• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. meminimalisasi risiko sesuai dengan hasil dari perdagangan yang telah dilakukan,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. meminimalisasi risiko sesuai dengan hasil dari perdagangan yang telah dilakukan,"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada zaman sekarang, dimana perdagangan instrumen keuangan dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, setiap individu maupun kelompok dapat bertransaksi dengan bebas dalam rangka mencari keuntungan atau sekedar meminimalisasi risiko sesuai dengan hasil dari perdagangan yang telah dilakukan, hal tersebut mengundang calon investor untuk berpartisipasi dalam rangka mengejar keuntungan dari capital gain pada bursa saham, akan tetapi gejolak harga saham yang sulit untuk di analisa dapat menjadi hal menakutkan bagi siapapun, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Davis (2005) bahwa penurunan risiko telah menjadi tujuan dalam strategi bisnis berbagai perusahaan terutama dalam perusahaan investasi, dimana terdapat ahli manajemen risiko di dalamnya. Akan tetapi dalam menganalisa berbagai risiko terkait dengan saham, akan selalu terkait dengan kondisi ekonomi makro suatu negara yang rentan terhadap gejolak krisis ekonomi negara tersebut, bahkan krisis ekonomi di suatu negara akan mempengaruhi ekonomi negara negara lain.

Krisis ekonomi yang timbul berturut-turut mempengaruhi harga saham dunia, terutama subprime mortgage crisis yang telah memimpin dalam menjatuhkan harga properti, penurunan kondisi ekonomi US, dan kerugian dalam miliaran dollar US oleh bank yang disebabkan oleh perubahan fundamental dalam

(2)

2 pemberian kredit perumahan, (Bianco, 2008) dimana Pengaruh subprime

mortgage crisis dapat terlihat pada jatuhnya harga properti US atau yang di sebut

dengan property crash akan diilustrasikan pada gambar dibawah ini :

Gambar 1.1.

All-Transaction House Price Index for the United States year 1970-2012

Dari gambar 1.1 dapat terlihat jelas bahwa kenaikan harga properti US dapat ditelusuri ulang hingga tahun 1970an, akan tetapi terjadi lonjakan drastis dari sekitar tahun 1995 hingga sekitar tahun 2005-2008, yang kemudian diikuti oleh penurunan indeks harga properti US yang cukup drastis dari tahun 2008 hingga sekarang, menandakan bahwa gelembung harga properti US terbentuk dari bertahun-tahun yang lalu sebelum akhirnya meledak pada area tahun 2005-2010. Hal ini menunjukkan betapa mudahnya harga suatu aset dapat berubah naik dan turun secara drastis, tentunya perubahan harga tersebut bukan tanpa konsekuensi ekonomis.

(3)

3 Gambar 1.2.

All-Transaction House Price Index for the United States year 2001-2012

Untuk ilustrasi yang lebih detail dapat di lihat pada gambar 1.2. dimana indeks harga properti US 2001-2012 menunjukkan dengan lebih jelas bahwa indeks harga tertinggi di capai pada tahun 2007 dengan kisaran 380 sebelum akhirnya mengalami penurunan drastis hingga sekarang. Kejatuhan bisnis properti yang dialami oleh US tidak berhenti hanya pada jatuhnya harga properti, tetapi juga mempengaruhi perekonomian secara umumnya, dengan terganggunya industri properti dan konstruksi yang mencakup 15% dari ekonomi US mengakibatkan hilangnya satu sampai 2 juta lowongan kerja, sehingga terjadi gangguan berantai terhadap berbagai macam industri lain. Para ahli ekonomi memperkirakan perekonomian US akan menurun pada 3 bulan terakhir tahun 2007 dari pertumbuhan 3.9% menjadi 1%-1.5%, akan tetapi tidak ada seorangpun yang mengetahui berapa lama hal tersebut akan berlangsung (BBC, 2007). Penurunan kesempatan kerja tersebut merupakan hal yang sewajarnya terjadi, karena apabila terjadi penurunan minat akan investasi di bidang properti, tidak

(4)

4 akan terjadi peningkatan dalam konstruksi atau pembangunan properti, maka jelas industry harus mengurangi tenaga kerja yang tidak produktif, disayangkan bahwa permasalahan pada tahap ini belum merupakan permasalahan krisis yang terakhir.

