• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Perilaku Over Protective Orang Tua Dengan Penyesuaian Diri Remaja Di Universitas Potensi Utama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Perilaku Over Protective Orang Tua Dengan Penyesuaian Diri Remaja Di Universitas Potensi Utama"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Antara Perilaku Over Protective Orang Tua

Dengan Penyesuaian Diri Remaja Di Universitas Potensi

Utama

The Relationship Between Over Protective Behavior Of Parents And Adolescent Self-Adjustment At The University Of Main Potential

Rohani Yosefina Malau1, Fenty Zahara Nasution2

Fakultas Psikologi Universitas Potensi Utama

Jl. KL. Yos Sudarso Km 6.5 No. 3A Tanjung Mulia Kota Medan 20241 Email : Rohaniyosefina@gmail.com1, fentynasution@yahoo.com2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara perilaku over protective orang tua dengan penyesuaian diri remaja di universitas potensi utama medan. Dimana yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Ikatan Mahasiswa Kristen (IMK) Universitas Potensi Utama sebanyak 90 orang. Pengambilan sampel melalui teknik purposive sampling. Alasan peneliti menggunakan purposive sampling karena peneliti mengambil subjek yang berumur 17-22 Tahun. Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan skala likert. Analisis data menggunakan metode statistic korelasi product moment. Diperoleh hasil terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara over protective dengan penyesuaian diri. Hasil ini dibuktikan dengan koefisien korelasi rxy = - 0,463 ; sig < 0,010. Artinya terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara over protective dengan penyesuaian diri. bahwa over protective orang tua tergolong tinggi, hal ini dilihat dari mean empirik 114.544 > dari mean hipotetik 100. Kemudian penyesuaian diri tergolong cenderung rendah, dilihat dari mean empirik 127.855 < dari mean hipotetik 130. Diketahui bahwa over protective memberikan pengaruh terhadap penyesuaian diri sebesar 21.4%. Ini berarti masih terdapat 78.6% terhadap penyesuaian diri

Kata Kunci : Perilaku Over protective, penyesuaian diri. ABSTRACT

This study aims to determine whether there is a relationship between overprotective behavior of parents and adolescents' adjustment in the main potential university of Medan. Where the subjects in this study were 90 members of the Student Activity Unit (UKM) of the Christian Student Association (IMK) of the Main Potential University. Sampling through purposive sampling technique. The reason researchers used purposive sampling because the researchers took subjects aged 17-22 years. Data collection was carried out using a Likert scale. Data analysis used the product moment correlation statistical method. The result was that there was a very significant negative relationship between overprotection and self-adjustment. This result is evidenced by the correlation coefficient rxy = - 0.463; sig <0.010. This means that there is a very significant negative relationship between overprotection and self-adjustment. that over protective parents are classified as high, this can be seen from the empirical mean 114,544> from the hypothetical mean of 100. Then the self-adjustment is relatively low, seen from the empirical mean 127,855 <from the hypothetical mean 130. It is known that over protective effect on self-adjustment is 21.4. %. This means that there are still 78.6% of adjustments

(2)

1. PENDAHULUAN

Anak adalah hal yang sangat dinanti-nantikan untuk mewujudkan keluarga yang lebih utuh, karena kehadiran anaklah yang akan menemaninya dimasa tua nanti, dan setelah memiliki anak mereka menginginkan anaknya dapat berkembang secara normal sehingga memperlakukan mereka secara berlebihan atau memberikan perhatian yang sangat berlebihan sehingga dapat membuat anak menjadi ketergantungan akan kasi sayang dari orang tua. Oleh sebab itu orang tua mempunyai cara tersendiri dalam memperlakukan anak, perlakuan yang dapat memberikan peran sangat penting dalam proses penyesuaian diri, untuk itu semua tergantung dari pola asuh atau sikap yang diterapkan orang tua dalam mendidiknya. Orang tua yang memberikan kasi sayang secara berlebihan kepada anak kemungkinan akan menjadikan anak ketergantungan dengan orang tua pada masa remaja hingga dewasa. Pada saat roses perkembangan masa remaja, saat itulah mereka memenuhi rasa ingin tahu pada diri sendiri dan ingkungan, seperti yang sampaikan oleh Drs. Sumarjono padmomartono (2014) didalam buku konseling remaja. Seperti yang sudah dilihat didalam keluarga, orang tua takut dan khawatir terhadap anaknya jika terpengaruh oleh pergaulan bebas dan terjerumus kedalam masalah penyimpangan sosial, maka sikap orang tua kerap sekali melindungi anak dengan cara memberikan kasih sayang secara berlebihan sehingga anak harus melakukan apa yang di inginkan orang tua, namun didalam lingkungan setiap individu pasti menginginkan dirinya agar dapat diterima dengan baik, tapi kadang apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan kenyataan, misalnya sering sekali mengalami kendala dalam berinteraksi melakukan penyesuaian diri, dan bahkan didalam kehidupan kesehariannya ia tidak akan terbebas dari berbagai perasaan yang tidak menyenangkan, agar dapat diterima didalam lingkungan nya maka ia harus mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik.

