• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SERANG,

Menimbang : a. bahwa barang daerah adalah sebagai salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, maka barang daerah perlu dikelola dan dimanfaatkan secara tertib, efektif dan efisien dalam rangka mendukung penyelenggaraan otonomi daerah;

b. bahwa dalam rangka pengamanan barang daerah, perlu dilakukan pemantapan administrasi pengelolaan secara profesional;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun2007 tentang Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4748);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1971 tentang Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1967);

(2)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3573)sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No 31 Tahun 2005 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara ( LNRI Tahu 2005 no 64) ;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 203, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4023);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pengamanan dan Pengalihan Barang Milik / Kekayaan Negara dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4073;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609) sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, TLNRI No. 4855);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2005 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 64 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4515)

12. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 203, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4023);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pengamanan dan Pengalihan Barang Milik / Kekayaan Negara dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 6 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4073);

(3)

14. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855);

20. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah .

21. Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Serang (Lembaran Daerah Kota Serang Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kota Serang Tahun 2008 Nomor 6);

22. Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kota Serang (Lembaran Daerah Kota Serang Tahun 2008 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kota Serang Tahun 2008 Nomor 7).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SERANG dan

WALIKOTA SERANG MEMUTUSKAN :

Menetapkan : RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

(4)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Pemerintah Republik Indonesia.

2. Daerah adalah Kota Serang.

3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Walikota adalah Walikota Serang.

6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Serang.

7. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Serang.

8. Bagian Pengelolaan Aset Daerah adalah Bagian Penglolaan Aset pada Sekretariat Daerah Kota Serang.

9. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah perangkat daerah pada daerah selaku Pengguna Barang Milik Daerah.

10. Unit kerja adalah bagian SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program.

11. Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

12. Pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah adalah Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah.

13. Pengelola barang milik daerah yang selanjutnya disebut Pengelola adalah Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan koordinasi pengelolaan barang milik daerah.

14. Pembantu Pengelola Barang Milik Daerah (PPBMD) dan Pusat Informasi Barang Milik Daerah (PIBMD) yang selanjutnya disebut Pembantu Pengelola adalah Pejabat yang bertanggung jawab mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah yang ada pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

15. Pengelolaan barang daerah adalah rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap barang daerah yang meliputi perencanaan, penentuan kebutuhan, penganggaran, standarisasi barang dan harga, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, inventarisasi, pengendalian, pemeliharaan, pengamanan, pemanfaatan, perubahan status hukum serta penatausahaannya.

16. Pejabat yang berwenang adalah Pejabat Daerah yang berwenang membina dan mengawasi pengelolaan barang milik daerah.

17. Pengguna barang milik daerah yang selanjutnya disebut Pengguna adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik daerah.

(5)

18. Kuasa pengguna barang milik daerah yang selanjutnya disebut Kuasa Pengguna adalah Kepala unit Kerja atau Pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik - baiknya.

19. Penyimpan barang milik daerah yang selanjutnya disebut Penyimpan adalah Pegawai yang diserahi tugas untuk menerima, menyimpan dan mengeluarkan barang milik daerah.

20. Pengurus barang milik daerah adalah Pegawai yang diserahi tugas untuk mengurus barang daerah dalam proses pemakaian yang ada di setiap satuan kerja perangkat daerah/unit kerja.

21. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah sesuai peraturan perundang-undangan.

22. Rumah dinas daerah adalah rumah yang dimiliki atau dikuasai oleh Pejabat tertentu atau Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Serang yang ditetapkan. 23. Standarisasi harga barang adalah pembakuan harga barang menurut jenis,

spesifikasi serta kualitasnya.

24. Standarisasi barang adalah pembakuan barang sesuai jenis, spesifikasi dan kualitas dalam 1 (satu) periode tertentu.

25. Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang milik daerah untuk menghubungkan kegiatan yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang.

26. Penentuan kebutuhan adalah kegiatan atau tindakan untuk merumuskan rincian kebutuhan pada perencanaan sebagai pedoman dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan dan atau pemeliharaan Barang Daerah yang dituangkan dalam anggaran.

27. Penganggaran adalah kegiatan atau tindakan untuk merumuskan penentuan kebutuhan barang daerah dengan memperhatikan alokasi anggaran yang tersedia.

28. Pengadaan adalah kegiatan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan barang daerah dan atau pemeliharaan barang daerah.

29. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola dan menatausahakan barang milik daerah yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan.

30. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD, dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah dan bangun serah guna dengan tidak mengubah status kepemilikan.

31. Sewa adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai.

32. Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah atau antar Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tertentu berakhir diserahkan kembali kepada pengelola barang.

33. Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan daerah bukan pajak atau pendapatan daerah dan sumber pembiayaan lainnya.

(6)

34. Bangun guna serah adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.

35. Bangun serah guna adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.

36. Penyimpanan adalah kegiatan untuk melakukan pengurusan penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam gudang atau ruang penyimpanan lainnya.

37. Penyaluran adalah kegiatan untuk menyalurkan atau pengiriman barang dari gudang atau tempat lain yang ditunjuk ke unit kerja atau satuan kerja pemakai.

38. Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua barang daerah selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna.

39. Pengamanan adalah kegiatan atau tindakan pengendalian dalam pengurusan barang daerah dalam bentuk fisik, administratif, pengasuransian dan tindakan upaya hukum.

40. Penghapusan adalah kegiatan atau tindakan untuk melepaskan pemilikan atau penguasaan barang daerah dengan menghapus pencatatannya dari daftar inventaris barang daerah.

41. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai modal Pemerintah Daerah.

42. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah kepada pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk uang.

43. Tukar menukar adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah yang dilakukan antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah, antar Pemerintah Daerah atau antara Pemerintah Daerah dangan pihak lain, dengan menerima penggantian dalam bentuk barang, sekurang-kurangnya dengan nilai seimbang.

44. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah, dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, antar Pemerintah Daerah atau dari Pemerintah Daerah kepada pihak lain tanpa memperoleh penggantian.

45. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal atau saham daerah pada Badan Usaha Milik Negara/ Daerah atau Badan Hukum lainnya. 46. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan

pelaporan hasil pendataan barang milik daerah.

47. Penilaian adalah suatu proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada data atau fakta yang obyektif dan relevan dengan menggunakan metode atau teknik tertentu untuk memperoleh nilai barang milik daerah.

(7)

48. Daftar Barang Pengguna yang selanjutnya disingkat DBP adalah daftar yang memuat data barang yang digunakan oleh masing-masing pengguna barang. 49. Kendaraan dinas adalah kendaraan milik Pemerintah Daerah yang

dipergunakan hanya untuk kepentingan dinas, yang terdiri atas kendaraan perorangan dinas, kendaraan dinas operasional atau kendaraan dinas jabatan dan kendaraan dinas khusus atau lapangan.

