• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Effect of Giving Potassium on The Growth of Several Coconut Dwarf Varieties in Nurseries in The Drought Conditions

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "The Effect of Giving Potassium on The Growth of Several Coconut Dwarf Varieties in Nurseries in The Drought Conditions"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

11

Pengaruh Pemberian Kalium terhadap Pertumbuhan Beberapa Varietas

Kelapa Genjah di Pembibitan pada Kondisi Kekeringan

The Effect of Giving Potassium on The Growth of Several Coconut Dwarf

Varieties in Nurseries in The Drought Conditions

ALFRED P. MANAMBANGTUA

1, 2

, SEMUEL D. RUNTUNUWU

3

, SESILIA A. WANGET

3 1

Mahasiswa Program Studi Agronomi Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, Manado

2

Balai Penelitian Tanaman Palma. Jl. Raya Mapanget PO BOX 1004 Manado 95001

3

Dosen Program Studi Agronomi Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, Manado

Email : alfredpahala@gmail.com

Diterima 05 Maret 2021 / Direvisi 18 Mei 2021 / Disetujui 28 Juni 2021

ABSTRAK

Kelapa merupakan tanaman serba guna, kelapa genjah sesuai dijadikan sebagai kelapa muda segar dan lebih potensial disadap niranya. Indonesia memiliki kondisi iklim yang unik, menyebabkan kekeringan. Kelapa genjah rentan terhadap kekurangan air, sehingga perlu dilakukan upaya mengatispiasi kekeringan. Salah satu upaya dalam menghadapi kekeringan dengan pemberian unsur kalium. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh dosis pemberian pupuk kalium terhadap respon pertumbuhan beberapa varietas kelapa genjah di pembibitan dalam menghadapi kekeringan. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit Palma) di Mapanget, Sulawesi Utara. Penelitian dilaksanakan bulan Mei sampai November 2020. Menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah 4 varietas kelapa genjah. Faktor kedua adalah 5 perlakuan dosis pupuk KCl. Hasil penelitian diperoleh pemberian dosis pupuk kalium 110 g KCl menunjukan kecenderungan lebih baik pada parameter pertambahan tinggi tanaman pada 1 dan 2 bulan kekeringan. Dosis pupuk kalium 165 g KCl (P3) menunjukan kecenderungan lebih baik pada parameter pertambahan diameter batang pada 2 bulan kekeringan dan volume akar. Perlakuan kalium tidak berpengaruh nyata pada pertambahan diameter batang pada 1 bulan kekeringan, penambahan jumlah daun pada 1 dan 2 bulan kekeringan, kandungan klorofil, berat kering tajuk, dan berat kering akar. Pada perlakuan Varietas kelapa genjah tidak terdapat perbedaan yang nyata antara varietas pada semua parameter pengamatan dan hanya berbeda nyata pada kandungan klorofil.

Kata kunci : Dosis KCl, pembibitan, kelapa genjah

ABSTRACT

Coconut is a multipurpose plant. Coconut dwarf can used as a fresh tender and is more potensial for tapping.Indonesia has unique climatic conditions, causing drought. Coconuts dwarf are prone to water shortages, so it is necessary to make efforts of drought. One of the efforts to deal with drought is by giving potassium elements. The aim of the research was to determine the effect of the dose of potassium fertilizer on the growth response of several coconut dwarf varieties in nurseries in the face of drought. The research was conducted at the Greenhouse of Indonesian Palm Crops Research Institute (Balit Palma) in Mapanget, North Sulawesi. Research was held in May to November 2020. Using a Factorial Completely Randomized Design (RAL) consisting of two factors. The first factor is 4 varieties. The second factor was 5 doses of KCl fertilizer.. The dose of potassium fertilizer 110 g KCl show better trends on the parameters of plant highs at 1 and 2 months of drought. The dose of potassium fertilizer 165 g KCl (P3) show better trends on the parameters of increase in stem diameter at 2 months of drought and root volume. Potassium treatment does not significantly on the stem diameter at 1 dry month, the addition of leaves at 1 and 2 months of drough, chlorophyll content, dry weight of the steam, and dry weight of yhe roots. In coconut dwarf varieties there are no significant differences between varieties in observation parameters and only significant differences on chlorophyll content.

Keyword : The dosage of KCl, nursery, coconut dwarf

PENDAHULUAN

Kelapa merupakan tanaman serba guna, memiliki nilai ekonomis tinggi, dan sangat berperan terhadap kebutuhan manusia pada saat

ini. Seluruh bagian pohon kelapa dapat memberikan manfaat, mulai dari akar, batang, daun dan buah. Sehingga kelapa disebut pohon kehidupan (tree of life.). Berdasarkan morfologinya tanaman kelapa dibedakan menjadi dua tipe yaitu

(2)

12

kelapa dalam (tall) dan kelapa genjah (dwarf). Kelapa genjah memiliki ukuran buah kecil dan sedang, sehingga sesuai untuk dikonsumsi langsung airnya dan cocok bagi konsumen turis maupun pengunjung lokal di daerah wisata ataupun pinggirian jalan raya. Kelapa genjah merupakan jenis kelapa yang sangat potensial untuk di sadap niranya untuk dijadikan bahan baku pengolahan gula karena batangnya pendek dan lambat bertambah tinggi dan cepat mengeluarkan seludang/tandan buah (2 – 4 tahun). Sehingga dapat dikembangkan pada sentra pengolahan gula kelapa (Santosa, 2018 ; Tulalo dan Mawardi, 2018).

Ketersedian air merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pembibitan kelapa genjah karena tanaman kelapa genjah memerlukan air untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangnya. Air sangat berperan dalam proses fisiologis tanaman, sangat berperan pada awal pertumbuhan tanaman. Apabila ketersediaan air tanah kurang bagi tanaman untuk tumbuh maka dapat menyebabkan transportasi unsur hara ke daun akan terhambat, sehingga akan berdampak pada pertumbuhan bibit dan pertumbuhannya akan terhenti jika mengalami kekeringan yang terlalu lama (Dwiyana et al., 2015).