Salah satu potensi yang harus dimiliki oleh seorang individu supaya dapat diterima di lingkungan dan dapat berkembang sebagaimana mestinya adalah ia harus mampu menyesuaikan diri dilingkungannya. Mencakup semua pengaruh kemungkinan dan kekuatan yang melingkungi individu, yang dapat mempengaruhi kegiatan nya untuk mencapai ketenangan jiwa dan raga dalam kehidupan.

Pada penyesuaian diri yang disampaikan oleh James E, Calhoun dan Joan Ross Acocella (dalam Sobur, 2016) penyesuaian diri. Dikatakan, Penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi anda yang kontinu dengan diri anda sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia anda.

Seperti yang tertulis didalam buku Siswanto (2007) penyesuaian diri yaitu penyesuaian yang sering dipahami sebagai belajar hidup.

Sementara di dalam kamus Psikologi J.P. Chaplin (1989) penyesuaian diri adalah Variasi dalam kegiatan organisme untuk mengatasi suatu hambatan dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan. Secara tidak langsung adanya situasi pemecahan masalah, dimana seseorang merasakan adanya kebutuhan yang tidak dapat dipuaskan dengan cara-cara biasa.

Kemudian Satmoko (dalam Nur, 2016) mengemukakan tentang penyesuaian diri dapat diamati dari banyak sedikitnya hambatan dari penyesuaian diri dan banyaknya hambatan penyesuaian diri mencerminkan kesukaran seseorang dalam penyesuaian dirinya.

Sama seperti yang lain Schneiders (dalam Nur, 2016) penyesuaian diri yaitu usaha yang mencakup respon mental dan tingkah laku individu, yaitu individu berusaha keras agar mampu mengatasi konflik dan frustasi karena terhambatnya kebutuhan dalam dirinya, sehinggah tercapai keselarasan dan keharmonisan dengan diri atau lingkungannya.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dimana seseorang membuat hubungan yang lebih baik dari lingkungannya, sehingga terjadi keharmonisan antara dirinya maupun dengan lingkungannya.

Didalam penyesuaian diri terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri menurut Sunarto (2008) sebagai berikut : a). pengaruh rumah dan keluarga, b). hubungan orang tua dan anak, c). hubungan saudara, d). masyarakat dan, e). sekolah.

Individu yang mampu menyesuaiakn diri dengan baik menurut Siswanto (2007), umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki Persepsi yang Akurat terhadap Realit : Pemahaman atau persepsi orang terhadap realita berbeda-beda, meskipun realita yang dihadapi adalah sama.

(3)

2. Kemampuan untuk Beradaptasi dengan Tekanan atau Stres dan Kecemasan : Pada dasarnya setiap orang tidak senang bila mengalami tekanan dan kecemasan.

3. Mempunyai Gambaran Diri yang Positif tentang Dirinya : Pandangan individu tehadap dirinya dapat menjad indikator dari kualitas penyesuaian diri yang dimiliki.

4. Kemampuan untuk Mengekspresikan Perasaannya : Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dicirikan memiliki kehidupan emosi yang sehat.

5. Relasi Interpersonal Baik : Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik mampu mencapai tingkat keintiman yang tepat dalam suatu hubungan sosial.

Dalam penyesuaian diri terdapat enam aspek yang disampaikan oleh Schneider (dalam Elfira 2013) yaitu: (a). Kontrol terhadap emosi yang berlebihan : Adanya kontrol dan ketenangan emosi untuk menghadapi permasalahan dan menentukan berbagai kemungkinan pemecahan masalah, (b). mekanisme pertahanan diri yang minimal: Seseorang dikategorikan normal apabila bersedia mengakui kegagalan yang dialami dan berusaha kembali untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, (c). frustasi personal yang minimal : Individu yang mengalami frustasi ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan, sehingga sulit mengorganisasikan kemampuan berpikir dan tingkah laku dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian, (d). pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri : Menjelaskan seseorang yang memiliki kemampuan berpikir dan melakukan pertimbangan terhadap masalah atau konflik dan kemampuan mengorganisasikan pikiran, tingkah laku, dan perasaan untuk memecahkan masalah, (e). kemampuan untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman masa lalu : Penyesuaian diri yang ditunjukkan oleh individu merupakan proses belajar berkesinambungan dari perkembangan individu sebagai hasil dari kemampuannya mengatasi situasi konflik dan stress, (f). sikap realistik dan objektif : Sikap yang realistik dan objektif bersumber pada pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi, masalah, dan keterbatasan individu sesuai dengan kenyataan.

