• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1 Bibliomerika

2.1.1 Sejarah Ringkas dan Pengertian Bibliometrika

Bibliometrika berasal dari kata biblio atau bibliography dan metrics, biblio berkaitan dengan mengukur. Jadi bibliometrics berarti mengukur atau menganalisis buku/literatur dengan menggunakan pendekatan matematika dan statistika. (Diodato yang dikutip oleh Hartinah, 2005:350)

Menurut Pritchard yang dikutip oleh Glanzel (2003), “bibliometrics is the application of mathematical and statistical methods to books and other media of communication”, hal ini berarti bibliometrik adalah aplikasi matematika dan metode statistik untuk buku dan media komunikasi lainnya.

Ming yang dikutip oleh Dewiyana (2010) menyatakan bahwa, “Bibliometrics is the quantitative study of literature as it is reflected in bibliographies”. Dapat diartikan bahwa bibliometrika merupakan kajian kuantitatif terhadap literatur yang dinyatakan dalam bibliografi.

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Harande (2001:1) : It refers to the application of statistical techniques to the literature of a given subject. Bibliometrics studies the patterns of communication between documented information and the potential users of information. Dari uraian tersebut, diambil kesimpulan bahwa bibliometrika merupakan penerapan metode matematika dan statistika untuk menganalisis jurnal ilmiah dan bentuk-bentuk komunikasi tertulis lainnya.

Fairthorne (1969) mendefinisikan bibliometrika sebagai kajian kuantitatif dari komunikasi tercetak dan sifat-sifat yang ditimbulkan. Definisi Fairthorne menunjukkan bahwa penerapan bibliometrika terbatas pada pengkajian secara kuantitatif informasi terekam. Sedangkan, menurut Nicholas dan Richie yang dikutip oleh Mustikasari (2008:2) menekankan bahwa lingkup kajian bibliometik bertujuan untuk menyediakan informasi tentang pengetahuan dan bagaimana mengkomunikasikannya.

(2)

Bibliometrika merupakan bagian dari informetrika yang mengkaji aspek kuantitatif informasi terekam (recorded) dengan tujuan untuk mencari bentuk-bentuk keteraturan dalam proses komunikasi formal. Bibliometrika merupakan studi mengenai produksi dan penyebaran informasi yang secara operasional dikaji melalui produksi dan penyebaran media yang merekam informasi untuk disimpan dan disebarluaskan. Menurut Bremholm yang dikutip oleh Dewiyana (2010) berpendapat bahwa : Bibliometrics is defined as the study of patterns in the publication and use of documents, while bibliometric laws define predictable relationships in those patterns. Dari definisi tesebut, dijelaskan bahwa bibliometrika mengkaji pola publikasi dan penggunaan dokumen. Dokumen yang menjadi objek kajian utama dari bibliometrika adalah dokumen primer dan yang paling dominan adalah majalah ilmiah (jurnal ilmiah), karena jurnal dianggap sebagai media penting dalam komunikasi ilmiah, merupakan pengetahuan publik serta arsip umum yang dapat dibaca oleh siapa saja setiap saat. Bibliometrika yang mengkaji distribusi publikasi merupakan kajian kuantitatif terhadap literatur, hal ini ditandai dengan munculnya tiga dalil dasar bibliometrika, yaitu dalil Lotka untuk menghitung distribusi produktivitas berbagai pengarang, dalil Zipf untuk memberi peringkat kata dan frekuensi dalam literatur dan hukum Bradford untuk menentukan core journal suatu subjek tertentu.

Sudjana yang dikutip oleh Mustikasari (2008:29) menyatakan bahwa: Bibliometrik merupakan salah satu bidang studi yang belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Bibliometrik dikenal hanya sebatas sebagai daftar rujukan. Bila ditelaah secara serius, bibliometrik bisa menjadi kaca untuk sebuah disiplin ilmu atau peta dari sebuah profesi. Merujuk pada pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa bibliometrik sebagai ilmu yang menerapkan penelitiannya pada bibliografi bukan hanya sebatas penelitian terhadap daftar rujukan, akan tetapi bibliografi tersebut dapat dijadikan cermin untuk melihat perkembangan suatu disiplin ilmu. Bibliometrika sendiri berasal dari bahasa Yunani asal kata “biblio dan metrika”. Biblio artinya buku atau catalog dan metrika artinya satuan ukuran yang diterapkan untuk menghitung (mengukur) informasi. Jadi Bibliometrika adalah : suatu kajian yang menggunakan dokumen atau publikasi lainnya untuk dikaji dan diukur dengan menerapkan metode matematika dan statistik.