50. Pihak ketiga adalah pihak-pihak selain Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yaitu Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Comanditer (CV), Badan Usaha Miliik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Koperasi, Yayasan atau bentuk badan lainnya serta Perorangan.

BAB II

MAKSUD, TUJUAN DAN AZAS Bagian Kesatu

Maksud Pasal 2

Maksud pengelolaan barang milik daerah adalah untuk: a. Mengamankan barang milik daerah;

b. Menyeragamkan langkah-langkah dan tindakan dalam pengelolaan barang milik daerah;

c. Memberikan jaminan atau kepastian dalam pengelolaan barang milik daerah. Bagian Kedua

Tujuan Pasal 3

Tujuan pengelolaan barang milik daerah adalah untuk:

a. Menunjang kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah;

b. Terwujudnya akuntabilitas dalam pengelolaan barang;

c. Terwujudnya pengelolaan barang daerah yang tertib, efektif dan efisien. Bagian Ketiga

Azas Pasal 4

Pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan:

a. Azas fungsional yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah di bidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh Pengguna, Kuasa Pengguna, Pengelola, Pembantu Pengelola, dan Pemegang Kekuasaan barang milik daerah sesuai wewenang dan tanggungjawabnya masing-masing;

b. Azas kepastian hukum yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(8)

c. Azas transparansi yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar;

d. Azas efisiensi yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar barang milik daerah dipergunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal;

e. Azas akuntabilitas yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;

f. Azas kepastian hukum nilai yaitu pengelolaan barang milik daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah serta penyusunan neraca daerah.

Bagian Keempat Ruang Lingkup

Pasal 5 (1) Barang milik daerah meliputi:

a. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD; b. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah. (2) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. Barang yang diperoleh dari hibah, sumbangan atau sejenisnya;

b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian atau kontrak; c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan Undang-Undang;

d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pasal 6 Pengelolaan barang milik daerah meliputi: a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;

b. Pengadaan; c. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;

d. Penggunaan; e. penatausahaan; f. Pemanfaatan;

g. Pengamanan dan pemeliharaan; h. Penilaian;

i. Penghapusan; j. Pemindahtanganan;

k. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian; l. Pembiayaan;

m. Tuntutan ganti rugi barang.

(9)

BAB III

PEJABAT PENGELOLA BARANG MILIK DAERAH Pasal 7

Bagian Kesatu Pengelola Barang

(1) Walikota adalah pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah.

(2) Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai wewenang sebagai berikut:

a. Menetapkan kebijakan pengelola barang milik daerah;

b. Menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah dan bangunan;

c. Menetapkan kebijakan pengamanan barang milik daerah;

d. Mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang memerlukan persetujuan DPRD;

e. Menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan barang milik daerah sesuai batas kewenangannya;

f. Menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/ atau bangunan.

(3) Walikota dalam rangka pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah sesuai dengan fungsinya dibantu oleh:

a. Sekretaris Daerah;

b. Kepala Bagian Pengelolaan Aset Daerah selaku Pembantu Pengelola; c. Kepala SKPD;

d. Penyimpan Barang; e. Pengurus Barang.

(4) Sekretaris Daerah sebagai Pengelola Barang Milik Daerah.

(5) Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang Milik Daerah berwenang dan bertanggung jawab:

a. Menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang milik daerah; b. Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik daerah;

c. Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan atau perawatan barang milik daerah;

d. Mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan, dan pemindahtanganan barang milik daerah yang telah disetujui oleh Walikota atau DPRD;

e. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik daerah;

f. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik daerah.

(6) Kepala SKPD sebagai Pengguna, berwenang dan bertanggung jawab atas pengelolaan barang milik daerah dilingkungan SKPD masing-masing.

(10)

(7) Kepala Bagian Pengelolaan Aset Daerah sebagai Pembantu Pengelola Barang bertanggungjawab mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah yang ada pada SKPD.

(8) Penyimpan bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan barang yang berada pada Pengguna atau Kuasa Pengguna.

(9) Pengurus bertugas mengurus barang milik daerah dalam pemakaian pada masing-masing Pengguna atau Kuasa Pengguna.

Bagian Kedua Pengguna Barang

Pasal 8

(1) Kepala SKPD adalah Pengguna Barang Milik Daerah. (2) Kepala SKPD berwenang dan bertanggung jawab:

a. Mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah yang dipimpinnya; b. Mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan

penggunaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang syah;

c. Melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

d. Menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya;

e. Mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

f. Mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan barang milik daerah selain tanah dan bangunan;

g. Menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya kepada Walikota melalui Pengelola;

h. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah yang ada dalam penguasaannya;

i. Menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada dalam penguasaannya kepada Pengelola.

BAB IV

PERENCANAAN DAN PENGADAAN Bagian Kesatu

Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran Pasal 9

(1) Perencanaan kebutuhan barang milik daerah disusun oleh SKPD setelah memperhatikan ketersediaan barang milik daerah yang ada.

(2) Perencanaan kebutuhan pemeliharaan barang milik daerah disusun oleh SKPD dengan memperhatikan data barang yang ada dalam pemakaian.

(11)

(3) Kepala Bagian Pengelolaan Aset Daerah selaku pembantu pengelola dengan melibatkan unit kerja terkait menyusun:

a. Standarisasi barang; b. Standarisasi kebutuhan; c. Standarisasi harga.

(4) Standarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

(5) Pengelola menyusun Rencana Kebutuhan Barang Daerah (RKBD) dan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Daerah (RKPBMD) yang disertai dengan rencana kebutuhan anggaran yang dihimpun dari Rencana Anggaran Kerja (RAK) masing-masing unit kerja atau satuan kerja sebagai bahan penyusunan rancangan APBD.

(6) Penyusunan rencana kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), berpedoman pada standar barang, standar kebutuhan dan standar harga. (7) Tata cara penentuan perencanaan dan penganggaran sebagaimana dimaksud

pada ayat (5) dan ayat (6), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Bagian Kedua

Pengadaan Pasal 10

Pengadaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip: a. Efisien;

b. Efektif;

c. Tansparan dan terbuka; d. Bersaing;

e. Adil atau tidak diskriminatif; dan f. Akuntabel.

Pasal 11

(1) Pengadaan barang/jasa Pemerintah Daerah, dilaksanakan oleh panitia pengadaan barang/jasa Pemerintah Daerah.

(2) Panitia pengadaan barang/jasa Pemerintah Daerah, ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

(3) Walikota dapat melimpahkan kewenangan kepada SKPD untuk membentuk Panitia Pengadaan Barang/Jasa.