Dikehidupan sehari-hari didalam lingkungan keluarga maupun sosial kerap sekali anak tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan tidak baik salah satu faktor penyebabnya dari perilaku yang dilakukan oleh orang tua yaitu terlalu menghawatirkan anak secara berlebihan atau disebut dengan perilaku Over protective. Over protective merupakan kecenderungan dari pihak orang tua untuk melindungi anak secara berlebihan, dengan memberikan perlindungan terhadap gangguan dan bahaya fisik maupun psikologis, sampai sebegitu jauh sehingga anak tidak mencapai kebebasan atau selalu tergantung pada orang tua, sepeti yang disampaikan oleh Chaplin (dalam Karina, 2013).

Sedangkan oleh Baumrind (dalam Aini, 2018) menyatakan bahwa pola asuh over

proctective yaitu suatu bentuk perlindungan secara berlebihan yang dilakukan oleh orang tua

terhadap anaknya, dengan memberikan perhatian secara berlebihan serta mengawasi kegiatan anak setiap waktu sehingga anak merasa tidak nyaman dalam kondisi tersebut, berakibatkan anak mudah kehilangan kemampuan untuk mandiri.

Begitu juga yang dikemukakan Kartono (dalam Nurlela, 2012) berpendapat bahwa perilaku orang tua yang over protective di mana orang tua terlalu banyak melindungi dan menghindarkan anak mereka dari macam-macam kesulitan sehari-hari dan selalu menolongnya.

Seperti yang tertulis didalam kamus psikologi Arthur & Emily (2010) Over protection (Perlindungan berlebihan atau Overproteksi) Sebuah Istilah yang umumnya digunakan untuk mencirikan perilaku orang tua yang terlalu baik kepada anak atau anak-anaknya, memanjakan mereka, terlalu khawatir kesejahteraan mereka, menjauhkan mereka dari semua hal negatif, melindungi mereka dari apapun yang beresiko buruk, dan mengembangkan suatu pola ketergantungan anak kepada mereka sendiri.

Kemudian didalam kamus Psikologi J.P. Chaplin (1989) menekankan bahwa over

protective orang tua yaitu Kecenderungan dipihak orang tua untuk melindungi anaknya secara

berlebihan, dengan memberikan perlindungan terhadap gangguan dan bahaya fisik maupun psikologi, sampai sebegitu jauh sehingga anak gagal mencapai kebebasannya (selalu saja tergantung pada orang tua).

Dampak negatif yang ditimbulkan dari orang tua yang bersifat over protective adalah. Anak tidak berani melakukan apapun, kecuali dia mendapat izin dari orang tuanya, Kecenderungan anak menjadi sangat pasif dan menjadi merasa takut yang berlebihan.

(4)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa over protective orang tua adalah: kecenderungan orang tua untuk melindungi anak terhadap gangguan fisik maupun psikologis yang dilakukan dengan cara berlebihan, tidak memberi kesempatan pada anak untuk mengurus keperluannya sendiri, membuat rencana, serta tidak memberikan suatau kesempatan pada anak untuk mengambil suatu keputusan dengan sendiri.

Ada terdapat faktor yang menyebabkan orang tua memberikan perlindungan kepada anak-anak yang di kemukakan oleh Purwanto (dalam Novitasari, Dkk 2017) adapun faktor tersebut: Ketakutan yang berlebihan dari orangtua akan bahaya yang mungkin mengancam anak mereka. Dalam hal yang demikian orangtua akn selalu berusaha melindungi anaknya dari segala sesuatu yang mengandung bahaya, Keinginan yang tidak disadari untuk menolong dan memudahkan kehidupan anak mereka, karena orang tua takut akan kesukaran, tidak mau bersusah-susah dan inginenaknya saja, karena kurangnya pengetahuan orangtua.

Pada perilaku over protective yang dilakukan oleh orang tua terdapat beberapa aspek menurut Baumrind (dalam Aini, 2018) sebagai berikut:

a). Terlalu berhati-hati pada anak : Selalu menuntut atau memilihkan pendidikan bagi anak yang dianggap orang tua pendidikan itu tepat dan berkualitas.

b). Khawatir akan keselamatan anak : Menginginkan agar selalu dekat dengan anak, maka anak yang diberikan perlindungan secara berlebihan dengan orang tuanya bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman, dan bahkan bisa menimbulkan sikap berontak bagi remaja.

c). Khawatir akan kesehatan anak : Selalu mengawasi aktifitas-aktifitas yang dilakukan anak, seperti melarang anak membeli makanan di lingkungan sekolahan, karena orang tua beranggapan makanan tersebut tidak sehat bisa menimbulkan sakit pada anaknya.

d). Khawatir akan kegagalan anak : Masih suka mencampuri urusan anaknya ketika sudah menginjak usia remaja.

