• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK KARAKTERISTIK BAHASA TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL TEMPURUNG KARYA OKA RUSMINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK KARAKTERISTIK BAHASA TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL TEMPURUNG KARYA OKA RUSMINI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 ABSTRAK

KARAKTERISTIK BAHASA TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL TEMPURUNG KARYA OKA RUSMINI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri satuan lingual bahasa yang digunakan oleh tokoh perempuan, mengukur tingkat kesantunan penggunaan bahasa perempuan oleh tokoh perempuan pada novel Tempurung karya Oka Rusmini, dan mencari faktor-faktor yang mendorong tokoh perempuan untuk melanggar serta menaati kaidah kesantunan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik catat. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis menggunakan metode agih dan metode padan. Penyajian data menggunakan metode formal dan informal.

Hasil analisis menunjukkan bahwa analisis gramatikal pada tataran kata dan kalimat membuktikan bahwa tokoh perempuan menggunakan tata bahasa yang sesuai dengan kaidah tata bahasa baku bahasa Indonesia. Tokoh perempuan cenderung menggunakan kalimat aktif dan menggunakan kalimat kompleks ketika sedang menjelaskan sesuatu. Dari sepuluh fitur linguistik dari Lakoff (1975), hanya dua fitur yang tidak terdapat pada tuturan tokoh perempuan yaitu menghindari makian yang keras dan penggunaan istilah warna yang tepat.

Tokoh perempuan pada novel Tempurung dapat dikategorikan sebagai penutur yang santun dengan rata-rata persentase pelanggaran maksim sebesar 32,7%. Faktor-faktor yang mendorong pelanggaran kaidah kesantunan yaitu, keinginan untuk meminimalisasi pilihan dari penutur untuk petutur, menuturkan tuturan secara langsung, jarak sosial, dan memberikan kerugian pada orang lain. Sementara faktor-faktor yang mendorong untuk menaati kaidah kesantunan yaitu, menambahkan keuntungan, keinginan untuk memberikan penghargaan, meminimalisasi penghargaan untuk diri sendiri, dan menghargai keputusan orang lain atau petutur.

(2)

2

ABSTRACT

LANGUAGE CHARACTERISTIC OF WOMEN’S CHARACTERS IN OKA RUSMINI’S TEMPURUNG

This study is aimed to determine the linguisctic features used by female characters, to measure the level of politeness of language used by female characters in the novel Tempurung by Oka Rusmini, and find the factors that encourage female characters to violate and apply the principal politeness. This study used a qualitative approach and quantitative approach. Observation method and note taking technique were used in collecting data, while the distributional method and the identity method are conducted to analyze the data. The result of data is presented with formal and informal method.

The results showed that grammatical analysis at the level of words and sentences proved that female characters using grammar in accordance with standard rules of Indonesian grammar. Female characters tend to use active voice and use complex sentences when they explaining something. Out of ten linguistic features of Lakoff (1975), only two features that are not included in the female character's speech, such as avoidance of strong swear words and the use of precise color terms.

The female characters in Tempurung novel can be categorized as polite speakers with the average percentage of violation of maxim as much as 32,7%. Factors that encourages the violation of the politeness principle are the desire to minimize the speakers option for addressees, the direct speech, social distance, and inflicting damage on the others. While factors that female characters to obey the politeness principle are maximize benefit to others, maximize appreciation to others, minimize appreciation to self, and respect the descisions of others.