Pasal 12

(1) Pengadaan barang/Jasa dilaksanakan dengan cara pembelian, pemborongan pekerjaan, membuat sendiri dan swakelola.

(2) Dalam hal pengadaan barang yang bersifat khusus dan menganut azas keseragaman, ditetapkan dengan keputusan Walikota.

(3) Tata cara pelaksanaan pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Pasal 13

Dilaporkan oleh SKPD kepada Walikota melalui Pengelola, dilengkapi dengan dokumen pengadaan atau dokumen kepemilikan yang sah dan dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST).

(12)

Pasal 14

(1) Setiap tahun anggaran, Pengelola membuat Daftar Hasil Pengadaan (DHP). (2) Daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan untuk lampiran

perhitungan APBD tahun yang bersangkutan. Pasal 15

Bentuk dan format Berita Acara Serah Terima (BAST) barang/jasa maupun Daftar Hasil Pengadaan (DHP) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14, ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

Pasal 16

Penerimaan barang/jasa dari pemenuhan kewajiban pihak ketiga kepada Pemerintah Daerah berdasarkan perjanjian dan/atau pelaksanaan dari suatu perizinan tertentu wajib diserahkan kepada Walikota.

Pasal 17

(1) Penerimaan barang/jasa dari pemenuhan kewajiban pihak ketiga kepada Daerah berdasarkan perjanjian atau pelaksanaan dari suatu perizinan tertentu wajib diserahkan kepada Walikota melalui Pengelola.

(2) Penerimaan barang/jasa dari pihak ketiga yang merupakan sumbangan, hibah, wakaf dan penyerahan dari masyarakat atau Pemerintah menjadi barang milik daerah.

(3) Kepala Bagian Pengelolaan Aset Daerah sebagai pembantu pengelola mencatat, memantau dan aktif melakukan penagihan kewajiban pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

(4) Penyerahan dari pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) dan disertai dengan dokumen kepemilikan atau penguasaan yang sah.

(5) Hasil penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dicatat dalam daftar inventaris.

(6) Tata cara pelaksanaan penerimaan barang sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Pasal 18

(1) Pemenuhan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1), termasuk pemenuhan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pengembang untuk menyerahkan fasilitas sosial atau fasilitas umum yang berada di perumahan tersebut.

(2) Dalam hal pengembang tidak diketahui keberadaannya, dibentuk panitia pencatat atau penelitian terhadap aset fasilitas sosial atau fasilitas umum yang berada di perumahan tersebut.

(3) Hasil dari pencatatan atau penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dituangkan dalam berita acara pencatatan dan penelitian yang kemudian dicatat sebagai aset milik daerah.

(13)

BAB V

PENERIMAAN DAN PENYALURAN Bagian Kesatu

Penerimaan Peragraf 1

Penerimaan Barang Bergerak Pasal 19

(1) Semua hasil pengadaan barang milik daerah yang bergerak diterima oleh Penyimpan, Pengurus atau Pejabat atau Pegawai yang ditunjuk oleh Kepala SKPD.

(2) Penyimpan, Pengurus atau Pejabat atau Pegawai yang ditunjuk melakukan tugas pencatatan barang milik daerah berkewajiban untuk melaksanakan tugas administrasi penerimaan barang milik daerah.

(3) Kepala SKPD selaku atasan langsung Penyimpan atau Pengurus, bertanggung jawab atas terlaksananya tertib administrasi penerimaan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Penerimaan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selanjutnya disimpan dalam gudang atau tempat penyimpanan lainnya.

(5) Penerimaan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), dilakukan setelah diperiksa oleh instansi teknis yang berwenang dengan membuat berita acara pemeriksaan.

Paragraf 2

Penerimaan Barang Tidak Bergerak Pasal 20

(1) Penerimaan barang yang tidak bergerak dilakukan oleh Kepala SKPD atau Pejabat yang ditunjuk dan selanjutnya dilaporkan kepada Walikota melalui Pengelola.

(2) Penerimaan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan setelah diperiksa oleh Panitia Pemeriksa Barang Milik Daerah (PPBMD).

(3) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Pengguna.

Pasal 21

Tata cara penerimaan dan penyimpanan barang milik daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Pasal 22

(1) Panitia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2), bertugas memeriksa barang yang diserahkan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Surat Perintah Kerja (SPK), kontrak atau perjanjian dan dibuatkan berita acara pemeriksaan.

(2) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipergunakan sebagai salah satu syarat tagihan pembayaran atas pekerjaan kepada Pengguna Anggaran.

(14)

Bagian Kedua Penyaluran

Pasal 22

(1) Penyaluran barang milik daerah oleh pengurus dilaksanakan atas dasar Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB) dan untuk barang-barang inventaris disertai dengan berita acara serah terima dari atasan langsung yang ditunjuk oleh Pengguna.

(2) Setiap tahun anggaran Kepala Unit atau Satuan Kerja wajib melaporkan persediaan atau sisa barang milik daerah kepada Walikota melalui Pengelola.

BAB VI PENGGUNAAN

Pasal 23

(1) Status penggunaan barang milik daerah ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

(2) Penetapan status penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

a. Pengguna melaporkan barang milik daerah yang diterimanya kepada Pengelola melalui Kepala Bagian Pengelolaan Aset Daerah disertai dengan usulan penggunaan;

b. Pengelola meneliti laporan tersebut dan mengajukan usul penggunaan dimaksud kepada Walikota untuk ditetapkan status penggunaannya.

Pasal 24

Barang milik daerah ditetapkan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD dan dapat dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD yang bersangkutan.

Pasal 25

(1) Penetapan status penggunaan tanah dan atau bangunan dilakukan dengan ketentuan bahwa tanah dan/atau bangunan tersebut digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD.

(2) Pengguna atau Kuasa Pengguna wajib menyerahkan tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepada Walikota melalui Pengelola.

(3) Pengguna atau Kuasa Pengguna yang tidak menyerahkan tanah atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikenakan sangsi berupa pembekuan dana pemeliharaan dan atau bangunan tersebut.

(4) Tanah atau bangunan yang tidak digunakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dicabut penetapan penggunaannya oleh Walikota.

BAB VII PEMANFAATAN

Bagian Kesatu Kriteria Pemanfaatan

Pasal 26

(1) Pemanfaatan barang milik daerah dapat berupa tanah dan atau bangunan, selain tanah dan/atau bangunan yang digunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD, dilaksanakan oleh Pengguna setelah mendapat persetujuan dari Pengelola.