Indonesia memiliki kondisi iklim yang sangat unik dengan variasi iklim yang tinggi karena terletak diantara dua benua hal ini dapat menyebabkan terjadinya beberapa kondisi iklim seperti kekeringan (Adam dan Rudiarto, 2017). Kekeringan terjadi akibat kemarau yang panjang yang menyebabkan ketersediann air tanah dan sumber air mengering (Darojati et al., 2015).

Pertumbuhan bibit kelapa genjah akan terganggu jika mengalami kekeringan yang lama dan mempengaruhi produksi tanaman ketika kelak bibit tersebut di tanaman di lapangan. Sukses tidaknya tanaman kelapa genjah dalam beproduksi ditentukan dengan pertumbuhan bahan tanaman atau bibit yang baik di pembibitan. Pembibitan merupakan faktor utama yang mempengaruhi produktivitas tanaman (Nasution et al., 2014) Sehingga diharapkan dari bibit tanaman yang pertumbuhannya baik akan dihasilkan tanaman yang seragam, berbuah lebih cepat dan berproduksi tinggi.

Tanaman kelapa genjah rentan terhadap kekurangan air, sehingga perlu dilakukan upaya mengatispiasi dan mengurangi akibat dari kekeringan pada bibit kelapa genjah agar tidak terganggu proses pertumbuhannya, ketika memasuki musim kemarau yang panjang. Menurut (Fauzi dan Putra, 2019) peningkatan

ketahantanaman pada cekaman kekeringan dapat dilakukan dengan pemberian kalium. Kalium dapat mengatur pembukaan dan penutupan stomata, ketika ketersediaan air pada tanaman rendah kalium dipompa keluar dari selpenjaga menyebabkan pori-pori menutup rapat yang dapat mencegah kehilangan air sehingga stress kekeringan pada tanaman menjadi rendah. Jika ketersediaan kalium pada tanaman kurang, respon stomata menjadi lambat, penutupan akan lebih lama yang dapat menyebabkan air yang ada di tanaman banyak menguap yang menyebabkan kekeringan pada tanaman (Prajapati dan Modi, 2012). Kalium juga merupakan salah satu unsur makro yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kalium berperan sebagai activator beberapa enzim, sebagai katalisator dalam pembentukan protein dan karbohidrat (Wibowo et al., 2020), serta meningkatkan translokasi fotosintat pada tanaman (Uliyah et al., 2017). Berdasarkan hal tersebut sehingga dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pemberian pupuk kalium terhadap respon pertumbuhan beberapa varietas kelapa genjah di pembibitan dalam menghadapi kekeringan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi petani dan pelaku usaha untuk mengatasi masalah kekeringan pada pembibitan kelapa genjah dengan penggunaan pupuk kalium.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit Palma), di Mapanget, Sulawesi Utara. Penelitian dilaksanakan 7 bulan, mulai bulan Mei – November 2020. Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman kelapa genjah umur 3 bulan. Pupuk yang digunakan adalah SP-36 (36% P2O5) sebagai sumber P, KCl

(60% K2O) sebagai sumber K, dan Urea (46% N)

sebagai sumber N.

Bahan yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit menggunakan insektisida matador (lamda sihalotrin 25 g/l), dan fungisida amistar top (azoksitrobin 200g/l, difenokonazol 125g/l). Media tanaman yang digunakan yaitu tanah top soil. Ukuran polybag yang digunakan berukuran 40 cm x 50 cm. alat-alat yang digunakan antara lain meteran, jangka sorong, timbangan analitik, hand sprayer, label dan alat tulis.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan faktorial dalam bentuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial

(3)

13

yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah perlakuan varietas kelapa genjah terdiri dari 4 Varietas (V) yaitu: Genjah Kuning Nias (V1), Genjah Kuning Bali (V2), Genjah Tebing Tinggi (V3), Genjah Orange Sagrat (V4). Faktor kedua adalah perlakuan dosis pemberian pupuk Kalium (KCl) (P) yang terdiri dari 5 taraf yaitu : 0 g/bibit, 55 g/bibit, 110 g/bibit, 165 g/bibit, 220 g/bibit. Total kombinasi perlakuan adalah 4 x 5 = 20 kombinasi perlakuan, tiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 60 satuan percobaan. Tiap satuan percobaan terdiri dari 4 tanaman.Dengan demikian, total tanaman sebanyak 240 tanaman.

Pemupukan awal dilakukan pada saat bibit di pindahkan ke dalam polybag. Selanjutnya diberikan pada bulan berikutnya. Pemupukan dilakukan sebanyak 4 kali. Dosis pemupukan ini didasarkan pada dosis standart yang dipublikasikan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, (2014) yaitu : Urea 65 g/bibit, TSP 30 g/bibit dan KCl 115 g/ bibit. Untuk Pupuk Kalium (KCl) diberikan berdasarkan perlakuan, sedangkan pupuk Urea diberikan sebanyak 65 g/tanaman, Pupuk TSP 30 g/tanaman, pemberian pupuk di lakukan dengan rentang waktu satu minggu untuk masing-masing jenis pupuk (Tabel 1).

Pengamatan terdiri atas : Pengamatan tiap bulan dimulai saat tanaman dilakukan perlakuan pengeringan berupa pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun, pertambahan lingkar batang. Pengamatan pada akhir penelitian berupa kandungan klorofil, berat kering tajuk, berat

kering akar,volume akar dan gejala kekurangan kalium.