Pada saat remaja mereka memasuki masa peralihan, masa ini tidak bisa di golongkan sebagai anak anak tapi tidak juga digolongkan sebagai orang dewasa dan pada masa ini pula remaja baru memulai untuk mencari jati diri mereka, pada masa ini juga mereka lebih mudh terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Dengan kata lain periode ini merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak kemasa dewasa.

Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12-13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun, seperti itu yang dikemukakan oleh Papalia dan Olds (dalam Jahjah, 2011)

Sedangkan Lerner, Dkk (dalam Sumardjono, 2014) mengatakan bahwa remaja sebagai periode kehidupan dengan karakteristik biologis, kognitif, psikologis dan sosial yang sedang berubah dalam pola yang saling berkaitan dari yang sebelumnya disebut bersifat anak-anak ke kondisi yang kini disebut bersifat dewasa.

Sama seperti yang disampaikan oleh Kaplan (dalam Sumardjono, 2014) juga menyatakan istilah remaja biasanya digunakan untuk mendeskripsikan peralihan dari usia anak-anak ke dewasa. Hall berependapat bahwa mendidik anak harus dengan cara memberinya kebebasan seluas-luasnnya, karena perkembangan jiwa manusia tidak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya, melainkan sudah digariskan oleh alam sendiri.

Bicara tentang remaja maka remaja yang dimaksud adalah remaja yang berusia 17-22 Tahun dan peneliti memilih sampel yang sudah duduk dibangku perkuliahan yaitu Mahasiswa di Unit Kegiatan Mahasiswa Ikatan Mahasiswa Kristen Universitas Potensi Utama yaitu remaja yang memiliki ciri-ciri yang tepat untuk peneliti melakukan penelitian di UKM tersebut, karena setelah peneliti melakukan observasi dilingkungan tersebut banyak remaja yang tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, sehingga mereka sulit untuk bergabung bersama anggota-anggota lama, orang tua juga kerap sekali menghubungi pengurus UKM untuk menanyakan kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan didalam UKM tersebut, orang tua mereka juga melarang untuk anaknya masuk didalam UKM. Maka itu peneliti bertujuan melakukan penelitian untuk mengetahui ada tidak nya hubungan antara perilaku over protective orang tua dengan penyesuaian diri remaja di universitas potensi utama.

Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Pratiwi (2017) mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya yaitu koefisien r = -0,685 dengan tingkat signifikansi 0,000 (p <

(5)

0,05) menujukkan bahwa adanya hubungan negative signifikan antara over protective orang tua dengan penyesuaia diri remaja di Desa Bandar Khalifa, maka semakin rendah over protective maka semakin tinggi penyesuaian diri.

Penelitian yang dilakukan oleh Rohmat (2006) mendapatkan hasil bahwa ada hubungan negatif signifikan antara perilaku over protective orang tua dengan penyesuaian diri yaitu hasil koefisien r = -0,507 dengan tingkat signifikansi 0,000 (p < 0,01) yang menunjukkan hasil adanya hubungan negatif antara perilaku over protective orang tua dengan penyesuaian diri pada siswa kelas 1 SMA N 1 Semarang. Artinya semakin tinggi over protective maka semakin rendah penyesuaian diri.

Penelitian yang dilakukan oleh Bobi (2010) mendapatkan hasil bahwa adanya hubungan negatif singnifikan antara over protective orang tau dengan penyesuaian diri yaitu hasil koefisien r = -0,433 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan adanya hubungan negatif signifikan antara perilaku over protective orang tua dengan penyesuaian diri remaja pada siswa kelas 12 SMA N 12 Pekanbaru, yang artinya semakin tinggi over protective maka semakin rendah penyesuaian diri begitu juga semakin tinggi over protective maka semakin rendah penyesuaian diri.

2. METODE PENELITIAN

Setiap keluarga kehadiran anak adalah hal yang sangat dinanti-nantikan untuk membangun sebuah keluarga yang lebih utuh, orang tua menginginkan kehadiran anak untuk menemaninya dimasa tua nanti dan setelah memiliki anak mereka menginginkan anaknya dapat berkembang secara normal sehingga memperlakukan mereka secara berlebihan atau memberikan perhatian yang sangat berlebihan sehingga dapat membuat anak menjadi ketergantungan akan kasi sayang orang tua. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dan mengangkat hipotesa yang akan di uji kebenarannya dalam penelitian ini adalah “Terdapat hubungan yang negatif antara perilaku over protective orang tua dengan penyesuaian diri remaja”. Artinya: semakin tinggi over protective orang tua maka semakin rendah penyesuaian diri remaja.