(15)

(2) Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD, dilaksanakan oleh Pengelola setelah mendapat persetujuan Walikota. (3) Pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang tidak

dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD, dilaksanakan oleh Pengguna setelah mendapat persetujuan Pengelola. (4) Pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan pertimbangan

teknis dengan memperhatikan kepentingan daerah dan kepentiungan umum. Bagian Kedua

Bentuk Pemanfaatan Pasal 27

Bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik daerah yaitu : a. Sewa;

b. Pinjam pakai;

c. Kerjasama pemanfaatan; d. Bangun guna serah; e. Bangun serah guna.

Bagian Ketiga S e w a Pasal 28

(1) Barang milik daerah, baik barang bergerak maupun tidak bergerak yang belum dimanfaatkan oleh Daerah dapat disewakan kepada Pihak Ketiga sepanjang menguntungkan Daerah. (2) Barang milik daerah yang disewakan tidak merubah status hukum

kepemilikan barang tersebut.

(3) Penyewaan barang milik daerah berupa tanah dan bangunan dilaksanakan oleh Pengelola setelah mendapat persetujuan Walikota dan tembusannya disampaikan kepada DPRD.

(4) Penyewaan barang milik daerah selain tanah atau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna, dilaksanakan oleh Pengguna setelah mendapat persetujuan dari Pengelola.

(5) Jangka waktu penyewaan barang milik daerah paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali.

(6) Penyewaan dilaksanakan berdasarkan perjanjian sewa yang sekurang-kurangnya memuat :

a. Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian;

b. Jenis, luas atau jumlah barang, besaran dan jangka waktu sewa;

c. Tanggungjawab penyewa atas biaya operasional dan pemeliharaan selama jangka waktu sewa.

(7) Penyewaan barang milik daerah, baik bergerak maupun tidak bergerak dipungut retribusi yang disetorkan ke Kas Daerah;

(8) Pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (7), ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

(16)

Bagian Keempat Pinjam Pakai

Pasal 29

(1) Barang milik daerah yang belum dimanfaatkan oleh Daerah dapat dipinjampakaikan.

(2) Pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dipinjampakaikan untuk kepentingan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

(3) Pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa tanah dan/atau bangunan atau selain tanah dan/ atau bangunan dilaksanakan oleh Pengelola setelah mendapatkan persetujuan dari Walikota.

(4) Barang milik daerah yang dipinjampakaikan tidak merubah status hukum kepemilikan barang tersebut.

(5) Jangka waktu pinjam pakai barang milik daerah paling lama 2 (dua) tahun terhitung mulai ditandatanganinya perjanjian pinjam pakai tersebut dan dapat diperpanjang kembali.

(6) Pelaksanaan pinjam pakai dilakukan berdasarkan perjanjian kerjasama, sekurang-kurangnya memuat :

a. Para Pihak yang terkait dalam perjanjian kerjasama; b. Jenis, luas atau jumlah barang yang dipinjampakaikan; c. Jangka waktu pinjam pakai;

d. Tanggung jawab peminjam atas biaya operasional dan pemeliharaan selama jangka waktu pinjam pakai.

Bagian Kelima Kerjasama Pemanfaatan

Pasal 30

Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah dengan pihak lain dilaksanakan dalam rangka :

a. Mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik daerah; b. Meningkatkan penerimaan daerah.

Pasal 31

(1) Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan sebagai berikut : a. Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah atas tanah dan/atau bangunan

yang telah diserahkan oleh Pengguna kepada Pengelola;

b. Kerjasama pemanfaatan atas sebagian tanah dan atau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna;

c. Kerjasama pemanfaatan atas barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Kerjasama pemanfaatan atas barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan oleh Pengelola setelah mendapat persetujuan dari Walikota.

(3) Kerjasama pemanfaatan atas barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c, dilaksanakan oleh Pengguna setelah mendapat persetujuan dari Pengelola.

(17)

Pasal 32

(1) Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBD untuk memenuhi biaya operasional, pemeliharaan atau perbaikan yang diperlukan terhadap barang milik daerah tersebut;

b. Mitra kerjasama pemanfaatan ditetapkan dengan tender atau lelang dengan mengikutsertakan paling rendah 5 (lima) peserta atau peminat, kecuali untuk kegiatan yang bersifat khusus dapat dilakukan penunjukan langsung;

c. Pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil kerjasama pemanfaatan disetorkan ke Kas Daerah setiap tahun selama jangka waktu kerjasama.

(2) Biaya pengkajian, penelitian, penaksir dan pengumuman tender atau lelang dibebankan kepada APBD.

(3) Biaya yang berkaitan dengan persiapan dan pelaksanaan penyusunan perjanjian, biaya konsultan pelaksana atau konsultan pengawas dibebankan kepada Pihak Ketiga.

(4) Selama jangka waktu pengoperasian, mitra kerjasama pemanfaatan dilarang menjaminkan atau menggadikan barang milik daerah yang menjadi objek kerjasama pemanfaatan.

(5) Jangka waktu kerjasama pemanfaatan paling lama 30 (tiga puluh) tahun terhitung mulai ditandatanganinya perjanjian dimaksud.

Bagian Keenam

Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna Pasal 33

(1) Bangun guna serah dan bangun serah guna barang milik daerah dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Daerah memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan Pemerintah Daerah untuk kepentingan pelayanan umum dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi;

b. Tanah milik daerah yang telah diserahkan oleh Pengguna kepada Walikota; c. Tidak tersedia dana dalam APBD untuk penyediaan bangunan dan fasilitas

dimaksud;

d. Mitra bangun guna serah dan bangun serah guna harus menyerahkan obyek banguna guna serah setelah selesainya perjanjian kerjasama dan bangun serah guna setelah selesainya pembangunan;

e. Mitra bangun guna serah dan bangun serah guna dapat mendayagunakan barang milik darah tersebut sesuai jangka waktu yang ditetapkan perjanjian;

f. Setelah jangka waktu pendayagunaan berkhir, obyek bangun guna serah dan bangun serah guna terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawas fungsional daerah sebelum penggunaannya ditetapkan oleh Walikota.

