudian yang terbaik akan dipajang pada papan pajangan perpustakaan”.

(wawacara tanggal 1 Maret 2016)

4.2.3 Proses Layanan Perpustakaan Berbasis

Informasi dan Teknologi (IT) di SD

Negeri Guntur 1

Aspek process (proses) meliputi sistem aplikasi, jenis layanan, dan jadwal di perpustakaan.

4.2.3.1 Sistem Aplikasi

Aplikasi yang dipakai di perpustakaan SD Negeri Guntur 1 bernama Senayan Tabel 5. Untuk pemasangan dan peralatan yang dipakai berikut hasil wawancara penulis dengan pustakawan:

“Aplikasi yang digunakan adalah software bernama

Senayan Tabel 5 (Meranti). Software ini terhubung

dengan jaringan internet. sedangkan peralatan yang dipergunakan dalam pemasangan aplikasi diantaranya 3 buah komputer, dan jaringan internet. Diantara berbagai aplikasi software ini tergolong simple dan mudah dipergunakan pada siswa sekolah dasar. Banyak sekali software yang ditawarkan, namun intinya bentuk dan sistem hampir sama. Ibarat HP berbagai jenis, namun fungsi utama adalah dipergunakan untuk komunikasi”.

(wawacara tanggal 27 Februari 2016)

Aplikasi ini tergolong efektif untuk diterapkan untuk siswa di Sekolah Dasar (SD). Pertimbangan pembiayaan menjadi dasar pertimbangan pemilihan tersebut. Cukup dengan biaya sedikit dan perangkat yang sederhana dapat diterapkan pelayanan perpustakaan berbasis Informasi dan Teknologi (IT).

(20)

Demikian diungkapkan oleh pustakawan tentang keefektifan pemasangan aplikasi:

“Pemasangan aplikasi ini cukup efektif, bila dihitung secara matematis hanya diperlukan biaya sekitar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Biaya tersebut dengan perincian pemasangan jaringan internet Rp 3.500.000,00 (tiga juta lima ratus ribu rupia), pemasangan aplikasi Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), pengadaan 3 komputer seharga Rp 5.500.000,00 (lima juta lima ratus ribu rupiah). Setidaknya misalnya dengan 2 unit komputer aplikasi ini sudah dapat dipergunakan”.

(wawacara tanggal 27 Februari 2016)

Dilihat dari kemudahan menggunakan aplikasi sistem yang dipakai peprustakaan di SD Negeri Guntur 1 tergolong sangat sederhana. Bagi yang biasa menggunakan HP pastinya dapat menerapkannya. Saat masuk perpustakaan tinggal menempelkan kartu anggota secara otomatis tercatat sebagai pengunjung perpustakaan. Berikut wawancara saya dengan seorang siswa tentang kemudahan aplikasi di perpustakaan:

“Sangat mudah. Saya tinggal menempelkan kartu anggota foto saya langsung kelihatan. Kemudian saya mencari buku lewat computer perpustakaan. Setelah cocok saya mengambil sendiri buku itu di rak. Baru saya sampaikan pada Bu. Erna untuk dicatat”.

(wawacara tanggal 2 Maret 2016)

Kebenaran tersebut juga didukung dengan pendapat dari seorang guru. Berikut pendapatnya:

“Menurut saya , aplikasi yang diterapkan di perpustakaan sangat sederhana sekali. Maksudnya semua orang dapat menggunakannnya. Seperti contoh apabila ingin berkunjung ke perpustakaan tidak usah mengisi daftar hadir dan menulis pada buku. Cukup dengan menempelkan kartu anggota secara otomatis telah dicatat sebagai pengunjung

(21)

pada hari itu juga. Kemudian dalam mencari buku tidak usah melihat keberadaanya di rak buku. Cukup dengan mengetik judul yang diinginkan, maka semua judul buku itu akan muncul dikomputer itu, berada di rak berapa, ketersediannya masih apa tidak, kemudian dipinjam siapa saja akan terbaca di komputer itu”. (wawacara tanggal 1 Maret 2016)

Untuk lebih memperkuat kedua pendapat diatas, penulis juga mewancarai orang tua. Secara garis besar juga membenarkan kedua pendapat diatas. Inilah hasil wawancaranya:

“Pertama kali saya tidak bisa. Kemudian diajari petugasnya yang bernama Bu Erna. Kartu saya suruh menempelkan pada semacam balon. Lalu muncul foto saya. Akhirnya saya dapat melakukaanya sendiri. Ternyata hampir sama dengan menggunakan HP”.