Identifikasi variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Independen variabel (X) adalah Over protective

Sugiono (2017) mengatakan variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor,

antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel independen (terikat)

2. Dependen variabel (Y) adalah Penyesuaian diri.

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono 2017)

Jenis Penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel (x) dan variabel (y). yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya Hubungan antara perilaku over protective orangtua dengan penyesuian diri remaja. Populasi dari penelitian ini yaitu remaja Unit Kegiatan Mahasiswa Ikatan Mahasiswa Kristen Universitas Potensi Utama yang berusia 17-22 tahun yang berjumlah 150 orang.

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel Purposive sample, atau sampel bertujuan. Pengambilan sample berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang dipandang mempunyai hubungan yang erat dengan ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya (Arikunto:2010).

Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data secara sistematis dengan tujuan untuk menguji hipotesis (Rahmadi 2011). Pada penelitian ini instrument disusun dengan skala likert yang terdiri dari item favorebel dan item unfavorebel dengan 4 pilihan jawaban SS (Sangat Sesuai) S (Sesuai) TS (Tidak Sesuai) STS (Sangat Tidak Sesuai). Pernyataan favorabel adalah pernyataan-pernyataan yang mendukung penelitian, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan-pernyataan yang tidak mendukung penelitian.

(6)

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan uji coba kedua skala penelitian ini adalah dengan cara membagikan skala dari link google form. Berhubung sedang maraknya pandemic Covid-19 di Indonesia khususnya di Kota Medan maka pelaksaan penelitian dilakukan secara Online dengan cara membagikan link skala melalui group whatsapp, dan sebelumnya skala sudah dibuat melalui google form, lalu peneliti memberikan informasi mengenai maksud dan tujuan peneliti menyebarkan skala. Setelah para mahasiswa memahami akan tata cara mengisi skala, maka kedua skala dibagikan untuk segera diisi. Setelah lebih kurang 3 (tiga) hari, skala kemudian dilakukan penyekoran terhadap butir-butir pernyataan kedua skala dengan cara membuat format nilai berdasarkan skor-skor yang ada pada setiap lembarnya, kemudian skor yang merupakan pilihan subjek pada setiap butir pernyataan dipindahkan ke komputer program

microsoft excel yang diformat sesuai dengan keperluan tabulasi data, yaitu lajur untuk nomor

pernyataan dan baris untuk nomor subjek.

Metode analisis data yang digunakan sesuai dengan rencana penelitian ini adalah product

moment. Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu , maka analisis data

dilakukan dengan menggunakan metode analisis product moment, dengan tujuan utama penelitian ini yakni ingin melihat hubungan antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Over protective dan variabel terikatnya adalah Penyesuaian diri.

Rumus product moment adalah sebagai berikut : rxy= ∑XY -(∑𝑋)(∑𝑌) 𝑁 √∑ 𝑋2(∑𝑋) 2 𝑁 ∑𝑌 2 (∑𝑌) 2 𝑁

Sebelum data dianalisis dengan analisis Product Moment, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap data penelitian yang meliputi :

a. Uji Normalitas, yaitu untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian setiap masing-masing variabel telah menyebar secara normal.

b. Uji Linieritas, yaitu digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel tergantung dengan variabel bebas.

Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus

Koefisien Alpha Cronbach sebagai berikut, Azwar (2011)

𝑟𝑡𝑡 = 1− 𝑀 𝑘𝑡 𝑀 𝑘𝑠 Keterangan :

𝑟𝑡𝑡 : Indeks reliabilitas alat ukur 1 : Bilangan konstan

𝑀𝑘𝑡 : Mean kuadrat interaksi antara item dengan subjek 𝑀𝑘𝑠 : Mean kuadrat antar subyek

Maka hipotesa sebagai jawaban sementara dapat disimpulkan “Terdapat hubungan yang negatif antara perilaku over protective orang tua dengan penyesuaian diri remaja”. Artinya: semakin tinggi over protective orang tua maka semakin rendah penyesuaian diri remaja.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis korelasi

product moment. Sebelum data analisis dengan teknik analisis product moment, terleih dahulu

dilakkan uji asumsi terdapat variabel yang menjadi pusat perhatian, yaitu Over protective dan penyesuaian diri, yang meliputi uji normalitas sevaran uji linieritas hubungan.