Variabel/peubah yang dimati adalah : 1. Tinggi bibit (cm)

Tinggi bibit diamati dengan menghitung pertambahan tinggi bibit. Pengukuran tinggi bibit diukur mulai dari pangkal bibit diatas permukaan tanah sampai dengan bagian tertinggi dari tanaman dimulai sebelum tanaman dilakukan pengeringan dengan interval 1 bulan sekali sampai dengan akhir penelitian tanaman mengalami kekeringan 2 bulan. Dilakukan dengan menggunakan meteran.

2. Diameter batang (mm)

Diameter batang diamati dengan menghitung pertambahan diameter batang Pengukuran dilakukan sebelum tanaman dilakukan pengeringan dengan interval 1 bulan sekali sampai dengan akhir penelitian tanaman mengalami kekeringan 2 bulan. Diameter batang diukur dari atas bonggol batang. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.

3. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun diamati dengan menghitung pertambahan jumlah daun Penghitungan dilakukan sampai akhir penelitian pada setiap bulan. Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna pada semua tanaman, dimulai sebelum tanaman dilakukan pengeringan dengan interval 1 bulan sekali sampai dengan akhir penelitian tanaman mengalami kekeringan 2 bulan.

Tabel.1. Dosis dan Waktu Pemberian Pupuk Setelah Bibit Dipindahkan ke Polybag

Table 1. Dosage and Tiome of Fertilizer after the seeds are transferred to the polybag Jenis Pupuk Type of Fertilizer 4 5 6 7 Mei May Juni June Juli July Agustus August TSP (g) 30 - - - Urea (g) 10 15 20 20

Perlakuan Pemberian Pupuk KCl

Treatment of KCl fertilizer KCl (0 g) - - - - KCl (55 g) 10 10 15 20 KCl (110 g) 20 20 35 35 KCl (165 g) 20 20 35 90 KCl (220 g) 20 20 35 145

(4)

14

4. Kandungan Klorofil

Dilakukan di Lab Ekofisiologi Balai Penelitian Tanaman Palma, Mapanget dan dilaksanakan pada akhir penelitian.

5. Berat kering tajuk (g)

Ditimbang pada saat akhir penelitian, dilakukan dengan menimbang batang dan daun tanaman setelah dikeringkan dalam oven dengan suhu 700C selama 48 jam

hingga bobotnya konstan. 6. Volume akar (ml)

Ditimbang pada saat akhir penelitian, dilakukan dengan cara memasukan akar kedalam gelas ukur yang terisi air. Selisish volume air setelah akar dimasukan merupakan volume akar dengan satuan ml. 7. Berat kering akar (g)

Ditimbang pada saat akhir penelitian, dilakukan setelah akar tanaman dioven dengan suhu 700 C selama 48 jam hingga

bobotnya konstan.

8. Perubahan warna daun

Diamati pada saat akhir penelitian dengan melihat warna daun

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Bibit

Hasil analisis ragam penambahan tinggi tanaman menunjukan pemberian dosis pupuk kalium pada bibit kelapa genjah dalam menghadapi kekeringan selama 1 bulan dan 2 bulan memberikan pengaruh yang nyata, namun tidak menunjukan perbedaan nyata antar perlakuan varietas dan tidak terdapat interaksi antara dosis pemupukan kalium dengan varietas yang digunakan.

Tabel 2. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman, pertambahan diameter batang dan pertambahan jumlah daun pada 1 dan 2 bulan kekeringan dengan pemberian dosis pupuk kalium berbeda pada beberapa varietas kelapa genjah.

Table 2. The average increase in plant height, increase in stem diameter, and increase in the number of plant leaves at

1 and 2 months of drought with different doses of potassium fertilizers on several coconut dwarf varieties.

Perlakuan

Treatment

Pertambahan tinggi tanaman (cm)

Plant Height Increase (cm)

Pertambahan diameter batang (mm)

Increase in The Diameter of The Stem (mm)

Pertambahan jumlah daun (helai)

Increase in Number of Leaves (sheet) 1 bulan kering 1 month drought 2 bulan kering 2 month drought 1 bulan kering 1 month drought 2 bulan kering 2 month drought 1 bulan kering 1 month drought 2 bulan kering 2 month drought Dosis Pemupukan Fertilization Dosage P0 5,22 ab 0,20 ab 0,81 -1,16 b 0,26 0,00 P1 5,20 ab 0,57 a 1,40 -0,10 a 0,23 0,10 P2 6,04 a 0,61 a 1,70 0,42 a 0,19 0,11 P3 4,57 b 0,22 ab 1,33 0,63 a 0,17 0,02 P4 2,52 c 0,07 b 1,37 0,37 a 0,12 0,05 Varietas Varieties V1 4,50 0,24 1,15 -0,26 0,19 0,02 V2 5,01 0,62 1,49 0,54 0,15 0,10 V3 4,72 0,32 1,03 -0,07 0,12 0,05 V4 4,62 0,15 1,62 -0,08 0,31 0,06 Keterangan/Note V1 = GKN, V2 = GKB, V3 = GTT, V4 = GOS, P0 = 0 g, P1 = 55 g, P2 = 110 g, P3 = 165 g, P4 = 220 g Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

(5)

15

Berdasarkan rata–rata pertambahan tinggi bibit kelapa pada saat mengalami kekeringan selama 1 bulan diperoleh bahwa pemberian dosis pupuk kalium menunjukan pengaruh yang nyata. Pertambahan tinggi bibit kelapa genjah yang diberi pupuk kalium 110 g KCl (P2) menunjukan kecenderungan lebih baik, berbeda nyata pada perlakuan penambahan dosis pupuk kalium dari rekomendasi 165 g (P3) dan 220 g KCl (P4), namun tidak berbeda nyata pada perlakuan pemberian pupuk kalium kurang dari dosis rekomenadsi 55 g KCl (P1) dan tanpa pemberian pupuk kalium (P0). Pada perlakuan varietas tidak terdapat respon pertambahan tinggi tanaman yang berbeda nyata antar varietas. (Tabel 2).