(wawacara tanggal 4 Maret 2016)

4.2.3.2 Jenis Layanan

Jenis layanan perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak terbagi atas 2, yaitu: 1) Layanan pada perpustakaan; 2) Layanan yang tertera pada sistem aplikasi. Untuk layanan di perpustakaan contohnya pemakaian internet sekolah secara gratis. Demikian hasil wawancara dengan pustakawan:

“Layanan perpustakaan kami terbagi atas 2, yakni layanan perpustakaan itu sendiri dan layanan menu/ tampilan yang ada dalam sistem aplikasi. Untuk layanan perpustakaan diluar aplikasi diantaranya layanan internet. Kemudian layanan aplikasi justru anak banyak memanfaatkaannya diantaranya OPAC, yaitu anak dapat melihat judul buku yang akan dipinjam melalui komputer”.

(22)

Semua jenis layanan tersebut telah berjalan sesuai dengan tujuan. Sebulan sekali perpustakaan memberikan hadiah pada siswa. Kegiatan tersebut dapat berwujud kuis ataupun pemberian hadiah bagi pengunjung teraktif di perpustakaan. Demikian petikan wawancara dengan pustakawan:

“Ya, program layanan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan perpustakaan kami. Tujuan utama perpustakaan kami adalah menjadikan sebuah perpustakan sebagai tempat belajar siswa. Bagaimana caranya siswa setiap hari senang berkunjung perpustakaan. Kami juga memberikan hadiah bagi pengunjung teraktif di perpustakaan. Biasa kami beri buku tulis”.

(wawacara tanggal 27 Februari 2016)

Dilihat dari kegiatan sehari- hari tampak pemustaka sangat puas terhadap semua jenis layanan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan siswa sebagai berikut:

“Layanannya Bu Erna sangat bagus dan senang sekali, saya biasa berkunjung di perpustakaan pada saat istirahat. Lingkungan perpustakaannya cukup bersih, saya biasa membaca di gazebo. Kadang saya juga mengartikan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia lewat komputer perpustakaan”.

(wawacara tanggal 2 Maret 2016)

Pendapat itu juga dibenarkan oleh guru yang berhasil penulis wawancarai. Berikut hasil wawancaranya:

“Layanan yang diberikan oleh perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 bagi kami lebih dari cukup. Banyak sekali layanan yang bermanfaat bagi pemustaka terlebih bagi siswa kami. Bagi guru layanan peprustakaan memberikan solusi jitu dalam preses belajar mengajar. Sebagai contoh siswa dalam belajar kesulitan mengartikan kata

(23)

asing. Kemudian saya tugaskan siswa tersebut untuk ke perpustakaan mencari arti istilah tersebut. Kadang ada yang melihat kamus, ada juga yang langsung mencari dengan menggunakan internet perpustakaan”.

(wawacara tanggal 1 Maret 2016)

Untuk memperkuat hasil penelitian ini, penulis juga mewancarai orang tua siswa tentang layanan perpustakaan yang ada di SD Negeri Guntur 1. Pendapat kedua diatas ternyata juga dibenarkan oleh orang tua siswa. Berikut cuplikannya:

“Layanan Bu Erna sangat ramah. Bu Erna sangat sabar dalam melayani saya. Dia juga cekatan sekali. Saya bias memanfaatkan tempat duduk yang ada atapnya di depan perpustakaan untuk membaca. Minimal sekali dalam seminggu saya pinjam buku. Buku yang saya pinjam biasanya buku resep masakan”.

(wawacara tanggal 4 Maret 2016)

4.2.3.3 Jadwal pelayanan

Sesuai dengan jadwal yang tertera di perpustakaan dapat dicatat sebagai berikut:

No. HARI WAKTU KELAS

1 SENIN 06.30-14.00 I 2 SELASA 06.30-14.00 II 3 RABU 06.30-14.00 III 4 KAMIS 06.30-14.00 IV 5 JUM’AT 06.30-11.30 V 6 SABTU 06.30-13.00 VI

Jadwal tersebut hanya untuk pelayanan peminjaman dan pengembalian. Untuk sekedar membaca di perpustakan pemustaka dapat setiap hari berkunjung. Jadwal ini diterapkan untuk memaksimalkan pelayanan pada pemustaka khususnya