(3)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSYARATAN GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODE PENELITIAN ... 7

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.2 Konsep ... 11

2.2.1 Karakteristik Bahasa ... 11

2.2.2 Bahasa Perempuan ... 12

2.2.3 Seks dan Gender ... 12

2.2.4 Kesantunan Berbahasa ... 13 2.2.5 Satuan Lingual ... 14 2.3 Landasan Teori ... 15 2.3.1 Teori Pragmatik ... 15 2.3.1.1 Prinsip Kesantunan ... 15 2.3.1.2 Skala Kesantunan ... 21 2.3.2 Teori Sosiolinguistik ... 24

2.3.2.1 Fitur-Fitur Bahasa Perempuan ... 24

2.3.3 Teori Linguistik Normatif Bahasa Indonesia ... 27

2.3.3.1 Proses Afiksasi Verba ... 28

a) Prefiks meng- ... 30

b) Prefiks per- ... 31

c) Prefiks ber- ... 32

d) Prefiks ter- ... 32

(4)

4

f) Sufiks –kan ... 33

g) Sufiks –i ... 33

h) Sufiks –an ... 33

2.3.3.2 Kalimat Berdasarkan Hubungan antarklausa ... 34

2.3.3.3 Kalimat Berdasarkan dari Bentuk Sintaksis ... 35

2.4 Model Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Rancangan Penelitian ... 39

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.3 Instrumen Penelitian ... 41

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ... 42

3.6 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 44

BAB IV ANALISIS KARAKTERISTIK BAHASA TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL TEMPURUNG KARYA OKA RUSMINI ... 45

4.1 Analisis Ciri-Ciri Satuan Lingual yang Digunakan oleh Tokoh Perempuan ... 45 4.1.1 Verba Asal ... 46 4.1.2 Verba Turunan ... 46 1.1.2.1 Analisis Prefiks ... 47 a) Prefiks meng- ... 47 b) Prefiks ber- ... 50 c) Prefiks ter- ... 51 d) Prefiks di- ... 53

4.1.2.2 Analisis Afiks Gabungan dan Konfiks ... 53

4.1.3 Analisis Kalimat ... 58

4.1.3.1 Kalimat Berdasarkan Hubungan Antarklausa ... 58

4.1.3.2 Kalimat Berdasarkan Bentuk Sintaksis ... 61

a) Kalimat Deklaratif ... 61

b) Kalimat Imperatif ... 62

c) Kalimat Interogatif ... 63

d) Kalimat Eksklamatif ... 65

4.2 Analisis Kesantunan Penggunaan Bahasa pada Tokoh Perempuan ... 67

4.2.1 Analisis Tingkat Kesantunan Penggunaan Bahasa pada Tokoh Perempuan ... 67

4.2.2 Pelanggaran Maksim dan Predikat Kesantunan Tokoh Perempuan ... 160

4.2.3 Kesantunan Tokoh Perempuan Berdasarkan Mitra Tutur ... 165

4.2.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Tokoh Perempuan Melakukan Pelanggaran dan Menaati Kaidah-Kaidah Kesantunan ... 168

4.2.4.1 Faktor-Faktor Penyebab Pelanggaran Kesantunan ... 168

4.2.4.1 Faktor-Faktor Pendorong Penjagaan Kesantunan ... 177

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 184

(5)

5.2 Saran ... 188 DAFTAR PUSTAKA ... 189 LAMPIRAN ... 193

(6)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan bahasa mengambil peran penting dalam masyarakat karena melalui bahasa seseorang dapat berkomunikasi satu sama lain dan menjaga hubungannya dalam masyarakat. Setiap masyarakat dipastikan memiliki dan menggunakan alat komunikasi sosial tersebut. Menurut Soeparno (2013), tidak ada masyarakat tanpa bahasa dan tidak ada pula bahasa tanpa masyarakat. Dalam hubungan dengan konteks sosial, bahasa dan manusia adalah dua komponen yang saling mengait.

Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas kelompok. Identitas kelompok inilah yang menjadi bagian dari sosial (Chaer dan Kristina 2004:2). Holmes (2001:1) memaparkan sosolinguistik merupakan studi yang mempelajari bahwa orang berbicara berbeda dalam konteks sosial yang berbeda dan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti jarak sosial, status sosial, jenis kelamin, dan kelas pada varietas bahasa yaitu dialek, register, genre dan lain-lain dengan mengindetifikasi fungsi sosial dari bahasa dan cara penggunaannya untuk menyampaikan makna sosial.