(3)

Kajian bibliometika merupakan penerapan dari sosiologi ilmu pengetahuan. Selain sebagai penerapan sosiologi ilmu, kajian bibliometrik juga digunakan untuk analisis sitasi guna meneliti kualitas publikasi individu, peneliti unggulan dan wibawa lembaga penelitian. Penerapan lainnya dalam kajian bibliometrik adalah penelitian kolaborasi.

Kajian bibliometrika mengelompokkan suatu literatur ke dalam tiga bagian yang dikaji yaitu:

1. Objek dari literatur yang dikaji,

2. Isi objek dan bahan materi yang dikaji, 3. Kegunaan (manfaat) dari materi yang dikaji.

Ilmu Pengetahuan berkembang pesat sejak ditemukannya mesin cetak sebagai sarana pengganda hasil informasi terekam. Dampak dari mesin cetak adalah meningkatnya jumlah literatur ilmiah dalam berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan. Peningkatan kuantitas literatur ilmiah serta kemudahan memperoleh informasi sangat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan terus meningkatkan produktivitas ilmuwan dalam melakukan penelitian, percobaan dan inovasi. Meningkatnya produktivitas karya ilmiah yang dihasilkan ilmuwan akan mendorong terbitnya media komunikasi ilmiah yang mengkomunikasikan hasil kegiatan ilmiah, dari seorang ilmuwan dengan ilmuwan lain pada masanya maupun masa sebelum dan sesudahnya. Media komunikasi yang dimaksud dapat berupa buku atau majalah ilmiah.

Kajian bibliometrika lebih dikonsentrasikan pada karya ilmiah bidang ilmu eksakta, hal ini dikarenakan penelitian dibidang ini menghasilkan informasi yang akan disebarluaskan. Para ilmuwan dan pustakawan menghadapi kesulitan dalam penyimpanan dan temu kembali hasil penelitian. Untuk mengatasinya, mereka menyimpan informasi tersebut berdasarkan informasi terbaru tanpa menghilangkan produk dan jumlah penelitian.

2.1.2 Tujuan Bibliometrika

Tujuan utama bibliometrika adalah untuk mengungkapkan variasi nilai di berbagai bidang pengetahuan dalam rangka menemukan keteraturan yang dapat digeneralisasikan. Itu sebabnya bibliometrika memakai istilah “hukum” (Law)

(4)

sebagaimana ilmu pasti alam mengartikan “hukum alam” sebagai suatu kebenaran yang berlaku universal.

Menurut Sulistyo-Basuki (2002:3), tujuan bibliometrika ialah menjelaskan proses komunikasi tertulis dan sifat serta arah pengembangan secara deskriptif penghitungan dan analisis berbagai faset komunikasi. Dengan kata lain, Bibliometrika dapat memberikan penjelasan tentang proses komunikasi tertulis dari segi sifat dan perkembangannya dalam sebuah disiplin ilmu (sepanjang masih menyangkut komunikasi tertulis).

2.1.3 Manfaat Bibliometrika

Bibliometrika merupakan bagian dari informetrika yang mengkaji aspek kuantitatif berbagai informasi terekam. Bibliometrika merupakan kajian ilmu yang berhubungan dengan temu-kembali informasi yang dapat membantu pustakawan mencari dan menyajikan informasi di perpustakaan.

Menurut Ishak (2005:18) manfaat biliometrika dalam perpustakaan adalah: 1. Mengidentifikasikan majalah inti dalam berbagai disiplin ilmu.

2. Identifikasikan arah dan gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu.

3. Menduga keluasan literatur sekunder 4. Mengenali pemakai berbagai subjek.

5. Mengenali kepengarangan dan arah gejalah pada dokumen berbagai subjek.

6. Mengukur manfaat jasa SDI ad-hoc dan retrospektif.

7. Meramalkan arah gejalah perkembangan masa lalu, sekarang dengan mendatang.

8. Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi. 9. Mengkaji keusangan & penyebaran literatur ilmiah.