(18)

(2) Dasar pertimbangan bangun guna serah dan bangun serah guna atas barang milik daerah, yaitu :

a. Barang milik daerah belum dimanfaatkan; b. Mengoptimalkan barang milik daerah;

c. Dana untuk pembangunan berikut penyelesaian fasilitasnya tidak membebani APBD;

d. Bangunan hasil bangun guna serah dan bangun serah guna harus dapat dimanfaatkan secara langsung oleh pihak ketiga;

e. Mitra bangun guna serah dan bangun serah guna harus mempunyai kemampuan keuangan dan keahlian;

f. Obyek bangun guna serah dan bangun serah guna berupa sertifikat tanah hak pengelolaan milik daerah tidak boleh dijaminkan, digadaikan dan dipindahtangankan;

g. Pihak Ketiga akan memperoleh hak guna bangunan di atas hak pengelolaan milik Daerah;

h. Hak Guna Bangunan (HGB) diatas hak pengelolaan milik Daerah dapat dijadikan jaminan dengan dibebani hak tanggungan dan hak tanggungan dimaksud akan dihapus dengan habisnya hak guna bangunan;

i. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atas nama Daerah;

j. Obyek pemeliharaan meliputi tanah beserta bangunan atau bangunan sarana berikut fasilitasnya;

k. Mitra kerja bangun guna serah dan bangun serah guna membayar kontribusi ke Kas Daerah setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian; l. Besaran kontribusi ditetapkan berdasarkan Keputusan Walikota dengan

memperhatikan antara lain:

1) Nilai aset berupa tanah milik Pemerintah Daerah sebagai obyek bangun guna serah dan bangun serah guna ditetapkan sesuai Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) dan harga pasaran umum setempat dibagi 2 (dua) dan apabila dalam 1 (satu) lokasi terdapat Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) dan harga pasaran umum setempat berbeda, maka dilakukan penjumlahan dan dibagi sesuai jumlah yang ada;

2) Apabila pemanfaatan tanah tidak merubah status penggunaan atau pemanfaatan, dimana pola bangun guna serah dan bangun serah guna dilakukan pembangunannya dibawah permukaan tanah, maka nilai tanahnya diperhitungkan setengah dari nilai sebagaimana dimaksud pada angka 1;

3) Peruntukan bangun guna serah dan bangun serah guna untuk kepentingan umum atau kepentingan perekonomian atau perdagangan; 4) Besaran nilai investasi yang diperlukan ataun disediakan oleh pihak

ketiga;

5) Dampak terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

m. Selama masa pengoperasian, tanah atau bangunan tetap milik Daerah; n. Penggunaan tanah yang dibangun harus sesuai dengan Rencana Umum

Tata Ruang Wilayah (RTRW);

o. Jangka waktu penggunausahaan paling lama 30 (tiga puluh) tahun terhitung dimulainya masa pengoperasian;

(19)

p. Biaya penelitian, pengkajian, penaksir dan pengumuman lelang dibebankan pada APBD;

q. Pelaksanaan penelitian dan pengkajian dilaksanakan oleh Tim yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota dan dapat bekerjasama dengan pihak ketiga;

r. Biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penyusunan perjanjian, biaya konsultan pelaksana atau konsultan pengawas dibebankan pada pihak ketiga.

(3) Bangun guna serah dan bangun serah guna atas barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh Pengelola setelah mendapat persetujuan Walikota.

Pasal 34

(1) Penetapan mitra bangun guna serah dan bangun serah guna atas barang milik daerah, dilaksanakan melalui tender atau lelang dengan mengikutsertakan paling rendah 5 (lima) peserta atau peminat dan apabila diumumkan 2 (dua) kali berturut-turut peminatnya kurang dari 5 (lima) peserta, maka dapat dilakukan proses pemilihan langsung atau penunjukan langsung melalui negosiasi baik teknis maupun harga.

(2) Mitra bangun guna serah dan bangun serah guna atas barang milik daerah yang telah ditetapkan selama jangka waktu pengoperasian harus memenuhi kewajiban sebagai berikut :

a. Tidak menjaminkan, menggadaikan atau memindahtangankan obyek bangun guna serah dan bangun serah guna atas barang milik daerah kepada pihak lain;

b. Memelihara obyek bangun guna serah dan bangun serah guna atas barang milik daerah.

(3) Obyek bangun guna serah dan bangun serah guna atas barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, berupa sertifikat hak pengelolaan milik daerah.

(4) Bangun guna serah dan bangun serah guna atas barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan perjanjian kerjasama, yang sekurang-kurangnya memuat :

a. Pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian kerjasama;

b. Obyek waktu bangun guna serah dan bangun serah guna atas barang milik daerah;

c. Jangka waktu bangun guna serah dan bangun serah guna atas barang milik daerah;

d. Hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian kerjasama; e. Persyaratan lain yang dianggap perlu.

(5) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) bangun guna serah dan bangun serah guna atas barang milik daerah atas nama Pemerintah Daerah.

BAB VIII

PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN Bagian Kesatu

Pengamanan Pasal 35

(1) Pengelola, Pengguna atau Kuasa Pengguna, wajib melakukan pengamanan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya.

(20)

(2) Pengamanan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Pengamanan administrasi, meliputi kegiatan pembukuan, penginventarisasian dan pelaporan barang milik daerah serta penyimpanan dokumen secara tertib;

b. Pengamanan fisik, antara lain ditujukan untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi barang, penurunan jumlah barang dan hilangnya barang, sedangkan pengamanan fisik untuk tanah dan bangunan antara lain dilakukan dengan cara pemagaran dan pemasangan tanda batas tanah, plang dan untuk barang selain tanah dan bangunan antara lain dilakukan dengan cara penyimpanan dan pemeliharaan;

c. Pengamanan hukum yaitu kegiatan melengkapi bukti status kepemilikan. Pasal 36

(1) Barang milik daerah berupa tanah harus disertifikatkan atas nama Daerah. (2) Barang milik daerah berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti

kepemilikan atas nama Daerah.

(3) Barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Daerah.

Pasal 37

(1) Bukti kepemilikan barang milik daerah wajib disimpan dengan tertib dan aman.

(2) Penyimpanan bukti kepemilikan barang milik daerah dilakukan oleh Pengelola.

Pasal 38

Barang milik daerah dapat diasuransikan sesuai kemampuan keuangan daerah dan dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 39

Pihak manapun dilarang melakukan penyitaan terhadap:

a. Barang milik daerah yang berada pada Instansi Pemerintah maupun pihak ketiga;

b. Barang milik pihak ketiga yang dikuasai oleh Daerah yang diperlukan untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan.

Pasal 40

Barang milik daerah yang digunakan untuk melayani kepentingan umum dilarang digadaikan, dibebani hak tanggungan atau dipindahtangankan.

Bagian Kedua Pemeliharaan

Pasal 41

(1) Pengelola, Pengguna atau Kuasa Pengguna wajib melakukan pemeliharaan barang milik daerah yang ada dibawah penguasaannya.

(21)

(2) Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang (DKPB).

(3) Biaya pemeliharaan barang milik daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Pasal 42

(1) Pengguna atau Kuasa Pengguna wajib membuat daftar hasil pemeliharaan barang yang berada dalam kewenangannya dan melaporkan daftar hasil pemeliharaan barang tersebut kepada Pengelola secara berkala.