(7)

Hasil penelitian ini di uji dengan menggunakan uji normalitas sebaran yang dianaisis dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. maka diketahui bahwa data over protective dan penyesuaian diri, mengikuti sebaran normal, yaitu berdistribusi sesuai dengan prinsip kurve normal Ebbing Gauss. Sebagai kriterianya apabila bilangan sig > 0,050 maka sebarannya dinyatakan normal, sebaliknya apabila bilangan sig < 0,050 sebarannya dinyatakan tidak normal (Hadi dan Pamardiningsih, 2000).

Tabel 1. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Sebaran

Variabel RERATA K-S SD Sig Keterangan

Over protective 114,544 0,573 13,894 0,898 Normal Penyesuaian diri 127,8555 0,840 15,571 0,480 Normal

Selanjutnya uji linieritas, mencari apakah variabel bebas dengan variabel terikat dalam penelitian ini dapat atau tidak dianalisis secara korelasional. Hasil analisis menunjukkan bahwa antara variabel over protective mempunyai hubungan yang linier dengan variabel penyesuaian diri. Sebagai kriterianya apabila bilangan signifikansi < 0,050 maka dapat dinyatakan mempunyai derajat hubungan yang linier (Hadi dan Pamardiningsih, 2000).

Tabel 2. Rangkungan Hasil Perhitungan Uji Linieritas Hubungan

Korelasional F Sig Keterangan

X – Y 23.947 0.000 Linier

Setelah itu hasil perhitungan Analisis Korelasi Product Moment, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara Over protective dengan penyesuaian diri. Artinya semakin tinggi over protective orang tua, maka semakin rendah penyesuaian diri remaja, sebaliknya semakin rendah over protective orang tua, maka semakin tinggi penyesuaian diri remaja. Hasil ini dibuktikan dengan koefisien korelasi rxy = - 0,463; sig < 0,010. Dengan demikian

maka hipotesis yang diajukan, dinyatakan diterima.

Tabel 3. Rangkuman Perhitungan r Product Moment

Statistik Koefisien (rxy) Koef. Det (r2) Sig BE% Ket

X – Y - 463 0.214 0.000 21.4% SS

Dari tabel 3 di atas diketahui bahwa over protective memberikan pengaruh terhadap penyesuaian diri sebesar 21.4%. Ini berarti masih terdapat 78.6% terhadap penyesuaian diri, diantaranya adalah Faktor keluarga terutama pola asuh orang tua, Faktor kondisi sekolah, Faktor kelompok sebaya, Faktor prasangka sosial, Faktor hukum dan norma sosial, Selanjutnya berdasarkan analisis data dari teknik korelasi Product Moment, didapatkan hasil-hasil seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. Statistik Induk

Sumber N Rerata SD

X 90 114.544 13,894

Y 90 127.855 15.571

Untuk mengetahui bagaimana perilaku over protective dengan penyesuaian diri, maka perlu dibandingkan antara mean empiric dengan mean hipotetik dengan memperhatikan besarnya bilangan SD dari masing-masing variabel

Tabel 5. Perhitungan Nilai Rata-rata Hipotetik dan Nilai Rata-rata Empirik

Variabel SD

Nilai Rata-Rata

Keterangan Hipotetik Empirik

(8)

Penyesuaian diri 15.571 130 127.855 Penyesuaian diri cenderung rendah ME: 114.544 CR CT R T SR ST -SD -SD MH +SD +SD 72.4 86.2 100 113.8 127.6

Gambar.1 Curve Skala Over Protective KETERANGAN

1. Mean empiric kurang dari 72.4 di nyatakan Sangat Rendah (SR)

2. Mean empiric berada diantara 72.4 sampai 86.2 di nyatakan Rendah (R)

3. Mean empiric berada diantara 86.2 sampai 100 di nyatakan Cenderung Rendah (CR) 4. Mean empiric berada diantara 100 sampai 113.8 di nyatakan Cenderung Tinggi (CT) 5. Mean empiric berada diantara 113.8 sampai 127.6 di nyatakan Tinggi (T)

6. Mean empiric melebihi 127.6 di nyatakan Sangat Tinggi (ST) ME: 127.855 CR CT R T SR ST -SD -SD MH +SD +SD 98.8 114.4 130 145.5 161.1 Gambar.2 Curve Skala Penyesuaian diri Keterangan:

1. Mean empiric kurang dari 98.8 di nyatakan Sangat Rendah (SR)

2. Mean empiric berada diantara 98.8 sampai di nyatakan 114.4 Rendah (R)

3. Mean empiric berada diantara 114.4 sampai 130 di nyatakan Cenderung Rendah (CR) 4. Mean empiric berada diantara 130 sampai 145.5 di nyatakan Cenderung Tinggi (CT) 5. Mean empiric berada diantara 145.5 sampai 161.1 di nyatakan Tinggi (T)