Rata-rata pertambahan tinggi bibit kelapa genjah pada kekeringan selama 2 bulan (Tabel 2) diperoleh pemberian dosis pupuk kalium pada tanaman memberikan pengaruh yang nyata, bibit kelapa genjah yang diberikan pupuk kalium 110 g KCl (P2) menunjukan kecenderungan yang lebih baik yaitu 0,61 cm berbeda nyata terhadap perlakuan pemberian pupuk kalium 220 g KCl (P4) namun tidak berbeda nyata pada perlakuan pemberian pupuk kalium 165 g KCl (P3), 55 g KCl (P1) dan tanpa pemberian pupuk kalium (P0). Pada perlakuan varietas, di peroleh hasil penambahan tinggi tidak berbeda nyata antara keempat varietas saat mengalami kekeringan selama 1 bulan dan 2 bulan.

Rata-rata nilai penambahan tinggi tanaman bibit kelapa baik pada kondisi kekeringan 1 bulan dan 2 bulan pada perlakuan pemberian pupuk kalium tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk kalium (P0) namun dosis 110 g KCl (P2) menunjukan kecenderungan yang lebih baik. Hal ini menunjukan bahwa pada dosis tersebut peran kalium mampu membantu tanaman untuk pertumbuhannya pada penambahan tinggi dalam menghadapi kekeringan. Kemampuan tanaman dalam mempertahankan pertumbuhan dalam menghadapi kekeringan dapat dicapai karena ketersedian kalium pada tanaman akan meningkatkan potensial osmotik dan mempunyai pengaruh positif terhadap penutupan stomata. Sehingga tanaman yang memiliki kalium dalam jumlah yang tepat ketahanan terhadap cekaman kekeringan akan meningkat (Wang et al., 2013).

Unsur kalium mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan sel akibat peran kalium dalam mengatur tekanan tekanan osmosis dan tugor, serta tanaman yang cukup kalium tahan terhadap cekaman kekeringan sebab mampu mempertahankan kandungan air dalam

jaringannya. Kalium pada tanaman berkaitan erat dengan reaksi enzimatis, diantaranya enzim untuk metabolisme karbohidrat dan protein (Subandi, 2013), berfungsi untuk memacu translokasi asimilat dari source ke sink, dan berperan meningkatkan aktivitas turgor sel untuk memacu proses membuka dan menutupnya stomata, serta dapat menjaga tetap tegaknya batang yang mempermudah aliran unsur hara dan air dari dalam tanah ke dalam tumbuh tanaman (Pradana et al., 2015)

Pada perlakuan pemberian dosis pupuk kalium dapat dilihat terjadi peningkatan pertambahan tinggi tanaman sampai pada takaran 110 g KCl kemudian menurun pada peningkatan dosis pada 165 g (P3) dan 220 g (P4) KCl. Peningkatan pertumbuhan tanaman dalam pertambahan tinggi tanaman tidak selalu disebabkan dengan peningkatan dosis pupuk, hal ini disebabkan karena kelebihan pupuk malah akan menghambat pertumbuhan tanaman. Kelebihan kalium dapat menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terggangu sehingga tanaman mengalami defisiensi unsur tesebut (Fauzi dan Putra, 2019). Ca ikut berperan penting dalam mengendalikan pertumbuhan tanaman, karena Ca mendukung kerja membran sel dan berperan dalam proses pembelahan sel. Tanaman dengan defisiensi Ca dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat karena terhambatnya pembelahan dan pemanjangan sel (Wijaya, 2008). Mg berfungsi sebagai konstituen mineral utama pada molekul klorofil, berperan membantu tanaman untuk membentuk gula dan pati, membantu fungsi enzim tanaman dan berperan dalam translokasi fosfor (Wirawan et al., 2016).

Diameter Batang

Hasil analisis ragam terhadap parameter penambahan diameter batang bibit kelapa genjah pada 1 bulan kekeringan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada perlakuan dosis pupuk kalium, dan tidak berbeda nyata pada perlakuan varietas yang digunakan dan juga tidak terjadi interaksi antara perlakuan dosis pemupukan kalium dan varietas yang diamati. Pada 2 bulan kekeringan menunjukkan pengaruh yang nyata pada perlakuan dosis pupuk kalium, namun tidak berbeda nyata pada faktor varietas yang digunakan dan juga tidak terjadi interaksi antara perlakuan dosis pemupukan kalium dan varietas yang diamati.

Rata-rata pertambahan diameter batang bibit kelapa genjah pada kekeringan selama 1

(6)

16

bulan (Tabel 2) diperoleh pemberian pupuk kalium pada tanaman tidak memberikan pengaruh yang nyata. Pada perlakuan varietas tidak menunjukan perbedaan nyata antar perlakuan.

Berbeda dengan penambahan diameter batang bibit kelapa yang mengalami kekeringan 1 bulan menunjukan pemberian dosis pupuk kalium tidak memberi pengaruh yang nyata, pada penambahan diameter batang tanaman pada kekeringan 2 bulan pemberian kalium memberikan pengaruh yang nyata, pada rata-rata penambahan diameter tanaman pada perlakuan pupuk kalium dosis 165 g KCl (P3) yaitu 0,63 mm (Tabel 2) menunjukan kecenderungan lebih baik. Hal ini terjadi karena hara kalium sangat berperan dalam memperkuat batang dan proses pembesaran batang. Berperannya unsur kalium dalam penambahan diameter batang berhubungan dengan fungsinya untuk meningkatkan kadar lignin pada sklerenkim di batang. Penebalan dan kekuatan pada jaringan batang membuat tanaman lebih kuat merupakan fungsi dari sklerikin (Riyani dan Purnamawati, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian pada rata-rata pertambahan diameter batang (Tabel 2) pada kekeringan 2 bulan, terdapat hasil bernilai negatif (minus), hal ini menunjukan bahwa terjadi penurunan terhadap pertambahan diameter batang. Pertambahan diameter batang tanaman mengalami pengurangan disebabkan peranan kalium pada dosis perlakuan tersebut belum mampu membantu tanaman dalam mengadapi kekeringan selama 2 bulan, sehingga tanaman tidak dapat mempertahankan tekanan turgor sel akibatnya terjadi pengkerutan sel dan pada daun terjadi pengulungan sebagai upaya tanaman untuk mengurangi transpirasi (Hidayati et al., 2017).