(24)

siswa SD Negeri Guntur 1 yang tergolong banyak. Hal ini diungkapkan oleh pustakawan perpustakaan dengan hasil wawancara sebagai berikut:

“Jadwal pelayanan perpustakaan sudah dilaksanakan. Jadwal dibuat untuk mengantisipasi banyaknya pengunjung setiap hari. Jadwal ini dikhususkan pada layanan peminjaman dan pengembalian. Tetapi untuk kunjungan sekedar membaca dan mencari pelajaran diperpustakaan tidak berlaku. Jadi intinya jadwal layanan sudah berjalan dengan waktu yang sudah ditentukan”. (wawacara tanggal 27 Februari 2016)

4.2.4 Produk Layanan Perpustakaan Berbasis

Informasi dan Teknologi (IT) di SD

Negeri Guntur 1

Aspek produks (hasil) meliputi kepuasan pemustaka, partisipasi komite sekolah, keberlanjutan program, serta hambatan layanan perpustakaan.

4.2.4.1 Kepuasan Pemustaka

Untuk mengevaluasi tentang kepuasan pemustaka terhadap program layanan perpustakaan, penulis melakukan kegiatan wawancara dengan pemustaka. Salah satu siswa yang berhasil saya wawancarai mengungkapkan tentang kesenangannya dengan perpustakaan. Berikut ini hasil wawancaranya:

“Saya sangat puas sekali. Dengan adanya perpustakaan saya lebih rajin membaca. Gemar membaca buku kemudian saya meringkasnya kembali. Kadang hasil ringkasanku di pajang Bu. Erna di Majalah Dinding. Saya sangat senang sekali”.

(25)

Hal serupa juga dibenarkan dengan pendapat dari seorang guru. Beliau mengungkapkan sebagai berikut:

“Sungguh luar biasa, layanan yang diberikan oleh perpustakaan SD Negeri Guntur 1 cukup membanggakan kami. Ditambah dengan suasana tempat baca yang representatif membawa kemeriahan suasana setiap hari di perpustakaan. Baru kali ini ada perpustkaan setingkat SD yang dapat memberikan pelayanan yang bagus. Hal ini mudah- mudahan dapat ditiru oleh sekolah-sekolah yang lain”.

(wawacara tanggal 1 Maret 2016)

Pendapat terakhir ini juga memperkuat dua pendapat diatas. Orang tua ini juga membenarkan hal tersebut. Demikian pendapatnya:

“Saya sangat puas pak. Saya juga puas bisa menyekolahkan anak saya di sini. Sambil menanti anak saya pulang, saya dapat membaca buku. Saya juga telah dibuatkan kartu peprustakaan sehingga kalau meminjam buku sangat mudah dan cepat”.

(wawacara tanggal 4 Maret 2016)

4.2.4.2 Keberlanjutan Program

Dengan melihat hasil wawancara mulai dari aspek konteks, input, dan proses diatas kiranya program layanan perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 tetap dilanjutkan. Sejalan dengan ungkapan kepala sekolah yang berhasil penulis wawancarai. Berikut ini hasilnya:

“Saya berkomitmen akan melanjutkannya. Saya juga akan berkoordinasi dengan pemangku jabatan dalam hal ini Kepala UPTD Dikpora Kecamatan Guntur agar program ini dapat diterapkan pada SD- SD lain di lingkungan kecamatan Guntur. Sejalan dengan hal tersebut perpustakaan kami juga sudah beberapa kali digunakan untuk studi banding. Rata- rata dari sekolah berasal dari

(26)

kecamatan lain, seperti Demak, karangawen, dan Karanganyar”.

(wawacara tanggal 25 Februari 2016)

Hal serupa juga dibenarkan oleh kepala perpustakaan dan juga berharap program ini dapat diterapkan bagi sekolah lain. Demikian kutipan wawancara dengan kepala perpustakaan:

“Saya mengharapkan ini bisa menjadikan pioner dan contoh untuk sekolah- sekolah lain. Tidak hanya perpustakaan SD N Guntur 1 saja, namun sekolah lain bisa menerapkannya. Untuk biaya yang relatih murah dapat mengahasilkan pekerjaan yang sangat terdata. Asalkan adanya kerjasama dengan komite sekolah”.

