• Tidak ada hasil yang ditemukan

MILK PRODUCTION CURVE MODEL ON FIRST AND SECOND LACTATION IN FRIESIAN HOLSTEIN COWS AT PT.ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MILK PRODUCTION CURVE MODEL ON FIRST AND SECOND LACTATION IN FRIESIAN HOLSTEIN COWS AT PT.ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Model Kurva Produksi Susu Sapi Perah Friesian Holstein Periode...Erinne Dwi Nanda

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 1 MODEL KURVA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN

PERIODELAKTASI 1 DAN 2 DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN

MILK PRODUCTION CURVE MODEL ON FIRST AND SECOND LACTATION IN FRIESIAN HOLSTEIN COWS AT PT.ULTRA PETERNAKAN

BANDUNG SELATAN

Erinne Dwi Nanda*, Asep Anang**, Heni Indrijani ** Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2017 **Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor 45363

email : erinnedwi@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian mengenai “Model Kurva Produksi Susu Sapi Perah Friesian Holstein Periode Laktasi 1 dan 2 di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan” telah dilaksanakan pada bulan Januari 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kurva produksi susu sapi perah FH periode laktasi 1 dan 2 serta model kurva terbaik untuk menduga produksi susu 305 hari. Data yang digunakan sebanyak 704 catatan produksi susu sapi berdasarkan TD periode laktasi 1 dan 2 pada tahun 2014-2016. Model kurva yang digunakan pada penelitian ini adalah model kurva Ali-Schaeffer dan Wood. Hasil penelitian menunjukan bahwa model kurva Ali-Schaeffer merupakan kurva terbaik untuk menduga produksi susu sapi FH di PT. UPBS, hal tersebut diketahui dari nilai korelasi (r) dan standar error (se) pada laktasi 1 sebesar 0,97819 dan 0,69, dan pada laktasi 2 sebesar 0,99218 dan 0,96.

Kata kunci : Kurva Produksi Susu, Ali-Schaeffer, Friesian Holstein

ABSTRACT

The reasearch about “Milk Production Curve Model on First and Second Lactation on Friesian Holstein Cows at PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan” was conducted in January 2017. The objectives of this reasearch were to study milk production curve of first and second lactation and to investigate the best model to estimate 305 days production. 704 milk production records at first and second lactation from 2014-2016 were analysed. The models compared were Ali-Schaeffer and Wood models. The result showed that the Ali-Schaeffer was the best model to predict milk production. The correlation between predicted and observed values (r) and standard error (se) at first lactation were 0.97819 and 0.69, and at second lactation were 0.99218 and 0.96 respectively.

Keyword : Milk Production Curve, Ali-Schaeffer, Friesian Holstein

PENDAHULUAN

Upaya pengembangan usaha sapi perah di Indonesia masih perlu ditindaklanjuti secara lebih terarah dan berkesinambungan, mengingat hasil yang telah dicapai masih jauh

(2)

Model Kurva Produksi Susu Sapi Perah Friesian Holstein Periode...Erinne Dwi Nanda

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 2 dibawah potensi permintaan pasar dalam negeri. Menurut Direktorat Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian pada tahun 2014 kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri (SSDN) mencapai 3,3 juta ton per tahun dan akan meningkat sebesar 5% setiap tahunnya. Sementara itu, produksi susu dalam negeri baru mencapai 805,3 ribu ton (BPS, 2015) dan kekurangannya diisi dengan susu import. Meskipun permintaan susu dalam negeri belum dapat dipenuhi, konsumsi susu nasional hanya sebesar 12,1 liter/kapita/tahun, angka ini masih lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi susu per kapita per tahun di Singapura (46,1 liter), India (48,6 liter), Malaysia (53,6 liter), Belanda (79,6 liter), Amerika (80,4 liter), dan Inggris (112,2 liter) (Pemprov Jabar, 2016).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi susu nasional adalah dengan cara menyediakan bibit-bibit sapi perah unggul yang memiliki produksi susu yang tinggi. Sapi perah Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi perah yang memiliki produksi yang tinggi. Akan tetapi, produksi susu bangsa sapi tersebut tidak setinggi di negara asalnya. Adanya perbedaan produksi susu setiap individu sapi merupakan suatu alasan pentingnya untuk dilakukan seleksi. Seleksi dapat dilakukan dengan melihat catatan harian produksi susu sapi. Namun banyak peternak di Indonesia yang mengabaikan pencatatan tersebut karena memerlukan waktu dan biaya. Banyak perusahaan sudah melakukan pencatatan, namun kebanyakan peternak di Indonesia belum menyadari betapa pentingnya memiliki pencatatan dan manfaat yang didapat dengan memiliki catatan khususnya mengenai pencatatan produksi susu.