Jumlah Daun

Hasil analisis ragam terhadap parameter penambahan jumlah daun pada 1 bulan dan 2 bulan kekeringan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada perlakuan dosis pupuk kalium, dan tidak berbeda nyata pada perlakuan varietas yang digunakan dan juga tidak terjadi interaksi antara perlakuan dosis pemupukan kalium dan varietas yang diamati.

Pada perlakuan pemberian dosis pupuk kalium pada tanaman yang mengalami 1 bulan kekeringan (Tabel 2), diperoleh rata-rata penambahan jumlah daun tidak berbeda nyata. Sama halnya dengan penambahan jumlah daun pada bibit kelapa genjah pada kekeringan 1 bulan, pada kekeringan 2 bulan juga tidak menunjukan

perbedaan yang nyata pada perlakuan dosis pemupukan kalium dan pada perlakuan varietas, hal ini dapat diduga bahwa penambahan daun bibit kelapa genjah lebih dipengaruhi sifat genetik dari tanaman tersebut. Hal ini diduga pemberian kalium pada bibit kelapa genjah pada kekeringan 1 bulan dan 2 bulan tidak berperan besar dalam proses penambahan jumlah daun. Menurut Nyakpa et al (1988) dan khusus untuk peningkatan jumlah daun tidak terlepas dari peranan unsur hara nitrogen dan fosfor yang tersedia di tanaman. Kedua unsur hara tersebut dalam mempengaruhi pertumbuhan vegetatif, berperan dalam pembentukan sel-sel baru dan komponen utama penyusun senyawa organik dalam tanaman.

Kandungan Klorofil

Hasil analisis ragam terhadap parameter kandungan klorofil tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada perlakuan dosis pupuk kalium dan tidak terdapat interaksi antara perlakuan dosis pemupukan kalium dan varietas yang diamati, namun memberikan respon yang berbeda nyata pada perlakuan varietas yang digunakan.

Dari hasil penelitian (Tabel 3) didapat rata-rata kandungan klorofil pada perlakuan pemberian dosis kalium pada bibit kelapa genjah yang mengalami kekeringan tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini diduga bahwa kandungan klorofil pada bibit kelapa genjah tidak dipengaruhi oleh pemberian pupuk kalium dan lebih dipengaruhi oleh varietas yang dicirikan pada warna daun yang berbeda. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Astutik et al (2019) pengaruh perlakuan dosis pupuk KCl dan periode pemberian air pada tanaman jagung pada umur 8 MST (minggu setelah tanam) tidak menunjukan berbeda nyata pada kandungan klorofilnya.

Pada perlakuan varietas menunjukan respon yang berbeda nyata pada kandungan klorofil, diketahui bahwa varietas yang memiliki kandungan klorofil yang terbesar pada varietas GTT (V3) dengan 35,40, dan berbeda nyata dengan semua perlakuan varietas (Tabel. 3). Menurut Indrasti et al (2019) penampakan warna hijau pada tanaman merupakan implikasi dari jumlah atau kadar klorofil, sehingga perbedaan kadar klorofil terlihat secara visual dari warna daun. Pada perlakuan varietas GTT (V3) memiliki warna daun hijau dibanding dengan perlakuan varietas lain yang daunnya berwarna kuning pada varietas GKN (V1) dan GKB (V2), dan berwarna Orange pada GOS (V4).

(7)

17

Berat Kering Tajuk

Rata-rata berat kering tajuk benih kelapa genjah pada beberapa varietas genjah yang mengalami kekeringan dengan pemberian dosis pupuk kalium disajikan pada Tabel 4. Dari hasil

analisis ragam didapat bahwa pada perlakuan dosis kalium tidak menunjukan berpengaruh yang nyata dan pada perlakuan varietas tidak terdapat respon yang berbeda nyata dan juga tidak terdapat interaksi antara perlakuan dosis pupuk kalium dengan varietas.

Tabel 3. Rata-rata kandungan klorofil dengan pemberian dosis pupuk kalium yang berbeda pada beberapa varietas kelapa genjah yang mengalami kekeringan.

Table 3. The average chlorophyll content with different doses of potassium fertilizers in several coconut dwarf

varieties experienced dryness. Perlakuan Treatment Kandungan Klorofil Chlorophyll Content Dosis Pemupukan Fertilization Dosage P0 23,81 P1 23,90 P2 20,37 P3 23,04 P4 20,15 Varietas Varieties V1 21,68 b V2 14,17 c V3 35,31 a V4 17,86 bc Keterangan / Note. V1 = GKN, V2 = GKB, V3 = GTT, V4 = GOS, P0 = 0 g, P1 = 55 g, P2 = 110 g, P3 = 165 g, P4 = 220 g

Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom dan lajur yang sama menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Numbers followed by different letters in the same column show significantly different based on the 5% DMRT test

Tabel 4. Rata-rata berat kering tajuk, volume akar dan berat kering akar dengan pemberian dosis pupuk kalium berbeda pada beberapa varietas kelapa genjah.