(2) Pengelola atau Pejabat yang ditunjuk meneliti laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menyusun daftar hasil pemeliharaan barang yang dilakukan dalam 1 (satu) tahun anggaran sebagai bahan untuk melakukan evaluasi mengenai efisiensi pemeliharaan barang milik daerah.

Pasal 43

Kepala Satuan Kerja dan Pengelola wajib melakukan koordinasi atas pemeliharaan barang milik daerah yang dilakukan oleh SKPD.

Pasal 44

Pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, dilakukan oleh kepala SKPD berdasarkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD.

Pasal 45

(1) Barang bersejarah baik berupa bangunan atau barang lainnya yang merupakan peninggalan budaya yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah atau masyarakat wajib dipelihara oleh Daerah.

(2) Pemeliharaan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Walikota;

(3) Biaya pemeliharaan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat bersumber dari APBD atau sumber lain yang sah.

Pasal 46

Tata cara pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

BAB IX PENILAIAN

Pasal 47

Penilaian barang milik daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca daerah, pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah.

Pasal 48

Penetapan nilai barang milik daerah dalam rangka penyusunan neraca daerah dilakukan dengan berpedoman pada sumber Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

(22)

Pasal 49

(1) Penilaian barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukan oleh Tim yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota dan dapat melibatkan penilai independen bersertifikat dibidang penilaian aset yang ditunjuk oleh Walikota.

(2) Penilaian barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan untuk mendapatkan nilai wajar, dengan estimasi terendah menggunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan harga pasaran umum.

(3) Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

BAB X PENGHAPUSAN

Pasal 50

(1) Setiap barang milik daerah yang sudah rusak dan tidak dapat dipergunakan lagi atau hilang, tidak sesuai dengan perkembangan teknologi, membahayakan keselamatan, keamanan dan lingkungan, terkena planologi kota dan tidak efisien lagi, dapat dihapus dari daftar inventaris.

(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. Penghapusan dari daftar barang Pengguna atau Kuasa Pengguna; b. Penghapusan dari daftar barang milik daerah.

(3) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dilakukan dalam hal barang milik daerah sudah tidak ada dalam penguasaan Pengguna atau Kuasa Pengguna.

(4) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dilakukan dalam hal barang milik daerah sudah beralih kepemilikannya, terjadi pemusnahan atau karena sebab-sebab lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat (1).

Pasal 51

(1) Penghapusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2) huruf a, ditetapkan setelah mendapat persetujuan Pengelola atas usul Pengguna.

(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2) huruf b, ditetapkan dengan surat keputusan penghapusan dari Pengelola setelah mendapatkan persetujuan Walikota.

Pasal 52

(1) Penghapusan barang milik daerah dengan tindak lanjut pemusnahan, dilakukan apabila barang milik daerah dimaksud tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan dan tidak dapat dipindahtangankan atau alasan lain sesuai peraturan perundang-undangan.

(2) Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh Pengguna dengan Keputusan Pengelola atas nama Walikota.

(3) Pelaksanaan pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dituangkan dalam berita acara dan dilaporkan kepada Walikota.

Pasal 53

Tata cara penghapusan barang milik daerah, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

(23)

BAB XI

PEMINDAHTANGANAN Pasal 54

(1) Pemindahtanganan barang milik daerah sebagai tindak lanjut atas penghapusan barang milik daerah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Pemindahtanganan tanah dan atau bangunan ditetapkan dengan Keputusan Walikota setelah mendapat persetujuan DPRD;

b. Pemindahantanganan barang milik daerah berupa tanah dan atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD, yaitu :

1) Sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;

2) Harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah disediakan dalam dokumen penganggaran;

3) Diperuntukan bagi Pegawai Negeri;

4) Diperuntukan bagi kepentingan umum yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota;

5) Dikuasai negara berdasarkan Keputusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.

c. Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah), ditetapkan dengan Keputusan Walikota setelah mendapat persetujuan DPRD;

d. Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan atau bangunan yang bernilai sampai dengan Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) dilakukan oleh Pengelola setelah mendapat persetujuan Walikota.

(2) Tata cara penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Bagian Kesatu

Bentuk-Bentuk Pemindahtanganan Pasal 55

Bentuk-bentuk pemindahtanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu : a. Penjualan;

b. Ruislag atau tukar menukar; c. Hibah;

d. Penyertaan modal Pemerintah Daerah. Bagian Kedua

Penjualan Pasal 56

(1) Penjualan barang milik daerah dilaksanakan dengan pertimbangan : a. Untuk optimalisasi barang milik daerah yang berlebih;

b. Secara ekonomis lebih menguntungkan bagi Daerah.

(2) Tata cara penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan.

(24)

Paragraf 1

Penjualan Kendaraan Dinas Pasal 57

(1) Kendaraan dinas yang dapat dijual terdiri dari kendaraan perorangan dinas dan kendaraan dinas operasional.

(2) Kendaraan dinas operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari kendaraan dinas operasional jabatan dan kendaraan dinas operasional khusus atau lapangan.

Pasal 58

(1) Kendaraan perorangan dinas yang telah berumur 5 (lima) tahun atau lebih dapat dijual kepada yang bersangkutan setelah masa jabatannya selesai.

(2) Penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak boleh mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas di daerah.

(3) Kendaraan dinas operasional jabatan yang telah berumur 5 (lima) tahun atau lebih, karena rusak atau tidak efisien lagi bagi keperluan dinas dapat dijual kepada pegawai negeri yang memenuhi masa kerja paling singkat 10 (sepuluh) tahun.

(4) Pejabat atau Pegawai yang akan memasuki pensiun dan Pejabat atau Pegawai pemegang kendaraan mendapat priortitas untuk membeli kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) Kendaraan dinas operasionan khusus atau lapangan yang telah berumur 10 tahun atau lebih, karena rusak atau tidak efisien lagi bagi keperluan dinas dapat dijual.

(6) Hasil penjualan kendaraan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3) dan ayat (5) disetorkan ke kas daerah.

(7) Tata cara pelaksanaan penjualan dan pelelangan kendaraan dinas operasional, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Paragraf 2

Penjualan Rumah Dinas Daerah Pasal 59

(1) Walikota menetapkan penggolongan rumah dinas daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Penggolongan rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari : a. Rumah dinas daerah golongan I (rumah jabatan);

b. Rumah dinas golongan II (rumah instansi);

c. Rumah dinas daerah golongan III (perumahan pegawai). Pasal 60

(1) Rumah dinas daerah golongan I, yang sudah tidak sesuai dengan fungsinya sebagai akibat adanya perubahan struktur organisasi dan atau sudah ada pengganti yang lain dapat diubah statusnya menjadi rumah dinas daerah golongan II.