PT. UPBS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produsen susu yang berada di desa Marga Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Selatan, Jawa Barat. PT. UPBS memelihara sapi FH yang berasal dari Australia. Pada awal didirikannya, produksi susu sapi baru mencapai 14,6 liter/ekor/hari, tetapi dengan adanya seleksi dan perbaikan manajemen pemeliharaan, produksi susu sapi telah dapat ditingkatkan hingga mencapai 23,3 liter/ekor/hari. Hasil produksi susu tersebut kemudian dicatat dengan menggunakan metode catatan kumulatif.

Manfaat yang didapat dengan adanya pencatatan ini adalah dapat menduga produksi susu, baik produksi sekarang, atau produksi pada masa yang akan datang sesuai dengan kualitas genetik ternak. Ketepatan dalam menduga produksi susu akan membantu peternak untuk memperbaiki pemberian pakan dan manajemen pemeliharaan. Terdapat berbagai cara untuk menduga produksi susu, salah satunya adalah dengan menggunakan kurva.

(3)

Model Kurva Produksi Susu Sapi Perah Friesian Holstein Periode...Erinne Dwi Nanda

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 3 Kurva produksi susu dapat menggambarkan kemampuan produksi susu sapi perah. Kurva merupakan visualisasi dari persamaan yang dihasilkan dalam perhitungan. Kurva produksi susu sapi perah pada umumnya mengikuti pola yang teratur pada setiap periode laktasi, produksi susu akan terus meningkat sampai mencapai puncaknya pada periode laktasi III sampai V dan pada periode berikutnya produksi susu mulai berangsur-angsur menurun. Model kurva Wood merupakan model yang pertama populer yang digunakan untuk keseluruhan laktasi, model ini dikembangkan oleh Wood pada tahun 1967. Seiring dengan berjalannya waktu, telah banyak ditemukan jenis model kurva yang dapat menggambarkan produksi susu. Beberapa model kurva lain yang biasa digunakan dalam menduga produksi susu antara lain model kurva Dave (1971), Yadav dkk., (1977), Wilmink (1987), Ali-Schaeffer (1987), dan Guo dan Swalve (1995).

Pemilihan persamaan model kurva yang akan digunakan didasarkan pada nilai koefisien korelasi (r) dan standar error (se). Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, dua model kurva dengan nilai koefisien korelasi dan standar error terbaik untuk menduga produksi susu sapi di Indonesia adalah model kurva Wood (1967) dan Ali-Schaeffer (1987). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui bentuk dan model kurva terbaik yang dapat digunakan dalam menduga produksi susu sapi perah FH di PT. UPBS.

BAHAN DAN METODE 1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah catatan produksi susu ternak sapi perah periode laktasi 1 dan 2 berdasarkan catatan Test Day (TD) pada tahun 2014 sampai 2016 sebanyak 32 ekor. Pola pencatatan yang akan diuji yaitu TD1 sampai TD11. TD1 dicatat pada hari ke lima setelah sapi beranak dan TD selanjutnya dicatat dengan interval 30 hari sampai dengan TD11 pada masing-masing periode laktasi, dengan rincian pecatatan yaitu pada TD hari ke 5, 35, 65, 95, 125, 155, 185, 215, 245, 275, dan 305.

2. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Data yang dianalisis meliputi kelengkapan catatan produksi berdasarkan TD dan kemudian catatan tersebut akan digunakan sebagai peubah bebas pada persamaan regresi Ali-Schaffer dan Wood untuk menguji keakuratan pada masing-masing kurva dalam menduga produksi susu.