(wawacara tanggal 26 Februari 2016)

4.2.4.3 Hambatan Layanan Perpustakaan

Hambatan yang ditemui dilapangan dalam menyelenggarakan sebuah perpustakaan berbasis Informasi dan Teknologi (IT) di SD Negeri Guntur 1 adalah sebaga berikut: 1) Biaya pemasangan aplikasi; 2) Adanya aturan bahwa kepala perpustakaan harus PNS; 3) Ketersedian jumlah buku; 4) Jaringan internet. Demikian diungkapkan oleh kepala sekolah dalam wawancara dengan penulis:

“Hambatan jelas ada. Untuk pengadaan perpustakaan seperti ini tidak mustakhil membutuhkan biaya. Walaupun untuk aplikasinya hanya butuh sekitar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Namun bagi sekolah dengan siswa sedikit itu merupakan hal yang sulit. Untuk hambatan yang mendasar di SD N Guntur 1 belum adanya tenaga pustakawan yang berstatus PNS. Padahal dalam aturan yang memegang sebagai kepala peprustakaan harus yang sudah PNS. Hambatan yang lain kami rasakan adalah masih kurangnya buku di perpustakaan ini, walaupun

(27)

untuk tingkat lomba perpustakaan ketersediaan buku sudah melebihi batas minimal”.

(wawacara tanggal 25 Februari 2016)

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh kepala perpustakaan. Berikut hasil wawancaranya:

“Hambatan yang terbesar dalam penyelenggaraan perpustakaan ini adalah ketersedian jumlah buku. Menurut idealnya perbandingan jumlah buku dengan jumlah siswa adalah 1: 10. Hambatan yang kedua adalah adanya peraturan bahwa yang memegang kepala perpustakaan harus sudah PNS. Padahal kita tahu di SD belum ada tenaga peprustakaan yang berstatus PNS. Jangankan kepala perpustakaan, yang namanya tenaga Tata Uaha (TU) di SD saja belum ada. Kemudian yang ketiga sebagai hambatannya adalah kadang kala terjadi gangguan jaringan internet. Internet yang dipergunakan karena memakai antena. Hal ini karena kecamatan Guntur belum ada jaringan telepon kabel dari Telkom”.

(wawacara tanggal 26 Februari 2016)

Untuk mengatasi hambatan diperlukan kinerja yang bagus oleh kepala sekolah sebagai manajerial. Peran komite sekolah diharapkan melalui kerja sama yang aktif dapat mengatasi masalah tersebut. Seperti terlihat peran komite sekolah yang telah dilakukan di SD Negeri Guntur 1. Demikian diperjelas oleh pendapat Kepala Sekolah SD Negeri Guntur 1 untuk mengatasi masalah tersebut. Demikian hasil wawancara dengan beliau:

“Menghimbau kepada sekolah- sekolah lain agar bias mengatasi ketersediaan dana yang minim. Berbagilah dengan komite sekolah masing- masing untuk mengoptimalkan kerjasama yang erat seperti yang telah kami lakukan dengan komite sekolah. Mengatasi hambatan kepala perpustakaan harus PNS, kami siasati dengan memberikan SK penugasan rangkapan beliau Bapak Sunu Jaka

(28)

Subrata memegang kepala perpustakaan. Hal ini saya konfirmasi dengan perpustakaan lain juga seperti itu. Untuk menambah jumlah buku saya punya kiat, diantaranya meminta sumbangan kenang- kenangan dari orang tua siswa lulusan kelas 6. Bukan minta kenang- kenangan berwujud uang, namun kami hanya minta minimal 5 buku baru dengan judul yang berbeda”.

(wawacara tanggal 25 Februari 2016)

Demikian pula cara mengatasi masalah diungkapakan kepala perpustakaan yang senada dengan kepala sekolah. Berikut hasil wawancara:

“Mengantisipasi ketersedian buku walaupun perpustakaan kami dengan jumlah buku yang cukup, perpustakaan kami bekerja sama dengan Perpusda (Perpustakaan Daerah) Kabupaten Demak. Sebulan sekali perpusda datang ke sekolah kami untuk melayani siswa. Untuk kepala perpustakaan harus berstatus PNS ini hanya bisa disiasati. Seperti saya hanya diberi SK dari Kepala Sekolah guru merangkap sebagai kepala peprustakaan. Pada saat jam pelajaran saya mengajar di kelas, pada saat istirahat saya ngantor di ruang kepala perpustakaan. Sedangkan untuk hambatan yang ketiga memang kami agak kesulitan, Cuma kami berharap mudah- mudahan jaringan telepon kabel masuk di Kecamatan Guntur, sehingga kami bisa memasang internet kabel”.