Table 4. The average crown dry weight, root volume, and dry weight of the roots with different doses of potassium fertilizers was found in several coconut dwarf varieties

Perlakuan

Treatment

Berat Kering Tajuk (g)

Crown Dry Weight (g)

Volume Akar (g)

Root Volume (g)

Berat Kering Akar (g)

Dry Weight of The Roots (g)

Dosis Pemupukan Fertilization Dosage P0 72,43 41,54 b 9,41 P1 73,16 44,14 ab 9,18 P2 65,81 46,63 ab 9,53 P3 65,60 49,04 a 9,91 P4 60,96 39,81 b 8,33 Varietas Varieties V1 70,43 46,13 9,56 V2 62,24 46,11 9,63 V3 73,43 43,11 8,75 V4 64,27 41,57 9,16 Keterangan / Note. V1 = GKN, V2 = GKB, V3 = GTT, V4 = GOS, P0 = 0 g, P1 = 55 g, P2 = 110 g, P3 = 165 g, P4 = 220 g

Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

(8)

18

Penimbunan hasil fotosintesis berupa kabohidrat dapat mempengaruhi berat kering tajuk. Pada Tabel 4 berdasarkan hasil penelitian, perlakuan pemberian pupuk kalium tidak memberikan pengaruh yang nyata pada berat kering tajuk. Hal ini diduga karbohidrat yang dihasilkan pada tanaman yang diberi perlakuan dosis pupuk kalium (P2 dan P3) lebih banyak dipergunakan untuk pertumbuhan akar.

Menurut Taiz dan Ziger (2002) dibutuhkan karbohidrat dalam jumlah yang besar sebagai sumber energi untuk perkembangan zona apical akar yang membantu proses pertumbuhan akar dalam pembentukan jaringan perakaran. Untuk rata-rata berat kering tajuk pada perlakuan varietas tidak terdapat hasil yang berbeda nyata, hal ini diduga karena dari ke empat varietas kelapa genjah tersebut tidak terdapat varietas yang tahan terhadap kekeringan.

Gambar 1. A) Kondisi daun pada perlakuan tanpa pemupukan kalium (P0), B) Kondisi daun pada perlakuan pupuk kalium dosis 55 g KCl (P1), C) Kondisi daun pada perlakuan pupuk kalium dosis 110 g KCl (P2), D) Kondisi daun pada perlakuan pupuk kalium dosis 165 g KCl (P3), dan E). Kondisi daun pada perlakuan pupuk kalium dosis 220 g KCl (P4)

Figure 1. A) Leaf conditions in the treatment without potassium fertilization (P0), B) Leaf condition in potassium fertilizer treatment at a dose of 55 g KCl (P1), C) Leaf conditions in the potassium fertilizer treatment at a dose of 110 g KCl (P2), D) Leaf conditions in the treatment of potassium fertilizer at a dose of 165 g KCl (P3), and E) Leaf conditions in the treatment of potassium fertilizer at a dose of 220 g KCl (P4)

A B C

(9)

19

Volume Akar

Pengaruh pemberian dosis kalium dan jenis varietas terhadap volume akar pada bibit kelapa genjah yang mengalami kekeringan dapat dilihat pada Tabel. 4. Rata-rata volume akar pada dosis pemupukan kalium menunjukan pengaruh yang nyata namun pada beberapa varietas kelapa genjah tidak menunjukan perbedaan yang nyata dan tidak terjadi interaksi antara dosis pemupukan KCl dan varietas kelapa genjah.

Perlakuan pemberian pupuk kalium dosis 165 g KCl (P3) menunjukan kecenderungan lebih baik pada volume akar, berbeda nyata pada perlakuan pupuk kalium dosis 220 g KCl (P4) dan perlakuan tanpa pemberian pupuk kalium (P0), namun tidak berbeda nyata terhadap perlakuan pupuk kalium dosis 110 g KCl (P2) dan 55 g KCl (P1). Menurut Zhang et al (2009) tanaman yang kekurangan kalium dapat menghambat perpanjangan akar dan pembentukan akar lateral dan juga mempengaruhi akar dalam penyerapan unsur hara di tanah yang berimbas terhadap kerapatan akar. Pertumbuhan akar berupa panjang dan bobot akar yang tinggi adalah respon tanaman terhadap kekeringan, merupakan suatu indikasi tanaman menghidari dari cekaman kekeringan, hal tersebut yang menyebabkan bobot kering akar meningkat (Efendi, 2009 ; Nio dan Torey, 2013). Untuk memperpanjang dan memperbanyak akarnya tanaman memerlukan unsur kalium, kalium diperlukan tanaman dalam membelah sel pada jaringan meristematik dan merangsang pertumbuhan akar (Ahmad et al., 2016).

Berat Kering Akar

Pengaruh pemberian dosis kalium dan jenis varietas terhadap berat kering akar pada bibit kelapa genjah yang mengalami kekeringan dapat dilihat pada Tabel. 4. Rata-rata berat kering akar pada dosis pemupukan kalium tidak menunjukan pengaruh yang nyata dan pada perlakuan beberapa varietas kelapa genjah tidak menunjukan perbedaan yang nyata dan tidak terjadi interaksi antara dosis pemupukan KCl dan varietas kelapa genjah.

Hasil penelitian meperlihatkan rata-rata berat kering akar (Tabel 4) tidak menunjukan pengaruh yang nyata pada perlakuan dosis pemupukan kalium. Pada perlakuan varietas diketahui bahwa tidak terdapat hasil yang berbeda nyata antar varietas.

Perubahan Warna Daun

Gejala kekurangan kalium akan terlihat terutama pada perubahan warna daun. Gejala yang terlihat adalah ujung daun dan pinggiran daun menguning, pada beberapa tanaman memperlihatkan noda-noda berwarna kuning dan jika berlangsung lama akan menjadi kering dan mati sehingga daun akan berlubang (Nugroho, 2015).