(25)

(2) Rumah dinas daerah golongan II, dapat diubah statusnya menjadi rumah dinas daerah golongan III, kecuali yang terletak disuatu komplek perkantoran.

(3) Rumah dinas daerah golongan II, dapat diubah statusnya menjadi rumah dinas daerah golongan I untuk memenuhi kebutuhan rumah jabatan.

Pasal 61

Rumah dinas daerah dapat dijual belikan atau disewakan dengan ketentuan : a. Rumah dinas daerah golongan II yang telah dirubah golongannya menjadi

rumah dinas golongan III;

b. Rumah dinas daerah golongan III yang telah berumur 10 (sepuluh) tahun atau lebih;

c. Pegawai yang dapat membeli adalah pegawai yang sudah mempunyai masa kerja 10 (sepuluh) tahun atau lebih dan belum pernah membeli atau memperoleh rumah dengan cara apapun dari Pemerintah Daerah atau Pemerintah;

d. Pegawai yang dapat membeli rumah dinas daerah adalah penghuni yang memegang Surat Izin Penghunian (SIP) yang dikeluarkan oleh Walikota;

e. Rumah dinas daerah dimaksud tidak sedang dalam sengketa;

f. Rumah dinas daerah yang dibangun di atas tanah yang tidak dimiliki oleh Pemerintah Daerah, maka untuk memperoleh hak atas tanah harus diproses tersendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 62

(1) Penjualan rumah dinas daerah golongan III beserta atau tidak beserta tanahnya ditetapkan oleh Walikota berdasarkan harga taksiran dan penilaiannya dilakukan oleh Panitia Penaksir dan Panitia Penilai yang akan ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

(2) Penjualan rumah dinas daerah golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

(3) Hasil penjualan rumah dinas daerah golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetorkan ke Kas Daerah.

Paragraf 4

Pelepasan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan Dengan Ganti Rugi Pasal 63

(1) Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan atau bangunan melalui pelepasan hak dengan ganti rugi dapat diproses dengan pertimbangan menguntungkan Daerah.

(2) Perhitungan perkiraan nilai tanah dan atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan memperhatikan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) dan/ atau harga umum setempat yang dilakukan oleh panitia penaksir yang dibentuk dengan Keputusan Walikota atau dilakukan oleh lembaga independen yang bersertifikat dibidang penilaian.

(3) Proses pelepasan hak tanah dan atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan pelelangan atau tender.

(26)

Pasal 64

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 tidak berlaku bagi pelepasan hak atas tanah untuk kavling perumahan Pegawai Negeri.

(2) Kebijakan pelepasan hak atas tanah kavling untuk Pegawai Negeri, ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

Paragraf 5

Penjualan Barang Milik Daerah selain Tanah dan atau Bangunan Pasal 65

(1) Penjualan barang milik daerah selain tanah dan atau bangunan dilaksanakan oleh Pengelola setelah mendapat persetujuan Walikota.

(2) Penjualan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Kuasa Pengguna mengajukan usul kepada Pengguna untuk diteliti dan dikaji;

b. Pengguna mengajukan usul penjualan kepada Pengelola;

c. Pengelola meneliti dan mengkaji usul penjualan yang diajukan oleh Pengguna sesuai dengan kewenangannya;

d. Pengelola menerbitkan Keputusan untuk menyetujui atau tidak menyetujui usulan penjualan yang diajukan oleh Pengguna sesuai dalam batas kewenangannya;

e. Untuk penjualan yang memerlukan persetujuan Walikota, Pengelola mengajukan usul penjualan disertai dengan pertimbangan atas usulan dimaksud.

(3) Penerbitan persetujuan pelaksanaan penjualan oleh Pengelola untuk penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, dilakukan setelah mendapat persetujuan Walikota.

(4) Hasil penjualan barang milik daerah disetor ke Kas Daerah. Bagian Ketiga

Tukar Menukar Pasal 66

(1) Tukar menukar barang milik daerah dilaksanakan dengan pertimbangan: a. Untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan pemerintahan; b. Untuk optimalisasi barang milik daerah;

c. Tidak tersedia dana dalam APBD.

(2) Tukar menukar barang milik daerah dapat dilakukan Daerah dengan: a. Pemerintah;

b. Pemerintah Daerah lain;

c. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);

d. Swasta.

(27)

Pasal 67

(1) Tukar menukar barang milik daerah dapat berupa :

a. Tanah dan atau bangunan yang telah diserahkan oleh Kepala SKPD kepada Walikota melalui Pengelola;

b. Tanah dan atau bangunan yang masih dipergunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna tetapi tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;

c. Barang milik daerah selain tanah dan atau bangunan.

(2) Tukar menukar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh Pengelola setelah mendapat persetujuan Walikota sesuai batas kewenangannya.

Pasal 68

(1) Tukar menukar barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1) huruf a dan huruf b, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pengelola mengajukan usul tukar menukar tanah dan atau bangunan

kepada Walikota disertai alasan atau pertimbangan dan kelengkapan data; b. Tim yang dibentuk dengan Keputusan Walikota meneliti dan mengkaji

alasan atau pertimbangan perlunya tukar menukar tanah dan/atau bangunan dari aspek teknis, ekonomis dan yuridis.

c. Apabila memenuhi syarat sesuai peraturan perundang-undangan, Walikota dapat mempertimbangkan untuk menyetujui dan menetapkan tanah dan/atau bangunan yang akan dipertukarkan;

d. Tukar menukar tanah dan/atau bangunan dilaksanakan setelah mendapat persetujuan DPRD;

e. Pengelola melaksanakan tukar menukar selain tanah dan atau bangunan sesuai batas kewenangannya setelah mendapat persetujuan Walikota; f. Pelaksanaan serah terima barang yang dilepas dan barang pengganti harus

dituangkan dalam berita acara serah terima barang.

(2) Tukar menukar barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1) huruf c dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pengguna mengajukan usul tukar menukar kepada Pengelola disertai alasan dan pertimbangan, kelengkapan data dan hasil pengkajian Panitia Penaksir atau Panitia Penilai yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota; b. Pengelola meneliti dan mengkaji alasan atau pertimbangan perlunya tukar

menukar tanah dan atau bangunan dari aspek teknis, ekonomis dan yuridis; a. Apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku, Pengelola dapat

mempertimbangkan untuk menyetujui sesuai batas kewenangannya;

b. Pengguna melaksanakan tukar menukar setelah mendapat perseujuan Pengelola;

c. Pelaksanaan serah terima barang dituangkan dalam berita acara serah terima barang.

(3) Tukar menukar antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah dan antar Pemerintah Daerah apabila terdapat selisih nilai lebih, maka selisih dimaksud dapat dihibahkan.

(4) Selisih sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dituangkan dalam berita acara hibah.