(wawacara tanggal 26 Februari 2016)

4.3 Pembahasan

4.3.1 Konteks Layanan Perpustakaan Berbasis Informasi dan Teknologi (IT) di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak

Menurut Sugiyono (2014), evaluasi konteks merupakan dasar dari evaluasi yang bertujuan menyediakan alasan- alasan dalam menentukan tujuan. Sedangkan Stufflebeam (2007) mengatakan bahwa

(29)

evaluasi konteks diantaranya adalah keputusan dalam menentukan tujuan. Evaluasi konteks memberikan informasi tentang kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Evaluasi konteks dalam hal ini yang akan dibahas menyangkut tentang keterlaksanaan visi, misi, tujuan, serta subyek pengguna perpustakaan.

Ishak (2008) dalam jurnal berjudul Pengelolaan

Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi menjelaskan

secara singkat tentang pentingnya pengelolaan perpustakaan berbasis Teknologi Informasi. Hasil penelitian menunjukkan perpustakaan yang ditelitinya belum memiliki visi, misi, dan tujuan yang mendorong kearah kemajuan.

Penelitian Ishak (2008) tersebut ternyata bertolak belakang dengan hasil penelitian tentang visi, misi perpustakaan SD Negeri Guntur 1. Hasil studi dokumentasi perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 telah memiliki visi dan misi. Visi perpustakaan di SD negeri Guntur 1 adalah “Mengoptimalkan perpustakaan sebagai

pusat belajar dan informasi yang dinamis”. Sedangkan

misinya sebagai berikut: 1) Mewujudkan perpustakaan

yang sejuk, nyaman, dan menarik; 2) Menjadikan minat membaca peserta didik sebagai bagian dari hidupnya; 3) Membantu mencarikan informasi terutama yang berhubungan dengan pendidikan; 4)Memberikan pelayanan terbaik untuk kepuasan seluruh anggota.

Disebutkan bahwa keberadaan perpustakaan sangat dibutuhkan oleh pemustaka. Keberadaan perpustakaan sesuai dengan visinya dikembangkan sebagai pusat belajar terutama bagi siswa serta

(30)

memberikan informasi yang dinamis. Sejalan dengan diberlakukannya kurikulum 2013 literasi siswa dalam mencari sumber informasi sangat relevan. Implementasi pendekatan scientific sangat sesuai dengan orientasi layanan perpustakaan dengan menggunakan Informasi dan Tekhnologi (IT).

Studi dokumentasi pada profil perpustakaan tujuan perpustakaan disebutkan sebagai berikut: “Menyediakan sumber belajar yang memadai dalam

proses pembelajaran di sekolah”.

Menurut hasil penelitian di perpustakaan SD Negeri Guntur 1 yang menitikberatkan tentang perpustakaan sebagai sumber belajar sangatlah tepat sekali. Didukung dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai menjadi daya tarik bagi pemustaka. Pembelajaran yang dulunya berbasis konvensional sekarang berubah. Guru bukanlah satu- satunya sebagai sumber belajar. Tugas guru hanyalah sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Tugas guru tidak lagi terbebani dengan berbagai metode.

Penelitian Fajar Hariadi (2013) dalam jurnal berjudul Pembuatan Sistem Informasi Perpustakaan pada

SD N Sukoharjo Pacitan Berbasis WEB. Tentang pengguna

peprustakaan di SD Negeri Sukoharjo terbatas pada siswa dan guru. Berbeda dengan hasil penelitian di perpustakaan di SD Negeri Guntur 1. Observasi secara langsung pada pengguna perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 didapatkan bahwa pemustaka sangat variatif. Pemustaka yang memanfaatkan layanan perpustakaan biasanya berasal dari siswa dan guru. Namun untuk

(31)

perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 selain siswa dan guru juga dimanfaatkan oleh orang tua, serta alumni. Inilah yang membedakan dengan perpustakaan di SD-SD yang lain.