(4)

Model Kurva Produksi Susu Sapi Perah Friesian Holstein Periode...Erinne Dwi Nanda

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Bentuk Kurva Produksi Susu Periode Laktasi 1 dan 2

Kurva produksi susu pada umumnya mengikuti suatu pola yang teratur, pada awal masa laktasi produksi susu rendah dan kemudian akan naik dengan cepat sampai mencapai puncak produksi, kemudian berangsur-angsur turun dan akhirnya berhenti setelah sapi berproduksi selama kurang lebih 10 bulan. Data produksi susu dari catatan TD sebenarnya kemudian diolah dan diperoleh nilai koefisien-koefisien yang akan digunakan dalam membuat kurva pendugaan produksi susu Ali-Schaeffer dan Wood. Kurva tersebut dapat digunakan untuk menduga produksi susu diluar pencatatan TD serta dapat menggambarkan kemampuan produksi susu pada periode laktasi 1 dan 2 di PT. UPBS. Kurva produksi susu periode laktasi 1 dan 2 dapat dilihat pada ilustrasi 1 dan 2.

Ilustrasi 1. Krva Produksi Susu Periode Laktasi 1

Berdasarkan Ilustrasi 1 dapat diketahui jika pola kurva produksi susu dugaan Ali-Schaeffer dan Wood mendekati pola kurva produksi susu sebenarnya. Pada ilustrasi 1 terlihat jika peningkatan mulai terjadi pada hari ke 5 setelah sapi diperah dan mencapai puncaknya pada hari ke 65 untuk produksi susu sebenarnya dan dugaan Ali-Schaeffer. Sementara untuk produksi susu dugaan Wood puncak produksi tercapai pada hari ke 95, kemudian setelah tercapainya puncak produksi susu mulai menurun baik pada kurva produksi susu sebenarnya maupun kurva produksi susu dugaan Ali-Schaeffer dan Wood. Perbedaan waktu tercapainya puncak produksi ini bisa disebabkan oleh adanya perbedaaan tatalaksana pemeliharaan tempat penelitian ini dilaksanakan (Suherman, 2015).

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 5 35 65 95 125 155 185 215 245 275 305

Produksi Susu Sebenarnya Produksi Susu Ali-Schaeffer Produksi Susu Wood

(5)

Model Kurva Produksi Susu Sapi Perah Friesian Holstein Periode...Erinne Dwi Nanda

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 5 Ilustrasi 2. Kurva Produksi Susu Periode Laktasi 2

Ilustrasi 2 menunjukan jika peningkatan mulai terjadi pada hari ke 5 setelah sapi diperah dan mencapai puncaknya pada hari ke 35, kemudian produksi susu mulai menurun pada hari ke 65 setelah sapi di perah baik pada kurva produksi susu sebenarnya maupun kurva produksi susu dugaan Ali-Schaeffer dan Wood. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1994) yang menyatakan bahwa produksi air susu akan mencapai puncaknya pada hari ke 28 sampai hari ke 42.

2. Pendugaan Tingkat Ketepatan Kedua Model Kurva

Tingkat ketepatan model kurva produksi susu periode laktasi 1 dan 2 berdasarkan catatan TD dengan menggunakan model regresi kurva Ali-Schaeffer dan Wood ditentukan oleh nilai koefisien korelasi (r) dan standar error (se). Nilai r dan se untuk model kurva Ali-Schaeffer dan Wood periode laktasi 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Korelasi dan Standar Error Kurva Ali-Schaeffer dan Wood

Model Laktasi r Se

Ali-Schaeffer 1 0,97819 0,69

2 0,99218 0,96

Wood 1 0,96885 0,77

2 0,98994 1,00

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui jika model kurva Ali-Schaeffer memiliki nilai korelasi yang lebih besar dibandingkan model kurva Wood baik pada periode laktasi 1 maupun 2. Hal tersebut menunjukan jika model kurva Ali-Schaeffer lebih akurat dalam menduga produksi susu periode laktasi 1 dan 2 di PT. UPBS. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Surrakhman (1998) yang menyatakan jika nilai korelasi yang berada di

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 5 35 65 95 125 155 185 215 245 275 305

Produksi Susu Sebenarnya Produksi Susu Ali-Schaeffer Produksi Susu Wood

(6)

Model Kurva Produksi Susu Sapi Perah Friesian Holstein Periode...Erinne Dwi Nanda

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 6 kisaran 0,9 sampai dengan 1 memiliki tingkat keeratan yang sangat tinggi. Meskipun kedua kurva tersebut memiliki nilai korelasi yang berada di kisaran 0,9-1, kurva Ali-Schaeffer memiliki nilai korelasi yang lebih mendekati satu dibandingkan dengan kurva Wood sehingga kurva Ali-Schaeffer lebih akurat dalam menduga produksi susu di PT. UPBS.