6. Mean empiric melebihi 161.1 di nyatakan Sangat Tinggi (ST)

Dari hasil diatas dapat diperoleh dari perbandingan nilai rata-rata di atas (mean hipotetik dan mean empirik), maka dapat dinyatakan bahwa over protective orang tua tergolong tinggi dan penyesuaian diri remaja cenderung rendah.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi Product Moment, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara perilaku Over protective orang tua dengan penyesuaian diri remaja. Artinya semakin tinggi perilaku Over protective orang tua maka semakin rendah penyesuaian diri remaja, sebaliknya semakin rendah perilaku over protective orang tua, maka semakin tinggi penyesuaian diri remaja. Hasil ini dibuktikan dengan koefisien korelasi rxy =

-.463; sig < 0,010.

Berdasarkan penelitian inidiketahui bahwa over protective memberikan pengaruh terhadap penyesuaian diri sebesar 21.4%. Ini berarti masih terdapat 78.6% terhadap penyesuaian diri, diantaranya adalah Faktor keluarga terutama pola asuh orang tua, Faktor kondisi sekolah, Faktor kelompok sebaya, Faktor prasangka sosial, Faktor hukum dan norma sosial.

Hasil lainnya yang diperoleh dari penelitian ini yakni over protective orang tua tergolong cenderung tinggi dan penyesuaian diri cenderung rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penilaian peneliti pada saat melakukan observasi di tempat penelitian, dimana terlihat bahwa

(9)

beberapa orang mahasiswa merasakan penyesuaian diri yang rendah. Selanjutnya dalam hal over

protective para orang tua cenderung tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan fenomena yang

terlihat di tempat penelitian, dimana para orang tua kurang mampu mengoptimalkan over

protective. Kondisi ini mengakibatkan mahasiswa sering merasakan penyesuaian yang rendah

dilingkungan dan mengalamai ketidak mandirian.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara over protective dengan penyesuaian diri. Artinya semakin tinggi over protective, maka semakin rendah penyesuaian diri, sebaliknya semakin rendah penyesuaian diri, maka semakin tinggi over protective. Hasil ini dibuktikan dengan koefisien korelasi rxy = - 0,463 ; sig < 0,010. Dengan demikian maka hipotesis yang

diajukan, dinyatakan diterima.

2. diketahui bahwa over protective memberikan pengaruh terhadap penyesuaian diri sebesar 21.4%. Ini berarti masih terdapat 78.6% terhadap penyesuaian diri, diantaranya adalah Faktor keluarga terutama pola asuh orang tua, Faktor kondisi sekolah, Faktor kelompok sebaya, Faktor prasangka sosial, . Faktor hukum dan norma sosial.

3. Dinyatakan bahwa over protective orang tua tergolong tinggi, hal ini dilihat dari mean empirik 114.544 > dari mean hipotetik 100. Kemudian penyesuaian diri tergolong cenderung rendah, dilihat dari mean empirik 127.855 < dari mean hipotetik 130.

5. SARAN

Sejalan dengan kesimpulan yang telah dibuat, maka berikut ini dapat diberikan beberapa saran, antara lain:

1. Bagi Remaja

Remaja hendaknya lebih memperhatikan masalah penyesuaian diri dan diharapkan dapat mengambil nilai-nilai yang positif dari perilaku over protective yang dilakukan orang tua, misalnya bersikap mandiri maupun tidak ketergantungan pada orang lain, bertanggungjawab, dapat membedakan yang mana yang baik untuk diri atau sebaliknya dan dapat menempatkan diri dengan baik dilingkungan, sehingga dengan mudah menyesuaikan diri dimanapun berada dan mampu mengembangkan semua potensi pada diri secara optimal serta dapat diterapkan melalui hubungan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sangat membantu pembentukan diri untuk menuju fase dewasa yang lebih baik lagi.

2. Bagi Orang tua

Orang tua diharapkan lebih dapat memahami kondisi remaja, karena berbagai tuntutan baik mental, moral maupun sosial. karena perilaku over protective dapat menjadikan remaja mengalami masalah dalam penyesuaian diri, baik itu dalam mengambil suatu keputusan sehingga tidak dapat menyelesaikan suatu masalah dengan sendirinya, perilaku over protective akan mengakibatkan anak mengalami ketidak mandirian sehingga tidak baik untuk pertumbuhan sosial, akan lebih baik jika peran perilaku orang tua lebih diperhatikan untuk meningkatkan penyesuaian diri remaja misalnya membiarkan anak untuk mengambil keputusan dengan sendirinya, dan tidak terlalu memberikan kasi sayang yang berlebihan pada anak sehingga anak mengalami ketidak mandirian.