Berdasarkan hasil penelitian tentang visi, misi, tujuan, serta subyek pengguna perpustakaan tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan perpustakaan di SD Negeri sangat dibutuhkan sekali bagi pemustaka. Hal tersebut karena didukung dengan layanan perpustakaan dengan menerapkan sistem IT. Sarana dalam menerapkan IT juga dikategorikan standar bagi pemustaka dan sangatlah mudah dalam pengoperasiannya. Didukung dengan fasilitas lain yang memadai. Seperti taman baca di luar ruangan yang rindang dan luas.

4.3.2 Input Layanan Perpustakaan Berbasis Informasi dan Teknologi (IT) di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak

Stufflebeam (2007), mengemukakan bahwa evaluasi input diantaranya menentukan sarana dan pembiayaan. Menurut Sugiyono (2014), evaluasi masukan digunakan untuk menetukan sumber daya yang tersedia. Dalam hal ini sumber daya pendukung dalam mengelolaan sistem layanan perpustakaan. Sumber daya juga menentukan keterlaksanaan suatu program. Sumber daya menyangkut keahlian yang dimiliki oleh pustakawan dalam mengelola perpustakaan. Didukung dengan sumber dana dalam mengembangkan sistem layanan perpustakaan. Dalam

(32)

evaluasi input fokus membahas tentang sumber daya manusia, pembiayaan, serta pengelolaan layanan perpustakaan.

Menurut Basuki (2010) hambatan layanan perpustakaan diantaranya tidak semua sekolah telah memiliki tenaga pustakawan yang sesuai dengan kompetensinya. Senada dengan hasil penelitian Ishak (2008) dalam jurnal berjudul Pengelolaan Perpustakaan

Berbasis Teknologi Informasi menjelaskan secara singkat

tentang pentingnya pengeloalan perpustakaan berbasis Teknologi Informasi. Salah satu hasil penelitian menyebutkan adanya hambatan tentang SDM (Sumber Daya Manusia) dalam hal ini pustakawan belum memenuhi standar kompetensi terutama tentang kualifikasi akademiknya.

Hasil studi dokumentasi tentang ijazah yang dimiliki pustakawan di SD Negeri Guntur 1 sudah sesuai dengan kualifikasinya. Kualifikasi akademik pustakawan sekurang- kurangnya sudah menempuh kuliah lulus D2 perpustakaan. Sumber daya yang dimiliki oleh pustakawan di SD Negeri Guntur 1 tentang kualifikasi akademik sudah terpenuhi. Sesuai dengan studi dokumentasi didapatkan bahwa pustakawan sudah berijazah S1 perpustakaan.

Menurut Basuki (2010) dalam menciptakan sebuah perpustakaan berbasis Informasi dan Teknologi (IT) membutuhkan biaya yang sangat besar. Hal tersebut tidak terjadi di perpustakaan di SD Negeri Guntur 1. hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah dengan bendahara BOS menjelaskan bahwa untuk

(33)

menciptakan layanan perpustakaan berbasis Informasi dan Teknologi (IT) sangat murah dan terjangkau.

Hasil studi dokumentasi pada struktur organisasi tentang penanggung jawab layanan sebenarnya merupakan tanggung jawab kepala sekolah. Oleh kepala sekolah seorang kepala perpustakaan diberikan kekuasaan penuh dalam mengelola. Namun karena kepala perpustakaan juga sebagai guru kelas maka tugas layanan dibebankan sepenuhnya kepada pustakawan.

Berdasarkan hasil penelitian tentang evaluasi proses tentang sumber daya manusia, penanggung jawab, pembiayaan, serta pengelolaan layanan perpustakaan dapat disimpulkan bahwa bahwa kualifikasi akademik pemustaka sudah terpenuhi. Pustakawan di SD negeri Guntur 1 telah memiliki kualifikasi akademik lulusan S1 perpustakaan. Dalam menerapkan layanan perpustakaan sebenarnya tidak membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Dengan biaya yang sangat murah tidak sebanding dengan manfaat yang dipergunakan. Menjadikan pemustaka lebih rajin berkunjung ke perpustakaan. Dalam hal hambatan status kepala perpustakaan dapat disiasati dipegang oleh guru yang berstatus PNS dengan merangkap kelas.