Berdasarkan pemaparan terkait variasi bahasa, pada kajian sosial dan bahasa, perbedaan laki-laki dan perempuan dimasukkan pada kajian gender. Beberapa

(7)

faktor biologis diasumsikan mempengaruhi perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan. Sebuah studi mengklaim bahwa terdapat bagian yang berbeda pada otak laki-laki dan perempuan yang terlibat dalam pengolahan input bahasa (Jendra, 2010). Bernard Spolsky (dalam Jendra, 2010) menjelaskan secara singkat terkait hal tersebut. Dalam studi terbaru menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional, pengolahan fonologis pada laki-laki ditunjukkan terletak di bagian kiri dari otak dan pada perempuan melibatkan kedua bagian kiri dan kanan dari otak. Menurut Holmes (2001), terdapat banyak perbedaan dalam ragam bahasa laki-laki dan ragam bahasa perempuan. Misalnya, perempuan menggunakan bentuk yang lebih standar dibandingkan laki-laki karena perempuan termasuk kelompok bawahan dan harus menghindari pemakaian bahasa yang menyinggung perasaan, sehingga mereka harus berbicara dengan hati-hati dan santun. Laki-laki lebih memilih bentuk-bentuk vernacular karena mereka membawa konotasi macho, maskulinitas, dan ketangguhan. Bahasa vernacular biasanya mengacu pada bahasa yang belum standar atau dikodifikasikan dan yang tidak memiliki status resmi. Oleh karena itu, perempuan mungkin tidak ingin menggunakan bentuk seperti itu, dan menggunakan bentuk-bentuk standar yang terkait dengan nilai-nilai perempuan atau feminitas. Hal tersebut juga disetujui oleh Kuntjara (2003), bahwa perempuan lebih menggunakan bahasa standar karena untuk meningkatkan status karena pada umumnya status perempuan berada di bawah laki-laki.

Wardaugh (1987: 324 – 325) berpendapat bahwa dalam percakapan yang melibatkan laki-laki dan perempuan, banyak peneliti setuju bahwa laki-laki berbicara lebih banyak daripada perempuan. Ditemukan juga bahwa ketika orang

(8)

3

berkomunikasi dengan laki-laki, kategori isi pembicaraan tersebut difokuskan pada persaingan, menggoda atau mengolok-olok, olahraga, agresi dalam melakukan sesuatu. Di sisi lain, ketika perempuan berbicara dengan perempuan, kategori percakapan meliputi diri sendiri, perasaan, hubungan dengan orang lain, rumah dan keluarga. Perempuan juga menggunakan bentuk yang lebih santun dan lebih banyak pujian daripada laki-laki. Dengan demikian, perempuan dikatakan berupaya untuk meningkatkan solidaritas dengan orang lain untuk menjaga hubungan sosial. Di sisi lain, laki-laki cenderung berkomunikasi untuk menyelesaikan sesuatu. Namun, hal ini adalah kecenderungan saja, laki-laki juga mencoba untuk meningkatkan pertalian dan perempuan juga mencoba untuk menggerakkan orang lain untuk bertindak. Tannen (1991: 42) juga menjelaskan bahwa perempuan berkomunikasi mengenai hubungan dan keintiman atau keakraban, sedangkan laki-laki berkomunikasi mengenai status dan kebebasan, kemudian komunikasi di antara laki-laki dan perempuan dapat dikatakan komunikasi lintas budaya atau benturan gaya percakapan. Hal tersebut bukanlah tentang perbedaan dialek, namun dapat dikatakan mereka berkomunikasi dengan genderlects yang berbeda. Berdasarkan penjelasan dari dictionary.com, genderlect merupakan sebuah gaya bahasa yang digunakan oleh gender tertentu, laki-laki atau perempuan.