Pada perlakuan tanpa pemberian dosis kalium (P0) terdapat beberapa tanaman yang memperlihatkan tanda-tanda kekurangan kalium dengan memperlihatkan ujung dan pingiran daun mulai menguning terlebih pada daun yang tua (gambar 1A). Pada perlakuan pemberian pupuk kalium dosis 55 g KCl (P1) ada beberapa tanaman yang menunjukan pingiran daun berwarna kuning, terlebih pada daun yang sudah tua (Gambar 1B).

Untuk perlakuan pemberian pupuk kalium dosis 110 g KCl (P2) tidak terlihat jelas perubahan warna (Gambar 1C). Untuk perlakuan pemberian pupuk kalium dosis 165 g KCl (P3) dan perlakuan pemberian pupuk kalium dosis 220 g KCl (P4) terlihat perbahan warna menyerupai tanaman yang kekurangan Ca dan Mg, hal ini dapat dilihat warna daun bibit kelapa berwarna kuning dan terdapat klorosis pada beberapa daun (Gambar 1D dan 1E). Hal ini diduga pada perlakuan pemberian pupuk kalium dosis 165 g (P3) dan 220 g KCl (P4) kandungan kalium sudah melebihi batas optimum yang dibutuhkan tanaman, hal ini menyebabkan penyerapan Ca dan Mg oleh tanaman menjadi terganggu (Safuan et al., 2011 ; Senbayram et al., 2015; Guo et al., 2016), sehingga tanaman menunjukan gejala kekurangan Ca dan Mg pada daun. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) gejala kekurangan Mg pada tanaman memperlihatkan warna daun menguning, terdapat garis kuning pada daun dan terjadi klorosis pada daun yang tua (Chaudhry et al., 2021 ; Tehubijuluw et al., 2014) Dan menurut Wijaya (2008) dan tanaman yang memiliki gejala kekurangan Ca warna daun menjadi pucat, daun menjadi mengering dan terdapat klorosis pada daun yang masih muda.

KESIMPULAN

Pemberian dosis pupuk kalium yang dianjurkan pada tanaman kelapa genjah di pembibitan yaitu 110 g KCl menunjukan kecenderungan lebih baik pada parameter pertambahan tinggi tanaman pada 1 bulan dan 2 bulan kekeringan. Untuk penambahan dosis

(10)

20

pupuk kalium yaitu 165 g KCl (P3) menunjukan kecenderungan lebih baik pada parameter pertambahan diameter batang pada 2 bulan kekeringan dan volume akar. Pada Varietas kelapa genjah tidak terdapat perbedaan yang nyata antara varietas pada semua parameter pengamatan kecuali kandungan klorofil.. Tidak terdapat interaksi antara dosis pemupukan KCl dan jenis varietas terhadap pertumbuhan bibit kelapa genjah yang mengalami kekeringan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Balai Penelitian Tanaman Palma yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di Rumah Kaca Balit Palma dan kepada Tony Surya Hidayat, Nugroho Utomo, yang sudah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini..

DAFTAR PUSTAKA

Adam, K., dan Rudiarto, I. 2017. Kajian Tingkat Kerentanan Bencana Kekeringan Pertanian Di Kabupaten Demak. Jurnal

Teknik Sipil dan Perencanaan, 19(2), 128–

135.

Ahmad, F., Fathurahman, dan Bahrudin. 2016. Pengaruh Media dan Interval Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Vigor Cengke ( Syzygum aromaticum L .). E-Jurnal Mitra

Sains, 4(4), 36–47.

Astutik, D., Suryaningndari, dan Raranda, U. (2019). Hubungan pupuk kalium dan kebutuhan air terhadap sifat fisiologis, sistem perakaran dan biomassa tanaman jagung (Zea mays). Jurnal Citra Widya

Edukasi, XI(1), 67–76.

Chaudhry, A. H., Nayab, S., Hussain, S. B., Ali, M., dan Pan, Z. 2021. Current understandings on magnesium deficiency and future outlooks for sustainable agriculture. International Journal of Molecular Sciences, 22(4), 1–18.

Darojati, N. W., Barus, B., dan Sunarti, E. 2015. Pemantauan Bahaya Kekeringan Di Kabupaten Indramayu. Jurnal Ilmu Tanah

Dan Lingkungan, 17(2), 60.

Dwiyana, S. R., Sampoerno, dan Ardian. 2015. Waktu Dan Volume Pemberian Air Pada Bibit Kelapa Sawit(Elaeis Gueneensis Jacq) di Main Nursery. Jom Faperta, 2(1), 3652.

Efendi, R. 2009. Metode dan Karakter Seleksi Toleransi Genotipe Jagung Terhadap Cekaman Kekeringan. Tesis Sekolah

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Fauzi, W. R., dan Putra, E. T. S. 2019. Dampak Pemberian Kalium Dan Cekaman Kekeringan Terhadap Serapan Hara dan Produksi Biomassa Bibit Kelapa Sawit (Elaeis gueenensis Jacq.). Jurnal Penelitian

Kelapa Sawit, 27(1), 41–56.

Guo, W., Nazim, H., Liang, Z., dan Yang, D. 2016. Magnesium deficiency in plants: An urgent problem. Crop Journal, 4(2), 83–91. Hidayati, N., Hendrati, R. L., dan Triani, A.

2017. Pengaruh Kekeringan Terhadap Pertumbhan dan Perkembangan Tanaman Nyamplung ( Callophylum inophyllum L .) dan Johar ( Cassia florida Vahl .) Dari Provenan Yang Berbeda.

Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 11(2),

99–111.

Nasution, H. H., Hanum, C., dan Lahay, R. R. 2014. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge Dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (Tkks) Di Preenursery Pree Nur Sersey. Jurnal

Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 2(4), 101520.

Nio, S. A., dan Torey, P. (2013). Karakter morfologi akar sebagai indikator kekurangan air pada tanaman (Root morphological characters as water-deficit indicators in plants). Jurnal Bios Logos,

3(1).