10. Meramalkan produktivitas penerbit pengarang, organisasi, negara atau seluruh disiplin ilmu.

Pendapat di atas didukung oleh Sulistyo-Basuki (2002:8), Manfaat aplikasi kuantitatif dari bibliometrika bagi perpustakaan adalah:

1. Identifikasi literatur inti

2. Mengidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu yang berlainan

3. Menduga keluasan (comprahensiveness) literatur sekunder 4. Mengenali pemakai berbagai subjek

(5)

5. Mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada dokumen berbagai subjek

6. Mengukur manfaat jasa SDI ad hoc dan retrospectif

7. Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang mendatang 8. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagi ilmu

9. Merumuskan garis haluan pengadaan berbasis kebutuhan yang tepat dalam batas anggaran belanja

10. Mengembangkan model eksperimental yang berkorelasi atau melewati model yang ada

11. Menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan dokumen di rak secara tepat

12. Memprakarsai sistem jaringan arus ganda yang efektif 13. Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi

14. Mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah (melalui penggugusan dan pasangan literatur ilmiah)

15. Meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organisasi, negara atau seluruh disiplin

16. Mendisain pengolahan bahasa automatis untuk indexing, auto-abstracting dan autoclassification

17. Mengembangankan norma pembakuan

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat bibliometrika adalah: mengetahui karakteristik literatur berdasarkan judul, indeks sitasi, kata kunci/ tajuk subjek, keusangan dan kepengarangan serta pertumbuhan pengetahuan.

2.2 Keusangan Literatur (Obsolescence)

Keusangan literatur adalah kajian bibliometrika/informetrika tentang penggunaan dokumen (literatur) yang berkaitan dengan umur literatur tersebut. Sesungguhnya fenomena lahir, hidup dan mati bagi mahluk hidup, dapat pula diterapkan pada dokumen. Suatu dokumen dikatakan “lahir” pada saat dokumen itu diterbitkan. Kemudian dokumen dikatakan “hidup” selama dokumen itu dimanfaatakan. Pada akhirnya dokumen dikatakan “mati” pada saat tidak ada lagi yang menggunakan dokumen itu. Death of paper adalah konsep dalam ilmu informetrika/ bibliometrika yang berarti bahwa suatu karya tidak pernah lagi dikutip. Keusangan literatur / Obsolescence berasal dari kata obsolete berarti out-of-date, no longer in use, no longer valid atau no longer fashionable.

(6)

Keusangan literatur / Obsolescence adalah konsep yang relatif, karena ada literatur yang baru terbit sekitar lima tahun sudah jarang digunakan lagi, tetapi sebaliknya ada literatur yang sudah terbit puluhan bahkan ratusan tahun tetapi masih tetap digunakan oleh banyak orang. Ada dokumen yang sudah usang bahkan sebelum diterbitkan. Ada orang yang menganggap suatu dokumen sudah usang, tetapi bagi orang lain belum usang.

Menurut Mustafa (2008:2) Keusangan literatur adalah kajian bibliometrika/informetrika tentang penggunaan dokumen (literatur) yang berkaitan dengan umur literatur tersebut. Sedangkan menurut Vickery yang dikutip oleh Mustafa (2008:2) menyatakan: “… obsolescence is in fact a function of two factors, growth and obsolescence”, yang berarti keusangan literatur merupakan sebuah fungsi yang terdiri dari dua faktor, yaitu pertumbuhan dan keusangan.

Sementara Brookes yang dikutip oleh Mustafa (2008:2) mengemukakan bahwa: a further factor should be considered – the rate of growth of the number of contributing scientists, … the number of papers and the number of contributing scientists act in opposite directions on the rate of ageing. Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa kajian mengenai bibliometrik harus mempertimbangkan faktor yang lebih lanjut yaitu, tingkat pertumbuhan dari jumlah ilmuwan yang memberikan kontribusi (dalam melakukan penelitian), jumlah tulisan dan jumlah ilmuwan yang memberikan kontribusi atas tindakan yang berada pada tujuan yang berlawanan dalam tingkat keusangan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Obsolescence merupakan fungsi dari 2 (dua) faktor yang nyata yakni pertumbuhan dan keusangan serta dalam melakukan kajian mengenai bibliometrik, perlu mempertimbangkan faktor yang lebih lanjut yaitu tingkat pertumbuhan jumlah ilmuwan yang melakukan penelitian yang memberikan kontribusi dan jumlah tulisan.