Berdasarkan pemaparan tersebut perbedaan pendapat mengenai karakteristik bahasa laki-laki dan perempuan tidak akan pernah ada habisnya karena hal tersebut kembali lagi dengan latar belakang budaya masing-masing. Seperti halnya dengan kebudayaan Bali yang didominasi oleh agama Hindu juga mempengaruhi relasi gender dalam masyarakat Bali. Kebudayaan Bali menerapkan sistem patriarki.

(9)

Menurut Panetje (1986:39) patriarki merupakan hubungan seorang anak dengan keluarga dari pihak ayah menjadi dasar tunggal bagi susunan keluarga dalam hukum kekeluargaan di Bali. Dengan demikian, sistem patriarki kaum laki-laki ditakdirkan untuk mengatur perempuan (Formm, 2002 dalam Adji dkk, 2009). Dapat dikatakan juga bahwa dalam gender, status perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Perempuan dalam posisi inferior dan subordinat, sedang kelompok lelaki diangkat dalam posisi superior dan dominan.

Berangkat dari fenomena tersebut, penelitian yang berkaitan dengan bahasa, gender dan budaya sangat menarik untuk dikaji. Penelitian ini meneliti karakteristik bahasa dari tokoh perempuan pada sebuah novel dengan latar belakang kebudayaan Bali dan ditulis oleh perempuan Bali. Novel tersebut berjudul Tempurung karya dari seorang penulis perempuan asal Bali, Oka Rusmini.

1.2 Rumusan Masalah

Uraian latar belakang di atas telah menggambarkan adanya beberapa masalah yang perlu dibahas menyangkut perilaku bahasa perempuan. Secara terinci beberapa masalah dapat diuraikan berikut ini.

1. Apakah ciri-ciri satuan lingual yang digunakan oleh tokoh perempuan pada novel Tempurung?

2. Bagaimanakah tingkat kesantunan penggunaan bahasa oleh tokoh perempuan di novel Tempurung?

3. Faktor-faktor apakah yang mendorong tokoh perempuan melakukan pelanggaran atau menaati prinsip kesantunan berbahasa?

(10)

5

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua bagian, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum menyangkut penelitian bahasa dipandang dari dimensi teori sedangkan tujuan khusus meliputi objek penelitian itu sendiri.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji fenomena terkait karakteristik bahasa dari tokoh-tokoh perempuan pada novel Tempurung yang berlatar belakang budaya Bali. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut;

1) menjelaskan ciri-ciri satuan lingual bahasa yang digunakan oleh tokoh perempuan pada novel Tempurung.

2) mengukur tingkat kesantunan bahasa dari tokoh perempuan pada novel Tempurung; dan

3) menjelaskan faktor-faktor yang mendorong tokoh perempuan melakukan pelanggaran atau menaati prinsip kesantunan berbahasa.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, kedua manfaat itu adalah; (1) manfaat teoretis dan (2) manfaat praktis. Keduanya dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, pada bidang akademis, penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pemahaman mengenai karakteristik bahasa perempuan dengan latar belakang budaya Bali berdasarkan hasil pemikiran dari penulis novel dan juga dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian yang terkait dengan bahasa gender atau lebih sepsifiknya bahasa perempuan.

(11)

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya wawasan mengenai ciri khas bahasa perempuan yang lebih rinci mengenai gramatikal pada tataran kata dan kalimat, tingkat kesantunan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran dan penaatan prinsip kesantunan. Selain itu, juga dapat dilihat pada hasil penelitian bagaimana dinamika bahasa perempuan melalui sumber data novel dengan latar belakang budaya setelah tahun 2000-an. Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sebuah acuan bagaimana karakter perempuan berdasarkan karakteristik bahasanya.

Referensi

Dokumen terkait

(4)emansipasi perempuan pada tokoh utama dalam novel Menebus Impian karya Abidah El Khalieqy, meliputi (a) emansipasi dalam ruang lingkup keluarga, yaitu emansipasi sebagai

Perempuan cenderung lebih banyak menggunakan bahasa baku dibandingkan laki-laki karena mereka sangat sadar bahwa semakin baik bahasa yang mereka gunakan, maka semakin baik pula