Nugroho, P. A. 2015. Dinamika Hara Kalium Dan Pengelolaannya Di Perkebunan Karet. Warta Perkaretan, 34(2), 89.

Nyakpa, M. Y., Lubis, A. M., Pulung, M. A., Amrah, G., Munawar, A., Hong, G. B., dan Hakim, N. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung.

Pradana, G. B. S., Islami, T., dan Suminarti, N. E. 2015. Kajian Kombinasi Pupuk Fosfor Dan Kalium Pada Pertumbuhan Dan Hasil Dua Varietas Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench). Jurnal

Produksi Tanaman, 3(6), 464–471.

Prajapati, K., dan Modi, H. A. 2012. The

Importance of Potassium in Plant Growth – a Review. 1, 177–186.

Riyani, R., dan Purnamawati, H. 2019. Pengaruh Metode Pemupukan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas

(11)

21

Padi Gogo (Oryza sativa L.) Varietas IPB 9G. Buletin Agrohorti, 7(3), 363–374. Rosmarkam, A., dan Yuwono, N. 2002. Ilmu

Kesuburan Tanah. Kanisius.

Safuan, L. O., Poerwanto, R., dan Susila, A. D. (2011). Rekomendasi Pemupukan Kalium untuk Tanaman Nenas Berdasarkan Status Hara Tanah Potassium Fertilization Recommendation for Pineapple Based on Soil Nutrient Status. Jurnal Agronomi

Indonesia, 39(1), 56–61.

Santosa, B. 2018. Kelapa Genjah Sebagai Sumber Gula dan Potensi Pengembangan.

Perspektif Review Penelitian Tanaman Industri, 17(1), 76–83.

Senbayram, M., Gransee, A., Wahle, V., dan Thiel, H. 2015. Role of magnesium fertilisers in agriculture: Plant-soil continuum. Crop and Pasture Science,

66(12), 1219–1229.

Subandi. 2013. Peran dan Pengelolaan Hara Kalium Untuk Produksi Pangan di Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian,

6(1), 1–10.

Taiz, L., dan Ziger, E. 2002. Plant physiology. In

Science progress (3rd ed., Vol. 34, Issue

136). Sinauer Associates.

Tehubijuluw, H., Sutapa, I. W., dan Patty, P. 2014. Analisis Kandungan Unsur Hara Ca,

Mg, P, dan S Pada Kompos Limbah Ikan (pp.

43–52).

Tulalo, M., dan Mawardi, S. 2018. Potensi Produksi Nira dan Gula Tiga Aksesi Kelapa Genjah. Jurnal Littri, 24(2), 87–92. Uliyah, V. N., Nugroho, A., dan Suminarti, N.

E. 2017. Kajian Variasi Jarak Tanam dan

Pemupukan Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis ( Zea mays saccharata Sturt L .). 5(12), 2017–2025.

Wang, M., Zheng, Q., Shen, Q., dan Guo, S. 2013. The critical role of potassium in plant stress response. International Journal

of Molecular Sciences, 14(4), 7370–7390.

Wibowo, A. S., Septianti, S. D., dan Widodo, L. U. 2020. Pembuatan Pupuk Cair Kalium Silika Berbahan Baku Abu Daun Bambu.

Jurnal of Chemical and Process Engineering, 1(01), 29–35.

Wijaya, K. 2008. Nutrisi tanaman sebagai penentu

kualitas hasil dan resistensi alami tanaman.

Prestasi Pustaka.

Wirawan, B. S., Putra, E. T. S., dan Yudono, P. 2016. Pengaruh Pemberian Magnesium, Boron dan Silikon terhadap Aktivitas Fisiologis, Kekuatan Struktural Jaringan Buah dan Hasil Pisang (Musa acuminata) “Raja Bulu.” Vegetalika, 5(4), 1–14.

Zhang, Z. Y., Wang, Q. L., Li, Z. H., Duan, L. S., dan Tian, X. L. 2009. Effects of Potassium Deficiency on Root Growth of Cotton Seedlings and Its Physiological Mechanisms. Acta Agronomica Sinica,

35(4),718–723.

Gambar

Gambar  1.  A)  Kondisi  daun  pada  perlakuan  tanpa  pemupukan  kalium  (P0),  B)  Kondisi  daun  pada  perlakuan  pupuk  kalium  dosis  55  g  KCl  (P1),  C)  Kondisi  daun  pada  perlakuan  pupuk  kalium  dosis  110 g KCl (P2), D) Kondisi daun pada per

Referensi

Dokumen terkait

Proyek akan diselesaikan dalam waktu 7 tahun a.Hongk ong memiliki bandara berkapa sitas besar sehingga dapat menduk ung kegiatan sentral niagany a ac. Hongkong menjadi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa metode Jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa

KUD Mina Jaya telah berkontribusi dengan baik terhadap pembangunan di Provinsi Lampung dari tahun 2010 hingga 2014, dengan kategori baik pada ketaatan koperasi

JASA PASANG WALLPAPER Cari Jasa Pemasangan Wallpaper yang Berpengalaman Silik Di :

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan ketetapan hasil perhitungan balas jasa dalam pembayaran gaji yang sesuai pada PT. Varia Usaha Beton. Metode analisis

Pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa nilai kalor tertinggi pada temperatur karbonisasi 550 o C pada komposisi 75% BK : 15% PP dengan nilai kalor sebesar 7036

สำานวนร้องเรียนส่วนใหญ่มักเข้าช่องทางของ กกต. การศึกษาวิเคราะห์ ของ International IDEA ในที่นี้ จึงเลี่ยงมาใช้พื้นฐานขององค์กรที่ทำา หน้าที่ตัดสินขั้นสุดท้าย

Permasalahan dimana seorang karyawan meninggalkan perusahaan ialah dengan adanya niatan untuk berpikir bagaimana jika ia meninggalkan perusahaan dengan banyak asumsi seperti