(28)

Bagian Keempat Hibah Pasal 69

(1) Hibah barang milik daerah dilakukan dengan pertimbangan untuk kepentingan sosial, keagamaan, kemanusiaan dan penyelenggaraan pemerintahan.

(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Bukan merupakan barang rahasia Negara atau Daerah;

b. Bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang banyak; c. Tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi dan

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pasal 70 Hibah barang milik daerah dapat berupa:

a. Tanah dan atau bangunan yang telah diserahkan oleh Kepala SKPD kepada Walikota;

b. Tanah dan atau bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan;

c. Barang milik daerah selain tanah dan atau bangunan yang telah diserahkan oleh Kepala SKPD kepada Walikota melalui Pengelola;

d. Barang milik daerah selain tanah dan atau bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan.

Pasal 71

(1) Kecualai tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) huruf b, hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf a, ditetapkan dengan Keputusan Walikota setelah mendapat persetujuan DPRD, (2) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf b, ditetapkan dengan

Keputusan Walikota.

(3) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf c yang bernilai diatas Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) ditetapkan dengan Keputusan Walikota setelah mendapat persetujuan DPRD.

(4) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf d, dilaksanakan oleh Pengguna setelah mendapat persetujuan Pengelola.

Bagian Kelima

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pasal 72

(1) Penyertaan modal Pemerintah Daerah atas barang milik daerah dilakukan dalam rangka pendirian, pengembangan dan peningkatan kinerja Badan Usaha milik Daerah (BUMD) dan swasta.

(2) Barang milik daerah yang dijadikan sebagai penyertaan modal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Walikota setelah mendapat persetujuan DPRD.

(3) Penyertaan modal Pemerintah Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pasal 73 ...

(29)

Pasal 73

(1) Penyertaan modal daerah atas barang milik daerah dapat berupa: a. Tanah dan atau bangunan yang telah diserahkan kepada Walikota;

b. Tanah dan atau bangunan yang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk disertakan modal Pemerintah Daerah sesuai yang tercantum dalam

dokumen penganggaran;

c. Barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Penetapan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang akan disertakan sebagai modal Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan oleh Walikota.

(3) Penyertaan modal Pemerintah Daerah atas barang milik daerah sebagiamana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dilaksanakan oleh Pengguna setelah mendapat persetujuan Pengelola.

Pasal 74

(1) Penyertaan modal Pemerintah Daerah atas barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) huruf a dan huruf b, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Penglola mengajukan usul penyertaan modal pemerintah atas tanah dan/ atau bangunan kepada Walikota disertai dengan alasan pertimbangan dan kelengkapan data;

b. Walikota meneliti dan mengkaji berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72;

c. Apabila memenuhi syarat sesuai peraturan perundang-undangan, Walikota dapat mempertimbangkan untuk menetapkan dan atau menyetujui tanah dan atau bangunan yang akan disertakan sebagai modal pemerintah;

d. Proses persetujuan penyertaan modal Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (3);

e. Pengelola melaksanakan penyertaan modal pemerintah daerah dengan berpedoman pada persetujuan Walikota;

f. Pengelola menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dengan melibatkan instansi terkait;

g. Pengelola menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah kepada DPRD untuk ditetapkan;

h. Pengguna melakukan serah terima barang kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang setelah Peraturan Daerah ditetapkan.

(2) Penyertaan modal Pemerintah Daerah atas barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) huruf c, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pengguna mengajukan usulan kepada Pengelola disertai alasan atau pertimbangan, kelengkapan data dan hasil pengkajian tim intern instansi Pengguna;

b. Pengelola meneliti dan mengkaji berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74;

(30)

c. Apabila memenuhi syarat sesuai peraturan perundang-undangan, pengelola dapat mempertimbangkan untuk menyetujui sesuai batas kewenangannya;

d. Pengelola menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dengan melibatkan instansi terkait;

e. Pengelola meyampaikan Rancangan Peraturan Daerah kepada DPRD untuk ditetapkan;

f. Pengguna melakukan serah terima barang kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang setelah Peraturan Daerah ditetapkan.

BAB XI

PENATAUSAHAAN Bagian Kesatu

Pembukuan Pasal 75

(1) Pengguna dan/atau Kuasa Pengguna melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah kedalam Daftar Barang Pengguna (DBP) atau Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

(2) Pengelola dan/atau Pejabat yang ditunjuk menghimpun pencatatan barang milik daerah dalam daftar barang milik daerah menurut penggolongan barang dan kodefikasi barang.

(3) Penggolongan dan kodefikasi barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Bagian Kedua Inventarisasi

Pasal 76

(1) Pengguna melakukan inventarisasi barang milik daerah paling singkat 1 (satu) tahun sekali dan melakukan sensus barang paling singkat dalam 5 (lima) tahun sekali.

(2) Pengguna menyampaikan laporan hasil sensus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepada Pengelola paling lama 3 (tiga) bulan setelah selesainya inventarisasi.

Pasal 77

Hasil inventarisasi barang milik daerah yang dikuasai Pemerintah Daerah dihimpun oleh Pengelola atau Pejabat yang ditunjuk

Bagian Ketiga Pelaporan

Pasal 78

(1) Pengguna atau Kuasa Pengguna menyusun laporan tentang barang semesteran dan tahunan.

Referensi

Dokumen terkait

Mobile Radio Streaming adalah teknologi aplikasi yang memungkinkan pengguna mengakses layanan audio streaming menggunakan software yang bisa digunakan untuk membuat

Yusei yang memberitahukan penyebab ia melakukan kenakalan, yaitu Yusei yang tidak ingin menjadi pria yang menyedihkan dan tidak mempunyai harga diri seperti ayahnya, dan Yusei

submateri Invertebrata di kelas X SMA Kemala Bhayangkari 1 Kapubaten Kubu Raya, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Rata-rata skor pretest hasil belajar siswa yang

Secara umum capaian kinerja pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil adalah 80,41 yang termasuk dalam kategori ”Baik”, namun demikian berdasarkan hasil

Artinya variabel kualitas pupuk phonska fase 2 di PT. Petrokimia Gresik saling berkorelasi, sehingga analisis yang digunakan adalah analisis pengendalian kualitas

Sebaliknya, penelitian tentang gen tunggal, fungsi danperan, sesuatu yang sangat umum dalam penelitian saat ini medis dan biologis, dan fokusutama dari biologi molekuler,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi alkali dan rasio antara massa rumput laut dengan volume alkali yang digunakan pada

Sebaiknya perlakuan pajak atas pengalihan harta dimaksud diubah dengan mengenakan pajak final terhadap wajib pajak orang pribadi yang tidak mempunyai usaha, sedangkan