4.3.3 Proses Layanan Perpustakaan Berbasis Informasi dan Teknologi (IT) di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak

Evaluasi proses diarahkan untuk mengevaluasi seberapa jauh keterlaksanaan kegiatan (Sugiyono, 2017). Apakah kegiatan layanan perpustakaan sudah sesuai

(34)

dengan perencanaan atau tidak. Fokus kegiatan evaluasi proses ini adalah mengevaluasi sistem aplikasi yang dipakai, jenis layanan, serta layanan perpustakaan apakah sesuai dengan jadwal atau belum. Sehingga informasi yang didapat untuk menentukan keputusan yang akan diambil.

Menurut Stufflebeam (2007), evaluasi proses digunakan untuk mengevaluasi prosesnya. Dalam hal ini mengenai aplikasi yang digunakan. Sedangkan Ibrahim (2011), menyatakan bahwa salah satu ciri perpustakaan yang ideal adalah memanfaatkan layanan dengan IT.

Menurut Hinze, Annika (2014) dalam makalah

Location-triggered mobile acces to digital library of audio books using Tipple. Hasil penelitiannya menjelaskan

bahwa aplikasi yang dipakai dalam mengelola perpustkaan dapat diakses melalui smartphone di mana saja. Ini merupakan sebuah perpustakaan yang dikategorikan aplikasi sangat canggih.

Berbeda dengan hasil penelitian tentang aplikasi yang diterapkan pada sistem perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 sangat sederhana dan mudah sekali. Aplikasi yang terpasang sangatlah murah apabila diterapkan di SD. Dengan menggunakan aplikasi Senayan Tabel 5 dalam mengelola perpustakaan sudah tergolong standar. Siswa dalam memanfaatkan jasa layanan tetap berkunjun langsung ke perpustakaan.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fajar Hariadi (2013) dalam jurnal berjudul

Pembuatan Sistem Informasi Perpustakaan pada SD N Sukoharjo Pacitan Berbasis WEB. Hasil penelitian

(35)

menjelaskan bahwa dengan memanfaatkan teknologi dapat mengaplikasi program sehingga menghemat waktu untuk pencarian data, dapat menyajikan informasi secara cepat dan akurat.

Observasi studi dokumentasi penelitian tentang jadwal pengunjung sudah terlayani dengan baik. Hal tersebut dikandung maksud tidak terjadinya keterlambatan dalam sistem layanan. Dengan adanya penjadwalan dalam layanan khususnya untuk simpan pinjam menjadikan sebuah perpustakaan melaksanakan standar tertib dalam administrasi. Didukung dengan etos kerja yang baik dari pustakawan berdampak positif untuk keberlangsungan sebuah layanan. Pemustaka dapat terlayani secara maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian pada evaluasi proses dapat disimpulkan bahwa jenis aplikasi yang diterapkan sangatlah sederhana. Semua pemustaka dapat menggunakannya. Sedangkan jadwal sesuai dengan observasi yang telah dilakukan memang sesuai dengan program. Namun untuk sekedar berkunjung membaca dapat dilakukan oleh pemustaka setiap hari. Dengan demikian dengan adanya aplikasi yang sedemikian sederhana dapat dilanjutkan dan diterapkan untuk sekolah- sekolah yang lain.

4.3.4 Produk Layanan Perpustakaan Berbasis Informasi dan Teknologi (IT) di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak

Menurut Sugiyono (2014), aspek produk mendeskripsikan tentang hasil ketercapaian layanan,

(36)

tingkat kepuasan pemustaka, partisipasi komite, serta hambatan- hambatan yang timbul akibat pemanfaatan layanan perpustakaan. Dengan demikian dalam akhir evaluasi produk dapat diambil keputusan tentang keberlangsungan layanan perpustakaan.

Hasil penelitian Darnton, Robert (2013) dalam

International Journal on Digital Libraries dengan judul The National Digital Public Library Is Launched

menjelaskan tentang fungsi arsip perpustakaan online akan memperkaya pengalaman siswa pada setiap tingkat sistem pendidikan. Siswa sangat senang atas layanan yang diterapakan

Sejalan dengan hasil penelitian tentang kepuasan pemustaka di SD Negeri Guntur 1 cenderung mereka sangat senang. Pelayanan yang disuguhkan oleh pustakawan sangat menarik pengunjung. Keramah-tamahan serta kesabaran dalam melayani pemustaka merupakan daya tarik tersendiri dalam mengelola perpustakaan. Kedisiplinan serta kinerja pustakawan yang hebat berakibat signifikan terhadap ketercapaian layanan perpustakaan.