Data yang disajikan pada Tabel 8 juga menunjukan jika model kurva Ali-Schaeffer memiliki nilai standar error yang lebih kecil dibandingkan model kurva Wood baik pada periode laktasi 1 maupun 2. Nilai standar error menunjukan besar kecilnya penyimpangan kurva produksi susu dalam menduga produksi susu sebenarnya, yang berarti penyimpangan model kurva Ali-Schaeffer dalam menduga produksi susu lebih kecil dibandingkan dengan model kurva Wood. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nugroho dkk., (2015) yang menyatakan jika standar error digunakan untuk melihat besar penyimpangan produksi susu dugaan terhadap produksi sebenarnya, dimana jika nilai standar error semakin rendah maka produksi susu dugaan semakin mendekati produksi susu sebenarnya.

KESIMPULAN

Model kurva yang memiliki akurasi terbaik dalam menduga produksi susu periode laktasi 1 dan 2 di PT. UPBS adalah model kurva Ali-Schaeffer, dengan nilai korelasi antara produksi susu sebenarnya dengan produksi susu dugaan pada periode laktasi 1 dan 2 sebesar 0,97819 dan 0,99218, dengan standar error 0,69 dan 0,96.

SARAN

Pencatatan yang dilakukan satu bulan sekali pada hari-hari uji cukup mewakili produksi susu sebenarnya, sehingga tidak perlu dilakukan pencatatan setiap hari agar dapat menghemat biaya, waktu, serta tenaga yang dikeluarkan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada pimpinan dan staff PT. UPBS serta kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, T.E. dan L.R. Schaeffer. 1987. Accounting for Covariances Among Test Day Milk Yield in Dairy Cows. Can. J. Anim. Sci. 67: 637 – 644.

(7)

Model Kurva Produksi Susu Sapi Perah Friesian Holstein Periode...Erinne Dwi Nanda

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 7 Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Susu Segar Menurut Provinsi, 2009-2015. https://www.

bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1083 (diakses pada 07 Oktober 2016).

Blakely, J. dan D. H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Terjemahan: B. Srogandono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Dave, B. K. 1971. First Lactation Curve Indian Water Buffalo. JNKVV (Jawaharlal Nehru Krishi Vishwa Vidyalaya). Res. J., 5: 93-98.

Guo Z., dan Swalve H.H. 1995. Modelling of Lactation Curve as a Sub-Model in The Evaluation of Test Day Records. Interbull Meeting, Prague, Czech Republic. Interbull Bulletin. 11, 4–7.

Nugroho, K., A. Anang., dan H. Indrijani. 2015. Perbandingan Model Kurva Produksi Susu pada Periode Laktasi 1 dan 2 Friesian Holstein Berdasarkan Catatan Harian. Jurnal Ilmu Ternak Vol. 15, No. 1.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2016. Konsumsi Susu di Indonesia Terendah. http://jabarpr ov.go.id/index.php/news/16592/2016/03/24/Konsumsi-Susu-di-Indonesia-Terendah (diakses pada 13 Oktober 2016).

Suherman, H. 2015. Dugaan Produksi Susu 305 Hari pada Sapi Perah FH (Friesian Holstein) Berdasarkan Catatan Test Day dengan Menggunakan Model Regresi Kurva Ali-Schaeffer (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan). Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.

Surakhman, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah. Edisi VII. Tarsito. Bandung.

Wilmink J.B.M. 1987. Adjustment of Test-Day Milk, Fat and Protein Yield for Age, Season and Stage of Lactation. Livest. Prod. Sci. 16, 335–348.

Wood, P.D.P. 1967. Algebratic Model of The Lactation Curve in Cattle. Nature 216: 164 – 165.

Yadav, M.P., Katpatal, B.G. dan Kaushik, S.N. 1977. Components of Inverse Polynomial Function of Lactation Curve, and Factors Affecting Them in Harina and Its Friesian Crosses. Indian Journal of Animal Sciences 47: 777–781.

Gambar

Ilustrasi 1. Krva Produksi Susu Periode Laktasi 1
Ilustrasi  2  menunjukan  jika  peningkatan  mulai  terjadi  pada  hari  ke  5  setelah  sapi  diperah  dan  mencapai  puncaknya  pada  hari  ke  35,  kemudian  produksi  susu  mulai  menurun  pada  hari  ke  65  setelah  sapi  di  perah  baik  pada  kurva

Referensi

Dokumen terkait