Menurunnya ekonomi US semakin di perkuat dengan adanya credit

crunch yaitu situasi dimana para pemberi pinjaman menurunkan atau

menghentikan proses pemberian kredit, walaupun sebetulnya peminta credit merupakan peminjam premium, di karenakan terhenti atau berkurangnya arus dana dari obligasi dan banyaknya kerugian akibat subprime mortgage. Credit

crunch yang terjadi mengakibatkan penurunan drastis dalam pola konsumsi dan

investasi perusahaan, mengakibatkan banyak usaha yang kesulitan untuk mendapatkan pinjaman usaha serta pada saat yang bersamaan mengalami penurunan pendapatan akibat penurunan pola konsumsi masyarakat (Bianco, 2008). Hal tersebut jelas merupakan tindakan yang logis dari sisi pemberi pinjaman, tentunya dengan kondisi risiko yang demikian tinggi dan kerugian besar menyebabkan kekhawatiran atas suatu keputusan investasi dikarenakan harus ditingkatkannya optimalisasi keputusan investasi, sehingga sifat penghindaran risiko investasi secara alami akan meningkat dalam diri pihak pemberi pinjaman. Perlu diperhatikan dalam kondisi tersebut penurunan pemberian pinjaman tidak terbatas pada pinjaman untuk kredit perumahan ,tetapi penurunan terjadi pula pada jenis-jenis pinjaman yang lainnya.

Pasar saham US pun mengalami mengalami penurunan akibat banyaknya sinyal negatif yang di terima oleh masyarakat akibat dari beragam penurunan variabel ekonomi makro di US, sehingga para investor yang merasa khawatir

(5)

5 dengan ketidak stabilan kondisi ekonomi makro akan melakukan tindakan menunggu dan melihat (Witt & Sebastian, 2010), tentunya hal demikian mengakibatkan timbulnya kemacetan pada kondisi bursa saham US, sebagaimana dapat dilihat pada ilustrasi berikut ini.

Gambar 1.3.

Stock Market Jitters: Dow Jones Industrial Average, Last 12 Months (2007-2008)

Pada gambar 1.3. terlihat bahwa Fed turut berusaha menstimulasi kondisi perekonomian dengan menurunkan suku bunga, akan tetapi respon pasar tidak bergerak sebaik yang diharapkan, bahkan setelah Fed rate menurun sampai 3%, respon pasar tidak berubah, bahkan semakin terlihat penurunan pada kinerja indeks harga saham. Hal ini jelas mengkhawatirkan, mengingat bahwa investor US tidak terbatas pada warga negara US tetapi investor asing pun turut berperan

(6)

6 dalam perdagangan tersebut, sehingga penurunan harga saham US yang terus terjadi akan turut menyebar hingga mencapai di luar batas negara tersebut.

Krisis subprime mortgage tidak hanya mempengaruhi US semata, akan tetapi turut juga mempengaruhi kondisi ekonomi global termasuk bursa saham di beberapa negara termasuk indonesia, ini dapat terlihat pada perubahan IHSG justru terperosok 50% dibandingkan pada posisi awal tahun 2008, dimana kinerja IHSG merupakan salah satu yang terburuk di regional (Gustia, 2008).

Gambar 1.4.

Jakarta Composite Stock Price Index (Year 2001-2011)

(7)

7 Peristiwa terperosoknya IHSG turut membuktikan pentingnya variabel ekonomi makro dalam mempengaruhi naik turunnya harga saham baik secara langsung maupun tidak langsung, akan tetapi IHSG tidak memberikan indikasi perubahan harga secara lebih mendetail untuk setiap kelompok industri, sebagai contoh dapat dibandingkan pergerakan IHSG Periode 2010-2011 dengan pergerakan indeks harga saham sektoral 2010-2011 melalui gambar-gambar dibawah ini:

Gambar 1.5.