Keusangan literatur (literature aging atau obsolescence) adalah penurunan atas waktu dalam hal kesahihan atau pemanfaatan koleksi. Penurunan penggunaan suatu literatur atau kelompok literatur dalam suatu subjek tertentu pada suatu periode atau kurun waktu dikarenakan literatur tersebut semakin tua.

(7)

Maurice B. Line yang dikutip oleh Mustafa (2008) menyatakan bahwa pengurangan penggunaan suatu literatur disebabkan oleh:

a. Informasinya masih sahih (valid), tetapi sudah dicakup dalam karya lain yang lebih baru

b. Informasinya masih sahih, tetapi sudah disuperseded oleh karya lain yang lebih baru

c. Informasinya masih sahih, tetapi pada bidang/subjek yang semakin tidak diminati

d. Informasinya tidak lagi sahih.

Keusangan literatur merupakan dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini terjadi karena hanya literatur yang mutakhir yang menarik bagi ilmuwan, sedangkan literatur yang lebih tua digunakan hanya bila mengandung informasi yang cenderung menggabungkan karya yang terakhir.

Keusangan literatur (literature aging atau obsolescence) terbagi dua yaitu synchronous dan diachronous. Obsolescence synchronous adalah ukuran keusangan literatur dengan cara memeriksa tahun terbitan referensi melalui median citation age (median umur sitiran). Obsolescence diachronous adalah ukuran keusangan literatur dari sekelompok literatur dengan memeriksa tahun terbitan dari sitiran yang diterima suatu literatur tersebut. Dalam bibliometrika yang menjadi data penelitian dalam ukuran keusangan (Obsolescence) literatur adalah sitiran yang ada pada dokumen tersebut. Obsolescence synchronous dapat diukur melalui median usia ditiran yang dapat diperoleh dengan cara mengurangi tahun terbit dokumen sumber dengan median tahun terbit yang terdapat dalam daftar referensi. Sedangkan obsolescence diachronous dapat mengukur usia kelompok dokumen melalui suatu pengujian terhadap tahun terbit sitiran yang diterima oleh dokumen obsolescence diachronous diukur melalui paro hidup (half-life) yang dapat diperoleh dengan cara mengurangi median tahun terbit dokumen yang menyitir dokumen sumber dengan tahun terbit termuda dokumen sumber.

Kedua cara tersebut memang mirip tetapi dengan cara penanganan yang berbeda. Jika synchronous menentukan literatur yang menyitir kemudian mengkaji distribusi usia referensi yang ada didalamnya, maka Diachronous

(8)

menentukan literatur yang disitir kemudian mengkaji penggunaan literatur tersebut pada terbitan selanjutnya. Dikemukakan dalam berbagai penelitian bahwa masing-masing bidang ilmu memiliki keusangan literatur yang berbeda. (Purnomowati, 2004:18)

2.2.1 Manfaat kajian keusangan literatur

Kajian literatur setidaknya bermanfaat untuk efisiensi dalam bidang pengelolaan perpustakaan. Hal ini karena hasil kajian keusangan literatur dapat digunakan untuk:

a. Penyiangan (weeding) koleksi yang tidak diperlukan lagi b. Pemanfaatan ruang/rak yang terbatas

c. Pemisahan koleksi yang digunakan dengan frekuensi tinggi dan rendah d. Efektifitas pelayanan

Mustafa (2008:4) menyatakan parameter informasi yaitu:

1. Kuantitas. Diukur dengan jumlah dokumen, halaman, kata, karakter, byte dsb

2. Isi. Arti atau makna suatu informasi

3. Struktur. Format atau bangun suatu informasi dan kata logisnya diantara unsur-unsur yang membentuknya

4. Bahasa. Simbol, abjad, kode atau tata bahasa informasi itu disampaikan 5. Kualitas. Kelengkapan, ketepatan, relevansi informasi yang disampaikan 6. Usia. Selang waktu kapan suatu informasi masih bernilai atau

dimanfaatkan

Faktor yang mempengaruhi suatu dokumen (literatur) digunakan adalah: a. Jumlah dokumen lain yang dibuat berdasarkan dokumen itu b. Jumlah kutipan rata-rata per dokumen

c. Jumlah dokumen pada dokumen yang dikutip d. Aksesibilitasnya secara bibliografis

e. Aksesibilitasnya secara fisik f. Aksesibilitasnya secara digital

(9)

g. Nilai ilmiahnya

h. Jumlah karya lain dalam dokumen yang sama yang mungkin dikutip 2. 3 Paro Hidup Literatur

Kemutakhiran suatu informasi bersifat relatif. Dalam ilmu bibliometrika, kemutakhiran atau keusangan literatur dikenal dengan istilah paruh hidup (half-life), artinya separuh (50%) dari literatur yang ada dalam bidang tertentu berusia n tahun. Paro hidup merupakan salah satu kajian dalam bidang bibliometrika yang menentukan tingkat keusangan dari sebuah literatur perpustakaan.

Istilah paro hidup (half-life) pertama digunakan oleh R. E. Borton dan R. W. Kebler tahun 1960 mereka memakai istilah “half-life” yang berarti waktu saat setengah dari seluruh literatur suatu disiplin ilmu yang digunakan secara terus menerus. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Charless F Gosnell tahun 1944. Gosnell meneliti dengan skala yang lebih kecil yaitu mengenai tingkat keterpakaian koleksi diperpustakaan. Penelitian ini belum bersifat ilmiah dan masih sangat sederhana.

Paro hidup merupakan istilah yang diambil dari bidang ilmu fisika yang menunjukkan masa aktif suatu zat radio-aktif. Paro hidup mengacu pada adanya waktu yang diperlukan oleh suatu atom untuk meluruh menjadi setengahnya secara terus menerus hingga atom suatu unsur itu habis. Dalam kajian keusangan literatur, paruh hidup diartikan bahwa rentang waktu dimana suatu literatur digunakan sebanyak 50 persen (separuh) penggunaan total dokumen itu. Parameter paruh hidup ini dapat menunjukkan umur dokumen. Maurice B. Line yang dikutip oleh Mustafa (2008) menyatakan: ” the half life of a literature is bound to be shorter the more rapidly the literature growing”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa paro hidup dari sebuah literatur adalah batas cepat tidaknya pertumbuhan dari suatu literatur.

Usia paro hidup suatu literatur ditentukan oleh tahun terbit referensinya maka dapat diketahui publikasi yang terbit dalam jangka waktu tertentu dan bisa diprediksi pertumbuhan dan publikasi selanjutnya di masa yang akan datang. (Egghe, 2002: 3)

(10)

Menurut I Gede Surata yang dikutip oleh Mustikasari (2008) menyatakan bahwa “Paro hidup literatur merupakan ukuran waktu pada saat mana setengah dari semua literatur suatu disiplin ilmu secara terus-menerus digunakan sejak diterbitkan”.

Untuk menghitung paro-hidup dilakukan dengan cara mengurutkan semua referensi yang dipergunakan oleh semua dokumen pada masing-masing bidang mulai yang tertua (tahun terkecil) sampai tahun yang terbaru (tahun terbesar) atau sebaliknya. Kemudian dicari median yang membagi daftar referensi yang sudah terurut tersebut. Median ini menunjukkan paro-hidup literatur pada bidang yang bersangkutan (Gupta, B.M., yang dikutip oleh Hartinah, 2005).

Hal ini menunjukkan bahwa paro hidup literatur dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur kekayaan atau kemiskinan informasi dari suatu disiplin ilmu. Dengan mengetahui paro hidup suatu disiplin ilmu, maka dapat dilihat perkembangan dari bidang ilmu yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan semakin banyak terbitan-terbitan baru dari suatu bidang ilmu, maka dapat diprediksi bahwa bidang ilmu tersebut akan terus berkembang. Jika sedikit terbitan-terbitan baru dari suatu bidang ilmu maka ada kemungkinan bidang ilmu tersebut mengalami stagnasi atau perkembangan ilmu tersebut berjalan lambat.