Berdasarkan hasil penelitian tentang keberlanjutan program layanan kepala sekolah berkomitmen sekali. Kepala Sekolah secara tegas akan terus melanjutkan program layanan perpustakaan sehingga dapat dicontoh oleh sekolah- sekolah yang lain. Ada beberapa sekolah yang telah mengadakan studi banding ke perpustakaan SD Negeri Guntur 1. Bahkan ada pula sekolah berasal dari kecamatan lain.

(37)

Menurut Bustari (2007) dalam jurnal dengan judul

Mengembangkan Perpustakaan Sekolah Melalui Otomasi Perpustakaan. Hasil penelitian menjelaskan adanya

hambatan dalam menciptakan sebuah perpustakaan berbasis Informasi dan Teknologi (IT). Sejalan dengan penelitian Ardoni (2005) dalam artikel Teknologi Informasi

Kesiapan Pustakawan Memanfaatkannya, menghasilkan

penelitian bahwa Teknologi Informasi (IT) terutama komputer telah merasuk ke bidang perpustakaan. Hasil penelitiannya menjelaskan hambatan perpustakaan yaitu: 1) Sikap seoarang pustakawan, 2) Kemampuan yang dimiliki pustakawan, 3) Perancangan program aplikasi, 4) Peraturan tentang angka kredit, 5) Materi pendidikan untuk pustakawan, 6) Organisasi profesi untuk tenaga pustakawan

Hasil penelitian di perpustakaan SD Negeri Guntur 1 dijelaskan bahwa hambatan dalam mengelola sebuah perpustakaan berbasis Informasi dan Teknologi (IT) tentunya ada. Hambatan tersebut: 1) biaya pemasangan aplikasi; 2) adanya aturan bahwa kepala perpustakaan berstatus PNS; 3) ketersediaan buku; 4) jaringan internet tanpa kabel. Untuk pembiayaan pemasangan aplikasi dengan kerjasama yang sinergi dengan komite sekolah dapat teratasi. Adanya aturan kepala perpustakaan harus PNS dapat diatasi oleh kepala sekolah dengan jalan memberikan SK rangkapan guru kelas yang berstatus PNS untuk menjadi kepala perpustakaan. Keterbatasan buku dapat dicarikan jalan keluar dengan jalan kerjasama dengan Perpusda (Perpustakaan Daerah). Mencari donator dari alumni serta

(38)

kenang-kenangan bagi siswa yang lulus dengan menyumbangkan beberapa buku. Sedangkan jaringan internet masih kesulitan untuk diwilayah Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, karena belum adanya jaringan telepon kabel masuk diwilayah tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa dengan sendirinya pengangkatan Letnan Jenderal TNI Sjafrie Sjamsoeddin, M.B.A sebagai wakil Menteri Pertahanan bertentangan dengan ketentuan prinsip hak asasi

Pada saat proses pengaktifan kelas, sistem akan memanggil komponen web service untuk mendapatkan list schedule pengajar kemudian komponen web service akan

pendeteksi/detektor, yang bekerja secara fisikokimia, pendeteksi/detektor, yang bekerja secara fisikokimia, piezoelektronik, optik, elektrokimia, dll., yang mengubah sinyal

Jaminan keselamatan jiwa (al-Muhafadzah ala an-Nafs) ialah jaminan keselamatan atas hak hidup yang terhormat dan mulia. Termasukan dalam cakupan pengertian umum dari

Myrdal (Jhingan, 2010) dalam teorinya mengenai dampak balik ( backwash effect ) dan dampak sebar ( spread effect ) mengemukakan bahwa dampak balik cenderung membesar dan dampak

Kabupaten Lamongan dan kesesuaian antara wewenang modin dalam prosedur pencatatan perkawinan di Desa Kebalandono, Kecamatan Babat, Kabupaten. Lamongan dengan ketentuan dalam

Pembuatan sistem informasi manajemen basis data ini diharapkan dapat membantu divisi Refinery dalam mengolah data agar lebih efektif dan efisien sehingga mendapatkan hasil

Berdasarkan analisis hasil temuan data dan maksud tabel diatas dari sepuluh sampel yang diwawancarai 8 orang pengunjung 1 orang pihak pengelola dan 1 orang ahli