Jakarta Composite Stock Price Index and Trading Volume (Year 2001-2011)

(8)

8 Gambar 1.6.

Indeks Harga Saham Sektoral (Year 2001-2011)

(9)

9 Perbandingan antara pergerakan grafik IHSG dan indeks harga saham sektoral jelas menunjukkan bahwa terdapat berbagai macam variasi pergerakan yang tidak tersinkronisasi dengan pergerakan IHSG, hal ini menunjukkan adanya perbedaan pengaruh variabel ekonomi makro dalam masing-masing indeks saham sektoral tersebut. Sehingga di perlukan adanya analisa mendalam antara variabel ekonomi makro dengan indeks harga saham.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang terkait dengan faktor ekonomi makro, dan indeks harga saham sektoral, sehingga judul dari penelitian ini adalah “PENGARUH VARIABEL

EKONOMI MAKRO TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM

SEKTORAL”. Penelitian ini mengembangkan lebih lanjut penelitian dari Lutfiati, Kurnia (2006) dan Silalahi, Candra Baja P. (2003).

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan utama yang penulis ingin ungkapkan dalam penelitian ini, meliputi beberapa hal, antara lain :

1) Pengaruh variabel ekonomi makro terhadap indeks harga saham sektoral di bursa saham indonesia.

2) Variabel manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi indeks harga saham sektoral.

3) Seberapa besar kontribusi ekonomi makro dalam menjelaskan variansi tingkat pengembalian di bursa saham indonesia

(10)

10

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari dibuatnya penelitian ini adalah:

1) Untuk menganalisa pengaruh dua kelompok Variabel tersebut ekonomi makro dalam mempengaruhi indeks harga saham sektoral di bursa saham indonesia.

2) Untuk menganalisa Variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi indeks harga saham sektoral di indonesia.

3) Untuk menganalisa besar kontribusi masing-masing Variabel dalam menjelaskan variansi indeks harga saham sektoral di bursa saham indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penulis berharap, penelitian dapat memberikan manfaat tambahan sebagai berikut: 1) Sebagai kontribusi kecil dari penulis terhadap dunia akademis terutama di

bidang Keuangan.

2) Sebagai acuan investor dalam menilai variabel-variabel dominan dalam suatu kelompok jenis saham, sehingga dapat membantu dalam melakukan Financial Planning yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

3) Sebagai alat bantu bagi praktisi, untuk membuat kombinasi portfolio saham, terutama untuk investasi jangka panjang.

4) Sebagai bahan tambahan untuk penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

(11)

11

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan penelitian ini akan di organisasikan dalam lima bab, yaitu : Bab I. Pendahuluan

Berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II. Landasan Teori dan Hipotesis

Berisi Landasan teori dan bahasan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, dan hipotesa yang di ajukan.

Bab III. Metode Penelitian

Berisi deskripsi tentang variabel penelitian dan definisi operasional, alat analisis, prosedur pengumpulan data, dan metode analisis yang digunakan.

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Berisi analisis data dan pembahasan yang memaparkan hasil dari analisis data. Bab V. Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran

Berisi simpulan dari hasil pembahasan yang diperoleh, keterbatasan dari penelitian, dan saran-saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Kecenderungan lebih banyaknya frase eksosentris direktif yang berfungsi sebagai penanda nomina lokatif di dalam novel ini berkaitan dengan data struktur dan makna

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kacang tanah di lahan kering Desa

Berdasarkan eksperimen tersebut, hasil klasifikasi dengan menggunakan box feature lebih baik daripada Koefisien Hurst.Berdasarkan hasil eksperimen yang telah dipaparkan

“TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM DAN JAMINAN KESELAMATAN KERJA BAGI TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN TAMBANG DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003

Pentingnya laporan keuangan dimana memberikan informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil – hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, dapat lebih

melakukan teknik shooting free throwdengan benar, baik dari sikap penegasan yang positif,sikap kaki. Hal ini membuktikan bahwa media audio visual dapat meningkatkan

Tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan sains dalam berbagai disiplin ilmu pada masa dinasti Umayyah Andalusia menjadi salah satu pemantik kemajuan peradaban

1 21 Normalisasi Dan Pembuatan Talud Anak Sungai Kedukan Bungaran Panca Usaha Menuju RSUD Bari Kecamatan SU I..