Untuk menghitung paro hidup, jumlah sitiran dari dokumen di suatu bidang ilmu dibagi dalam kelompok 10 tahun, misalnya 0-10 tahun, 11-20 tahun, 21-30 tahun, dan seterusnya. Nilai umur paro hidup dihitung dengan menetapkan tahun pada saat persentase kumulatif dari sitiran untuk sumber yang disitir dapat mencapai jumlah sama atau lebih dari 50%. Jumlah ini menjadi bilangan untuk menentukan nilai umur paro hidup bidang tersebut.

Dalam kajian bibliometrika paro hidup merupakan tingkat keusangan literatur berdasarkan sitirannya. Kajian paro hidup menitikberatkan tahun terbit seluruh jumlah sitiran pada literatur tersebut. Hal ini menunjukkan kemutakhiran kandungan informasi pada literatur ilmiah. Semakin baru terbitan suatu literatur maka literatur tersebut akan sering disitir oleh karya tulis lainnya. Hal ini dapat dilihat dari kurva di bawah ini:

(11)

Gambar 1 : Curve of obsolescence Sumber: Saracevic (2002) Keterangan mengenai kurva diatas yaitu:

1. Garis kurva tersebut menggambarkan suatu literatur.

2. Number of users adalah pengguna yang menggunakan literatur tersebut.

3. Age of time of use adalah penggunaan literatur tersebut.

Pada gambar kurva dan keterangan di atas, dapat dilihat bahwa semakin baru terbitan suatu literatur, maka semakin sering literatur tersebut digunakan. Sedangkan jika tahun terbit literatur tersebut semakin jauh dari waktu sekarang maka akan semakin sedikit pengguna yang menggunakan literatur tersebut.

Hartinah (2002:3) yang dikutip oleh Hasugian (2005:5) menyatakan bahwa: setiap bidang ilmu mempunyai usia paro hidup yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian di luar negeri, paro hidup literatur untuk ilmu fisika adalah 4,6 tahun, fisiologi 7,2 tahun, matematika 10,5 tahun, geologi 11,8 tahun, kedokteran 6,8 tahun, hukum 12,9 tahun dan untuk bidang sosial kurang dari 2 tahun. Jika melebihi usia paro hidup di atas maka bisa dikatakan bahwa literatur tersebut sudah usang.

Dalam kajian bidang ilmu perpustakaan dan informasi, Mete dan Deshmukh (1996) menemukan bahwa jurnal yang paling sering dikutip adalah dari hasil komunikasi antara para peneliti ilmu perpustakaan dan informasi dan yang bersumber dari jurnal yang paling banyak dipublikasikan. Usia paro hidup

(12)

dari bidang ilmu perpustakaan dan informasi yang ditemukan adalah 8 tahun untuk jurnal dan 12 tahun untuk buku.

Kemudian pada tahun selanjutnya, Deshmukh (2011) melakukan analisis dan menemukan bahwa usia paro hidup dari bidang ilmu perpustakaan dan informasi adalah 9 tahun untuk jurnal dan 14 tahun untuk buku. Hal ini dapat dilihat dari grafik dibawah ini :

Gambar 2 : Half-life period of journal citations Sumber : Deshmukh (2011)

Gambar 3 : Half-life period of book citations Sumber : Deshmukh (2011)

Untuk mengetahui paro hidup jurnal dan buku, sebuah grafik yang digunakan dengan menggambarkan tahun periode sebagai sumbu X dan jumlah rujukan dengan sumbu Y. Sebuah garis pararel untuk sumbu X digambarkan dari

(13)

titik A ke titik B. Titik A mempresentasikan setengah dari rujukan. Kemudian sebuah garis tegak lurus AC digambarkan dari titik A ke sumbu X pada C. C mempresentasikan periode paro hidup, dimana 9 tahun untuk rujukan jurnal dan 14 tahun untuk rujukan buku.