3. Bagi Unit Kegiatan Mahasiswa IMK

Penyesuain diri anggota umum IMK yang tergolong cenderung rendah kiranya anggota yag lain senantiasa memperhatikannya dengan cara mendekatkan diri kepada anggota umum maupun anggota yang baru bergabung di UKM IMK, jadikan mereka percaya diri dan mandiri serta dapat bertanggung jawab dengan keputusannya.

(10)

Untuk meningkatkan penelitian yang lebih baik lagi bagi peneliti yang tertarik melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan penyesuian diri hendaknya menggunakan populasi yang lebih luas dan memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi penyesuaian diri.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aini, F. N. (2018). Hubungan pola asuh over protective orang tua dengan adversity quotient

pada remaja: penelitian pada siswa MA al-Hamidah Kuwu tahun ajaran 2017/2018 (Doctoral dissertation, UIN Walisongo Semarang).

[2] Ardas, B. (2010). HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OVER PROTECTIVE ORANG TUA

DENGAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA (Studi Pada Siswa kelas II SMA Negeri 12 Pekanbaru) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).

[3] Astarini, K. (2013). Hubungan antara Perilaku Over Protective Orang Tua dengan Bullying

pada Siswa SDN Bendan Ngisor Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Negeri

Semarang).

[4] Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan Validitas cetakan pertama.

[5] Chaplin, J. P., & Kartono, K. (1989). Kamus lengkap psikologi. Rajawali Pers.

[6] Fatoni, R. (2006). Hubungan Antara Perilaku Over Protective Orang Tua Dengan

Penyesuaian Diri Remaja (Penelitian pada siswa kelas 1 SMA Negeri 1 semarang tahun ajaran 2005/2006) (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).

[7] Hadi, S., & Pamardiningsih, Y. (2000). Panduan Manual Seri Program Statistik (SPS 2000). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Publishing.

[8] Harlina, D., Novitasari, V., Sari, M. N., AM, R. A., & Rianti, E. (2017). Sikap Over Protective Orangtua Terhadap Perkembangan Anak. JPGI (Jurnal Penelitian Guru

Indonesia), 2(2), 1-8.

[9] Jahja, Y. (2011). Psikologi perkembangan. Kencana.

[10] Nur, M. (2016). Teori-teori psikologi.

[11] Nurlela. (2012). Hubungan antara Perilaku Over Protective Orang Tua dengan Penyesuaian Diri Remaja di MTs Wathoniyah Gintung Lor Kecamatan GintungLorKabupatenIndramayu. Cirebon : 141 N SyekhNurjati.

[12] Padmomartono, S. (2014). Konseling remaja. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

[13] Pratiwi, I. S. (2017). Hubungan antara Pola Asuh Overprotektif dengan Penyesuaian Diri

pada Remaja di Desa Bandar Khalifah (Doctoral dissertation, Universitas Medan Area).

[14] Rahmadi. (2011). Pengantar Metodologi Penelitian. Antasari Press.

[15] Rahmayati, T. E., & Lubis, Z. (2013). Hubungan Efikasi Diri Akademik dan Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri. Analitika, 5(2), 43-49.

[16] Reber, A. S., & Reber, E. S. (2010). Kamus psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[17] Siswanto, S. (2007). Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan, dan

Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Offset. [18] Sobur, A. (2016). Psikologi umum.

[19] Suharsimi, A. (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik (edisi revisi). Jakarta:

Rineka Cipta, 1.

[20] Sugiyono, P. D. (2017). Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, dan R&D. Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.

Gambar

Tabel 3. Rangkuman Perhitungan r Product Moment

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan kepercayaan diri pada remaja awal yaitu usia anak SMP, (2) peran

Berdasarkan uraian tersebut rumusan masalah yang dapat ditarik adalah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku over protective orang tua dengan

Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Bullying Pada Anak Remaja Awal Usia 13-15 Tahun Di

Pendapat ini sejalan dengan pendapat Yusniah (2008) dalam Daulay &amp; Sartika (2014) bahwa anak dengan pola asuh permisif akan lebih terlibat dalam kenakalan remaja

Komunikasi orang tua dan anak tentang seks dalam kategori kurang (87%), perilaku seks remaja dalam kategori cukup (57%), sehingga terdapat hubungan positif yang signifikan

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, karena pada masa ini remaja telah mengalami

Collins (dalam Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab penyimpangan dari anak usia remaja dan bagaimana peran orang tua untuk memberikan sikap yang baik