Jika dilihat dari kedua penelitian mengenai bidang ilmu perpustakaan dan informasi diatas, maka dapat diketahui bahwa paro hidup bidang ilmu tersebut mengalami peningkatan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa setiap bidang ilmu memiliki perbedaan dalam hal usia paro hidup dokumen. Usia paro hidup tersebut nantinya akan menunjukkan batasan tahun keusangan literatur atau dokumen dari berbagai bidang ilmu. Paro hidup literatur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Mustafa (2008:3) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi ialah :

1. Jumlah penggunaan literatur 2. Jumlah publikasi

3. Jumlah penulis pada bidangnya

2.3.1 Proses Menentukan Paro Hidup Literatur

Setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut agar pertanyaan-pertanyaan pada Bab I dapat dijawab. Untuk menentukan usia paro hidup dapat menggunakan rumus median. Uraian lebih lanjut dengan rumus terkait dapat dilihat pada Bab III.

2.3.2 Manfaat Paro Hidup

Usia paro hidup suatu literatur ditentukan oleh tahun terbit referensinya, sehingga dapat diketahui publikasi yang terbit dalam jangka waktu tertentu dan dapat diprediksi pertumbuhan publikasi selanjutnya dimasa yang akan datang, (Egghe, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa paro hidup literatur dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur kekayaan atau kemiskinan informasi dari suatu disiplin ilmu.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Panggabean (2010:21), manfaat lain dari kajian usia paro hidup dokumen bagi pihak perpustakaan adalah sebagai berikut:

(14)

1. untuk mengetahui tingkat keusangan literatur dari kolesi perpustakaan 2. untuk mengetahui kemuktahiran informasi dalam sebuah literatur

perpustakaan

3. efektifitas kegiatan penyiangan terhadap koleksi yang tidak digunakan lagi 4. pemisahan koleksi yang digunakan dengan frekwensi tertinggi dan

terendah

5. efektifitas pelayanan perpustakaan

Merujuk pada berbagai pendapat di atas, dapat diuraikan secara jelas bahwa manfaat kajian paro hidup dokumen secara umum adalah :

1. Dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk kepentingan penulisan karya ilmiah dalam hal melakukan pembatasan penggunaan literatur yang akan digunakan

2. Dapat menjadi indikator kemutakhiran informasi bagi perpustakaan (khususnya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyediakan koleksi bagi pengguna)

3. Dapat bermanfaat untuk mengetahui pertumbuhan suatu bidang ilmu pengetahuan

4. Meningkatkan efisiensi dalam mengelola dan kegiatan pengembangan koleksi.

Gambar

Gambar 1 : Curve of obsolescence  Sumber: Saracevic (2002)  Keterangan mengenai kurva diatas yaitu:
Gambar 2 : Half-life period of journal citations  Sumber : Deshmukh (2011)

Referensi

Dokumen terkait

Kerusakan jalan yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan berkurangnya daerah resapan air yang menyebabkan banjir di jalan raya. Salah satu upaya pencegahan masalah

Untuk itu, penelitian ini dilakukan kepada para Pedagang Kaki Lima di depan Rumah Sakit Elisabeth Medan yang merupakan salah satu lokasi tempat berkumpulnya para Pedagang Kaki

Untuk mengetahui manfaat intervensi fisioterapi berupa Infra Red dan Terapi Latihan dalam mengurangi nyeri diam, tekan dan gerak pada area inchisi , meningkatkan

 Analisis dan Penyajian, merupakan proses penyajian data, dalam Aplikasi Surveilans Posbindu PTM dikembangkan dalam bentuk sajian tabel dan grafik interaktif,

Pertama: kepala sekolah hendaknya memperlihatkan kepemimpinan moral akademik dengan cara; (a) mengartikulasikan visi dan misi sekolah secara jelas, (b) memperkenalkan semua

Dalam Undang-Undang Perbankan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Secara umum adanya ajaran agama Islam yang masuk ke Buton membawa pengaruh pada sistem kehidupan masyarakat Buton, dalam sistem politik perubahannya dapat dilihat

Variasi kadar holoselulosa dari arah pangkal, tengah dan ujung batang pada Kayu Resak dan Kayu Bangkal, karena didalam kayu sifat kimia ini bervariasi tidak hanya pada